Disusun Oleh :
S U N A R S I H M.Pd.
NIP. 1955 08 271982022002
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
Penelitian Tindakan Kealasini dapat terselesaikan pada waktunya.
Karya ilmiah yang berjudul “Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi
melalui Metode Pembelajaran kooperatif model Learning Together dalam Materi
negara maju dan negara berkembang pada Siswa Kelas IXe di SMP Negeri 25
Surabaya Tahun Pelaja ran 200 – 2009 ini, disusun untuk Peningkatan Mutu
guru,Dalam penyusunan dan penyelesaian Penelitian Tindakan Kelas ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1 Yth. Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Surabaya
2 Yth. Koordinator Perpustakaan SMP Negeri 25 Surabaya
3 Yth. Rekan-rekan Guru – Guru SMP Negeri 25 Surabaya
4 Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai
Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan demi
kesempurnaan penelitian ini dan demi penelitian yang akan datang.
Peneliti
ABSTRAK
Halaman
Lampiran Halaman
Halaman
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
19
sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning.
Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator.
Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu
dipakai lebih sering di sekolah-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi,
juga terjadi
transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan
sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-
keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah
dan berkembang pesat.
Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong
tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan
mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal
bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam
kelompok.
Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif.
Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksaan
metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung
saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil.
Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah
membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok
yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan
kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasaan dan
kekecewaaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai
penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadang orang tua pun
merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan
siswa lain yang dianggap kurang seimbang.
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelmpok
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih
banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode
kerja kelompok. Yang diperkanalkan dalam metode pembelajaran cooperative
19
learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya.
Jadi, sistem pengajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai
kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini
adalah lima unsru pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Kekawatiran bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri
secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok
bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara
sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar
mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran
gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
dalam satu kelompok melaksanakan taanggung jawab pribadinya karena ada
sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih
payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin
perbaikannya.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong
untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan
terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “ Meningkatkan
Prestasi Belajar Pendidikan Geografi materi negara maju dan negara
berkembang Dengan Menerapkan Model Pengajaran Learning Together
Pada Siswa Kelas IX di SMP Negeri 25 Surabaya Tahun Pelajaran 2008-
2009”
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1 Apakah pembelajaran kooperatif model learning together berpengaruh
terhadap hasil belajar Geografi negara maju dan negara berkembang pada
siswa kelas IX E tahun pelajaran 2008-2009.
19
2 Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pembelajaran Geografi ateri
negara maju dan negara berkembang dengan diterapkannya metode
pembelajaran kooperatif model learning together pada siswa Kelas IX E
tahun pelajaran 2008 - 2009
C. Tujuan Penelitian
Berdasar atas rumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan
penelitian ini adalah:
1 Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model learning
together terhadap hasil belajar geografi materi negara maju dan negara
berkembang pada siswa Kelas IXE tahun pelajaran 2008 - 2009.
2 Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata
pelajaran geografi setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model
learning together pada siswa Kelas IX E tahun pelajaran 2008 - 2009
D. Pentingnya Penelitian
1 Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pembelajaran kooperatif model Learning Together dalam pembelajaran
geografi oleh guru kelas IX E tahun pelajaran 2008 - 2009.
2 Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran geografi.
3 Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4 Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial
untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai
tujuan belajar.
5 Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru
Matematika dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar geografi .
6 Sumbangan pemikiran bagi guru geografi dalam mengajar dan
meningkatkan pemahaman siswa belajar geografi .
19
E. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1 Metode pembelajaran kooperatif model learning together adalah:
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-
kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
2 Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah
lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3 Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah
meliputi:
1 Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IXE E tahun pelajaran
200-2009.
2 Penelitian ini dilakukan pada bulan desember semester ganjil tahun
pelajaran 200 - 2009.
3 Materi yang disampaikan adalah negara maju dan negara berkembang
19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A Definisi Pembelajaran
atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
Sedangkan belajar adalah suatu proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu.
19
B Motivasi Belajar
1 Konsep Motivasi
oleh guru bagi murid (Hamalik, Oemar: 2001: 157). Cara ini tidak
yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada
murid.
Faktor siswa didik justru menjadi unsur yang menentukan berhasil atau
motivasi yang aa pada murid. Murid dapat dipaksa untuk mengikuti semua
19
perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu
dapat dipaksa untuk minum. Demikian pula halnya dengan murid, guru
dapat memaksakan bahan pelajaran kepada mereka, akan tetapi guru tidak
yang menjadi tugas paling berat yakni bagaimana caranya berusaha aga
murid mau belajar, dan memiliki keinginan untuk belajar secara kontinyu.
2 Pengertian Motivasi
Hal ini sesui dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa
yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu dapat
19
menyerap dan mengendapkan materi itu, sehingga siswa itu akan
menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik. Jadi motivasi
3 Macam-macam Motivasi
a Motivasi Intinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain, sehingga
dari luar, karena dalam setiap diri individu sedah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu.
19
tugas dan memanfaatkan su,mber belajar di sekolah.
motivasi yang timbul dari dalam individu yang fungsinya tidak perlu
b Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbut sebagai akibat pengaruh dari luar individu,n
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
motif yang aktif dan berfunmgsi karena adanya perangsang dari luar.
19
yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi
orang lain.
materi tersebut.
perbuatan.
19
6 Mengadakan penelitian atau tes. Pada umumnya
motivasi yang tibul dari luar individu yang berfungsinya Karen danya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan dari luar, untuk mencapi
alam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang
dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya. Nilai lebih ini dimiliki oleh
guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi
pengajarannya. Walau demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan
aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sangat sukar bagi guru matematika
19
bagaimana caranya mengajar dengan baik agar dapat meningkatkan motivasi
tugasnya.
memahami dan
menghormaati
siswa.
harus menghormati
bahan pelajaran
yang diberikannya.
3 Guru hendaknya
menyesuikan bahan
pelajaran yang
diberikan dengan
kemampuan siswa.
4 Guru hendaknya
menyesuaikan
19
metode pengajar
dengan
pelajarannya.
mengaktifkan
siswa dalam
belajar.
memberikan
pengertian, bukan
hanya dengan
kata-kata belaka.
menghindari
verbalisme pada
murid.
7 Guru
menghubungkan
pelajaran pada
kehidupan siswa.
8 Guru terkait
dengan teks
19
book.
tidak hanya
mengjar dalam
arti
menyampaikan
pengetahuan,
melainkan
senantiasa
membentuk
kepribadian
siswanya.
1 Menyelidi
ki dengan
jelas dan
tegas apa
yang
diharapka
n dari
19
pelajaran
untuk di
pelajari
dan
mengapa
ia
diharapka
mempelaj
arinya.
2 Mencipta
kan
kesadaran
yang
tinggi
pada
pelajaran
akan
pentingny
memiliki
skill dan
19
pengetahu
an yang
akan
diberikan
oleh
program
pendidikn
itu.
orang per tim dan heterogen kemampuannya. Para siswa bekerja sebagai suatu
dan membantu satu sama lain dengan jawaban, dan meminta bantuan dari
teman yang lain sebelum bertanya kepada guru, dan si guru memberikan
19
penghargaan kepada kelompok berdasarkan kinerja kelompok.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang
yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung
pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat Learning Together
antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam
guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk
ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-
praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara
pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus
19
ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah
cukup.
. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3. Subyek Penelitian
B. Rancangan Penelitian
19
anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan
3 Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih
dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4 Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah
19
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut.
19
Gambar 3.1 Alur PTK
berikutnya.
19
Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan
kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri
dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan
akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang
fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai
bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu, (2) untuk menentukan
apakah suatu tujuan telah tercapai, dan (3) untuk memperoleh suatu nilai
teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam
D. Analisis Data
19
digunakan data kualitatif. Cara penghitungan untuk mengetahui ketuntasan
terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikatakan tuntas
klasikal dikatakan tuntas belajar jika jumlah siswa yang tuntas secara
individu mencapai 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama
dengan 65%.
19
BAB IV
Belajar
jika siswa yang mendapat nilai 70 lebih dari atau sama dengan 85%,
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal ulangan harian 1 dan alat-
19
pelaksanaan belajar mengajar.
68,18% atau ada 15 siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih
Together .
19
c. Refleksi
d. Refisi
1 Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas
catatan.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
19
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal ulangan harian 2 dan alat-
kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus
digunakan adalah ulangan harian II. Adapun data hasil penelitian pada
19
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
siswa dari 38 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
c. Refleksi
1 Memotivasi siswa
3 Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
19
2 Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan
bertanya.
kesimpulan/menemukan konsep.
belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap perencanaan
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal ulangan harian 3 dan alat-
19
siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
digunakan adalah ulangan harian III. Adapun data hasil penelitian pada
harian sebesar 82,73 dan dari 38 siswa telah tuntas sebanyak 35 siswa
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih
baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini
c. Refleksi
19
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
d. Revisi Pelaksanaan
Learning Together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang
dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
19
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 68,18%,
79,01%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
meningkatnya nilai rata-rata siswa pad setiap siklus yang terus mengalami
peningkatan.
19
dan luas persegi panjang dengan model pengajaran Learning Together
guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya
19
BAB V
A. Kesimpulan
19
B. Saran
proses belajar mengajar geogradi lebih efektif dan lebih memberikan hasil
3 Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
19
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.
19
Univesitas Negeri Surabaya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-
PPAI, Universitas Terbuka.
19
Lampiran 1
Keterangan Keterangan
No. Skor No. Urut Skor
Urut
T TT T TT
1 100 √ 12 80 √
2 60 √ 13 50 √
3 80 √ 14 70 √
4 60 √ 15 70 √
5 70 √ 16 80 √
6 80 √ 17 70 √
7 70 √ 18 50 √
8 50 √ 19 60 √
9 70 √ 20 100 √
10 40 √ 21 70 √
11 90 √ 22 70 √
Jumlah 770 7 4 Jumlah 770 8 3
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 31
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 7
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1540
Rata-rata Skor Tercapai : 70,00
Prosentase Ketuntasan : 68,18
19
19
Lampiran 3
Keterangan Keterangan
No. Skor No. Urut Skor
Urut
T TT T TT
1 100 √ 12 90 √
2 70 √ 13 70 √
3 90 √ 14 90 √
4 80 √ 15 90 √
5 80 √ 16 90 √
6 90 √ 17 80 √
7 90 √ 18 60 √
8 60 √ 19 80 √
9 90 √ 20 100 √
10 60 √ 21 80 √
11 100 √ 22 80 √
Jumlah 910 9 2 Jumlah 910 10 1
Keterangan :
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 35
Jumlah Siswa yang tidak tuntas : 3
Skor Maksimal Ideal : 2200
Skor Tercapai : 1820
Rata-rata Skor Tercapai : 82,73
Prosentase Ketuntasan : 86,36
19