NITROSAMIN:
NITRIT YANG BERSEMBUNYI
www.aiyushirota.com
1
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
NITROSAMIN :
NITRIT YANG BERSEMBUNYI
• Dinamika Nitrogen
• Nitrat, Nitrit dan Nitrosamin
• Nitrosamin dalam Akuakultur
Dinamika Nitrogen
Nitrogen dan keberadaan siklusnya dalam proses biokimia akuakultur sangatlah dominan. Pakan
sebagai asupan nitrogen utama ke dalam ekosistem kolam melangsungkan proses lanjutan yang
kompleks, bukan hanya berhenti pada proses pemenuhan kebutuhan makanan dan pertumbuhan
semata bagi hewan yang dibudidayakan.
Urin, sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan kotoran yang masih mengandung senyawaan peptida
sederhana atau protein sisa, akan diuraikan atau diasimilasi oleh jasad renik mikroba di dalam
sedimen atau badan air. Asimilasi protein sederhana, Proteolisis, Amonifikasi, Nitrifikasi,
Denitrifikasi, Nitrosasi ditambah dengan proses Fiksasi gas nitrogen menjadi ammonium oleh
cyanobacteria, melengkapi dinamika siklus nitrogen di kolam.
Asimilasi protein sederhana
N2, NH3, NH4+, NO2‐ dan NO3‐ diasimilasi menjadi asam amino kemudian protein di dalam sel
mikroorganisme melalui reaksi aminasi :
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
2
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Proteolisis
Penguraian enzimatik dari molekul polimer protein menjadi monomer – monomernya berupa asam
amino :
Amonifikasi
Reduksi nitrat menjadi ammonia dalam kondisi sangat anaerob :
HNO3 + 4 H2 ‐> NH3 + 3 H2O
Nitrifikasi
Oksidasi ammonia/ammonium menjadi nitrat pada suasana aerob :
2 NH3 + 3 O2 ‐> 2 HNO2 + 2 H2O ( i )
2 HNO2 + O2 ‐> 2 HNO3 ( ii )
Denitrifikasi
Reduksi nitrat menjadi gas nitrogen :
NO3− → NO2− → NO + N2O → N2 ( tahapan reduksi )
2 NO3− + 10 e− + 12 H+ → N2 + 6 H2O ( reaksi redoks )
NH4+ + NO2− → N2 + 2 H2O ( anammox )
Nitrosasi
Reaksi nitrit dengan senyawa amina membentuk senyawa nitrosamin :
NO2‐ + 2 H+ → NO+ + H2O
R2NH + NO+ → R2N‐NO + H+
R R
HNO2 + NH N N O + H20
R’ R’
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
3
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Fiksasi
Penambatan gas nitrogen dari udara menjadi ion ammonium oleh cyanobacteria dengan bantuan
enzim nitrogenase :
N2 + 8H++ 8e‐ → 2NH3 + H2
Selain cyanobacteria, beberapa genera bakteri juga memiliki enzim nitrogenase, seperti Clostridium,
Bacillus, Klebsiella, Chiaropseudomonas, Chromatium, Rhodospirillum, Anabaena, Gloeocapsa,
Plectonema, Azotobacter and Mycobacterium, namun dengan aktifitas di bawah aktifitas enzim
nitrogenase cyanobacteria. Yang paling membedakan adalah efek prekursor enzim nitrogenase
berupa Mo‐Fe protein (chelate protein ‐ kation Molibdenum dan Ferro) yang lebih reaktif terhadap
nitrogenase cyanobacteria dibanding kepada nitrogenase bakteri.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
4
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Nitrat, Nitrit dan Nitrosamin
Secara alami air laut hanya mengandung nitrit di kisaran 0.00002 ppm untuk air laut yang jauh dari
daratan hingga 0,2 ppm untuk air laut yang dekat dengan daratan. Sebagai produk antara dari
nitrifikasi dan denitrifikasi, nitrit terukur adalah akumulasi nitrit dari proses nitrifikasi dan
denitrifikasi simultan. Untuk air laut, nitrit tidak menjadi permasalahan penting karena dengan pH
normal 8,3 dan potensial redoks normal 300 mV di air laut, dengan kadar bahan organik rendah,
nitrit akan sangat cepat teroksidasi menjadi nitrat dengan laju denitrifikasi yang sangat lambat akibat
potensial redoks air laut yang tinggi. Disamping itu, dengan tingkat kecerahan air laut yang tinggi,
nitrit mudah terdekomposisi oleh cahaya ultra violet dari matahari menjadi gas NO melalui reaksi :
NO2‐ + H2O + UV ‐> NO + OH (radikal bebas) + OH‐
Nitrit dalam akuakultur, khususnya budidaya udang mendapat perhatian khusus dari petambak,
karena efek negatif yang dapat ditimbulkannya. Pada kadar dan kondisi tertentu di kolam, nitrit
dapat bersifat toksik. Di dalam insang, nitrit dapat menghalangi absorpsi ion klorida dari air dan
dapat menghambat transfer oksigen di dalam darah.
Toksisitas nitrit dipengaruhi langsung oleh pH dan kadar garam. pH rendah menambah daya racun
nitrit, ini berhubungan dengan bentuk nitrit dalam air pada pH rendah yang berupa HNO2 H+ +
NO2‐ yang bersifat mobile dan mudah menembus dinding sel insang udang dan melarut dalam darah
udang (hemolymph). Mirip seperti metamoglobin pada mamalia, nitrit pada darah udang
menghalangi pengikatan gas oksigen oleh hemocyanin, dengan demikian mengurangi mood dan
kesehatan udang karena gangguan transfer oksigen dalam darah. Untuk hambatan absorpsi ion
klorida, hanya terjadi pada budidaya udang di salinitas rendah (<15 ppt).
Nitrit 50 x lebih toksik di air tawar dibanding dalam air asin, dengan demikian biota air laut relatif
tidak terlalu terpengaruh oleh nitrit dibanding biota air tawar. Sistem darah haemoglobin lebih
rentan terhadap nitrit dibanding sistem darah haemocyanin.
Safe level bagi nitrit untuk budidaya udang di era tahun 80‐90 an berada pada kisaran 0,1 ppm
namun di tahun 2000 an bergeser naik ke safe level nitrit 1 ppm, mengingat tidak ada bukti kematian
udang pada kisaran 0,1 – 1 ppm nitrit selama dekade itu di lapangan.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
5
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Lethal level bagi udang putih (Litopenaeus vannamei) :
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
6
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Untuk ikan air laut :
Mean Concentration
Marine Fish Species Effect (ppm; result is the mean of between 1
and 5 studies for each species)
Clownfish LC50 344
Amphiprion ocellaris
Milkfish LC50 344
Chanos chanos
Japanese eel LC50 302
Anguilla japonica
Common eel 96‐h 3,200
Anguilla anguilla LC50
European Sea bass 96‐h 500 ‐ 800
Dicentrarchus labrax LC50
Spotted seatrout LC50 980
Cynoscion nebulosus
Sparid LC50 1,360
Diplodus sargus
Cod LC50 2,210
Gaidropsarus capensis
Sole LC50 2,440
Heteromycteris capensis
Sparid LC50 1,230
Lithognathus mormyrus
Atlantic salmon LC50 146
Salmo salar
Yellowtail LC50 147
Seriola quinqueradiata
Sole LC50 2,110
Synaptura kleini
Untuk selengkapnya dapat dilihat di web : PAN Pesticide Database
( Di bagian : Aquatic ecotoxicity ).
Di lapangan sering ditemukan konsentrasi nitrit tinggi dalam air kolam, namun udang tidak
memperlihatkan gejala terganggu moodnya (nafsu makan normal) ataupun terganggu transfer
oksigen dalam darahnya (tanda utama terjadi gangguan nitrit dalam darah udang adalah dengan
adanya diskolorisasi pada tubuh udang, diantaranya pewarnaan merah menyala pada kaki, dan
tubuh udang). Hal ini disebabkan nitrit dalam air tidak dalam bentuk molekul kesetimbangan
HNO2 H+ + NO2‐ melainkan terlarut dalam air dalam bentuk molekul nitrosamin (R2‐N‐N=O).
Molekul nitrosamin tidak mampu menembus dinding membran sel insang udang hingga tidak ada
pelarutan dan pelepasan ion nitrit dalam darah udang.
Nitrosamin terbentuk dari reaksi nitrit dengan amina/amida dari hasil dekomposisi pakan yang
terlarut dalam air kolam, dengan bantuan mikroorganisme sebagai katalis dengan syarat konsentrasi
nitrat cukup tinggi (minimal 10 ppm N‐NO3‐) dan konsentrasi nitrit minimal 1 ppm N‐NO2‐.
Titik kritis konsentrasi nitrat 10 ppm N‐NO3‐ dan nitrit 1 ppm N‐NO2‐ dalam air untuk mulai dapat
melangsungkan reaksi nitrosasi (pembentukan nitrosamin) dijadikan standar maksimal kadar nitrat
dan nitrit yang dibolehkan untuk standar kualitas air minum EPA Amerika Serikat untuk mencegah
terbentuknya nitrosamin dalam air minum, mengingat nitrosamin bersifat karsinogen bagi manusia.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
7
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Catatan :
• 10 ppm N‐NO3‐ = 44,29 ppm NO3‐
• 1 ppm N‐NO2‐ = 3,29 ppm NO2‐
Konsentrasi nitrat yang tinggi hampir identik dengan N/P rasio yang tinggi pula dalam air, mengacu
pada tabel Redfield N/P rasio berdasar konsentrasi nitrat terhadap posfat. Jadi reaksi nitrosasi
terbentuk pada suasana N/P rasio yang tinggi dalam air. Nitrat memiliki toksisitas yang sangat
rendah untuk akuakultur, pada konsentrasi 1000 ppm sekalipun tidak memberikan efek toksin pada
organisme air tawar / air laut.
Terbentuknya nitrosamin dalam air kolam untuk sementara menghindarkan masalah keracunan
nitrit pada darah udang, namun tidak menyelesaikan masalah secara keseluruhan, mengingat
nitrosamin bersifat karsinogen bagi manusia. Dan udang yang mengandung nitrosamin, dapat
menjadi perantara masuknya nitrosamin ke dalam tubuh manusia.
Interaksi nitrat, nitrit dan nitrosamin berlangsung intensif pada reaksi denitrifikasi, melibatkan
enzim nitrat dan nitrit reduktase (Molybdenoenzyme) sebagai katalis, dan amina/amida sebagai
prekursor reaksi nitrosasi membentuk nitrosamin pada suasana pH netral antara 7 – 8 di dalam air
pada suasana aerob atau pada saluran pencernaan ikan / krustacea dalam suasana anaerob dan
asam.
E. coli, Acetobacter, Proteus morganii, Pseudomonas aeruginosa, Paracoccus denitrificans, dan
Bacillus coagulans adalah mikroorganisme yang paling banyak terlibat dalam reaksi nitrosasi
pembentukan nitrosamin, terutama sekali E. coli yang memiliki sifat katalis paling kuat untuk
melangsungkan nitrosasi.
Toksisitas dan sifat karsinogenik nitrosamin identik dengan nitrit : lebih bersifat toksik pada pH
rendah dan kadar garam rendah. Pada sistem non salin (air tawar, saliva/ludah pada manusia) lethal
level nitrosamin sekitar 5,85 ppm. Sementara pada sistem saline (air laut, urin) lethal level
nitrosamin sekitar 3.300 ppm. Dengan sifat toksik yang mirip, nitrosamin adalah the hidden nitrite.
Reaksi nitrosasi pembentukan nitrosamin dapat berlangsung di tanah, lumpur, air, saluran
pencernaan hewan/manusia, daging, dan buah‐buahan. Sifat karsinegonik, dan mutagenetik
nitrosamin diduga kuat penyebab nekrosis, yakni pematian sebagian jaringan sel makhluk hidup
sebagai stadium awal serangan kanker.
Sifat teratogenetik (gangguan pada pembentukan embrio) dari nitrosamin yang terdapat pada rokok,
menjadi amaran bagi ibu hamil untuk tidak mengkonsumsi rokok selama kehamilan. Nitrosamin
pada tembakau akan menguap selama pembakaran rokok dan dapat terhisap masuk ke dalam paru‐
paru dan selanjutnya melarut ke dalam darah menyebabkan gangguan pembentukan embrio pada
rahim ibu hamil.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
8
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Nitrosamin dalam Akuakultur
Sifat nitrosamin sebagai bentuk “samaran” dari nitrit memberikan indikasi kemiripan sifat toksisitas
nitrosamin seperti halnya toksisitas nitrit dalam akuakultur.
Semakin rendah pH, sifat karsinogen, mutagen dan teratogen nitrosamin semakin bertambah pula,
saluran pencernaan ikan / udang yang secara alami ber pH rendah menjadi tempat kondusif bagi
akumulasi dan konsentrasi nitrosamin
Semakin rendah kadar garam (salinitas) makin kuat pula efek toksisitas nitrosamin. Ini dapat terlihat
terutama pada budidaya gurame, nila atau lele dimana KHV (Koi Hervest Virus) dan borok‐borok di
permukaan kulit ikan lebih banyak terjadi dibanding pada budidaya ikan air laut. Dan treatment
dengan penambahan garam selalu efektif untuk mengatasi masalah‐masalah yang timbul pada
budidaya ikan air tawar ini. Rasio ppm Cl‐ : ppm N‐NO2‐ = 20 : 1 dapat menghindarkan ikan air tawar
dari nekrosis (borok‐borok) akibat efek toksisitas nitrosamin.
Sensitifitas organisme air berturut turut dari yang terlemah hingga terkuat terpengaruh toksisitas
nitrosamin : moluska < crustacea < ikan air laut < ikan air tawar.
Safe level nitrosamin di air kolam untuk ikan air tawar = 5,85 ppm, untuk ikan air laut = 3.300 ppm,
untuk udang = tidak terdapat data.
Kontrol terhadap nitrosamin identik dengan kontrol terhadap nitrit. Merujuk pada sifat alami
nitrosamin dan nitrit yang dapat terfotolisis menjadi gas NO (nitrogen monoksida) kontrol kecerahan
air dapat menjadi metode paling sederhana untuk mengontrol kedua kembar berbahaya tersebut
dalam air.
Kecerahan air juga dapat mengontrol populasi Nitrosomonas sebagai mikroorganisme penghasil
nitrit, mengingat kepekaan mikroorganisme ini terhadap cahaya. Sementara mikroorganisme
pengoksidasi nitrit (Nitrobacter) dapat lebih dikondusifkan kinerjanya dengan mencegah sistem
terlalu eutrofik dan heterotrofik dengan mencegah pembentukan C/N rasio terlalu tinggi (melebihi
20) dan suspensi yang terlalu keruh dalam air (melebihi 400 ppm TSS) yang berdampak pada
penurunan pH dalam air dan penurunan penetrasi cahaya matahari ke dalam air.
Biasanya, nitrit tidak menjadi masalah pada budidaya dengan sistem plankton dengan penggantian
air yang banyak, namun berbeda dengan sistem bioflok bakteri heterotrof atau pada sistem air
dominasi blue green algae, dimana flokulasi bakteri atau flokulasi cyanobacter menyebabkan
suspensi/kekeruhan dalam air, dimana jika total suspensi tersebut berlebihan, dapat berdampak
pada pembentukan nitrit/nitrosamin yang berlebihan pula.
Hal ini ironi, saat sistem bioflok diharapkan menciptakan stabilitas yang lebih mapan pada budidaya
akuakultur ternyata dapat terjadi kasus sebaliknya, di beberapa tempat, kolam yang heterotrofik
dengan suspensi bioflok dapat lebih dulu rentan terhadap efek nekrosis akibat pH rendah dan nitrit‐
nitrosamin yang tinggi dalam air dibanding kolam yang autotrof (plankton). Terutama pada kolam
yang memilki sistem “koloid tanah” akibat pengemulsian partikel liat tanah oleh poliposfat yang
dihasilkan blue green algae Microcystis aeruginosa di dalam tanah dan terlarut ke dalam air.
Untuk mengatasi hal ini, sludge removal, berupa pembuangan lumpur rutin untuk mengurangi
kepadatan suspensi dalam air dapat dilakukan dengan frekuensi yang cukup per harinya. Ukuran
kotak jebakan lumpur (lebar dan kedalaman) sangat menentukan efektifitas pembuangan lumpur,
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
9
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
terutamma untuk kolaam yang berrmasalah deengan “koloid d tanah” ukuran kotak p pembuangan n lumpur
1m x 1m m dengan ked dalaman 0,5 ‐ 1 m di cen ntral drain seecara ekstrim m dapat men njadi bak sed dimentasi
efektif bbagi kontrol ssuspensi dalaam air ini.
Tranform masi nitrosamin di akuaakulutur besserta regulassinya masih menjadi persoalan terssendiri di
dunia, mmengingat niitrosamin ad dalah “toksin n alami” yang terbentuk secara alam miah berbedaa dengan
nitrat/niitrit yang dapat diprod duksi dan diterapkan se ecara sengaaja ke dalam m produk makanan.
m
Besaran jumlah nitrrosamin dalaam tepung ikan,
i d produk budidayanya sendiri
pakan, air kolam dan
(ikan/ud dang) besertta produk olahannya
o beelum ada keetetapan daari badan du unia yang ko ompeten
berbedaa dengan nittrat dan nitrrit yang digaariskan makssimal di 5000 ppm nitratt dan 200 pp pm nitrit
pada settiap produk ffresh dan olaahan perikan nan dan teresterial.
Alternattif lain untu
uk mengkontrol nitrit dan
d nitrosam
min adalah dengan pen nggunaan jaasa fungi
Aspergillus spp. Beerlainan den ngan Nitroso omonas dan n Nitrobacteer yang bekkerja dengan n prinsip
oksidasi dalam men ngoksidasi ammonia, am mmonium, nitrit
n dan baakteri denitrrificans yangg bekerja
dengan prinsip reakssi reduksi daalam mengub bah nitrat menjadi gas niitrogen, yan ng mana kedua reaksi
tersebutt melibatkan n transfer elektron,
e ngi Aspergillus spp bekkerja dengan cara asim
fun milasi sel,
memben ntuk hifa/mmisel dari suumber karb bon terlarut dalam air dan sumber nitrogen berupa
ammoniium, nitrit, n nitrat, nitrosamin, aminaa dan amida. Sel terbenttuk berupa partikulat yaang tidak
n mudah meengendap, dengan demiikian mudah
larut daalam air dan h dibuang keeluar dari ekosistem
kolam.
Laju asimmilasinya sekkitar 2 ‐ 2,5 ggram karbon n (C)/gram se el /hari dan 0 0.247 gram N N/gram sel/h hari pada
suhu 300C – 350 C paada sistem aiir kolam teraaerasi.
Aplikasi 10 ppm biaakan massal Aspergillus spp dalam air
a kolam maampu menurunkan nitritt 0,5 – 1
ppm perr harinya. Jikka konsentraasi nitrit sudaah dibawah 1 ppm, aplikkasi biakan A Aspergillus spp harus
dihentikkan. Hal ini berkaitan dengan
d sifatt alami Aspeergillus spp yang dapatt membentu uk racun
Aflatoxin n b1, pada pemakaian dalam renttang waktu lama dapatt mempengaaruhi biota air yang
dibudidaayakan. Aflattoxin b1 notaabene bersiffat karsinoge enik, seperti nitrosamin.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com
10
NITROSAMIN
Nitrit Yang Bersembunyi
Diantara semua keluarga genera fungi Aspergillus, hanya Aspergillus oryzae dan Aspergillus niger
yang dinyatakan aman dan dibolehkan digunakan oleh FDA Amerika serikat, Uni Eropa dan negara
lainnya di dunia.
Aspergillus spp jauh lebih ekonomis dan berdaya kerja optimal untuk penanganan nitrit dan
nitrosamin di dunia akuakultur dibanding Nitrosomonas dan Nitrobacter yang rumit dalam
pengadaan sel bakteri massalnya (peka oleh cahaya, dan duplikasi selnya sangat lambat,
memerlukan waktu 2‐3 minggu fermentasi untuk mencapai kepadatan sel 105/ml) dan pengadaan
produk lyofilisasi / freezed dry cell nya sangat mahal, disamping itu mekanisme kerjanya hanya
untuk oksidasi ammonia dan nitrit saja, tidak mampu untuk menangani nitrosamin dalam air.
AIYUSHIROTA itang@.aiyushirota.com