Anda di halaman 1dari 20

Bab

FUNGSI SISTEM POLITIK


1
3 Tujuan Instruksional
a. Menjelaskan Peng. & Def.
b. Menguraikan Tujuan, pesan dan media sosialiasasi Politik
b. Menguraikan Tujuan, Mekanisme dan lembaga Reckruitmen politik
b. Menguraikan Konsep komunikator, pesan, media, komunikan dan efek

Pkok Bahasan
Fungsi system Politik

I.Bahan Bacaan
1. Budiardjo Miriam, Prof, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2. Mas’oed Mohtar dan Andrew Mac Colin, 2000, Perbandingan
Sistem Politik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
1. CarltonClymer Rodee dkk, 2000, Pengantar Ilmu Politik, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
2. Kantaprawira Rusadi, Dr, 2004, Sistem Politik Indonesia, suatu
model pengantar, Sinar Baru Algensindo, Bandung.
3. Eston David, 1988, Alih bahasa Simamora Sahat, Drs,
Kerangka Kerja Analisa Sistem Politik, PT. Bina Aksara,
Jakarta.
II.Pertanyaan Kunci

a. Menjelaskan Peng. & Def.


b. Menguraikan Tujuan, pesan dan media sosialiasasi Politik
b. Menguraikan Tujuan, Mekanisme dan lembaga Reckruitmen politik
b. Menguraikan Konsep komunikator, pesan, media, komunikan dan efek

I. Tugas

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Mahkamah Agung

Bab XIII

SISTEM POLITIK :
Sosialisasi, Reckruitmen dan Komunikasi Politik

Sistem Politik merupakan akumulasi dari sub-sub system politik yang saling
interdependensi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam rangka
melaksanakan dan menyukseskan kerjasama sehingga dapat mencapai hasil yang
besar dan menyeluruh bagi keseluruhan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,
tentu system politik memiliki fungsi yang perlu dilaksanakan, meskipun fungsi ini
tidak memiliki “pengaruh secara langsung dalam pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah (public policy) tetapi memiliki peranan yang sangat
penting dalam menentukan cara bekerjanya system politik” (Gabriel A. almond).
Fungsi system politik ini mempengaruhi lingkungan fisik, social dan ekonomi
domestik, kelompok kepentingan, partai politik, badan lebislatif, eksekutif, birokrasi,
dan badan-badan peradilan (uraian lembaga diatas, dapat dibaca pada bab lain buku
ini).
Fungsi dimaksud adalah meliputi 3 (tiga) macam yaitu :
1. Sosialisasi Politik
a. Pengertian
Sosialisasi Politik berasal dari dua kata yaitu Sosialisasi dan Politik.
Sosialisasi berarti pemasyarakatan dan Politik berarti urusan negara.
Jadi secara etimologis Sosialisasi Politik adalah pemasyarakatan
urusan negara. Urusan Negara yang dimaksud adalah semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Tujuan
Tujuan yang dingin dicapai dalam melakukan sosialisasi politik adalah
untuk menumbuhkembangkan serta menguatkan sikap politik
dikalangan masyarakat (penduduk) secara umum (menyeluruh), atau
bagian–bagian dari penduduk, atau melatih rakyat untuk menjalankan
peranan-peranan politik, administrative, judicial tertentu.

c. Obyek
Obyek sasaran dari sosialisasi politik adalah keseluruhan masyarakat,
lembaga infrastruktur politik (interest group, partai politik), dan
lembaga suprastruktur politik (legislative, eksekutif dan yudikatif).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
d. Lembaga
Lembaga yang dipergunakan dalam melaksanakan fungsi sosialisasi
politik ini adalah banyak menggunakan lembaga masyarakat yang
sejak awal merupakan lembaga yang menjadi tempat beintraksinya
masyarakat dalam rangka melakukan pembinaan dan pengembangan
nilai, norma, pengetahuan, teknologi serta informasi bagi masyarakat
luas.
Lembaga ini adalah meliputi antara lain; a. Lembaga Keluarga,
sekolah, Gereja, Institusi pemerintah atau swasta, media komunikasi
dan institusi lainnya.

2. Reckruitmen Politik (Political Recruitment)


a. Pengertian
Reckruitmen Politik berasal dari dua (2) kata yaitu Rekruitmen dan
Politik. Reckruitmen berarti pen-seleksian dan politik berarti urusan
negara. Jadi Rekruitmen Politik adalah penyeleksian rakyat untuk
melaksanakan urusan negara. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
rekruitmen politik adalah pemilihan dan pengangkatan orang untuk
mengisi peran tertentu dalam system social berdasarkan sifat dan
status (kedudukan), seperti suku, kelahiran, kedudukan social dan
prestasi atau kombinasi dari kesemuanya.

b. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dari rekruitmen politik adalah terpilihnya
penyelenggara politik (pemimpin pemerintahan negara) dari tingkat
pusat hingga tingkat terbawah (lurah/Desa) yang sesuai dengan kriteria
(persyaratan) yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan atau yang ditentukan melalui konvensi
(hukum tidak tertulis) yang berlaku dalam masyarakat (rakyat)
Indonesia.

c. Obyek
Masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban menjadi obyek dalam
rekruitmen politik adalah seluruh masyarakat Indonesia yang sah
sebagai warga negara Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Dengan kata lain setiap WNI, baik pria
mapun wanita dengan tampa membedakan suku, agama, ras, warna
kulit dan lain-lainnya, memiliki kedudukan yang sama untuk
memperoleh kesempatan mengikuti rekruitmen politik diseluruh
tingkatan (hirarki) atau struktur politik yang ada.
Tentu saja seluruh WNI terlebih dahulu harus memenuhi kriteria
(persyaratan) yang telah ditentukan oleh UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan lainnya. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 27,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
ayat 2, yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara memiliki
kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan”.

d. Mekanisme Rekruitmen Politik


Mekanisme dalam melaksanakan rekruitmen politik ini dapat dibagi
dalam beberapa cara yaitu :
1. Pemilihan Umum
Pemilihan Umum adalah merupakan salah satu pola rekruitmen
politik yang khusus dilakukan bagi setiap warga negara yang
memiliki hak politik (political right) serta memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh UUD 1945 dan Peraturan perundang-
undangan lainnya.
Peraturan perudang-undangan lainnya yang dimaksud adalah
peraturan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan
bidang politik yang meliputi ;
a. Undang-Undang No. 12 tahun 2003, tentang Pemilihan
Umum anggota DPR, DPD dan DPRD
b. Undang-Undang No. 31 tahun 2002, tentang Partai politik
dan
c. Undang-Undang No. 23 tahun 2003, tentang Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden.
d. Undang-Undang No. tahun 2004, tentang Susunan dan
Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPD dan DPRD.
Pola rekruitmen ini dilakukan oleh pemerintah melalui Komisi
Pemilihan Umum yang ditujukan untuk menghasilkan pemimpinan
politik diseluruh tingkatan (hirarki) pemerintahan negara dalam arti
yang luas (Legislatif dan Eksekutif). Masa Jabatan pemimpin politik
dalam negara adalah hanya 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali untuk hanya 1 periode masa jabatan (UUD 1945)
amandemen.

2. Fit and Propertest


Pola rekruitmen yang dilakukan oleh legislative (DPR) melalui
mekanisme Fit and Propertest (uji kelayakan dan kepatutan) adalah
khusus ditujukan untuk memilih pimpinan eksekutif yang akan
memimpin lembaga tertentu. Lembaga tertentu yang dimaksud
adalah lembaga tinggi negara, dan lembaga yang memiliki otoritas
yang luas dan besar bagi kesejahtraan rakyat. Contohnya, BPK,
MA, TNI, BUMN, Duta Besar dan lainnya.

3. Seleksi CPNS
Pola rekruitmen ini adalah pola yang dilakukan oleh Institusi
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) RI. Semua
peraturan mengenai pelaksanaan test penerimaan CPNS ditetapkan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
oleh MENPAN RI, sedangkan Surat Keputusan Pengangkatannya
dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Penyelenggaraannya dapat dilakukan oleh MENPAN RI maupun
dapat juga dilakukan oleh Institusi pemerintahan negara yang
membutuhkan Pegawai Negeri Sipil (PNS) , baik di tingkat pusat
maupun di daerah.
Hasil rekruitmen ini ditujukan untuk mengisi formasi (lowongan)
yang ada dalam Birokrasi pemerintahan NKRI. Fungsinya adalah
untuk memberi pelayanan kepada masyarakat umum dan memiliki
status kepegawaian yang tetap selama kinerja dan perilakunya
tidak melanggar peraturan kepegawaian negara.

3. Komunikasi Politik

a. Hakikat dan Pokok-pokok Komunikasi Politik

Dalam memahami dan mendalami Komunikasi Politik, perlu lebih dahulu


mengetahui dan mempelajari hakikat komunikasi yang meliputi Pengertian ,
uraian, unsur dan fungsi dari komunikasi politik. Pembahasan mengenai
hakikat komunikasi yang meliputi hal diatas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian dan definisi Komunikasi
Secara Etimologis, perkataan Komunikasi berasal dari bahasa
Latin”communicare” yang berarti berpartisipasi atau
memberitahukan. Perkataan “communis”berarti “milik bersama”
atau “berlaku dimana-mana”.
Secara definitive, menurut Carl I Hoveland, “Communication is the
process by which an individual transmit stimuly (usually verbal
symbols) to modify the behavior of another individuals” (
Komunikasi adalah suatu proses menstimulasi dari seseorang individu
terhadap individu lain dengan menggunakan lambing-lambang yang
berarti, berupa lambing katauntuk mengubah tingkah laku).
Sedangkan Warren Weaver, Communication is all of the procedure
by which one mind can effect another ( Komunikasi adalah semua
prosedur dengan mana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi yang
lainnya).

2. Pengertian dan definisi Politik.


Secara etimologis, Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Polis dan
Taia. Polis berarti “ Negara (kota) dan Taia berarti “ Urusan”. Jadi
Politik adalah “Urusan Negara”. Kata “Polis” berkembang menjadi
“Politikos” yang artinya “Kewarganegaraan”. Dalam perkenmbangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
selanjutnya berubah pula menjadi “ Politera” yang berarti “hak-hak
kewarganegaraan”.
Secara definitive, menurut Ossip K. Flechtheim, Ilmu Politik adalah
ilmu social yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara
sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan
tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi, yang dapat
mempengaruhi negara”.

Berdasarkan kedua pengertian dan definisi di atas, maka rumusan


pengertian Komunikasi Politik adalah “komunikasi yang diarahkan
kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah
yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua
warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-
lembaga politik” ( Astrid S. Susanto).

Kegunaan Komunikasi Politik menurut Rusadi Kantaprawira adalah


“untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat,
baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, atau sector kehidupan
politik masyarakat dengan sector kehidupan politik pemerintah”.

Dalam kegiatannya Komunikasi Politik tidak hanya dalam


ruanglingkup Internal (nasional) melainkan juga eksternal
(Internasional). Menurut Philips dan Alexander, Komunikasi Politik
Internasional adalah Komunikasi yang dilakuakan oleh suatu negara
nasional (nasional states) untuk mempengaruhi tingkahlaku politik
bangsa lain.

b. Konsep Pembahasan Komunikasi Politik.


Menurut Ilmuwan Komunikasi, Pembagian Teori Komunikasi dalam beberapa
konsep disesuaikan dengan Sistem Politik yang berlaku pada negara yang
bersangkutan. W. L. Rivers, W. Schramm dan C. G. Cristians dalam bukunya
“Responsibility in Mass Communications” membagi dalam tiga konsep,
yaitu :
1. Authoritharianism
2.Liberitarianism
3. Social Responsibility Theory.

Ad.1. Konsep Komunikasi dalam Sistem Politik Authoritarianism, adalah


komunikasi politik dimana lembaga Suprastruktur Politik mengatur bahkan
menguasai system komunikasi politik yang menghubungkan antara
suprastruktur dengan Infrastruktur. Artinya Negara lebih besar memiliki
pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi politik kepada masyarakat.
Masyarakat tidak memiliki daya yang kuat untuk mengendalikan system
komunikasi atau bahkan hanya bisa menerima semua pesan komunikasi
politik yang disampaiakan oleh negara atau pemerintah.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Contoh : Penerapan Sistem Komunikasi Politik dalam negara Sosialis
Komunis

Ad. 2. Konsep Komunikasi Politik dalam Sistem Politik Liberitarianism,


adalah Komunikasi politik dimana lembaga Infrastruktur Politik memiliki
kewenangan yang besar untuk mengatur bahkan menguasai system
komunikasi politik yang menghubungkan antara suprastruktur dengan
Infrastruktur politik . Artinya Masyarakat (society) lebih besar memiliki
pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi politik dalam kehidupan
masyarakat dan negara. Negara hanya memiliki daya untuk memantau atau
mengendalikan system komunikasi agar tidak melanggar semua aturan atau
hokum yang berlaku dalam negara yang dapat berakibat kerugian pada
masyarakat umum.
Contoh : Penerapan system Komunikasi Politik dalam Negara Demokrasi

Ad. 3. Konsep Komunikasi Politik dalam Sistem Politik Social Responsibility


Theory adalah komunikasi politik dimana lembaga Suprastruktur Politik
mengatur bahkan menguasai sebagian besar system komunikasi politik yang
menghubungkan antara suprastruktur dengan Infrastruktur. Artinya Negara
lebih besar memiliki pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi
politik kepada masyarakat. Masyarakat tidak memiliki daya yang kuat untuk
mengendalikan system komunikasi politik atau bahkan hanya bisa menerima
sebagian besar pesan komunikasi politik yang disampaikan oleh negara atau
pemerintah.
Contoh : Penerapan system komunikasi politik dalam Negara Sosialis
Demokrat.

B. Unsur-Unsur Komunikasi Politik


Menurut Drs. Sumarno, AP, unsur komunikasi Politik meliputi dua unsur,
yaitu :
1. Unsur Komunikasi Politik dalam Lembaga Suprastruktur.
Dalam unsur ini terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada pada
lembaga legislative, Eksekutif dan Yudikatif. Pada Ketiga kelompok
tersebut terdiri dari ;a.Elit Politik, b. Elit Militer c. Teknokrat d.
Profesional Group
2. Unsur Komunikasi Politik dalam Lembaga Infrastruktur Politik
Dalam unsur ini terdiri dari beberapa kelompok yaitu :
a. Partai Politik
b. Interest Group
c. Media Komunikasi Politik
d. Kelompok Wartawan ( sbg Within-put)
e. Kelompok Mahasiswa (sbg Within-put)
f. Para Tokoh Politik

C. Fungsi Komunikasi Politik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Fungsi Komunikasi Politik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu :
a. Aspek Totalitas
b. Aspek Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur Politik

Ad. 1. Fungsi Komunikasi Politik dalam aspek Totalitas adalah


mewujudkan suatu kondisi negara yang stabil dengan terhindar
dari factor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan
nasional.artinya behwa negara berkewajiban menyampaikan
komunikasi politik kepada masyarakat secara terbuka
(transparan) serta menyeluruh (komprehensif) serta
menghilangkan hambatan (barier) komunikasi antara negara
dengan masyarakat sehingga tercipta hubungan yang hermonis
diantara keduanya.

Ad. 2. Fungsi Komunikasi Politik dalam aspek Hubungan


Suprastuktur dan Infrastruktur adalah sebagai jembatan
penghubung antara kedua suasana tersebut dalam totalitas
nasional yang bersifat independen dalam berlangsungnya suatu
system pada ruang lingkup negara. Artinya bahwa pemerintah
berkewajiban menyampaikan (artikulasi) semua kebijakan dan
keputusan politik kepada masyarakat dalam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aspek
dimaksud adalah aspek ideology, ekonomi, social budaya,
hukum dan hankam serta aspek lain yang berhubungan dengan
sikap dan perilaku politik Indonesia kepada pihak internasional
(luar negeri).

II. KOMUNIKATOR POLITIK

Menurut J.D. Halloran, Komunikator Massa berlaku juga bagi Komunikator


Politik. Komunikator Politik menurut James Rosenau, adalah “Pembuat Opini
Pemerintah” atas “hal ihwal nasional yang multimasalah”.
Menurutnya yang termasuk dalam klasifikasi tersebut adalah :
1. Pejabat Eksekutif ( Presiden, Kabinet, Ka. Penasihat )
2. Pejabat Legislatif ( Senator atau DPD, Pimpinan Utama DPR)
3. Pejabat Yudikatif ( Para Hakim MA, MK)

Menurut Leonard W Dob, Komunikator Politik dapat dibagi dalam 3 macam,


yaitu :
1. Politikus sebagai Komunikator Politik
Politikus adalah orang yg memiliki otoritas untuk berkomunikasi sebagai
wakil dari kelompok atau langganan; pesan-pesan nya mengajukan dan
melindungi tujuan kepentingan politik. Artinya Komunikator Politik mewakili
kepentingan kelompok. Namun demikian ada juga politikus yang bertindak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
sebagai Ideolog yang aktivitasnya membuat kebijakan yang luas,
mengusahakan reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner.

2. Komunikator Profesional dalam politik


Menurut James Carey, Komunikator Profesional adalah orang yang
menghubungkan golongan elit dalam organisasi atau komunitas manapun
dengan khalayak umum; secara horizontal ia menghubungkan dua komunitas
bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur social yang sama.
Menurutnya, sifat komunikator ini adalah “ bahwa pesan yang dihasilkan
tidak memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya
sendiri”.
Klasifikasi Komunikator Profesional adalah meliputi ; Jurnalis, Promotor

3. Aktivis atau Komunikator Paruh Waktu (part Time)


Adalah orang yang cukup banyak terlibat dalam kegiatan politik atau
komunikasi politik tetapi tidak menjadikan kegiatanya sebagai lapangan
pekerjaanya. Kategori komunikator ini adalah Jurubicara, Pemuka Pendapat,
Pengamat.

III.PESAN

Pesan Komunikasi Politik adalah pesan yang berkaitan dengan peran


negara dalam melindungi semua kepentingan masyarakat (warga negara).
Bentuk pesannya dapat berupa keputusan, kebijakan dan paraturan yang
menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam pembicaraan politik, komunikator lebih banyak menggunakan
instrumen komunuikasi yang meliputi :
1. Lambang
Pembicaraan Politik adalah kegiatan simbiotik. Kegiatan ini dapat
berupa a. pembicaraan otoritas dilambangkan oleh konstitusi, hukum.
c. Pembicaraan Kekuasaan dilambangkan oleh Parade Militer
d. Pembicaraan Pengaruh dilambangkan oleh Mimbar Partai,
Slogan, Pidato, Editorial.
2. Bahasa
Bahasa dalam komunikasi politik merupakan suatu sarana yang sangat
penting yang memiliki fungsi sebagai “Cover” bagi isi pesan (content
Message) yang akan disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan sehingga pesan tersebut memiliki daya tarik (interest) serta
mudah diterima oleh komunikan (masyarakat).

3.Opini Publik (Pendapat Umum).


Pesan (Message) yang disampaikan oleh Komunikator Politik
dilakukan dengan memperhatikan secara seksama pendapat umum atau
pendapat yang berkembang dalam realitas kehidupan masyarakat yang ada
dan mengemuka melalui media massa cetak, audio, maupun audio visual serta

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
media komunikasi langsung yang berasal dari elemen infrastruktur politik
yang mengartikulasi kepentingan masyarakat luas, baik melalui media dialog,
diskusi, konsep pemikiran maupun orasi dilapangan (demonstrasi). Semuanya
ditujukan untuk memelihara harmonisasi komunikasi antara komunikator
politik dengan komunikan atau khalayak (masyarakat).

IV. MEDIA

Dalam menyampaikan komunikasi politik para komunikator politik


menggunakan saluran komunikasi politik dan saluran komunikasi persuasive
politik yang memliki kemampuan menjangkau seluruh lapisan masyarakat,
bangsa dan negara.
Tipe –tipe saluran komunikasi politik dimaksud adalah meliputi:
1. Komunikasi Massa
Adalah proses penyampaian pesan (message) oleh komunikator politik kepada
komunikan (khalayak) melalui media komunikasi massa, seperti, Surat
Kabar, Radio, Televisi).

2. Komunikasi Interpersonal
Adalah proses penyampaian pesan (message) oleh komunikator kepada
Komunikan (khalayak) secara langsung atau tatap muka (face to face).
Contohnya, Dialog, lobby, komprensi tingkat tinggi (KTT), dan lain-lain.

3. Komunikasi Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan (message) oleh komunikator politik kepada
komunikan (khalayak) atau Komunikasi Vertikal (dari atas ke bawah) dan
horizontal (dari kiri ke kanan) sejajar. Contohnya, komunikasi antar sesama
atasan, dan komunikasi sesama bawahan (staf).

Adapun tipe saluran komunikasi persuasive politik adalah meliputi :


1. Kampanye Massa
Adalah proses penyampaian pesan persuasive (pengaruh) yang berupa
program asas, platform partai politik yang dilakukan oleh komunikator politik
kepada calon pemilih (calon Konstituen) melalui media massa cetak, radio,
maupun televisi, agar memilih partai politik yang dikampanyekannya.
Contohnya, kesejahtraan seluruh petani, akan terwujud apabila memilih partai
politik yang saya pimpin menang pemilu.

2. Kampanye Interpersonal
Adalah proses penyampaian pesan persuasive (pengaruh) yang berupa
program, asas, platform (garis perjuangan), pembagian kekuasaan partai
politik yang dilakukan oleh komunikator politik kepada tokoh masyarakat
yang memiliki pengaruh yang luas terhadap calon pemilih (calon Konstituen)
agar menyerukan untuk memilih partai politik yang dikampanyekannya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Contohnya, Dialog dan lobby Ketua Tim Sukses Capres-cawapres SBY-JK
kepada Ketua Umum Partai politik Bintang Reformasi dan Tim lain kepada
partai politik yang lain.

3. Kampanye Organisasi
Adalah proses penyampaian pesan persuasive (pengaruh) yang berupa
program, asas, platform (garis perjuangan), pembagian kekuasaan partai
politik yang dilakukan oleh komunikator politik kepada kader, fungsionaris,
dan anggota dalam satu organisasi partai politik dan antar sesama anggota
agar memilih partai politik yang dikampanyekannya. Contohnya, Ketua Partai
Politik memberi pesan persuasive kepada anggotanya (Vertikal) dan atau antar
sesama anggotanya (Horzontal).

V. KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK


Komunikan atau khalayak dalam komunikasi politik adalah semua khalayak
yang tergolong dalam infrastruktur maupun suprastruktur politik. Atau
dengan kata lain adalah semua komunikan yang secara hukum terikat oleh
konstitusi, hukum dan ruang lingkup komunikator suatu negara.

VI. EFEK (UMPAN BALIK)


Menurut Ball Rokeah dan De Fleur, akibat (efek) Potensial komunikasi dapat
dikategorikan dalam tiga macam, yaitu ;
1. Akibat (efek) Kognitif
Yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan terhadap pesan
yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan komunikasi politik, efek yang
timbul adalah menciptakan dan memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang,
menyajikan bahan mentah bagi interpretasi personal, memperluas realitas
social dan politik, menyusun agenda, media juga bermain di atas system
kepercayaan orang.
2. Akibat (Efek) Afektif
Yaitu efek yang berkaitan dengan pemahaman komunikan terhadap pesan
yang disampaikan.
Dalam hal ini ada 3 efek komunikasi politik yang timbul, yaitu :
a. Seseorang dapat menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik
melalui komunikasi politik.
b. Komunikan bisa memperkuat nilai komunikasi politik
c. Komunikasi politik bisa memperkecil nilai yang dianut.

3. Akibat Konatif (perubahan Perilaku).


Yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan perilaku dalam melaksanakan
pesan komunikasi politik yang diterimanya dari komunikator politik.
Perwujudan efek komunikasi politik yang timbul adalah dapat berupa
“partisipasi politik “ nyata untuk memberikan suara dalam pemilihan umum
DPR, DPD, DPRD dan Preisden serta Wakil Presiden dan atau bersedia

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
melaksanakan kebijakan serta keputusan politik yang dikomunikasikan oleh
Komunikator Politik.

KASUS KOMUNIKASI POLITIK

"I Don’t Care"

Effendi Gazali

Saya terpana cukup lama menyimak ungkapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono: "But
everybody should know this: I don’t care about my popularity"" (The Jakarta Post, 4/2/2005).
Ingatan saya kembali ke lima tahun lalu ketika saya menganalisis ungkapan yang lebih kurang
sama oleh presiden yang berbeda: "Gitu Saja Kok Repot!" (Kompas, 13/3/2000).

Tersedia paling sedikit tiga interkoneksi atau interkonteks komunikasi di seputar pernyataan
semacam itu. Pertama, SBY capek campur kesal melihat pembahasan persepsi publik tentang
popularitasnya lebih riuh-rendah dibandingkan substansi kerja yang (menurut SBY) sudah
dilakukannya. Sayangnya, dalam hal ini logika kita jadi terbentur-bentur. Duet SBY-JK, atau
siapa pun yang memenangkan pemilu presiden langsung September lalu, dalam konteks
transisi demokrasi Indonesia adalah pemenang kontes citra atau popularitas; belum kompetisi
pemaparan program (prospective policies) sebagaimana yang sejatinya dituntut komunikasi
politik.

Berbagai penampilan SBY melantunkan lagu Zamrud Pelangi di Matamu adalah salah satu
kenangan riil kita akan nuansa tersebut. Lalu kenapa sekarang konsep "popularitas" jadi
dicuekin?

Bisa saja SBY mengatakan ia tak pernah janji soal 100 hari, atau lebih spesifik tidak pernah
menjanjikan kalau dalam 100 hari program pemerintahannya dapat membereskan sebagian
masalah kenegaraan. Tapi dalam komunikasi berlaku asumsi, jika Anda (dari awal) tidak
bereaksi ke arah berlawanan saat isu semacam "gebrakan 100 hari" diudarakan dan dijadikan
wacana penting di mana-mana, maka Anda dianggap "ikut dalam irama gendang itu", lepas
dari siapa yang menabuhnya. Apalagi kini komunikasi politik memang semakin mendapat
tantangan dari pemasaran politik yang amat menekankan kontinuitas citra dan popularitas
sekalipun seseorang sudah duduk di kursi kepresidenan, parlemen, senat, dan sebagainya.

Sebetulnya ada cara lain menjelaskan soal 100 hari ini. SBY cukup memakai fakta dan
mengatakan: "Sebagaimana kita semua ketahui, di banyak negara, bahkan di Amerika Serikat
sekalipun, lazim sekali popularitas seorang presiden turun pada 100 hari pertamanya. Jangan
lupa, tentu kita maklum bahwa di Indonesia tantangan kita jauh lebih berat, apalagi kita punya
beban khusus peninggalan persoalan masa sebelumnya…(dan seterusnya)!" Tentu
pernyataan seperti ini jauh lebih cantik dan strategik daripada I don’t care.

Interkoneksi atau interkonteks komunikasi kedua adalah SBY yang mulai tak peduli pada pers.
Ibaratnya, anjing menggonggong kafilah (tetap) berlalu! Apalagi sekarang sering dibuat
dikotomi bahwa apa yang ada di media bukanlah suara rakyat seluruhnya, namun cuma suara
sekelompok elite. Sikap ini juga membentur-benturkan logika kita. Orang mungkin saja tidak
suka pada kenyataan bahwa bagaimanapun public sphere kita coba dorong, tetap saja
manajemen isu lebih merefleksikan persepsi sekelompok elite dalam masyarakat.

Di atas semua itu (yang amat hakiki), ketidaksetujuan terhadap jajak pendapat ilmiah
manapun mestilah diarahkan pada aspek metodologisnya (jika ada masalah) atau
menekankan berkali-kali cara membaca hasil jajak pendapat itu pada konteks validitas yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
bagaimana.

Saya pribadi tidak buru-buru percaya bahwa SBY mulai mengindikasikan sikap "pers
menggonggong, pemerintah berlalu". Kontribusi persoalan ini pada kejatuhan Gus Dur dalam
waktu relatif singkat tentu merupakan pelajaran berharga yang belum jauh dari ingatan kita.
Apalagi SBY sendiri, pada kesempatan lain menyatakan bahwa dirinya dan para menteri,
gubernur, serta pimpinan daerah perlu menyambut kritik pers dengan jiwa besar dan terbuka.

Mengontrol lagi?
Kalau begitu, interkoneksi atau interkonteks komunikasi ketiga yang mungkin lebih menonjol,
yakni terdapatnya lingkungan di sekitar SBY, yang sengaja atau tidak, mendorongnya berjalan
ke arah berlawanan. Salah satu yang paling kentara adalah terbentuknya Departemen
Komunikasi dan Informatika melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 ditetapkan 31
Januari. Menurut hemat saya, sangat sulit bagi siapa pun untuk membuat dalih bahwa
departemen ini tak membawa semangat Departemen Penerangan.

Perhatikan kata-kata "telematika" dan "diseminasi informasi" sebagai kunci yang vital. Istilah
ini relatif mirip gaya Orde Baru melalui apa yang disebut Dedy N Hidayat (dalam International
Journal for Communication Studies, 2002) sebagai "mekanisme kontrol yang efektif dan
menyeluruh"; bukankah "telematika" dimaksudkan meliputi telekomunikasi, media, dan
informatika? Pendek kata, alatnya dikuasai, medianya di sana-sini diatur pemerintah (lihat
kontroversi antara kewenangan independent regulatory body seperti Komisi Penyiaran
Indonesia dan kewenangan pemerintah yang masih berlanjut) serta ada pula didesiminasi
content oleh pemerintah. Jadi dengan begini, akan mudah didengung-dengungkan bahwa
rakyat puas terhadap pemerintah seperti dahulu.

Konsep "telematika" semacam itu terkesan memanipulasi istilah telematics yang kalaupun
memberikan peran pada pemerintah lebih pada membuat pasar advanced telematics
equipment and services menjadi tidak monopolistik, transparan, dan memberi pelayanan
tersebar luas serta termurah pada rakyat (lihat antara lain bahasan Schiller sejak 1982).
Bahwa lahan itu akan tumbuh subur dengan persaingan ketat antar-investor sudah hal lumrah
dan tak perlu dibesar-besarkan.

Di lain pihak, bagi ilmuwan dan praktisi komunikasi, strategi serta isi pesan jauh lebih penting,
sedangkan alat dan teknologi cuma membantu mewujudkannya. Karena itu kita perlu khawatir
bahwa kegetolan dan aspek bisnis teknologi komunikasi bisa membuat strategi komunikasi
publik jadi terbengkalai. Selain pernyataan I don’t care SBY tadi, keberangkatan tim Indonesia
berunding dengan wakil-wakil Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang umumnya bukan lagi
pemegang paspor Indonesia, di luar negeri, dengan hasil pahit pula, adalah cerminan
kedodoran tersebut. Padahal inilah saat yang paling tepat untuk menjawab aksi diplomasi
GAM dengan gaya komunikasi no need to communicate with!

Untunglah, kabarnya SBY sedang menggagas sebuah institusi bernama Badan Informasi
Publik. Nama ini lumayan benar paradigmanya karena ialah yang paling pas mencerminkan
konsep "komunikasi publik" atau fungsi pemerintah sebagai fasilitator dalam masyarakat sipil.
Mestinya badan ini nanti tidak berada di bawah kementerian manapun. Ia harus menjadi
"ruang publik" di mana masyarakat melalui aneka kelompok arisan, wadah komunikasi
tradisional, radio komunitas, dan lain-lain terlayani untuk menjadi senceiver (sender sekaligus
receiver, atau pengelola informasinya sendiri); kira-kira seperti fasilitasi United States
Information Services (USIS). Rekam jejak Kementerian Negara Kominfo yang dinilai tidak
memihak lembaga penyiaran komunitas semakin membuat Badan Informasi Publik perlu
bebas dari paradigma lama, "bekerja untuk masyarakat".

Ke depan, sebagai gantinya, SBY amat perlu memerhatikan konsep "bekerja dengan
masyarakat". Artinya, sambil ia tetap bekerja keras, publik pun perlu diyakinkan agar memiliki
persepsi bahwa SBY memang telah bekerja untuk hal-hal yang dirasakan berpihak pada
publik serta sejalan dengan ekspektasi publik. Hanya strategi ini yang pas untuk mengubah
luapan rasa kesal I don’t care menjadi pesan peyakinan yang cantik: I do care. (Kompas,
Senin, 07 Februari 2005 ).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
KOMUNIKASI POLITIK :
Hakikat, Komunikator, Pesan, Media, Khalayak dan Efek.
Dosen : Drs. A. Rahman, HI, MM

A. HAKIKAT DAN POKOK-POKOK KOMUNIKASI POLITIK

Dalam memahami dan mendalami Komunikasi Politik, perlu lebih dahulu


mengetahui dan mempelajari hakikat komunikasi yang meliputi Pengertian ,
uraian, unsur dan fungsi dari komunikasi politik. Pembahasan mengenai
hakikat komunikasi yang meliputi hal diatas adalah sebagai berikut :
3. Pengertian dan definisi Komunikasi
Secara Etimologis, perkataan Komunikasi berasal dari bahasa
Latin”communicare” yang berarti berpartisipasi atau

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
memberitahukan. Perkataan “communis”berarti “milik bersama”
atau “berlaku dimana-mana”.
Secara definitive, menurut Carl I Hoveland, “Communication is the
process by which an individual transmit stimuly (usually verbal
symbols) to modify the behavior of another individuals” (
Komunikasi adalah suatu proses menstimulasi dari seseorang individu
terhadap individu lain dengan menggunakan lambing-lambang yang
berarti, berupa lambing katauntuk mengubah tingkah laku).
Sedangkan Warren Weaver, Communication is all of the procedure
by which one mind can effect another ( Komunikasi adalah semua
prosedur dengan mana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi yang
lainnya).

4. Pengertian dan definisi Politik.


Secara etimologis, Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Polis dan
Taia. Polis berarti “ Negara (kota) dan Taia berarti “ Urusan”. Jadi
Politik adalah “Urusan Negara”. Kata “Polis” berkembang menjadi
“Politikos” yang artinya “Kewarganegaraan”. Dalam perkenmbangan
selanjutnya berubah pula menjadi “ Politera” yang berarti “hak-hak
kewarganegaraan”.
Secara definitive, menurut Ossip K. Flechtheim, Ilmu Politik adalah
ilmu social yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara
sejauh negara merupakan organisasi kekuasaan, beserta sifat dan
tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang tak resmi, yang dapat
mempengaruhi negara”.

Berdasarkan kedua pengertian dan definisi di atas, maka rumusan


pengertian Komunikasi Politik adalah “komunikasi yang diarahkan
kepada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah
yang dibahas oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua
warganya melalui suatu sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga-
lembaga politik” ( Astrid S. Susanto).

Kegunaan Komunikasi Politik menurut Rusadi Kantaprawira adalah


“untuk menghubungkan pikiran politik yang hidup dalam masyarakat,
baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, atau sector kehidupan
politik masyarakat dengan sector kehidupan politik pemerintah”.

Dalam kegiatannya Komunikasi Politik tidak hanya dalam


ruanglingkup Internal (nasional) melainkan juga eksternal
(Internasional). Menurut Philips dan Alexander, Komunikasi Politik
Internasional adalah Komunikasi yang dilakuakan oleh suatu negara
nasional (nasional states) untuk mempengaruhi tingkahlaku politik
bangsa lain.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
D. Konsep Pembahasan Komunikasi Politik.
Menurut Ilmuwan Komunikasi, Pembagian teori Komunikasi dalam beberapa
konsep disesuaikan dengan Sistem Politik yang berlaku pada negara yang
bersangkutan. W. L. Rivers, W. Schramm dan C. G. Cristians dalam bukunya
“Responsibility in Mass Communications” membagi dalam tiga konsep,
yaitu :
1. Authoritharianism
2. Liberitarianism
3. Social Responsibility Theory.
Ad.1. Konsep Komunikasi dalam Sistem Politik Authoritarianism, adalah
komunikasi politik dimana lembaga Suprastruktur Politik mengatur bahkan
menguasai system komunikasi politik yang menghubungkan antara
suprastruktur dengan Infrastruktur. Artinya Negara lebih besar memiliki
pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi politik kepada masyarakat.
Masyarakat tidak memeiliki daya yang kuat untuk mengendalikan system
komunikasi atau bahkan hanya bisa menerima semua pesan komunikasi
politik yang disampaiakan oleh negara atau pemerintah.
Contoh : Penerapan Sistem Komunikasi Politik dalam negara Sosialis
Komunis

Ad. 2. Konsep Komunikasi Politik dalam Sistem Politik Liberitarianism,


adalah Komunikasi politik dimana lembaga Infrastruktur Politik memiliki
kewenangan yang besar untuk mengatur bahkan menguasai menguasai system
komunikasi politik yang menghubungkan antara suprastruktur dengan
Infrastruktur politik . Artinya Masyarakat (society) lebih besar memiliki
pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi politik dalam kehidupan
masyarakat dan negara. Negara hanya memiliki daya untuk memantau atau
mengendalikan system komunikasi agar tidak melanggar semua aturan atau
hokum yang berlaku dalam negara yang dapat berakibat kerugian pada
masyarakat umum.
Contoh : Penerapan system Komunikasi Politik dalam Negara Demokrasi

Ad. 3. Konsep Komunikasi Politik dalam Sistem Politik Social Responsibility


Theory adalah komunikasi politik dimana lembaga Suprastruktur Politik
mengatur bahkan menguasai sebagian besar system komunikasi politik yang
menghubungkan antara suprastruktur dengan Infrastruktur. Artinya Negara
lebih besar memiliki pengaruh dalam mengendalikan media komunikasi
politik kepada masyarakat. Masyarakat tidak memiliki daya yang kuat untuk
mengendalikan system komunikasi politik atau bahkan hanya bisa menerima
sebagian besar pesan komunikasi politik yang disampaikan oleh negara atau
pemerintah.
Contoh : Penerapan system komunikasi politik dalam Negara Sosialis
Demokrat.

E. Unsur-Unsur Komunikasi Politik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Menurut Drs. Sumarno, AP, unsur komunikasi Politik meliputi dua unsur,
yaitu :
1. Unsur Komunikasi Politik dalam Lembaga Suprastruktur.
Dalam unsure ini terdiri dari tiga kelompok yaitu yang berada pada
lembaga legislative, Eksekutif dan Legislatif. Pada Ketiga kelompok
tersebut terdiri dari ;a.Elit Politik, b. Elit Militer c. Teknokrat d.
Profesional Group
2. Unsur Komunikasi Politik dalam Lembaga Infrastruktur
Dalam unsure ini terdiri dari beberapa kelompok yaitu :
a. Partai Politik
b. Interest Group
c. Presure Group
d. Media Komunikasi Politik
e. Kelompok Wartawan ( sbg Within-put)
f. Kelompok Mahasiswa (sbg Within-put)
g. Para Tokoh Politik

F. Fungsi Komunikasi Politik


Fungsi Komunikasi Politik dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu :
a. Aspek Totalitas
b. Aspek Hubungan Suprastruktur dan Infrastruktur

Ad. 1. Fungsi Komunikasi Politik dalam aspek Totalitas adalah


mewujudkan suatu kondisi negara yang stabil dengan terhindar
dari factor-faktor negatif yang mengganggu keutuhan nasional.

Ad. 2. Fungsi Komunikasi Politik dalam aspek Hubungan


Suprastuktur dan Infrastruktur adalah sebagai jembatan
penghubung antara kedua suasana tersebut dalam totalitas
nasional yang bersifat independen dalam berlangsungnya suatu
system pada ruang lingkup negara.

II. KOMUNIKATOR POLITIK

Menurut J.D. Halloran, Komunikator Massa berlaku juga bagi Komunikator


Politik. Komunikator Politik menurut James Rosenau, adalah “pembuat Opini
Pemerintah” atas “hal ihwal nasional yang multimasalah”.
Menurutnya yang termasuk dalam klasifikasinya adalah :
4. Pejabat Eksekutif ( Presiden, Kabinet, Ka. Penasihat )
5. Pejabat Legislatif ( Senator, Pimpinan Utama DPR)
6. Pejabat Yudikatif ( Para Hakim MA, MK)

Menurut Leonard W Dob, Komunikator Politik dapat dibagi dalam 3 macam,


yaitu :
4. Politikus sebagai Komunikator Politik

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Politikus adalah orang yg memiliki otoritas untuk berkomunikasi sebagai
wakil dari kelompok atau langganan; pesan-pesan nya mengajukan dan
melindungi tujuan kepentingan politik. Artinya Komunikator Politik mewakili
kepentingan kelompok. Namun demikian ada juga politikus yang bertindak
sebagai Ideolog yang aktivitasnya membuat kebijakan yang luas,
mengusahakan reformasi dan bahkan mendukung perubahan revolusioner.

5. Komunikator Profesional dalam politik


Menurut James Carey, Komunikator Profesional adalah orang yang
menghubungkan golongan elit dalam organisasi atau komunitas manapun
dengan khalayak umum; secara horizontal ia menghubungkan dua komunitas
bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur social yang sama.
Menurutnya, sifat komunikator ini adalah “ bahwa pesan yang dihasilkan
tidak memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya
sendiri”.
Klasifikasi Komunikator Profesional adalah meliputi ; Jurnalis, Promotor

6. Aktivis atau Komunikator Paruh Waktu (part Time)


Adalah orang yang cukup banyak terlibat dalam kegiatan politik atau
komunikasi tetapi tidak menjadikan kegiatanya sebagai lapangan kerjanya.
Kategori komunikator ini adalah Jurubicara, Pemuka Pendapat.

III.PESAN

Pesan Komunikasi Politik adalah pesan yang berkaitan dengan peran


negara dalam melindungi semua kepentingan masyarakat (warga negara).
Bentuk pesannya dapat berupa keputusan, kebijakan dan paraturan yang
menyangkut kepentingan dari keseluruhan masyarakat (warga negara),
bangsa dan negara. Dalam penyampaianya/pembicaraan politik,
komunikator lebih banyak menggunakan instrumen komunuikasi yang
meliputi :
1. Lambang
Pembicaraan Politik adalah kegiatan simbiotik. Kegiatan ini dapat
berupa a. pembicaraan otoritas dilambangkan oleh konstitusi, hokum.
c. Pembicaraan Kekuasaan dilambangkan oleh Parade Militer
d. Pembicaraan Pengaruh dilambangkan oleh Mimbar Partai,
Slogan, Pidato, Editorial
2. Bahasa
3.Opini Publik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
IV. MEDIA

Dalam menyampaikan komunikasi politik para komunikator politik


menggunakan saluran komunikasi politik dan saluran komunikasi persuasive
politik yang memliki kemampuan menjangkau seluruh lapisan masyarakat,
bangsa dan negara. Tipe –tipe saluran komunikasi politik dimaksud adalah
meliputi:
4. Komunikasi Massa
5. Komunikasi Interpersonal
6. Komunikasi Organisasi

Adapun tipe saluran komunikasi persuasive politik adalah meliputi :


4. Kampanye Massa
5. Kampanye Interpersonal
6. Kampanye Organisasi

V. KHALAYAK KOMUNIKASI POLITIK


Komunikan atau khalayak dalam komunikasi politik adalah semua khalayak
yang tergolong dalam infrastruktur politik. Atau dengan kata lain adalah
semua komunikan yang secara hokum terikat oleh konstitusi, hokum dan
ruang lingkup komunikator suatu negara.

VI. EFEK (UMPAN BALIK)


Menurut Ball Rokeah dan De Fleur, akibat (efek) Potensial komunikasi dapat
dikategorikan dalam tiga macam, yaitu ;
3. Akibat (efek) Kognitif
Yaitu efek yang berkaitan dengan pengetahuan komunikan terhadap pesan
yang disampaikan. Dalam kaitannya dengan komunikasi politik, efek yang
timbul adalah menciptakan dan memecahkan ambiguitas dalam pikiran orang,
menyajikan bahan mentah bagi interpretasi personal, memperluas realitas
soisla dan politik, menyusun agenda, media juga bermain di atas system
kepercayaan orang.
4. Akibat (Efek) Afektif
Yaitu efek yang berkaitan dengan pemahaman komunikan terhadap pesan
yang disampaikan.
Dalam hal ini ada 4 efek komunikasi politik yang timbul, yaitu :
a. Seseorang dapat menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik
melalui komunikasi politik.
b. Komunikan bisa memperkuat nilai komunikasi politik
c. Komunikasi politik bisa memperkecil nilai yang dianut.
3. Akibat Konatif (perubahan Perilaku).
Yaitu efek yang berkaitan dengan perubahan perilaku dalam melaksanakan
pesan komunikasi politik yang diterimanya dari komunikator politik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA
Perwujudan efek komunikasi politik yang timbul adalah dapat berupa
“partisipasi politik “ nyata untuk memberikan suara dalam pemilihan umum
DPR, DPRD dan Preisden dan Wakil Presiden dan atau bersedia
melaksanakan kebijakan serta keputusan politik yang dikomunikasikan oleh
Komunikator Politik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Drs. A. Rachman MM


SISTEM POLITIK
INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai