Anda di halaman 1dari 3

Pengamatan Pementasan Drama

Nama : M.Fahri H.S.


Kelas : IX-A
No.Urut : 15

1. Identitas drama
a. Judul : Ciung Wanara
b. Pengarang Naskah : Anton Yustian
c. Sutradara : Anton Yustian
d. Waktu : 12.30
e. Tempat Pementasan : Rumentang Siang

2. Unsur Intrinsik
a. Tema : Kerajaan
b. Latar : - Tempat = Hutan, Kerajaan, Rumah Kakek
- Suasana = Haru, tegang dan bahagia
c. Amanat : Segala kejahatan yang disembunyikan, suatu saat nanti pasti akan
terbukti
d. Alur : Maju
e. Penokohan : - Ciung Wanara : Pemberani
- Raja : Bijaksana
- Ratu 1 : Jahat dan Licik
- Ratu 2 : Baik hati, sabar dan tegar
- Hariang Banga: Manja
- Kakek : Baik hati dan penyayang
- Nenek : Baik hati dan penyayang
- Pengawal : Baik hati dan Penolong
f. Penghayatan : Para pemain drama sudah dapat menghayati perannya masing-
masing dengan sangat baik.
g. Ekspresi : Ekpresi dari setiap pemeran sudah sesuai dengan keadaan drama
tersebut.
h. Intonasi : Intonasi dari pemeran sudah sesuai dengan karakternya masing-
masing meskipun beberapa kali memperlihatkan logat daerah.
i. Volume Suara : Volume suara sudah baik namun beberapa kali tertutup suara latar dan
terputus-putus.

3. Unsur Ekstrinsik

Tata panggung drama ini kurang tertapa rapi karena dalam satu panggung terdapat
berbagai tempat sehingga membingungkan penonton. Sedangkan kostum drama ini sangat
cocok dengan tema legenda jaman dahulu dan juga tempat terjadinya drama. Untuk
pencahayaan kurang tepat, seperti pada saat adegan berada di hutan, seharusnya pencahayaan
tidak terang melainkan gelap. Tata suara di drama ini sudah baik, namun terkadang ada suara
yang tidak terdengar jelas dan untuk tat arias sudah baik karena sesuai dengan perannya
masing-masing.

4. Sinopsis
Suatu saat terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja yang memiliki 2 ratu. Suatu
ketika, ratu pertama melahirkan seorang anak dan pada saat yang hampir bersamaan ratu kedua
pun melahirkan seorang anak juga. Tetapi, karena takut tahta kerajaan direbut anak dari ratu
kedua, ratu kesatu memiliki niat jahat untuk menukar anak ratu kedua dengan seekor anjing dan
membuang anaknya ke sungai. Sang Raja pun murka melihat bahwa istri keduanya melahirkan
anak seekor anjing. Ia pun memerintahkan pengawal untuk membunuh ratu kedua namun
karena tidak tega, pengawal hanya membuangnya ke sebuah hutan.
Di lain tempat, anak dari ratu kedua ditemukan oleh sepasang kakek dan nenek. Anak
tersebut ditemukan dalam sebuah peti bersamaan dengan sebuah telur ayam. Kakek dan Nenek
pun senang dan merawat anak itu hingga tumbuh dewasa. Pada saat dewasa, anak yang belum
memiliki nama ini memilih nama sendiri. Ia memilih nama ciung wanara karena pada saat itu iya
melihat ciung atau burung yang terbang bebas dan juga wanara atau monyet yang sangat lincah.
Meskipun telah dirawat oleh kakek nenek sejak kecil, namun ciung wanara berfirasat bahwa ia
bukan anak kandung kakek dan nenek. Sehingga, ia pun pergi mencari orang tua kandungnya
bersama dengan ayam yang ditemukan bersamanya.
Sesampainya di kerajaan, Ciung Wanara pun melihat ada pertandingan ayam. Ia pun
mengikuti pertandingan itu dan melawan Raja. Dalam pertandingan itu, terdapat 2 persyaratan
yaitu, apabila Ciung Wanara kalah maka ia akan mengorbankan nyawanya, tetapi apabila ia
menang maka ia akan mendapat setengah kerajaan dan juga akan diakui sebagai anak raja.
Akhirnya pertandingan pun dimulai dan tanpa diduga ayam Ciung Wanara pun berhasil
mengalahkan ayam Raja, tetapi anak dari Ratu kesatu yang bernama Hariang Banga tidak bisa
menerima hasil dari pertandingan itu. Namun, pengawal akhirnya mengakui bahwa Ciung adalah
anak yang hilang dan Ratu kedua saat itu tidak dibunuh dan masih berada di hutan. Raja pun
sadar bahwa ia telah dibohongi oleh Ratu kesatu, dia pun menangkap Ratu kesatu dan
memerintahkan pengawal membawa kembali Ratu kedua. Akhirnya kerajaan tersebut dibagi
menjadi dua, bagian pertama diperintah oleh Ciung Wanara dan bagian kedua diperintah oleh
Hariang Banga.

5. Tanggapan
a. Saran
Drama ini sudah baik, namun karena drama ini menceritakan kehidupan pada
kerajaan jaman dahulu, sebaiknya suasana dan keadaan pun lebih disesuaikan dengan
keadaan jaman dahulu.

b. Kritik
Tata panggung yang menampilkan berbagai tempat kurang baik dan
membingungkan para penonton mengenai sedang berada dimanakah adegan
berlangsung. Sedangkan Tata suara yang kurang jelas dan terkadang terputus putus
membuat pertunjukan kurang bisa dimengerti dengan baik

Anda mungkin juga menyukai