Laporan Proposal
Oleh
UNIVERSITAS INDONESIA
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kelompok panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan proposal proyek
inovasi ini yang berjudul “Keracunan makanan pada bayi 0-6 bulan”
Penyusunan proposal ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata ajar manajemen dan pencegahan cedera pada Fakultas Ilmu
Keperawatan program ekstensi Universitas Indonesia.
Proposal ini tersusun atas dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu pada kesempatan ini kami kelompok mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Elfi Syahreni, selaku koordinator mata ajar manajemen dan pencegahan cedera.
2. Ibu Etty Rekawati, Ibu Imami Nurrachmawati, Bapak Masfuri, Ibu Allenidekania
selaku tim pengajar manajemen dan pencegahan cedera.
3. Rekan-rekan mahasiswa/i ekstensi sore 2009 yang telah membantu dan memberikan
support dalam penyusunan proposal ini.
Dengan keterbatasan yang ada, besar harapan rencana proyek inovasi ini dapat
memberikan sumbangan yang bermanfaat khususnya bagi pengembangan profesi
keperawatan.
A. Latar Belakang
Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis. Formula bayi adalah pengganti ASI bagi bayi., yang pertama diproduksi secara
komersial pada tahun 1867 oleh Justus von Liebig. Perlunya menyediakan makanan yang
aman bagi semua bayi, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) bersama Badan
Kesehatan Dunia (WHO) menyelenggarakan pertemuan membicarakan Enterobacter
sakazakii dan mikroorganisme dalam formula bayi bubuk (WHO, Jenewa, 2-5 Pebruari
2OO4). Dalam rangka revisi Rekomendasi Kode lnternational tentang Praktik Higienis
Makanan Bayi dan Anak. Sementara peneliti IPB mengenai adanya Enterobacter
sakazakii (E. sakazakii) dalam susu formula anak-anak dan bubur bayi, cukup
menghebohkan masyarakat, hasil penelitian terhadap 74 sampel susu formula 13,5
persen mengandung bakteri berbahaya tersebut. Manusia dapat mengalami gejala
keracunan karena susu tersebut telah terkontaminasi oleh bakteri. Susu dapat menjadi
media pertumbuhan yang baik bagi bakteri, karena di dalamnya terdapat komponen
biokimia yang juga diperlukan oleh bakteri untuk tumbuh dan berkembang. Selain E.
sakazakii, bakteri lain yang sering mengkontaminasi susu formula adalah Clostridium
botulinu, Citrobacter freundii, Leuconostoc mesenteroides Escherichia coli Salmonella
agona, Salmonella anatum, Salmonella bredeney, Salmonella ealing, Salmonella
Virchow, Serratia marcescens, Salmonella isangi dan salmonella lainnya.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para ibu hamil dan ibu- ibu menyusui
dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penyuluhan ini adalah
peningkatan pengetahuan dan pemahaman para peserta penyuluhan meliputi :
C. Peserta penyuluhan
Penyuluhan ini diikuti oleh para ibu hamil, ibu- ibu yang akan menyusui bayinya
dan tenaga kesehatan atau bidan di Puskesmas Tebet Jakarta Selatan.
Waktu penyuluhan akan dilaksanakan pada minggu pertama bulan Mei 2011 di
Puskesmas Tebet, Jalan. Prof.Dr.Soepomo No.54 Jakarta Selatan.
E. Materi penyuluhan
F. Rencana biaya
Jumlah Rp 300.000,00
BAB II
LANDASAN TEORI
Curigai keracunan pada anak sehat yang mendadak sakit dan tidak dapat
dijelaskan penyebabnya. Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh
karena mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang
terkontaminasi. Kontaminasi bisa oleh bakteri, virus, parasit, jamur, toksin.
Terjadinya kontaminasi bakteri dimulai ketika susu diperah dari puting sapi.
Lubang puting susu memiliki diameter kecil yang memungkinkan bakteri tumbuh di
sekitarnya. Bakteri ini terbawa dengan susu ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi
teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesin
pemerah susu (milking machine), sehingga susu yang keluar dari puting tidak mengalami
kontak dengan udara. Sampai saat ini belum ditemukan bayi menyusu eksklusif yang
terinfeksi Enterobacter sakazakii.
Manusia yang berada dalam proses pemerahan dan pengolahan susu dapat
menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya
harus steril ketika memerah dan mengolah susu. Bahkan, hembusan napas manusia ketika
proses pemerahan dan pengolahan susu dapat menjadi sumber timbulnya bakteri. Sapi
perah dan peternak yang berada dalam sebuah peternakan harus dalam kondisi sehat dan
bersih agar tidak mencemari susu. Proses produksi susu di tingkat peternakan
memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-
negara maju.
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain “ASI Eksklusif dianjurkan sampai bayi berumur 6 bulan pertama kehidupan bayi”
(Depkes RI, 2002).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI, tanpa diberi tambahan cairan lain,
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, bahkan air putih sekalipun, selain tambahan
cairan, bayi juga tidak diberi makanan padat lain, seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, tim dan lain-lain (Roesli,U 2005).
Keuntungan menyusui ASI Eksklusif untuk bayi, ASI merupakan sumber gizi
yang tepat untuk kebutuhan bayi, mengandung semua nutrient untuk tumbuh kembang
optimum, mempunyai faktor kekebalan, perlindungan bayi terhadap alergi, selalu
tersedia, jumlah selalu cukup (demand and supply), meningkatkan kasih sayang dan
kedekatan antara ibu dan anak, memproteksi terjadinya kolik, meningkatkan kesehatan
ibu dengan meningkatkan antibodi ibu yang beredar, menyusui membuat ibu merasa
bahagia, bangga dan percaya diri karena dapat memberikan hal yang terbaik bagi
bayinya, mengurangi perdarahan setelah persalinan, mempercepat rahim/kandungan
menjadi kecil kembali, menyusui eksklusif menunda masa subur shg dapat digunakan
sebagai KB sementara, mengurangi terjadinya anemia, mempercepat pengembalian tubuh
karena produksi ASI membakar lemak yg terbentuk selama hamil.
ASI terdiri dari vitamin, minerals, trace elements, protein, lemak dan karbohidrat,
oligosaccharida yang dijumpai dalam ASI tetapi tak ada pada susu formula. ASI
mengandung 4.000 sel hidup per milliliter, sebagian besar merupakan lekosit, sebagai
imunisasi pasif melalui antibodi yang dibentuk ibunya, selama bayi mendapat ASl.,
membantu pertumbuhan otak dan sistem saraf dari asam amino, lemak, gula sederhana,
garam dan mineral.
The American Academy of Pediatrics menyampaikan bahwa pemberian ASI
secara eksklusif adalah nutrisi yang ideal dan mencukupi untuk mendukung pertumbuhan
optimal selama 6 bulan pertama setelah kelahiran. Bayi-bayi yang disapih sebelum usia
12 bulan jangan diberi susu sapi namun diberi formula bayi yang difortifikasi dengan zat
besi. Formula terdiri dari tiga pilihan: bubuk, cairan konsentrat dan siap minum. Bubuk
paling rnurah, sedang formula yang langsung dapat diminum paling mahal.
1) Bayi yang mendapat formula buang air besar (BAB) dua kali sehari dengan bentuk
mirip pasta berwarna kuning dan kental. Bayi itu mudah mengalami konstipasi.
2) Peningkatan penyakit gastrointestinal (muntah, diarrhea, kembung dan dehidrasi),
penyakit respirasi (pneumonia, asma), penyakit telinga (otitis media) dijumpai empat
kali lebih tinggi pada bayi yang mendapat formula, terjadinya karies gigi (nursing
bottle carries), resiko gangguan imunologi.
3) Kemungkinan lebih besar untuk mengalami kegemukan sewaktu masih kecil.
4) Peningkatan alergi mulai dari kemerahan pada kulit sampai asma.
5) Pencemaran/ resiko terkontaminasi, dalam tahap-tahap penyajian dapat tercemar oleh
kuman, di pabrik atau di rumah.
6) Tersedak, dalam pemberian susu memakai botol dot sangat mungkin terjadi, terutama
jika lubang yang ada pada dot sangat besar, sehingga air susu yang mengalir sangat
deras sedangkan bayi belum bisa menyesuaikannya.
7) Merepotkan, dengan ASI penyajiannya sangat praktis, kapan dan dimanapun bayi
menginginkan, ibu dengan mudah dapat memberikan dalam keadaan segar. Susu
formula penyajiannya cukup lama dan repot karena harus merebus air dulu,
menyeduh susu, membersihkan botol, dan seringkali susu sudah tidak segar lagi/basi
ketika disajikan.
8) Mahal, menambah biaya bulanan.
9) Penggunaan susu formula dapat menurunkan rasa keibuan dan mengurangi eratnya
hubungan ikatan batin antara ibu dan anak.
E. Tatalaksana memberikan ASI Eksklusif
1) Pemberian ASI pertama dimulai di ruang persalinan, karena merupakan :
saat terbaik bagi bayi untuk belajar menghisap pada usia 30 menit refleks isap
bayi sangat kuat. Isapan pertama merangsang produk oksitosin yang membantu
menghentikan perdarahan setelah persalinan. Bayi mendapatkan susu
jolong/kolostrum yang berharga. Menyusui segara setelah lahir membuat ibu
mencintai dan merawat bayinya.
2) Rawat gabung adalah suatu cara perawatan bayi baru lahir yang
ditempatkan dalam satu ruangan di samping ibunya atau tidur bersama ibunya.
Ibu dapat segera menyusui, menggendong dan membersihkan bayi.
3) Menyusui atas permintaan bayi (on demand), ibu memberikan ASI-nya
setiap bayi memintanya dan tidak berdasarkan jam.Jenjang waktu menyusui pada
bayi biasanya 2-3 jam sekali atau 8-10 kali/hari. Dan pola ini tidak akan
menimbulkan masalah seperti terjadinya bendungan dan sebagainya.
Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi resiko infeksi adalah
1) Cara penyajian yang baik dan benar, hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya
untuk setip kali minum untuk mengurangi kuantitas dan waktu susu formula
terkontaminasi dengan udara kamar. Meminimalkan waktu antara kontak susu dengan
udara kamar hingga saat pemberian. Waktu yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 4 jam. Semakin lama waktu tersebut akan meningkatkan resiko
pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut.
2) Sesuai instruksi dalam kaleng atau petunjuk umum. Peningkatan pengetahuan
orangtua, perawat bayi dan praktisi klinis lainnya tentang prosedur persiapan dan
pemberian susu formula yang baik dan benar harus terus dilakukan.
3) Pada situasi dimana bayi tidak menyusu, pengasuh yang merawat bayi risiko tinggi,
sebaiknya diingatkan secara berkala bahwa formula bubuk sebenarnya bukan produk
steril, dan sewaktu-waktu dapat terkontaminasi oleh patogen yang dapat
menyebabkan penyakit serius. Para pengasuh juga perlu mendapat informasi tindakan
yang dapat mengurangi risiko.
4) Pada situasi dimana bayi tidak menyusu, pengasuh bayi dengan risiko tinggi perlu
didorong bila mungkin dan mudah menggunakan formula cair steril.
5) lndustri makanan bayi sebaiknya didorong untuk mengembangkan lebih banyak
produk komersial formula steril alternatif untuk kelompok risiko tinggi.
6) lndustri makanan bayi sebaiknya didorong mengurangi konsentrasi dan prevalensi E.
Sakazakii baik di lingkungan pabrik maupun pada formula bayi bubuk. lndustri
makanan bayi perlu mempertimbangkan pemberlakuan program monitor lingkungan
yang efektif dan menggunakan Enterobacteriaceae bukan coliform sebagai indikator
higiene produk.
7) Dalam penerapan Code, Codex perlu menyatakan risiko adanya kuman di dalam
formula bayi, bahkan bila perlu menuliskan spesifikasi E. Sakazakii.
8) FAO/WHO sebaiknya memperhatikan kebutuhan tertentu negara berkembang
bagaimana mengurangi risiko pada keadaan dimana pengganti susu ibu perlu
diberikan seperti pada keadaan bayi dari ibu HIV ataupun bayi berat lahir rendah.
9) Penggunaan metode deteksi molekuler yang valid terhadap E. Sakazakii dan
mikroorganisme lain perlu didukung
10) Penelitian perlu dikembangkan untuk lebih memahami ekologi, taksonorni,virulensi
dan berbagai karakteristik lain dari E. Sakazakii dan cara untuk mengurangi
jumlahnya pada saat penyajian formula bayi.
G. Peran tenaga kesehatan
Apakah pernahkah kita membayangkan pada suatu hari penjara-penjara yang ada
di negara kita tidak saja dipenuhi oleh penjahat-penjahat kelas kakap, tetapi dipenuhi juga
oleh tenaga-tenaga kesehatan seperti dokter umum, dokter anak, dokter kebidanan, bidan,
perawat, dan lain sebagainya. September 2009 , pemerintah Indonesia mengesahkan
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu pasal 200 tertulis: Setiap
orang yang dengan sengaja menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 128 ayat (2), dipidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Setelah 1 tahun
sosialisasi, pada September 2010 Undang-Undang ini akan mulai diberlakukan. Jika kita
sebagai tenaga kesehatan tidak mewaspadai akan hal ini, tidak mustahil "reuni" tenaga
kesehatan yang dimaksud di atas terjadi bukan di hotel mewah, tetapi di lembaga
pemasyarakatan (LP).
Menurut Indonesia Demographic and Health Survey 2007, cakupan ASI eksklusif
negara Indonesia hanya mencapai 32%. Turun 8% jika dibandingkan dengan survei yang
sama tahun 2002 -2003, penyebabnya adalah multifaktorial. Mengapa kita tidak
mencontoh mamalia lain misalnya kucing. Setelah anak-anak kucing lahir, pertama kali
yang disodorkan oleh ibu kucing adalah payudara. Ia membiarkan anak-anaknya
menyusu sampai puas tanpa rasa khawatir ada yang akan memberikan makanan lain
selain air susunya yang mengalir deras. Gambaran tentang keluarga kucing yang
berbahagia ini secara tidak langsung mencerminkan suatu ungkapan rasa syukur.
Apakah kita tenaga kesehatan sudah membantu ibu-ibu di Indonesia agar dapat
menjadi malaikat bagi anaknya, untuk menyusui? Peran adalah serangkaian perilaku yang
diharapkan sesuai dengan posisi social yang diharapkan. Sehingga peran tenaga
kesehatan dalam mendukung kegiatan menyusui untuk terhindar dari kuman E.sakazakii
adalah :
Target MDG4 adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita menjadi 2/3
dalam kurun waktu 1990 - 2015. Penyebab utama kematian bayi dan balita adalah diare
dan pneumonia dan lebih dari 50% kematian balita didasari oleh kurang gizi. Pemberian
ASI secara eklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai usia 2 tahun disamping
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah
satu intervensi efektif dapat menurunkan AKB.
.
DAFTAR PUSTAKA
Wong, D.L. et. All. (2000). Nursing care of the general pediatric surgical patient.
Maryland: Aspen Publication.
WHO. (2009). Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit.
Lai KK. Enterobacter sakazakii infections among neonates, infants, children, and
adults. Medicine 2001;80:113-22.
Asosiasi IBCLC. (2009). Pelatihan Ilmu laktasi dan manajemen menyusui.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21189/5/Chapter%20I.pdf
http://supportbreastfeeding.wordpress.com/2010/01/26/uu-kesehatan-melindungi-hak-
bayi-mendapatkan-asi-3/