1. Musyarakah
Al Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal / expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.1
Landasan syariah
a. Al Qur’an
“... maka mereka berserikat pada sepertiga...” (an-Nisaa’ : 12)
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh.” (Shaad : 24)
b. Al-Hadist
Dari abu Hurairah, Rasullulah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza wa
Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah
1
Bidayatul Mujtahid II, hlm. 253-257.
2
Dewi Nurul Musjtari dan Fadiah Fitriyanti, 2010, Hukum Perbankan Syariah dan Tafakul
(dalam Teori dan Praktek), Yogyakarta, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, hlm 103.
satunya tidak menghianati lainnya.’” (HR. Abu Dawud no 2936, dalam kitab al-
Buyu, dan Hakim)
Jenis-jenis al-Musyarakah
Musyarakah pemilikan (Syarikah Al Milk) yaitu tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainya yang mengakibatkan pemilikan suatu aset oleh dua orang atau lebih.3
Musyarakah akad (Syarikah Al ‘Uqud) yaitu merupakan hasil suatu kesepakatan dari
dua orang atau lebih untuk mengadakan kerjasama usaha. Masing-masing
memberikan kontribusi modal dan sepakat untuk membagi keuntungan dan
kerugian. (musyarakah yang umum)4
Sedangkan Musyarakah akad juga terbagi menjadi beberapa kategori yaitu ; Syirkah
al-‘Inan, Syirkah Mufawadhah, Syrkah A’maal, Syirkah Wujuh, dan Syirkah al-
Mudharabah. Namun ada beberapa ulama yang tidak menggolongkan Syirkah al-
Mudharabah sebagai bagian Musyarakah.5
Akan tetapi dalam penjelasan diperkuliahan Bp. Bagya Agung dijelaskan bahwa
Syirkah Mudharabah merupakan bagian dari Syirkah Musyarakah dengan kesamaan
prinsip dan landasan-landasan hukum dalam Islam. Sehingga dapat kami simpulkan
Mudharabah merupakan kepanjangan dari Musyarakah.6
Dan dari beberapa jenis akad yang diterapkan dalam perbankan Islam yaitu
Musyarakah Al-Inan (mudharabah merupakan prodak lain).
Syarikah Al Inan merupakan akad kerjasama antar dua pihak atau lebih dimana
penyertaan modal dan pengurusan di bagi dua antar pihak terkait namun tidak
dilarang untuk mengelola suatu perusahan dapat didominasi oleh salah satu pihak
dengan keuntungan dan kerugian yang dibagi dua juga.7
3
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Jakarta; Gema
Insani, hlm. 91.
4
Dewi Nurul Musjtari dan Fadiah Fitriyanti, 2010, Op. Cit., hlm 100.
5
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Op. Cit, hlm 92.
6
Perkuliahan bersama Bp. Bagya Agung dalam mata kuliah Hukum Perbankan Islam.
7
Dewi Nurul Musjtari dan Fadiah Fitriyanti, 2010, Op. Cit., hlm 101.
1) Pembiayaan modal kerja, dapat dialokasikan untuk perusahaan yang
bergerak dalam bidang konstruksi, industri, perdagangan dan jasa.
Dalam praktik sering juga dijumpai model modal ventura yang dilakukan bank
Syariah sebagai bentuk musyarakah yang sering dilakukan (penanaman modal /
jual-beli saham)
Sehingga bila kami simpulkan terkait musyarakah yang dilakukan Bank Syariah
dapat dituangkan dalam sekema sebagai berikut :
Akad
Musyarakah
PROYEK /
Pihak 1 60% modal 40% modal Pihak 2
USAHA
BERSAMA
Keahlian Keahlian
Keuntunga
50% n 50%
Dalam hal ini perbankan syariah lebih memberikan kelonggaran dalam berbisnis
bersama dengan pihak lain (nasabah) dengan memperhatikan dan ikut andil dalam
konsep bagi hasil yang kongkrit yaitu membagi keuntungan dan kerugian menurut
proporsinya masing-masing.
Terjadi dimana kelemahan atau risiko yang di alami oleh bank yaitu :
1. Side streaming; nasabah menggunakan dana bukan seperti yang disebut
dalam kontrak.
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.9
2. Mudharabah
Namun secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si
pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.11
Akan tetapi kerugian yang dialami dalam hal syirkah mudharabah dapat ditanggung
pihak penyelenggara atau pengelola selama diatur atau termuat dalam kontrak awal.
9
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Op. Cit, hlm 94.
10
Muhammad Rawas Qal’aji, Mujam Lught al-Fuqaha (Beirut : Darun-Nafs, 1985).
11
Ahmad asy-Syarbasyi, al-Mu’jam al-Iqtisad al-Islam (Beirut ; Dar Alamil Kutub, 1987)
Landasan Syariah :
a. Al-Qur’an
“dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah”
(al-Muzzammil : 20)
“apabila telah ditunaikan shalat maka bertaburanlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah SWT” (al-Jumu’ah : 10)
“tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu” (al-
Baqarah : 198)
b. Al-Hadist
Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya,
atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan
bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat kepada
Rasulullah SAW. dan Rasulullah pun memperbolehkannya (HR. Thabrani)
Dari Shalih bin Shuhaib RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Tiga hal yang di
dalamnya terdapat keberkatan : jual-beli secara tangguh, muqarabah
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,
bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).
Jenis akad Mudharabah
Secara umum, akad mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu : mudharabah
muthlaqah dan mudharabah muqayyadah.
a. Mudharabah Muthlaqah
b. Mudharabah Muqayyadah
Pada prinsipnya hanya terdapat satu perbedaan yang mencolok yaitu mudharabah
muthlaqah dengan tidak memberikan batasan sedangkan mudharabah muqayyadah
memiliki batasan yang merupakan kontradiktif dari mudharabah muthlaqah.
12
Muhammad Syafi’I Antonio, 2001, Op. Cit, hlm 97.
13
Dewi Nurul Musjtari dan Fadiah Fitriyanti, 2010, Op. Cit., hlm 101.
14
Ibid. hlm 105
Contoh Skema Akad Mudharabah dalam Aplikasi Perbankan :
Akad
Mudharabah
100% 0%
Kerugian
RUMAH
Bank 100% modal Keahlian Nasaba
MAKAN
Syariah h
PADANG
Peng.Mdl.Ush.Rp.15jt/Bln Keuntung
50% (nisbah) an
50% (nisbah)
Sehingga setelah kami pikirkan bersama konsep mudharabah atau musyarakah dan
produk Syariah yang lainya tetap harus membutuhkan profit agar teta mampu
mnjalankan aktivitasnya sebagai lembaga yang sangat urgen.
Seperti dalam penjelasan kuliah Bpk. Bagya Agung ; bank merupakan Intermediary
financial dan negative spread tidak akan terjadi pada Bank Syariah karena lembaga
ini menjanjikan penyaluran dan penyimpanan dana yang lebih baik (bagi hasil) dari
pada bank Konvensional (bunga). Jika ditarik garis besar maka konsep bank syariah
merupakan konsep yang sangat meberikan manfaat. Secara logika dapat di
gambarkan bahwa bank di tuntut hati-hati dan dapat menjadi pendukung kebijakan
moneter (cost push inflation).15
15
Perkuliahan bersama Bp. Bagya Agung dalam mata kuliah Hukum Perbankan Islam.
Karena prinsip Bank Syariah merupakan bagi hasil yang di dalamnya terkandung
kerugian dan keuntungan maka bank akan lebih selektif dalam memilih nasabah
peminjamnya.
SYARIA
H
Debt
Financi Equity
ng Financi
(jual- ng /PLS
beli)
Pinjaman
kebaikan