BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Pengertian Perusahaan ( Industri )
Al-Qardawi menyebutkannya dengan istilah al-mustaqallat, yaitu harta
benda yang tidak diperdagangkan, akan tetapi diperkembangkannyadengan
dipersewakan atau dijual hasil produksinya, benda hartanya tetap akan tetapi
manfaatnya yang berkembang[1].
Para ulama menganalogikan zakat perusahaan kepada zakat
perdagangan, karena dipandang dari aspek legar dan ekonomi, kegiatan
sebuah perusahaan intinya adalah kegiatan trading atau perdagangan.
Perbedaanya dengan harta perniagaan adalah bahwa keuntungan yang
diperoleh dalam perdagangan adalah lewat penjualan atau pemindahan
benda-benda itu ke tangan orang lain. Sedangkan harta perusahaan masih
berada di tangan pemilik, dan keuntungan diperoleh dari penyewaan atau
penjualan produknya.
Perusahaan merupakan usaha yang diorganisir sebagai suatu kesatuan
resmi, yang perusahaan ini bereporos pada kegiatan perdagangan.
Perusahaan itu pada umummnya mencakup tiga hal besar [2] :
Perusahaan yang menghasilkan produk-produk tertentu, jika dikaitkan
dengan kewajiban zakat, maka produk yang dihasilkan harus halal dan dimiliki
oleh orang yang beragama islam.
Perusahaan yang bergerak di bidang jasa, seperti perusahaan di bidang
akuntansi.
Perusahaan ang bergerak di bidang keuangan, seperti lembaga keuangan.
Perusahaan adalah sebuah usaha yang diorganisir sebagai kesatuan
resmiyang terpisah dari kepemilikan dibuktikan dengan kepemilikan
saham.Para ulam kontenporer menganalogikan zakat perusahaan kepada
kategori zakat komoditas perdagangan, bila dilihat dari aspek legal dan
ekonomi Aktivas sebauah perusahaan, pada umumnya berporos pada
kegiatan trading atau perdagangan. Setiap perusahaan dibidang barang hasil
produksi/pabrikasi ) maupunjasa dapat wajib pajak.[3]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan merupakan usaha yang diorganisir sebagai suatu kesatuan
resmi, yang perusahaan ini bereporos pada kegiatan perdagangan.
Perusahaan adalah sebuah usaha yang diorganisir sebagai kesatuan
resmiyang terpisah dari kepemilikan dibuktikan dengan kepemilikan
saham.Para ulam kontenporer menganalogikan zakat perusahaan kepada
kategori zakat komoditas perdagangan, bila dilihat dari aspek legal dan
ekonomi Aktivas sebauah perusahaan, pada umumnya berporos pada
kegiatan trading atau perdagangan. Setiap perusahaan dibidang barang hasil
produksi/pabrikasi ) maupunjasa dapat wajib pajak.
Mengenai dasar hokum zakat perusahaan para ulama’ fiqih
kontemporer berbeda pendapat dalam menangani hal ini, ada yang
mewajibkan dangan dikaitkan dengan dalil-dalil yang ada dan ada juga yang
tidak mewajibkan, karena tidak ada nash Al-Qur’an yang menjelaskan tentang
zakat perusahaan.
Syarat-syarat orang yang wajib membayar zakat perusahaan adalah :
1. Islam (beragama Islam)
2. Merdeka (bukan budak/hamba sahaya)
3. memiliki perusahaan secara sempurna (milik sendiri), bukan milik orang lain
4. Memiliki penghasilan minimal satu nisab (mencapai nisab)
Untuk penghitungan presentase zakat perusahaan Sebagaimana yang
disampaikan di atas, nisab dan presentase zakat perusahaan dianalogikan
dengan asset wajib zakat kategori komoditas perdagangan, yaitu senilai nisab
emas dan perak yaitu 85 gram emas sedangkan prosentase volumenya
adalah 2,5% dari asset wajib zakat yang dimiliki perusahaan selam masa
haul.
3.2 Saran
Semoga apa yang telah penulis uraikan dalam makalah ini dapat di
amalkan dan dijalankan dalam kehidupan dan bermanfaat
hendaknya.Makalah ini penulis rasa jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran yang membangun penulis harapkan dari semua pihak yang
membaca makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA