Anda di halaman 1dari 33

1

UROLITHIASIS

1. Definisi Urolithiasis
Urolithiasis adalah terbentuknya butiran-butiran dari senyawa kalsium dan
penimbunan asam urat, sehingga membantuk CaCO
3
(kalsium karbonat) pada
ginjal atau saluran urin yang dapat menyebabkan kesulitan pengeluaran urin. Bisa
terdapat satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces dari ginjal atau di dalam
saluran ureter.

. Insiden Urolithiasis
Urolithiasis dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali
penduduk di negara kita. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai
belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-
buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas; hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-
hari. Di Amerika Serikat 5-10 penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan
di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-12 penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyakit batu ginjal yang diderita 0,5 penduduk Indonesia ini lebih
banyak menyerang kaum pria dibandingkan wanita. Bila 1-2 dari populasi
diperiksa kadar kalsium air seninya akan meninggi, tetapi hanya 10 yang
terkena penyakit batu ginjal.

3. Klasifikasi Urolithiasis
omposisi yang menyusun batu ginjal adalah batu kalsium (80) dengan
terbesar bentuk kalsium oksalat dan terkecil kalsium fosfat. Adapun macam-
macam batu ginjal dan proses terbentuknya, antara lain:
a. Batu Oksalat/alsium Oksalat
Asam oksalat di dalam tubuh berasal dari metabolisme asam amino dan
asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat merupakan prekursor oksalat
yang cukup besar, sejumlah 30, 50 yang lain dikeluarkan sebagai
oksalat urine. Manusia tidak dapat melakukan metabolisme oksalat,
sehingga dikeluarkan melalui ginjal. Jika terjadi gangguan Iungsi ginjal dan
2

asupan oksalat berlebih di tubuh (misalkan banyak mengkonsumsi nenas),
maka terjadi akumulasi okalat yang memicu terbentuknya batu oksalat di
ginjal/kandung kemih.
b. Batu Struvit
Batu struvit terdiri dari magnesium ammonium fosfat (struvit) dan
kalsium karbonat. Batu tersebut terbentuk di pelvis dan kalik ginjal bila
produksi ammonia bertambah dan pH urin tinggi, sehingga kelarutan IosIat
berkurang. Hal ini terjadi akibat inIeksi bakteri pemecah urea (yang
terbanyak dari spesies Proteus dan Providencia, Peudomonas eratia, semua
spesies Klebsiella, Hemophilus, Staphylococus, dan Coryne bacterium)
pada saluran urin.
Enzim urease yang dihasikan bakteri di atas menguraikan urin menjadi
amonia dan karbonat. Amonia bergabung dengan air membentuk amonium
sehingga pH urine makin tinggi. arbon dioksida yang terbentuk dalam
suasana pH basa/tinggi akan menjadi ion karbonat membentuk kalsium
karbonat.
Batu struvit (campuran dari magnesium, amoniak dan IosIat) juga
disebut batu inIeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih
yang terinIeksi. Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang sampai yang sebesar 2.5 sentimeter atau lebih. Batu
yang besar disebut kalkulus staghorn. Batu ini mengisi hampir keseluruhan
pelvis renalis dan kalises renalis.
c. Batu Urat
Batu urat terjadi pada penderita gout (sejenis rematik). Batu urat dapat
juga terbentuk karena pemakaian urikosurik (misal probenesid atau aspirin).
Penderita diare kronis (karena kehilangan cairan, dan peningkatan
konsentrasi urine) serta asidosis (pH urin menjadi asam sehingga terjadi
pengendapan asam urat) dapat juga menjadi pemicu terbentuknya batu urat.
d. Batu Sistina
Sistin merupakan asam amino yang kelarutannya paling kecil.
elarutannya semakin kecil jika pH urin turun/asam. Bila sistin tak larut
3

akan berpresipitasi (mengendap) dalam bentuk kristal yang tumbuh dalam
sel ginjal/saluran kemih membentuk batu.
e. Batu alium FosIat
Batu ginjal berbentuk batu kalium IosIat dapat terjadi pada penderita
hiperkalsiurik (kadar kalsium dalam urine tinggi). Batu kalium IosIat juga
dapat terjadi karena asupan kalsium berlebih (misal susu dan keju) ke dalam
tubuh. Hal ini dikarenakan adanya endapan kalium di dalam tubuh yang
akan menyebabkan timbulnya batu ginjal.

. Etiologi Urolithiasis
Beberapa Iaktor yang menjadi etiologi pembentukan batu, antara lain
meliputi:
a. Hiperkalsiuria
elainan ini dapat menyebabkan hematuria tanpa ditemukan
pembentukan batu. kejadian hematuria diduga disebabkan kerusakan
jaringan lokal yang dipengaruhi oleh ekskresi kalsium dalam air kemih
dengan atau tanpa Iaktor risiko lainnya, ditemukan pada setengah dari
pembentukan batu kalsium idiopatik.
b. Hiposituria
Suatu penurunan ekskresi inhibitor perbentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat merupakan suatu mekanisme lain untuk timbulnya
batu ginjal.
c. Hiperurikosuria
Hiperurikosuria merupakan suatu peningkatan asam urat air kemih
yang dapat memacu pembentukan batu kalsium.
d. Penurunan jumlah air kemih
eadaan ini biasanya disebabkan masukan cairan yang sedikit.
selanjutnya dapat menimbulkan pembentukan batu dengan peningkatan
reaktan dan pengurangan aliran air kemih.
e. Hiperoksaluria
Merupakan kenaikan ekskresi oksalat di atas normal. ekskresi
oksalat air kemih normal di bawah 45 mg/hari (0,5 mmol/hari).
4

I. IS
InIeksi saluran kemih oleh mikroorganisme pemecah urea (Proteus
mirabilis).
g. Dehidrasi
urangnya cairan tubuh yang menyebabkan produksi air seni sedikit
dan pekat. Pada mereka yang setiap hari bekerja di udara terbuka (petani,
pekerja lapangan) atau di ruang mesin yang panas, terutama yang kurang
minum, akan cepat menimbulkan eIek perubahan keasaman atau kebasaan
air seni. Masalahnya, di sini Iaktor penghambat pembentukan batu jadi
berkurang atau hilang sama sekali.

Beberapa Iaktor presipitasi yang dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal
antara lain:
a. Gaya hidup
Penyakit gagal ginjal juga banyak dipengaruhi makanan. Semakin
makmur suatu masyarakat, semakin banyak terjadi endapan batu pada
ginjal, dibandingkan pada kandung kemih. onsumsi minuman dan
makanan yang kurang higienis memicu terjadinya air seni pekat, sehingga
memudahkan terbentuknya inIeksi atau kristal batu pada kandung kemih.
Sebaliknya pola makan masyarakat maju yang cenderung memilih makanan
berkadar kalsium-oksalat (misalnya makanan dengan olahan bahan susu,
minuman cola, makanan bergaram tinggi, makanan manis, vitamin C dosis
tinggi, kopi, teh kental, dll.) serta asam urat (tinggi protein), memudahkan
terbentuknya endapan pada piala ginjal karena konsentrasi air seni cepat
meningkat.
onsumsi vitamin C dan D dosis tinggi pada seseorang yang secara
genetik berbakat, akan memudahkannya terserang penyakit ini. Pada orang
berbakat batu, mengkonsumsi 100-300 mg vitamin C setiap hari,
memudahkan terbentuknya batu. Hal ini disebabkan vitamin C mengandung
kalsium oksalat tinggi. Vitamin D dosis tinggi juga dapat menyebabkan
absorbsi kalsium ke dalam usus meningkat. Obat sitostatik untuk penyakit
5

kanker pun memudahkan pembentukan batu karena meningkatkan asam
urat.
Jenis minuman yang dikonsumsi juga berpengaruh dalam
pembentukan batu ginjal. minuman soIt drink lebih dari 1 liter per minggu
menyebabkan pengasaman dengan asam IosIor dapat meningkatkan risiko
penyakit batu. kejadian ini tidak jelas, tetapi sedikit beban asam dapat
meningkatkan ekskresi kalsium dan ekskresi asam urat dalam air kemih
serta mengurangi kadar sitrat air kemih. Jus apel dan jus anggur juga
dihubungkan dengan peningkatan risiko pembentukan batu.
b. Lingkungan
Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah suhu. Penduduk
yang tinggal di wilayah yang suhunya dingin akan cenderung sedikit
minum, sehingga produksi urin menjadi pekat dan sedikit.
c. Imobilitas
Terjadi peningkatan kalsium dalam urine karena mobilisasi kalsium
tulang akibat seseorang tidak lagi bisa bergerak karena sakit lumpuh.

5. Patofisiologi Urolithiasis
Banyak teori yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran
kemih; tetapi hingga kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :
a. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di saluran
kemih.
b. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin,
dan mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-
kristal batu.
c. Penghambatan kristalisasi


Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal, antara lain: magnesium, sitrat, piroIosIat, mukoprotein dan
beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang,
akan memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih.

Batu ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau inIeksi. Batu ini bisa terbentuk
di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung
kemih).
Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-
garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan penghambat
pembentukan batu yang normal. Sekitar 80 batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
Batu (kalkulus) ginjal dapat juga terbentuk dari timbunan kristal pada air
seni pada ginjal atau pelvis ginjal. Seringkali batu ini tersusun atas kalsium
oksalat. Terjadinya inIeksi atau buang air kecil kurang teratur dapat
mempengaruhi pembentukan batu ginjal. adang munculnya batu ginjal terjadi
pada saat kadar kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika
kelenjar paratiroid kelebihan memproduksi air seni.
Terkadang batu tersebut dapat terbentuk ketika tingkat asam urat dalam
darah terlalu tinggi, biasanya karena terlalu banyak makan daging. Terlalu banyak
mengkonsumsi kalsium dan oksalat serta kurang minum sering diasosiasikan
dengan pembentukan batu ginjal ini. Pada banyak kasus yang ada, penyebabnya
tidak diketahui secara pasti. Batu ginjal dapat menyebabkan peradangan atau
inIeksi, pendarahan, sakit pada saat buang air kecil, atau kencing tidak lancar.
Namun batu yang kecil cenderung mengalir.
Selain batu kalsium oksalat (0-80), ada lagi campuran kalsium oksalat-
IosIat yang siIatnya lebih keras. Pada pemeriksaan radiologi, batu ini tampak
putih seperti tulang karena kandungan kalsiumnya lebih tinggi. Ada lagi batu
tripel IosIat (10-15) yang tersusun dari kalsium-magnesium-ammonium IosIat
(struvite). Batu ini terbentuk akibat inIeksi saluran kemih karena kuman golongan


Proreous, Pseudomonas, Klebsicla, atau Stafilok. Bentuk batu menyerupai tanduk
rusa karena mengisi saluran kemih yang berbentuk seperti tanduk rusa. Lalu ada
batu sistin yang terjadi akibat Iaktor genetik. Namun campuran IosIat dan sistin
ini jarang terjadi.
Pembentukan batu ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran
kencing, tetapi biasanya terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di
pasu ginjal (renal pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium,
IosIat, atau kombinasi asam urat yang biasanya larut di dalam urine. Batu ginjal
bervariasi ukurannya, dapat bersiIat tunggal atau ganda. Batu-batu tinggal dalam
pasu ginjal atau dapat masuk ke dalam ureter dan dapat merusak jaringan ginjal.
Batu yang besar akan merusak jaringan dengan tekanan atau mengakibatkan
obstruksi, sehingga terjadi aliran kembali cairan. ebanyakan batu ginjal dapat
terjadi berulang-ulang.
Batu bisa menyebabkan inIeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan, sehingga terjadilah inIeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung
lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan
penekanan yang akan mengakibatkan pembengkakan ginjal (hidroneIrosis) dan
pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

. Manifestasi Klinis Urolithiasis
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam
kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang
menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri
punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai
dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan
tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam.
Gejala yang lebih nyata seperti sakit atau pegal pinggang bawah yang
kadang-kadang terasa sampai ke perut depan bawah, terjadi kolik (sumbatan
mendadak pada saluran atau ureter yang mengakibatkan sakit luar biasa karena
8

batu tajam yang turun ke saluran menyebabkan mengembangnya saluran) yang
sering diiringi muntah dan berkeringat banyak.
Gejala lainnya adalah perut membesar, demam, menggigil dan darah di
dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika
batu melewati ureter. Bila batu menyangkut di kandung kemih, dapat timbul nyeri
pada daerah atas kemaluan saat buang air kecil, buang air kecil tidak tuntas dan
pancaran air seni tidak kuat.

. Pemeriksaan Diagnostik Urolithiasis
Dokter akan menanyakan beberapa gejala yang dapat dialami penderita
urolitiasis, seperti gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri tekan di
punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab yang
jelas, kemudian melakukan beberapa tes sebagai berikut:
a. Urinalisis
Warna urin mungkin kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum
menunjukkan SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat),
serpihan mineral, bakteri, pus. pH mungkin asam (meningkatkan sistin, dan
batu asam urat) atau alkalin (meningkatkan magnesium, IosIat amonium,
atau batu kalsium IosIat).
b. Urine (24 jam)
Urine 24 jam dapat menunjukkan peningkatan kreatinin, asam urat,
kalsium, IosIat, oksalat, atau sistin.
c. ultur Urine
ultur urine mungkin dapat menunjukkan IS (Staphilococcus
aureus, Proteus, lebsiela, atau Pseudomonas).
d. Survei Biokimia
Untuk mengetahui adanya peningkatan kadar magnesium, kalsium,
asam urat, IosIat, protein, dan elektrolit.
e. BUN/kreatinin serum dan urin
eadaan yang abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urin)
sekunder terhadap tingginya batu obstruktiI pada ginjal menyebabkan
iskemia / nekrosis.


I. adar lorida dan Bikarbonat Serum
Peninggian kadar klorida dan penurunan kadar bikarbonat
menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
g. Hitung Darah Lengkap
SDP mungkin meningkat yang menunnjukkan inIeksi / septisemia.
SDM biasanya normal. Hb/Ht dapat menjadi abnormal bila pasien dehidrasi
berat atau polisitemia terjadi (mendorong presipitasi pemadatan) atau
anemia (perdarahan, disIungsi/gagal ginjal).
h. Hormon Paratiroid
Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorpsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urin).
i. Foto Ronsen UB
Dapat menunjukkan adanya kalkuli dan/atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang ureter.
j. IVP
Dapat memberikan konIirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur
anatomik (distensi ureter) dan garis bentuk kalkuli.
k. Sistoureterokopi
Merupakan visualisasi langsung kandung kemih dan ureter yang dapat
menunjukkan batu dan/atau eIek obstruksi.
l. Ultrasound Ginjal
Dapat untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

. Penatalaksanaan Urolithiasis
Cara penatalaksanaan batu ginjal dan kemih memang bervariasi. Yang
utama dicari kasusnya, letak dan ukuran batunya. emudian baru ditentukan
diatasi dengan cara mana yang paling tepat atau kombinasi berbagai cara. Apabila
letak batu sulit dijangkau atau terlalu besar, jalan satu-satunya dengan
pembedahan. Apabila ginjal yang ditumbuhi batu mulai rusak, harus diangkat,
agar ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak. Adakalanya khusus dibuat jalan
10

pintas aliran air seni bila sumbatan batu sulit atau tidak bisa dihilangkan, agar
ginjal yang masih sehat tidak ikut rusak.
emungkinan kambuh memang bisa terjadi apabila penderita kurang
memperhatikan kesehatannya. Pada umumnya batu kandung kemih tidak kambuh
lagi, tapi tidak demikian dengan dengan batu pada ginjal. Namun, setiap tindakan
seharusnya dapat mengenyahkan batu sampai bersih. Setelah dikeluarkan batu
dianalisa kembali jenisnya, penyebab terjadinya batu, bagaimana terbentuknya,
dan seterusnya.
Yang secara teknis sulit dihancurkan atau dibersihkan apabila letak batu
jauh dari pusat saluran kemih, atau jumlahnya banyak dan tersebar. Paling repot
kalau tidak mungkin dilakukan operasi besar pada diri pasien karena kondisinya
lemah atau mempunyai penyakit lain. Dalam kasus seperti itu tentu sebelum
tindakan dilakukan perlu dipelajari secara saksama kadar zat pembentuk batu
dengan memeriksa kadar zat pembentuk dalam urine(ditampung selama 24 jam)
kemudian bisa dianalisis konsentrasi adanya zat-zat tersebut. Baru kemudian
tindakan apa yang paling tepat dan aman bisa dilakukan. Batu bukan organik
(kalsium oksalat dan IosIat) biasanya tidak bisa larut hanya dengan obat-obatan,
jadi harus dilakukan tindakan seperti di atas tadi.
a. Mengatasi Gejala (Medikamentosa)
Ditujukan untuk batu ginjal yang ukurannya 5 mm, karena batu
diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum,
dan banyak minum supaya dapat mendorong batu keluar.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu
turun dalam kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolik ginjal
atau inIeksi di dalam sumbatan saluran kemih. nyeri akibat batu saluran
kemih dapat dijelaskan melalui dua mekanisme, yaitu: dilatasi sistem
sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding ureter
atau dinding pelvis ginjal disertai edema dan pelepasan mediator sakit.
Obat-obatan yang biasa digunakan antara lain: anti spasmodik bila ada
kolik, anti mikroba bila ada inIeksi, batu kalsium-kalium sitrat, dan batu asam
urat dengan alopurinol
11

b. Pengambilan Batu
1) Endourologi
Endourologi adalah tindakan di bidang urologi secara invasiI
minimal untuk mengeluarkan batu saluran kencing dengan menghancurkan
batu dengan alat khusus yang dimasukkan melalui uretra atau melalui
irisan kecil pada kulit. euntungannya, tidak nyeri, penyembuhan lebih
cepat dan waktu rawat inap lebih singkat. Endourologi meliputi litotripsi,
Percutaneous nephroletomy, dan Ureterorenoscopic.
a) Litotripsi
Litotripsi yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik. Litotripsi ada
beberapa macam antara lain ESWL dan Percutaneous Lithotripsy.
O ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 180. Alat ini dapat
memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli
tanpa melalui tindakan invasiI atau pembiusan. Batu dipecah
menjadi Iragmen-Iragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan
melalui saluran kemih.
Sebelum batu ditembak, dilakukan Ioto rontgen untuk
mengetahui posisi batu. emudian melalui layar monitor, dicari
lagi sasaran yang tepat. Di sini pasien tidak harus dibius. Posisi
pasien telentang atau telungkup tergantung letak batu. Setelah
tembakan berulang kali tepat sasaran, pecahan batu akan keluar
bersama air seni (kencing bercampur darah selama 12 jam). Agar
pasien tidak kesakitan tentu proses penembakan tidak boleh
dengan tekanan tinggi.
O Percutaneous Lithotripsy (tusukan pada kulit)
Metode percutaneous lithotripsi berupa alat neIroskop
(alat teropong mirip bor kecil) yang dilengkapi alat penghantar
gelombang getar ultrasosonik, dimasukkan ke dalam ginjal
12

melalui lubang sayatan di panggul. Dengan gelombang getar
ultrasonik tersebut, batu dapat dipecahkan dan disingkirkan,
kemudian pecahan juga keluar bersama air seni. Mungkin
penderita akan merasa nyeri sewaktu kencing keluar melalui
kateter karena saluran kencing agak terhalang oleh pecahan batu
tadi.
Pemecahan batu dengan kedua alat tersebut mengharuskan
pasien tinggal di rumah sakit selama 2 - 3 hari sampai kencing
jernih kembali. Setelah seminggu pasien bisa kembali aktiI.
b) Perkutaneus neIrolitomi
Perkutaneus neIrolitomi yaitu prosedur untuk mengeluarkan
batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat
endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
c) URS (Ureterorenoscopic)
Memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna melihat
keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi
tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi atau uretero-renoskopi
ini.

2) Sinar laser
Tipe laser yang digunakan semula adalah tipe pulse dye.
Belakangan sejak Agustus 1 RS PGI Cikini menggunakan laser tipe
Ho.Yag atau Holmium asal AS. Caranya, melalui saluran ureta
dimasukkan selang Iiber mini, yang langsung dapat mengenai batu
sasaran. Apabila tipe pulse dye hanya untuk batu ginjal atau kemih saja,
tipe Holmium ini lebih multiguna. Misalnya juga untuk pengobatan
pembesaran atau inIeksi prostat serta tumor jinak kandung kemih.
Holmium ini pandai mengatur Irekuensi tembakan agar batu tidak
terdorong ke atas. Jarak antara selang Iiber dengan batu paling-paling
hanya 1 mm. Dengan sistem gelombang pulsasi batu dengan segera bisa
13

dipunahkan. Tindakan dengan mesin canggih ini dinilai lebih cepat (1,5
jam untuk batu besar), risiko perdarahan atau kerusakan jaringan
sekitarnya hampir tidak ada serta nyeri pascaoperasi dan risiko komplikasi
hampir tidak terasa. Penderita tidak perlu menginap di rumah sakit, bisa
langsung pulang begitu kesadaran sudah pulih.
omplikasi berupa terasa sedikit demam dan nyeri setelah
tindakan, yang bisa diatasi dengan obat antibiotika. Sedangkan terciptanya
semacam kepulan debu (perIorasi) akibat sistem pulsasi tadi, bisa diatasi
dengan mengalirkan terus menerus cairan NaCl Iisiologis. Untuk
menangani batu pada kantung kemih misalnya, diperlukan pulsasi rata-rata
10-20 kali per detik. Untuk batu saluran kemih (ureter) hanya 5-10 kali per
detik. Di sini pasien perlu dibius dan kondisi jantung, paru-paru dan ginjal
harus baik agar sasaran tercapai dengan sukses.

3) Pembedahan
a) Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih
saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk
mengambil batu ureter.
b) Bedah terbuka
Bedah terbuka meliputi beberapa klasiIikasi, antara lain:
Pielolitotomi atau neIrolitotomi : mengambil batu berukuran besar
(batu staghorn).
Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.
Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria.
Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra.

9. Pencegahan Urolithiasis
Pengobatan serta pencegahan agar tidak kambuh banyak ditentukan oleh
jenis batunya. Misalnya batu kalsium akibat ekskresi kalsium yang meningkat di
air seni dapat dicegah atau dikurangi dengan mengurangi asupan kalsium dalam
14

makanan seperti makanan olahan dari susu sapi, tinggi kedelai misalnya. Atau,
dokter memberikan obat yang berkhasiat mengurangi ekskresi kalsium.
Untuk jenis batu ekskresi asam urat biasanya diberikan obat alupurinol
yang dapat mengurangi batu kambuhan dari asam urat. arena batu asam urat
mudah terbentuk dalam suasana asam maka perlu juga pengubahan suasana
keasaman misalnya dengan garam natrium bikarbonat di samping obat alupurinol
tadi. Sedangkan batu yang tidak disertai adanya ekskresi kalsium atau asam urat
tinggi, dicoba dengan minum banyak dulu, belum perlu obat.
Bagi seseorang yang berbakat penyakit batu ginjal atau batu kemih,
hendaknya selalu memperhatikan konsumsi makanan sehari-hari. Minum air putih
paling tidak 5-8 gelas sehari. Soto jerohan sapi, es krim, keju, milk shake, kopi,
cola yang terlalu banyak akan memudahkan pembentukan batu dalam ginjal.
Agar terhindar dari penyakit batu ginjal, beberapa cara yang disarankan
antara lain :
a) Minum banyak air (8-10 gelas sehari), dengan demikian urin menjadi lebih
encer sehingga mengurangi kemungkinan zat-zat pembentuk batu untuk
saling menyatu. Dengan minum banyak, air seni biasanya berwarna bening,
tidak kuning lagi.
b)Minum air putih ketika bangun tidur di subuh hari. Hal ini akan segera
merangsang kita untuk berkemih, sehingga air seni yang telah mengendap
semalamam tergantikan dengan yang baru.
c) Jangan menahan kencing; kencing yang tertahan dapat menyebabkan urin
menjadi lebih pekat, atau inIeksi saluran kemih. Urin yang pekat dan inIeksi
saluran kemih merupakan Iaktor pendukung terbentuknya batu.
d)Pola makan seimbang, berolahraga, dan menjaga berat badan tetap ideal
e) Banyak makan buah alpukat dengan cara: Minum air seduhan tujuh helai
daun alpukat dengan gelas air panas setiap pagi dan sore.

10. Prognosis Urolithiasis
Prognosis batu ginjal sering menimbulkan gejala rasa sakit yang hebat,
tapi biasanya setelah dikeluarkan tidak menimbulkan kerusakan permanen.
15

Memang sering terjadi kambuh lagi, terutama bila tidak didapatkan penyebabnya
dan diobati.

11. Komplikasi Urolithiasis
Beberapa komplikasi yang sering terjadi, antara lain:
a) Timbul kembali batu ginjal.
b) InIeksi saluran urine.
c) Penyumbatan pada ureter.
d) erusakan sebagian jaringan ginjal.
e) Menurunnya atau hilangnya Iungsi ginjal yang terkena.
1

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
UROLITHIASIS

1. Pengkajian
Aktivitas
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi
eterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya (contoh penyakit tak sembuh, cedera medula spinalis)
Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal
ulit hangat dan kemerahan, pucat
Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya/IS kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus)
Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Tanda : Oliguria, hematuria, piuria
Perubahan pola berkemih
Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
Diet tinggi purin, kalsium okasalat, dan/atau IosIat
etidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tidak adanya bising usus
Muntah
Nyeri/kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi
batu, contoh pada panggul di regio sudut kostovertebral, dapat
menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat pah/genetalia.
Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau
kalkulus ginjal
1

Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain
Tanda : Melindungi, perilaku distraksi
Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
Keamanan
Gejala : Penggunaan alkohol, Demam, menggigil
Integritas Ego
Gejala : Perasaan cemas, takut marah, apati
Faktor-Iaktor stress multiple, misalnya Iinansial, hubungan, gaya hidup
Tanda : Tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang.
Stimulasi simpatis

. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan.
b) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inIlamasi.
c) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah (iritasi saraI abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik
uretral), diuresis pascaobstruksi.
d) Resiko tinggi inIeksi berhubungan dengan prosedur invasiI/alat (contoh
kateter urin)
e) urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah
interpretasi inIormasi, tidak mengenal sumber inIormasi.

3. Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan
kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, iskemia
seluler.

riteria Hasil:
1. Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol
2. Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
18

No Intervensi Rasional
Mandiri
1 Catat lokasi, lamanya intensitas
(skala 0-10) dan penyebaran.
Perhatikan tanda non-verbal, contoh
peningkatan TD dan nadi, gelisah,
merintih, menggelepar
Membantu mengevaluasi tempat obstruksi
dan kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri
panggul sering menyebar ke punggung, lipat
paha, genetalia sehubungan dengan
proksimitas saraI pleksus dan pembuluh
darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-
tiba dan hebat dapat dapat mencetuskan
ketakutan, gelisah, ansietas berat.
2 Jelaskan penyebab nyeri dan
pentingnya melaporkan ke staI
terhadap perubahan kejadian/
karakteristik nyeri.
Memberikan kesempatan untuk pemberian
analgesik sesuai dengan waktu (membantu
dalam meningkatkan kemampuan koping
pasien dan dapat menurunkan ansietas) dan
mewaspadakan staI akan kemungkinan
lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Penghentian tiba-tiba nyeri biasanya
menunjukkan lewatnya batu.
3 Berikan tindakan nyaman, contoh
pijatan punggung, lingkungan
istirahat
Meningkatkan relaksasi, menurunkan
tegangan otot, dan meningkatkan koping
4 Bantu atau dorong penggunaan
naIas berIokus, bimbingan
imajinasi, dan aktivitas terapeutik
Mengarahkan kembali pehatian dan
membantu dalam relaksasi otot
5 Dorong/bantu dengan ambulasi
sering sesuai indikasi dan
tingkatkan pemasukan cairan
sedikitnya 3-4 L/hari dalam
toleransi jantung.
Hidrasi kuat meningktkan lewatnya batu,
mencegah stasis urine, dan membantu
mencegah pembentukan batu selanjutnya
Perhatikan keluhan peningkatan/
menetapnya nyeri abdomen
Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan
perIorasi dan ekstravasasi urine ke dalam
area perineal. Ini membutuhkan kedaruratan
bedah akut.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi:
Narkotik, contoh meperidin
(demerol), morIin
Biasanya diberikan selama episode akut
untuk menurunkan kolik uretral dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
Antispasmodik, contoh Ilavoksat
(uripas), oksibutin (ditropan)
Menurunkan reIleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri
ortikosteroid Mungkin digunakan untuk menurunkan
edema jaringan untuk membantu gerakan
batu.
1

8 Berikan kompres hangat pada
punggung
Menghilangkan tegangan otot dan dapat
menurunkan reIleks spasme
Pertahankan patensi kateter bila
digunakan
Mencegah stasis / retensi urine, menurunkan
resiko peningkatan tekanan ginjal dan inIeksi

Dx. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik,
inflamasi.
riteria Hasil:
1. Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
2. tidak mengalami obstruksi
No Intervensi Rasional
Mandiri
1 Awasi pemasukan dan
pengeluaran serta karakteristik
urin.
Memberikan inIormasi tentang Iungsi ginjal
dan adanya komplikasi contoh inIeksi dan
perdarahan. Perdarahan dapat mngindikasikan
peningkatan obstruksi atau iritasi ureter.
Catatan: perdarahan sehubungan dengan
ulserasi ureter jarang.
2 Tentukan pola berkemih normal
pasien dan perhatikan variasi
alkulus dapat menyebabkan eksitabilitas
saraI, yang menyebabkan sensasi kebutuhan
berkemih segera. Biasanya Irekuensi dan
urgensi meningkt bila kalkulus mendekati
pertemuan uterovesikal.
3 Dorong meningkatkan pemasukan
cairan
Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah,
dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
4 Periksa semua urine. Catat adanya
keluaran batu dan kirim ke
laboratorium untuk analisa.
Penemuan batu memungkinkan identiIikai tipe
batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
5 Selidiki keluhan kandung kemih
penuh, palpasi untuk distensi
suprapubik. Perhatikan penurunan
keluaran urine, adanya edema
periorbital/tergantung.
Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan
distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan
potensial risiko inIeksi, gagal ginjal.
Observasi perubahan status
mental, perilaku atau tingkat
kesadaran.
Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan
elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh elektrolit, BUN, kreatinin.
Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
mengindikasikan disIungsi ginjal.
8 Ambil urine untuk kultur dan
sensitivitas
Menetukan adanya IS
20

Berikan obat sesuai dengan
indikasi:

Asetazolamid (Diamox),
alupurinol (Ziloprim)
Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
menurunkan pembentukan batu asam
Hidroklorotiazid (Esidrix,
Hidroiuril), klortalidon (Higroton)
Mungkin digunakan untuk mencegah stasis
urine dan menurunkan pembentukan batu
kalsium bila tidak berhubungan dengan proses
penyakit dasar seperti hipertiroidisme primer
Amonium klorida, kalium atau
natrium IosIat (Sal-Hepatika)
Menurunkan pembentukan batu IosIat
Agen antigout, contoh alupurinol
(Ziloprim)
Menurunkan produksi asam urat/potensial
pembentukan batu
Antibiotic Adanya IS/alkalin urine potensial
pembentukan batu
Natrium Bikarbonat Mengganti kehilangan yang tak dapat teraasi
selama pembuangan bikarbonat dan/atau
alkalinisasi urine dapat menurunkan /
mencegah pembentukan beberapa kalkuli
Asam askorbat Mengasamkan urine untuk mencegah
berulangnya pembentukan batu alkalin
10 Pertahankan patensi kateter tak
menetap (ureteral, uretral, atau
neIrostomi) bila menggunakan
Mungkin diperlukan unuk membantu aliran
urine/mencegah retensi dan komplikasi.
Catatan: selang mungkin terhambat oleh
Iragmen batu.
11 Irigasi dengan asam atau larutan
alkalin sesuai indikasi.
Mengubah pH urine dapat membantu pelarutan
batu dan mencegah pembentuan batu
selanjutnya
12 Siapkan pasien/bantu untuk
prosedur endoskopi, contoh

Prosedur Basket alkulus pada ureter distal dan tengah
mungkin digerakkan oleh sistoskop endoskopi
dengan penangkapan batu dalam kantung
kateter
Stents Ureteral ateter diposisikan di atas batu untuk
meningkatkan dilatasi uretra/lewatnya batu.
Irigasi kontinyu atau intermitten dapat
dilakukan untuk membilas ureter dan
mempertahankan pH urine
13 Pielolitotomi terbuka atau
perkutaneus, neIrolitotomi,
ureterolitotomi.
Pembedahan mungkin perlu untuk membuang
batu yang terlalu besar untuk melewati ureter
14 Litotripsi ultrasonik perkuaneus Tindakan gelombang syok invasiI untuk batu
pelvik/kaliks ginjal atau ureter atas
21

15 Litotripsi gelombang syok
ekstrakorporeal (extracorporeal
shockwave lithotripsi |ESWL|)
Prosedur non-invasiI di mana batu ginjal
dihancurkan dengan syok gelombang dari luar
tubuh.

Dx. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvik umum dari ginjal atau kolik
uretral), diuresis pascaobstruksi.
riteria Hasil: mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh
tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi
periIer normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
No Intervensi Rasional
Mandiri
1 Awasi pemasukan dan pengeluaran Membandingkan keluaran aktual dan yang
diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya
/ derajat stasis / kerusakan ginjal.
2 Catat insiden muntah, diare.
Perhatikan karakteristik dan
Irekuensi muntah dan diare, juga
kejadian yang menyertai atau
mencetuskan.
Mual/muntah dan diare secara umum
berhubungan dengan kolik ginjal karena saraI
ganglion seliaka pada kedua ginjal dan
lambung. Pencatatan dapat membantu
mengesampingkan kejadian abdominal lain
yang menyebabkan nyeri atau menunjukkan
kalkulus.
3 Tingkatkan pemasukan cairan
sampai 3-4 liter perhari dalam
toleransi jantung.
Mempertahankan keseimbangan cairan utnuk
homeostasis juga tindakan mencuci yang
dapat membilas batu keluar. Dehidrasi dan
keidakseimbangan elektrolit dapat terjadi
sekunder terhadap kehilangan cairan
berlebihan (muntah dan diare).
4 Awasi tanda vital. Evaluasi nadi,
pengisian kapiler, turgor kulit, dan
membran mukosa.
Indikator hidrasi/volume sirkulasi dan
kebutuhan intervensi. Catatan: penurunan
LFG merangsang produksi renin, yang
bekerja unuk meningkatkan TD dalam upaya
untuk meningkatkan aliran darah ginjal
5 Timbang berat badan tiap hari Peningkatan berat badan yang cepat mungkin
berhubungan dengan retensi.
Kolaborasi
Awasi Hb/Ht, elektrolit Mengkaji hidrasi dan keeIektiIan / kebutuhan
intervensi.
Berikan cairan intravena Mempertahankan volume sirkulasi (bila
pemasukan oral tidakcukup) meningkatkan
Iungsi ginjal.
8 Berikan diet tepat, cairan jernih, Makanan mudah cerna menurunkan aktivitas
22

makanan lembut sesuai toleransi. GI/iritasi dan membantu mempertahankan
cairan dan keseimbangan nutrisi.
Berikan obat sesuai indikasi,
antiemetik, contoh proklorperazin
(compazin).
Menurunkan mual/muntah

Dx. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif/alat (contoh
kateter urin)
riteria Hasil : tidak mengalami tanda/gejala inIeksi
No Intervensi Rasional
Mandiri
1 Tingkatkan cuci tangan yang baik pada
pasien dan staI
Menurunkan risiko kontaminasi silang
2 Hindari prosedur invasiI, instrumen,
dan manipulasi kateter tak menetap,
kapanpun mungkin, gunakan teknik
aseptik bila merawat / memanipulasi
IV/area inIasiI. Ubah sisi/balutan per
protokol. Perhatikan edema, drainase
purulen
Membatasi introduksi bakteri ke dalam
tubuh. Deteksi dini / pengobatan
terjadinya inIeksi dapat mencegah
sepsis.
3 Berikan perawatan kateter rutin dan
tingkatkan perawatan perianal.
Pertahankan sistem drainase urine
tertutup dan lepaskan kateter tak
menetap sesegera mungkin
Menurunkan kolonisasi bakteri dan
resiko IS asenden
4 Dorong napas dalam, batuk dan
pengubahan posisi sering
Mencegah atelektasis dan memobilisasi
sekret untuk menurunkan risiko inIeksi
paru.
5 aji integritas kulit Ekskoriasi akibat gesekan dapat
menjadi inIeksi sekunder
Awasi tanda vital Demam dengan peningkatan nadi dan
pernapasan adalah tanda peningkatan
laju metabolik dari proses inIlamasi
meskipun sepsis dapat terjadi tanpa
respons demam
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium,
contoh SDP dengan diIerensial
Peningkatan SDP dapat
mengindikasikan inIeksi umum
8 Ambil spesimen untuk kultur dan
sensitivitas dan berikan antibiotik tepat
sesuai idikasi
Memastikan inIeksi dan identiIikasi
organisme khusus membantu pemilihan
pengobatan inIeksi paling eIektiI.

23

Dx. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah
interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi
riteria hasil:
1. Menyatakan pemahaman proses penyakit
2. Menghubungkan gejala dan Iaktor penyebab
3. Melakukan perubahan perilaku yang perlu dan berpartisipasi dalam program
pengobatan
No Intervensi Rasional
Mandiri
1 aji ulang proses penyakit dan harapan
masa datang
Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan inIormasi
2 Tekankan pentingnya peningkatan
pemasukan cairan, contoh 3-4 L/hari
atau -8 L/hari. Dorong pasien untuk
melaporkan mulut kering, diuresis
berlebihan / berkeringat dan untuk
meningkatkan pemasukan cairan baik
bila haus atau tidak
Pembilasan sistem ginjal menurunkan
kesempatan stasis ginjal dan
pembentukan batu. Peningkatan
kehilangan cairan / dehidrasi
memerlukan pemasukan tambahan
dalam kebutuhan sehari-hari.
3 aji ulang program diet, sesuai
individual
Diet tergantung pada tipe batu.
Pemahaman alasan pembatasan
memberikan kesempatan pada pasien
membuat pilihan inIormasi,
meningkatkan kerja sama dalam
program dan dapat mencegah
kekambuhan.
4 Diet rendah purin, contoh membatasi
daging berlemak, kalkun, tumbuhan
polong, gandum. Alkohol.
Menurunkan pemasukan oral terhadap
prekursor asam urat.
5 Diet rendah kalsium, contoh membatasi
keju, susu, sayur berdaun hijau,
yoghurt.
Menurunkan risiko pembentukan batu
kalsium
Diet rendah oksalat, contoh pembatasan
coklat, minuman mengandung kaIein,
bit, bayam
Menurunkan pembentukan batu
kalsium oksalat
Diet rendah kalsium/IosIat dengan jeli
karbonat alumunium 30-40 mL, 30
menit pc/jam
Mencegah kalkulus IosIat dengan
membentuk presipitat yang tak larut
dalam traktus GI, mengurangi beban
neIron ginjal. Juga eIektiI melawan
bentuk kalkulus kalsium lain. Catatan:
dapat menyebabkan konstipasi.
24

8 Diskusikan program obat-obatan,
hindari obat bebas dan membaca semua
label produk / kandungan dalam
makanan
Obat-obatan diberikan untuk
mengasamkan atau mengalkalikan
urine, tergantung pada penyebab dasar
pembentukan batu. Makan produk yang
mengandung bahan yang
dikontraindikasikan secara individu
(contoh kalsium, IosIat) potensial
pembentukan obat ulang.
Mendengar dengan aktiI tentang
program terapi / perubahan pola hidup
Membantu pasien bekerja melalui
perasaan dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap apa yang terjadi.
10 IdentiIikasi tanda dan gejala yang
memerlukan evaluasi medik, contoh
nyeri berulang, hematuria, oliguria
Dengan peningkatan kemungkinan
berulangnya batu, intervensi segera
dapat mencegah komplikasi serius
11 Tunjukkan perawatan yang tepat
terhadap insisi / kateter bila ada
Meningkatkan kemampuan perawatan
diri dan kemandirian

PRE-OPERATIF
Diagnosa Keperawatan
a) urang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, salah
interpretasi inIormasi
b) etakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasional, ketidakakraban
dengan lingkungan, ancaman kematian, berpisah dengan sistem
pendukung yang biasa

Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
salah interpretasi informasi
riteria Hasil
a) lien dapat mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra
operasi dan harapan pasca operasi
b) lien akan melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan
dari suatu tindakan
c) lien memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta
dalam regimen keperawatan
25

No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 aji tingkat pemahaman klien Berikan Iasilitas perencanaan program
pengajaran pasca operasi
2 Tinjau ulang patologi khusus dan
antisipasi prosedur pembedahan
Sediakan pengetahuan berdasarkan hal
dimana pasien dapat membuat pilihan terapi
berdasarkan inIormasi, dan setuju untuk
mengikuti prosedur, dan adanya kesempatan
untuk menjelaskan kesalahan konsep
3 Gunakan sumber-sumber bahan
pengajaran, audiovisual sesuai
keadaan
Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat
memenuhi kebutuhan belajar untuk pasien
4 Melaksanakan program pengajaran
pra operasi individual. Pembatasan
dan prosedur
praoperasi/pascaoperasi, misalnya
perubahan urinarius dan usus,
pertimbangan diet, tingkat/perubahan
aktivitas, latihan pernapasan dan
kardiovaskular, kontrol rasa sakit
Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien
dan memungkinkan partisipasi dalam
perawatan pasca operasi. Penjelasan dari
selang dan jalur IV yang diantisipasi (misal
selang NG, drain, kateter) dapat mengurangi
stress yang berhubungan dengan hal-hal yang
tidak diketahui/diharapkan. Peningkatan
pemahaman akan pentingnya aktivitas
penampilan dan kerja sama dengan restriksi
akan mengurangi kemungkinan komplikasi
pasca operasi dan meningkatkan
pengembalian secara cepat ke arah Iungsi
tubuh normal.
5 Sediakan kesempatan untuk melatih
batuk, napas dalam, dan latihan otot
Meningkatkan pengajaran dan aktivitas pasca
operasi
InIormasikan pasien/orang terdekat
mengenai rencana perjalanan,
komunikasi dokter/orang terdekat
InIormasi logistik mengenai jadwal dan
kamar operasi (misalnya ruang pemulihan,
penetapan ruang pasca operasi) dan juga
dimana dan kapan ahli bedah akan
berkomunikasi dengan orang terdekat untuk
mrngurangi stress dan menjelaskan kesalahan
konsep, mencegah kebingungan dan
keraguan akan kesehatan pasien.

Dx. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasional,
ketidakakraban dengan lingkungan, ancaman kematian, berpisah
dengan sistem pendukung yang biasa
riteria Hasil
a) lien dapat menunjukkan perasaan dan mengidentiIikasi cara yang sehat
dalam berhadapan dengan mereka.
2

b) lien dapat tampil santai
c) Melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke tingkat
yang dapat diatasi
No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 Sediakan waktu kunjungan oleh
personel kamar operasi sebelum
pembedahan jika memungkinkan.
Diskusikan hal-hal yang harus
diantisipasi yang dapat
menakutkan/menjadi perhatian pasien
Dapat menjamin dan meredakan
keresahan pasien dan juga menyediakan
inIormasi untuk perawatan intraoperasi
IormulatiI. Mengetahui bahwa
lingkungan yang asing dapat
menakutkan, dan menghilangkan rasa
takut yang berhubungan dengan hal
tersebut.
2 InIormasikan pasien/orang terdekat
tentang peran advokat perawat
intraoperasi
embangkan rasa percaya/hubungan,
turunkan rasa takut akan kehilangan
kontrol pada lingkungan yang asing.
3 IdentiIikasi tingkat rasa takut yang
megharuskan dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan.
Rasa takut yang berlebihan atau terus-
menerus akan mengakibatkan reaksi
stress yang berlebihan, resiko potensial
dari pembalikan reaksi terhadap
prosedur / zat-zat anestesi
4 Validasi sumber rasa takut. Sediakan
inIormasi yang akurat dan Iaktual
MengidentiIikasi rasa takut yang
spesiIik akan membantu pasien untuk
menghadapinya secara realistis
5 Catat ekspresi yang berbahaya/perasaan
tidak tertolong, preokupasi dengan
antisipasi perubahan/kehilangan,
perasaan tercekik
Pasien mungkin telah berduka terhadap
kehilangan yang ditunjukkan dengan
antisipasi prosedur pembedahan
Beritahu pasien bahwa akan dilakukan
general anestesi
Mengurangi ansietas bahwa pasien akan
melihat prosedur
Perkenalkan staI pada waktu pergantian
ke ruang operasi
Menciptakan hubungan dan kenyamanan
psikologis
8 Bandingkan jadwal operasi, graIik,
gelang, identiIikasi pasien dan tanda
tangan persetujuan operasi
Memberikan identiIikasi positiI,
mengurangi rasa takut bahwa mungkin
terjadi prosedur yang salah.
Cegah pemajanan tubuh yang tidak
diperlukan selama pemindahan ataupun
pada ruang operasi
Pasien akan memperhatikan masalah
kehilangan harga diri dan
ketidakmampuan untuk melatih kontrol
10 Berikan petunjuk/penjelasan sederhana
pada pasien. Tinjau lingkungan sesuai
kebutuhan
etidakseimbangan dari proses
pemikiran akan membuat pasien
menemui kesulitan untuk memahami
petunjuk-petunjuk yang panjang dan
berbelit-belit.
11 ontrol stimuli eksternal Suara gaduh dan keributan akan
meningkatkan ansietas
2

Kolaborasi
12 Rujuk pada perawatan oleh
kerohanian/spiritual, spesialis klinis
perawat psikiatri, konseling psikiatri jika
diperlukan
onseling proIesional mungkin
dibutuhkan pasien untuk mengatasi rasa
takut
13 Diskusikan penundaan pembedahan
dengan dokter, anestesiologi, pasien, dan
keluarga sesuai kebutuhan
Mungkin diperlukan jika rasa takut yang
berlebihan tidak berkurang/teratasi
14 Berikan obat sesuai indikasi, misal
sedatiI
Untuk meningkatkan tidur malam hari
sebelum pembedahan, meningkatkan
kemampuan koping.

INTRA OPERASI
Diagnosa Keperawatan
a) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kondisi interaktiI antara
individu dengan lingkungan, lingkungan eksternal (struktur Iisik dan
lingkungan, pemajanan peralatan, instrumentasi, posisi, penggunaan zat-
zat anestesi), dan lingkungan internal (Iaktor pembekuan darah, kerusakan
kulit)
b) Resiko tinggi inIeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma
jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat patogen.

Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kondisi interaktif antara individu
dengan lingkungan, lingkungan eksternal (struktur fisik dan lingkungan,
pemajanan peralatan, instrumentasi, posisi, penggunaan zat-zat anestesi), dan
lingkungan internal (faktor pembekuan darah, kerusakan kulit)
riteria Hasil
a) MengidentiIikasi Iaktor-Iaktor resiko individu
b) MemodiIikasi lingkungan sesuai petunjuk untuk meningkatkan keamanan
dan menggunakan sumber-sumber secara tepat
No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 Lepaskan gigi palsu atau kawat gigi
sesuai protokol pra operasi.
InIormasikan ahli anestesi akan gigi
yang telah dilepaskan
Benda asing dalam tubuh dapat teraspirasi
selama intubasi/ekstubasi selang
endotrakhea
28

2 Singkirkan alat buatan pada praoperasi
atau setelah induksi, tergantung pada
perubahan sensori/persepsi dan
ketidakseimbangan mobilitas
Lensa kontak dapat menyebabkan abrasi
kornea pada waktu pasien berada dalam
anestesi, kacamata dan alat pendengaran
bersiIat obstruktiI dan dapat pecah.
Bagaimanapun juga pasien akan merasa
lebih dapat mengontrol lingkungan jika alat
bantu dengan dan penglihatan dibiarkan
selama mungkin
3 Lepaskan perhiasan pada masa
praoperasi
Benda-benda yang terbuat dari logam akan
berkonduksi dengan alat-alat elektrik dan
membahayakan tubuh terhadap pemakaian
elektrokauter
4 Periksa identitas pasien dan jadwalkan
prosedur operasi dengan
membandingkan graIik pada pasien
dan jadwal pembedahan. Pastikan
secara verbal nama, prosedur, dan
dokter yang tepat.
Memastikan pasien dan prosedur yang
tepat
5 Stabilkan kereta pasien dan meja
operasi pada waktu memindahkan
pasien ke dan dari meja operasi.
ereta/meja yang tidak stabil dapat
terpisah, menyebabkan pasien terjatuh.
edua sisi rel harus berada pada posisi di
bawah agar pemberi perawatan dapat
membantu pasien memindahkan dan
mencegah kehilangan keseimbangan.
Antisipasi gerakan, jalur, dan selang
yang tidak berhubungan selama
melakukan pemindahan dan
mengamankan atau mendukung
mereka pada posisi yang tepat.
Mencegah terjadinya tegangan dan
dislokasi, jalur IV, selang NG, kateter, dan
selang dada. Pertahankan gravitasi jika
diperlukan.
Amankan pasien pada meja operasi
dengan sabuk pengaman pada paha
sesuai kebutuhan. Menjelaskan
perlunya restrain.
Meja di ruang operasi dan papan lengan
sangat sempit dan pasien ataupun lengan
dan kaki dapat terjatuh yang akan
menyebabkan perlukaan.
8 Siapkan peralatan dan bantalan untuk
posisi yang dibutuhkan sesuai prosedur
operasi dan kebutuhan spesiIik pasien.
Alat dan bantalan yang dibutuhkan ini
sesuai dengan berat, ukuran, dan kondisi
pasien.
Ekstremitas diletakkan sedemikian
rupa sehingga tim operasi dapat secara
periodik memeriksa keselamatan,
sirkulasi, tekanan saraI, dan posisi
tubuh.
Mencegah terjadinya trauma.
10 Pastikan keamanan elektrikal dari alat-
alat yang digunakan selama prosedur
egagalan Iungsi alat dapat terjadi selama
prosedur operasi.
2

operasi.
11 Pantau pemasukan dan pengeluaran
cairan selama prosedur operasi
dilakukan.
emungkinan terjadi kekurangan cairan
yang mempengaruhi keselamatan pemakai
obat anestesi, Iungsi organ, dan kondisi
pasien.
12 Pastikan dan catat jumlah pemakaian
kassa, alat, jarum, dan mata pisau
dengan benar.
Benda asing yang tertinggal dalam rongga
badan yang telah dijahit akan
menyebabkan peradangan, inIeksi,
perIorasi, dan pembentukan abses.

Dx. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma
jaringan, stasis jaringan tubuh, munculnya zat patogen, prosedur invasif
riteria Hasil
a) MengidentiIikasi Iaktor-Iaktor resiko individu dan intervensi untuk
mengurangi potensial inIeksi.
b) Pertahankan lingkungan aseptik yang aman
No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 Tetap pada Iasilitas kontrol inIeksi,
sterilisasi, dan prosedur/kebijakan
aseptik
Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk
mencegah inIeksi.
2 Uji kesterilan semua peralatan Benda-benda yang dipaket mungkin tampak
steril, meskipun demikian, setiap benda
harus secara teliti diperiksa kesterilannya.
3 Siapkan lokasi operasi menurut
prosedur
Minimalkan jumlah bakteri pada lokasi
operasi
4 Periksa kulit untuk memeriksa
adanya inIeksi yang terjadi
Gangguang pada integritas kulit atau dekat
dengan lokasi operasi adalah sumber
kontaminasi luka.
5 IdentiIikasi gangguan pada teknik
aseptik dan atasi dengan segera pada
waktu terjadi.
ontaminasi dengan lingkungan atau
kontak personal akan menyebabkan daerah
yang steril menjadi tidak steril sehingga
dapat meningkatkan resiko inIeksi.
Tampung cairan dan sisa yang
terkontaminasi pada tempat-tempat
tertentu di dalam ruang operasi dan
kemudian dibuang sesuai dengan
metode pembuangan yang telah
ditetapkan rumah sakit.
Penampungan akan mencegah penyebaran
inIeksi pada lingkungan / pasien lainnya
dan personel
Kolaborasi
Berikan antibiotik sesuai indikasi Dapat diberikan bila dicurigai terjadinya
inIeksi atau kontaminasi.

30

POST OPERATIF

Diagnosa Keperawatan
a) Bersihan jalan napas ineIektiI berhubungan dengan akumulasi sekret,
general anestesi, ketidakmampuan mengontrol bersihan jalan napas.
b) Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit (insisi), munculnya
saluran/selang
c) erusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan mekanik pada
kulit
d) Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stress Iisiologis, eIek
anestesi

Rencana Intervensi Keperawatan

Dx. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan akumulasi sekret,
general anestesi, ketidakmampuan mengontrol bersihan jalan napas
riteria Hasil
a) lien akan mempertahankan patensi jalan napas
b) Bunyi napas jelas, tidak ada bising
No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 Observasi Irekuensi/irama pernapasan.
Perhatikan suara stridor
Dapat mengindikasikan terjadinya
gagal napas
2 Periksa mulut terhadap akumulasi sekret Mengindikasikan penyebab
ketidakeIektiIan jalan napas
3 Awasi TTV dan perubahan mental Takikardi/peningkatan gelisah dapat
mengindikasikan terjadinya hipoksia
/ pengaruh terhadap pernapasan.
4 Berikan posisi jawthrust Dapat membuka jalan napas
5 Lakukan penghisapan/suction terhadap
sekret jika diperlukan
Pengeluaran sekret dapat membuka
jalan napas

Dx. Nyeri (akut) berhubungan dengan gangguan pada kulit (insisi),
munculnya saluran/selang
riteria Hasil
a) lien mengatakan bahwa rasa sakit telah berkurang
b) lien tampak santai, dapat beristirahat/tidur dan ikut serta dalam aktivitas
sesuai kemampuan
31

No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 aji TTV, perhatikan takikardia,
hipertensi, dan peningkatan
pernapasan
Dapat mengindikasikan rasa sakit akut
dan ketidaknyamanan
2 aji tingkat nyeri Untuk mengetahui kedalaman nyeri
3 Berikan pasien posisi yang nyaman Posisi yang nyaman dapat mengurangi
tingkat kedalaman nyeri
4 Dorong penggunaan teknik relasasi,
misalnya latihan napas dalam
Lepaskan tegangan emosional dan otot.
Tingkatkan perasaan kontrol yang
mungkin dapat meningkatkan kemampuan
koping
Kolaborasi
5 Berikan analgesik sesuai indikasi Dapat menurunkan rasa nyeri

Dx. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan mekanik
pada kulit
riteria Hasil
a) lien akan mencapai penyembuhan luka
b) Mendemonstrasikan tingkah laku/teknik untuk meningkatkan kesembuhan
dan untuk mencegah komplikasi
No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 Beri penguatan pada balutan awal/
penggantian sesuai indikasi. Gunakan
teknik aseptik yang ketat
Lindungi luka dari kontaminasi
2 Gunakan barier kulit sebelum perekat
jika diperlukan.
Mengurangi resiko terjadinya trauma
3 Periksa luka secara teratur. Catat
karakteristik dan integritas kulit.
Pengenalan akan adanya kegagalan proses
penyembuhan luka / berkembangnya
komplikasi secara dini dapat mencegah
terjadinya kondisi yang lebih serius
4 aji jumlah dan karakteristik cairan
luka
Menurunnya cairan menandakan proses
penyembuhan. Apabila pengeluaran
cairan terus-menerus atau adanya eksudat
yg bau menunjukkan terjadinya
komplikasi
5 Ingatkan pasien untuk tidak
menyentuh daerah luka
Mencegah kontaminasi luka

Dx. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan stress fisiologis, efek
anestesi
32

riteria Hasil
a) lien akan meningkatkan tingkat kesadaran
b) Mengenali keterbatasan diri dan mencari sumber bantuan sesuai bantuan
No Intervensi Keperawatan Rasional
Mandiri
1 Orientasikan kembali pasien secara
terus-menerus setelah keluar dari
pengaruh anestesi. Nyatakan bahwa
operasi telah selesai dilakukan
Dukungan dapat membantu menghilangkan
ansietas
2 Pertahankan lingkungan yang tenang
dan nyaman
Stimulus eksternal seperti suara bising,
cahaya dapat menyebabkan abrasi psikis
akibat pengaruh obat anestesi
3 aji kembali pengembalian
kemampuan sensorik dan proses
berpikir sesuai indikasi
Pasien yang mengalami pembedahan dan
telah melakukan ambulasi harus dapat
merawat dirinya sendiri dengan bantuan
orang dekat/keluarga.

33

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 200. atu Ginfal - Pengertian dan Penyebab atu Ginfal.
http://www.g-excess.com/content/view/481/. Diakses pada tanggal 2
Nopember 200
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3.
diterjemahkan oleh I Made ariasa, dkk. Jakarta: EGC
Hadipratomo. 200. atu Ginfal, Penyebab, dan Pencegahannya.
http://health1000.inIo/?p3. Diakses pada tanggal 2 Nopember 200
Harnawatiaj. 2008. atu Ginfal. http://keperawatan-gun.blogspot.com
/2008/05/batu-ginjal.html. Diakses pada tanggal 2 Nopember 200
Mayo Clinic (2008). Kidney Stone Channel. U.S. News & World Report. Diakses
pada tanggal 2 Nopember 200
Moe, Orson W. 200. Kidney stones. pathophysiology and medical management.
The Lancet 3
O'Connor, Anahad. 2008. The Claim. Too Much Cola Can Cause Kidney
Problems. The New York Times, January 22, 2008. Diakses pada tanggal
2 Nopember 200
Parmar, Malvinder S. 2004. Kidney stones. British Medical Journal 3 (453):
14201424.
Smeltzer, Suzanne C; et al. 2001. uku Afar Keperawatan Medikal edah
runner & Suddarth. Jolume 2. Edisi 8. Diterjemahkan oleh Agung
Waluyo, dkk. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai