Anda di halaman 1dari 4

Nama NIM Prodi

: Luqman Tajmahal : 07406241015 : Pendidikan Sejarah KERAJAAN PAGAN 1044-1287 Hampir sama dengan Indonesia, Burma atau Myanmar sekarang tidak terdiri dari

satu bangsa tetapi merupakan campuran dari berbagai bangsa yang mendiami wilayah di sekitar Sungai Irawadi. Bangsa-bangsa tersebut antara lain adalah Pyu, Birma, (dari Tibet), Mon (Tenaserim), Karen, Sahn (Siam) dan Kachin (bagian utara)1. Menurut G.H Luce dalam Sejarah Asia Tenggara karya D.G.E Hall, penduduk asli Burma sendiri diduga berasal dari daerah sekitar Gurun Gobi, Timur Laut Tibet yang kemudian bermigrasi ke selatan karena serangan Cina2. Sedangkan nama Burma atau Birma berasal dari kata Mirma, sebagaimana disebut dalam suatu prasasti bangsa Mon pada tahun 11023. Dalam perkembangannya penyatuan bangsa-bangsa tersebut terjadi pada masa Kerajaan Pagan. Kerajaan Pagan berdiri pada tahun 1244 dan Anawrahta merupakan raja pertamanya. Anawrahta mendirikan Kerajaan Pagan berhasil menaklukan Kerajaan Dwarawati dari bangsa Mon. Kerajaan Pagan ini bercorak Budha Hinayana yang berkembang dari Sri Lanka dan kemudian sering disebut Budha Theravada. Agama Budha Hinayana ini, mengeser kedudukan Budha Mahayana yang berkembang dari India dan merupakan agama dari bangsa Mon dan kerajaan Dwarawati. Selain menaklukan Mon dan Dwarawati, kerajaan Pagan pada masa pemerintahan Anawrahta juga berhasil menaklukan Thaton dengan tujuan untuk mendapatkan kitab suci Tripitaka. Meskipun pada masa Raja Anawrahta agama Budha Theravada berkembang cukup pesat, namun praktek animisme masih belum bisa ditinggalkan. Hal tersebut
1 Wawan Darmawan. Perkembangan Kerajaan di Asia Tenggara. http://file.upi.edu/Direktori/B%20%20FPIPS/JUR.%20PEND.%20SEJARAH/197101011999031%20-%20WAWAN %20DARMAWAN/PERKEMBANGAN%20KERAJAAN%20di%20Asteng.pdf di akses pada tanggal 16 Oktober 2010. 2 D.G.E Hall. 1988. Sejarah Asia Tenggara. diterjemahkan oleh I.P Soewarsa dan Habib Moestopo. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm 127. 3 Ibid. Hlm 129.

menunjukan adanya sinkretisme di Kerajaan Pagan. Bukti-bukti mengenai adanya sinkretisme tersebut dapat dilihat dengan didirikannya Pagoda yang di dalamnya terdapat tempat untuk untuk menyembah Nat. Penaklukan Kerajaan Pagan atas Mon, tidak diterima begitu saja oleh bangsa Mon. Pada masa pemerintahan Saw Lu putra dari Anawrahta (1077-1084), para biksu dan pendeta Mon melakukan pemberontakan karena pembatasan hak-hak bagi para biksu tersebut. Akan tetapi kerajaan Pagan dapat diselamatkan oleh Kyanzittha (1084-1112) yang juga merupakan putera Anawrahta. Kyanzitha naik tahta kerajaan Pagan detela berhasil menaklukan pemberontakan dari para biksu. Pada masa pmerintahan Kyanzittha, hubungan baik dengan Cina kembali dijalin. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah akses perdagangan jalur darat. Selain itu, pada masa pemerintahan Kyanzittha juga banyak ditulis prasasti-prasasti dalam bahasa Mon. bangunan-bangunan suci juga mulai dibangun pada masa pemerintahannya, salah satunya yang paling indah adalah Candi Ananda. Pemerintahan Pagan kemudian dilanjutkan oleh Alaungsithu cucu dari Kyanzitta. Pada masa pemerintahannya, banyak prasasti-prasasti yang telah dibuatnya. Pemerintahan Alaungsithu juga memperlihatkan hal yang kontras. Satu sisi Alaungsithu merupakan raja Budha yang ideal, di sisi lain pemberontakan terjadi di mana-mana. Pemberontakan dan kekacauan terus terjadi, hal tersebut berujung pada terbunuhnya Alaungsithu oleh putranya sendiri yang bernama Narathu (1167-1170) dan kemudian merebut tahta kerajaan. Akan tetapi naiknya Narathu tidak juga berhasil memadamkan pemberontakan dan kekacauan. Masa pemberontakan dan kekacauan di Kerajaan Pagan baru berakhir ketikan Narapatisithu (1173-1210) naik tahta. Pada masa pemerintahannya, bayank didirikan candi-candi, dua diantaranya adalah Gawdawpalin dan Sulamani. Irigasi juga banyak dibangun untuk kelancara pertanian rakyat. Pada masa ini juga agama Budha Theravada berkembang dengan pesat dan kemudian dijadikan agama resmi yang akhirnya banyak dianut oleh rakyatnya. Setelah pemerintahan Narapatisithu, pemerintahan Pagan kemudian dilanjutkan

oleh putranya yaitu Nantaungmya (1210-1234). Raja Nantaungmya lebih dikenal dengan nama samara Htilominlo. Pada masa pemerintahannya, utnuk terakhir kalinya pembangunan candi-candi kerajaan Pagan masih dilakukan. Salah satu candi yang berhasil didirikan pada masanya adalah Candi Htilominto, sesuai dengan nama samara Raja Nantaungmya. Karena Htilominto banyak menghabiskan waktu untuk di bidang keagamaan, maka pemerintahan kerajaan Pagan di bantu oleh ke empat saudaranya. Setelah pemerintahan Htilominto, Kerajaan Pagan dilanjutkan oleh Kyaswa (1234-1250) dan Uzana (1250-1254). Kedua raja ini tidak begitu penting karena tidak ada pembangunan atau hasil yang didapatkan oleh kerajaan Burma. Pada masa inilah tandatanda kemunduran Kerajaan Pagan mulai muncul. Kemunduran dan kehancuran Kerajaan Pagan terjadi pada masa pemerintahan Raja Naratihapate (1254-1287). Raja Naratihapate merupakan raja yang kejam jauh dari sifat-sifat keagamaan. Pada masa pemerintahannya, wilayah Cina berhasil ditaklukan oleh bangsa Mongol di bawah komando Kubilai Khan. Ketika bangsa Mongol meminta pengakuan kedaulatan dan pembayaran upeti, kerajaan Pagan di bawah pemerintahan Narathihapate menolaknya dan bahkan membunuh utusan dari Mongol tersebut. Narathipahate secara tidak langsung juga menantang kekuatan Mongol dengan menyerang Kerajaan-kerajaan kecil yang tunduk kepada Mongol diwilayah perbatasan Timur Laut Pagan. Tindakan tersebut memaksa Kubilai Khan untuk beraksi dan memerintahkan penguasa-penguasa setempat yang tunduk kepadanya untuk menyerang kerajaan-kerajaan kecil diwilayah perbatasan Timur Laut yang telah ditaklukan Pagan. Perintah Kubilai Khan dijalankan oleh Gubernur Pali yang mengirimkan pasukannya dan berhasil mendesak Narathipahate kembali ke negerinya sendiri. Serangan berikutnya dibawa oleh pasukan dari Yunan pada tahun 1283, yang berhasil menghancurkan sisa-sisa kekuatan kerajaan Pagan. Raja Narathihapate yang panik setelah serangan dari Tali dan Yunan, mempercayai bahwa pasukan Mongol tersebut akan menyerang pusat kerajaan. Dengan kepanikan seperti itu Raja Naratihapate meninggalkan ibu kota kerajaan menuju wilayah Bassein. Dan ketika hendak kembali ke pusat kerajaan, di dibunuh oleh putranya sendiri. Tindakan tersebut juga sebagai pertanda runtuhnya kerajaan Pagan.kekuasaan pusat hilang, dan diikuti dengan kemerdekaan wilayah-wilayah di sekitar Sungai Irawadi,

seperti Arakan di Utara, Mon di Selatan. Dengan keadaan seperti itu, bangsa Mongol yang dipimpin oleh cucu Kubilai Khan menyerbu ke Lembah Sungai Irawadi dan menduduki kerajaan Pagan. Raja terakhir Pagan adalah raja Kyawswa, yang merupakan satu-satunya anggota keluarga kerajaan yang masih hidup. Pengangkatan Kyawswa sendiri tidak lepas dari kebijakan Mongol yang membagi dua wilayah Pagan yaitu wilayah Utara dan Tengah. Untuk wilayah tengah pagan diperintah oleh Kyawsswa, dengan status , Pagan adalah ibukota propinsi Birma tengah yang tunduk pada kekaisaran Mongol.

Sumber :
Wawan Darmawan. Perkembangan Kerajaan di Asia Tenggara. http://file.upi.edu/Direktori/B%20-%20FPIPS/JUR.%20PEND.%20SEJARAH/197101011999031%20%20WAWAN%20DARMAWAN/PERKEMBANGAN%20KERAJAAN%20di%20Asteng.pdf di akses pada tanggal 16 Oktober 2010. D.G.E Hall. 1988. Sejarah Asia Tenggara. diterjemahkan oleh I.P Soewarsa dan Habib Moestopo. Surabaya: Usaha Nasional.

Anda mungkin juga menyukai