Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 LATAR BELAKANG MASALAH Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap minat klien dalam memanfaatkan layanan konseling antara lain adanya sarana penunjang dan pandangan klien terhadap konselor sebagai pribadi, klien akan merasa enggan untuk meminta bantuan apabila konselor adalah seorang yang memiliki kepribadian yang kurang disukai Sebagai tenaga professional konselor memiliki standart kompetensi kepribadian, namun adakalanya kepribadian yang telah dipelajari itu belum secara mendarah daging diterapkan karena kemungkinan adanya dominasi dari kepribadian asli, hal ini harus betul-betul secara penuh kesadaran untuk diantisipasi. Agar dapat menumbuhkan kepercayaan klien untuk mau memanfaatkan layanan konseling maka konselor harus berusaha dalam meningkatkan efektifitas layanan yang diberikan, usaha yang dilakukan sudah tentu adalah selalu meningkatkan kemampuannya dalam memberikan bantuan, hal ini berhubungan dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang mutlak harus dikuasai dalam pemberian layanan konseling, apabila konselor kurang memahami terhadap pengetahuan tersebut maka akan terjadi suatu ketidak jelasan pada tujuan konseling, konseling hanya akan berjalan sebagai curhat (curahan hati) semata yang semua orang dapat melakukannya, tak akan ada bedanya cara penanganan masalah orang biasa dengan penanganan konselor bila konselor dalam bekerja tidak pernah menggunakan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan dalam konseling. Beberapa konstalen di atas telah mendasari kami dalam pembuatan makalah ini. Selanjutnya akan kami bahas dan jabarkan lebih luas pada bab pembahasan.

1.2 RUMUSAN MASALAH Adapun beberapa hal yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku konselor yang efektif dan tidak efektif itu? Semua permasalahan tersebut akan kami bahas lebih rinci selanjutnya pada bab pembahasan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 KONSELOR YANG EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat menunjukkan perilakunya secara efektif, baik perilaku verbal maupun non verbal. Beberapa ahli konseling mengidentifikasi beberapa perilaku verbal non verbal konselor yang efektif dan tidak efektif sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini1: A. Perilaku Verbal: Tidak Efektif Efektif Terlalu banyak memberikan nasihat- Menggunakan kata-kata yang dapat nasihat yang tidak perlu terutama bertanya mengapa Menyalahkan klien Menilai klien Membujuk klien Menceramahi Mendesak klien sendiri dimengerti (bahasa ilmiah) Penafsiran yang berlebihan Sikap merendahkan klien Sering menuntut/meminta klien Analisis yang berlebihan
1

dipahami klien terhadap pernyataan klien Membuat kesimpulan-kesimpulan Merespon pesan utama klien Memberi dorongan minimal Memanggil panggilan Menjawab pertanyaan humor tentang secara klien, diri tepat klien dengan nama

Terus menerus menggali dan bertanya Memberikan refleksi dan penjelasan

Terlalu banyak berbicara mengenai diri Memberi informasi sesuai keadaan Menggunakan kata-kata yang tidak konselor Menggunakan tentang pernyataan sesekali

diselingi dengan humor agar tidak terkesan kaku Penafsiran yang sesuai dengan situasi
Efektif, diakses

Akhmad Sudrajat, Perilaku konselor yang Fektif dan Tidak http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/10/perilaku-konselor-yang-efektif-dan-tidak-efektif/, pada tanggal 21 Desember 2011

Menyimpang dari topik Sok intelektual Selalu mengarahkan klien

Bila perlu memberi ucapan-ucapan yang dapat menentramkan bijak, klien (pujian, tidak membangkan klien) Bersikap tenang, dan terburu-buru Tetap menjaga nilai-nilai dan norma yang berlaku

B. Perilaku Non-Verbal: Efektif Tidak Efektif Nada suara disesuaikan dengan klien Berbicara terlalu cepat atau terlalu pelan (tenang, sedang) Memelihara kontak mata baik/tidak melirik ke sana kemari Sesekali menganggukkan kepala Wajah yang bersemangat Kadang-kadang memberi tangan, tetapi tidak terlalu sering tidak terlalu dekat Ucapan tidak terlalu cepat/lambat Duduk agak condong ke arah klien Bersikap ramah dan senyum Sentuhan (touch) disesuaikan dengan usia klien dan budaya lokal Dalam pendapat lain mengatakan bahwa untuk menjadi konselor yang efektif diperlukan sikap dan perilaku antara lain2: a) Empati. Empati adalah memahami perasaan orang lain dengan mencoba ikut merasakan seperti yang terungkap b) Menjadi pendengar yang baik
2

Menutup mata atau mengantuk yang Menguap Cemberut Duduk menjauh dari klien Nada suara tidak menyenangkan isyarat Membuang pandangan Tidak menghargai klien dan bersikap Gerak gerik / isyarat yang

Jarak dengan klien relatif dekat, namun sesenaknya sendiri mengacaukan konseling Mengernyitkan dahi

Sofyan S. Willis., Konseling Individual: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2004), hal 25

c) Tidak menghakimi. d) Kesabaran. Kita ingat selalu agar kita sabar untuk mencapai tujuan utama konseling. e) Melihat Penyebab akar masalah itu sendiri. f) Mendengar keluhan dari masalahnya. g) Membimbing konsele sampai pada titik dimana konsele dapat mengambil keputusan sendiri dari masalahnya. Dalam dunia konseling, beberapa hal yang harus dihindari konselor supaya tidak menghambat keefektifan kerjanya adalah: a. Memihak /menitikberatkan pada informasi sepihak b. Mengambil kesimpulan yang premature/tergesa-gesa/ceroboh c. Menekankan konfrontasi d. Terlalu banyak ikut campur e. Akrab dengan konsele lawan jenis f. Kegagalan menyimpan rahasia g. Pelayanan yang tidak seimbang PERHATIAN: Ketika memberi masukan jangan langsung memberi keputusan/jawaban sendiri Tidak boleh menghakimi, menuduh atau memojokan konsele/klien dari masalahnya. Jangan masukan kesaksian pribadi /pengalaman pribadi dari konselor. Selain upaya dalam meningkatkan efektifitas pelayanan yang diberikan juga tak kalah pentingnya adalah upaya konselor dalam meningkatkan efektifitas dirinya sebagai pribadi, dalam menumbuhkan kepercayaan siswa untuk mau memanfaat bantuan konselor, maka diperlukan dimilikinya oleh konselor karakteristik-karakteristik pribadi yang efektif, yaitu: 1. Cerdas, diperlukan dimilikinya kecerdasan untuk dapat melihat/menemukan adanya masalah dalam diri orang lain dan mampu untuk memberikan jalan penyelesaian. 2. Mengerti dan dapat menerima orang lain, dengan mengerti dan dapat menerima 5

maka orang lain akan merasakan kenyamanan dalam mengemukakan tentang dirinya sehingga timbul rasa percaya dalam diri orang lain. 3. Menunjukkan minat yang besar terhadap orang lain 4. Mampu untuk dipercaya 5. Bijaksana, Selalu memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, berpikir luas dan memiliki yang berbeda. 6. Sanggup bergaul dengan siapa saja tanpa memandang adanya perbedaan. 7. Sanggup membuktikan empati, dapat memahami dan merasakan apa yang orang lain rasakan tetapi tidak menyamakan dirinya dengan orang lain secara berlebihan. 8. Memiliki rasa humor 9. Mampu bekerja sama 10. Belajar menjadi konselor yang baik (konseling). Berbicara tentang Konseling maka ada 2 pribadi didalamnya; Konselor adalah: Orang yang menolong (Penolong) seseorang yang bermasalah.Konsele/Konseli/Klien adalah: Orang yang sedang bermasalah (yang ditolong) PENDAPAT EFEKTIF3 Dalam memberikan bimbingan atau arahan pada klien, konselor haruslah mempunyai karateristik yang baik, adapun karateristik konselor yang efektif dalam memberikan arahan maupun solusi terhadap klien, sehingga klien dapat menemukan pemecahan masalah atas dirinya. A. Penelitian-penelitaian dari beberapa para ahli yang dikutip oleh Brammer, Abrego & Shostrom (1993):
3

toleransi terhadap keyakinan-keyakinan, nilai-nilai

BEBERAPA

AHLI

MENGENAI

KONSELOR

YANG

Sikap hangat Dapat memahami Positive regard Self-revealing

Melody, Karakterisrik Konselor yang Efektif, http://psikonseling.blogspot.com/2010/01/karateristikkonselor-yang-efektif.html, diakses pada tanggal 21 Desember 2011

Kondisi fasilitatif sehingga dapat membantu perubahan pada klien Keterbukaan dalam diri konselor

B. Carl Rogers (1971), menyebutkan tiga karakterisitik konselor yang efektif adalah: 1) Congruence (Genuineness, Authenticity) Kongruensi itu sangat penting sebagai dasar sikap yang harus dipunyai oleh seorang konselor. Ia harus paham tentang dirinya sendiri, berarti pikiran, perasaan dan pengalamannya haruslah serasi. Kalau seseorang mempunyai pengalaman marah, maka perasaan dan pikirannya harus marah, yang tercermin pula dalam tindakannya. Ia harus memahami bias-bias yang ada dalam dirinya, prasangka-prasangka yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan asset-aset yang dipunyainya. Kalau ia menyadari hal ini, ia dapat membuat pembedaan antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain bukanlah dirinya. 2) Unconditional positive regard (Acceptance) Penerimaan tanpa syarat atau respek kepada klien harus mampu ditunjukan oleh seorang konselor kepada kliennya.. Ia harus dapat menerima bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai sendiri, kebutuhankebutuhan sendiri yang lain darpada yang dimiliki olehnya. Asumsi dasar yang melandasi Acceptande adalah: Individu mempunyai infinite worth and dignity. Individu mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas. Adalah hak manusia untuk membuat keputusannya sendiri dan untuk menjalani hidupnya sendiri. Orang mempunyai kamampuan atau potensi untuk memilih secara bijaksana, dan menjalani hidup yang teraktualisasi dan bermakna secara sosial. Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri. Empati adalah konsep yang sepertinya mudah dipahami sulit untuk dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang lain dari 7 3) Empati

sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang dirasakan harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati harus yang kuat, ia harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri, tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang lain. C. Baruth dan Robinson III (1987), menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang efektif sebagai berikut : Terampil menjangkau (reaching out) kliennya. Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin dalam diri orang yang akan dibantunya. Mampu menjangkau kedalam dan keluar. Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang yang sedang dibantunya. Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhannya sendiri. Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya. Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibatunya tanpa menerapkan value judgments. Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam kerangka system. Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal-hal yangterjadi di dunia. Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self-defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku nyang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan. Terampil membantu orang lain untuk melihat ke dalam dirinya sendiri dan bereaksi secara tidak detensif terhadap pertanyaan Siapakah saya? Hackney dan Cormier menyebutkan karakteristik seorang konselor :

Kesadaran tentang diri (self-awareness) dan pemahaman diri sendiri. Kesehatan psikologi yang baik. Sensitivitas terhadap dan pemahan tentang faktor-faktor rasial, etnik dan budaya dalam diri sendiri dan orang lain. Keterbukaan (open-mindedness). Objektivitas: Mengacu pada keampuan untuk melibatkan diri dengan klien disatu pihak, tetapi juga pada saat yang bersamaan berdiri di kejauhan dan melihat dengan akurat apa yang terjadi dengan kliennya dan hubungannya.

Kompetensi:

Tuntuan

seorang

konselor

mempunyai

pengetahuan,

informasi dan keterampilan untuk membantu. Dapat dipercaya (trustworthiness) : Termasuk didalamnya adalah kualitaskualitas konselor seperti reliabilitas, tanggung jawab, standar etik, prediktabilitas. Interpersonal attractiveness. Dengan mempunyai karateristik diatas, niscaya seorang konselor akan dapat menjadi efektif dalam memberikan bimbingan atau solusi pada klien.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai Konselor yang Efektif dan Tidak Efektif dapat disimpulkan bahwa: Agar dapat menumbuhkan kepercayaan klien untuk mau memanfaatkan layanan konseling maka konselor harus berusaha dalam meningkatkan efektifitas layanan yang diberikan, usaha yang dilakukan sudah tentu adalah selalu meningkatkan kemampuannya dalam memberikan bantuan, hal ini berhubungan dengan penerapan pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang mutlak harus dikuasai dalam pemberian layanan konseling. Dengan mempunyai karateristik yang baik, maka seorang konselor akan dapat menjadi efektif dalam memberikan bimbingan atau solusi pada klien.

10

Anda mungkin juga menyukai