Anda di halaman 1dari 4

Hubungan Konidsi Rumah Dengan Penyakit TBC Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Lero Kabupaten Pinrang Tahun

2008-2010
1. Latar Belakang Secara umum dikatakan bahwa terwujudnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. Namun perlu disadari bahwa derajat kesehatan sangat di pengaruhi oleh lingkungannya, dalam hal ini lingkungan yang kurang mendukung ditinjau dari segi kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (UU No.23 tahun 1992). Menurut Henri L Blum, derajat kesehatan di pengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas. Lingkungan menempati urutan pertama sebagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang karena lingkungan sangat berkaitan erat dengan status kesehatan seseorang maupun masyarakat. Kesehatan perumahan adalah kondisi fisik, kimia dan biologik di dalam rumah di lingkungan rumah dan perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Di indonesia 400 orang meninggal setiap harinya karena penyakit TBC, sehingga penanganan masalah TBC perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini berhubungan dengan fakta bahwa insiden penyakit ini lebih tinggi pada rumah tangga miskin. Perhitungan dampak ekonomi akibat penyakit TBC meliputi 2 hal yaitu hilangnya waktu produktif karena sakit dan hilangnya waktu produktif karena mati. Dengan demikian, masalah penyakit TBC secara potensial akan menyebabkan terjadinya kemiskinan dan sekaligus memperdalam tingkat kemiskinan. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah penulis lakukan pada 10 rumah penderita TBC di wilayah puskesmas Ujung Lero tahun 2010 diketahui bahwa 9 rumah (90%) kondisinya tidak sehat. Kelompok komponen rumah yang perlu mendapat perhatian adalah kendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, dan pencahayaan. Sebanyak 100% menyatakan bahwa yang berpengaruh terhadap kesembuhan penyakit TBC hanya minum

obat secara teratur dan kondisi rumah yang sehat tidak cukup penting untuk mendukung kesembuhan mereka. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Rumah dengan Penyakit TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Lero Kabupaten Pinrang Tahun2008-2010. 2. Rumusan masalah

3. Tujuan penelitian : a. Tujuan umum Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan Kondisi Rumah dengan Penyakit TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Lero Kabupaten Pinrang Tahun 2008-2010. b. Tujuan khusus 1. Diketahuinya besar risiko langit-langit rumah dengan penyakit TBC. 2. Diketahuinya besar risiko dinding rumah dengan penyakit TBC. 3. Diketahuinya besar risiko lantai rumah dengan penyakit TBC. 4. Diketahuinya besar risiko jendela kamar tidur dengan penyakit TBC. 5. Diketahuinya besar risiko jendela ruang keluarga dengan penyakit TBC. 6. Diketahuinya besar risiko ventilasi dengan penyakit TBC. 7. Diketahuinya besar risiko lubang asap dapur dengan penyakit TBC. 8. Diketahuinya besar risiko pencahayaan dengan penyakit TBC. 9. Diketahuinya besar risiko kepadatan penghuni dengan penyakit TBC.

4. Manfaat penelitian: a. Manfaat praktis b. Manfaat teoritis 5. Tinjauan kepustakaan 6. Kerangka konsep, hipotesis, dan definisi operasional. a) Kerangka konsep b) Hipotesis c) Definisi operasional 7. Metode penelitian: a. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan case control study (penelitian kasus pembanding), yang hasilnya akan dianalisa secara deskriptif dan analitik. b. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ujung Lero, Kabupaten Pinrang. c. Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah penderita TBC dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Ujung Lero sebanyak 80 buah. Besarnya sampel kasus dalam penelitian ini adalah total populasi kasus yang ada yaitu 40 rumah penderita TBC. Kontrol dalam penelitian ini adalah rumah tetangga penderita TBC yang tidak menderita TBC dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yang berdomosili di wilayah kerja Puskesmas Ujung Lero sebanyak 40 buah. d. Cara pengumpulan data Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuisioner terstruktur dengan responden yang menjadi subjek penelitian baik terhadap kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Sedangkan data sekunder berisi tentang identitas kasus, diperoleh dari dokumen petugas surveilans puskesmas Ujung Lero meliputi nama, umur, diagnosis, alamat tempat tinggal. e. Instrumen penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner A dalam penelitian ini terdiri dari 9 item yang meliptui langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur, pencahayaan, dan kepadatan penghuni. Kuisioner B dalam penelitian ini terdiri dari 4 pertanyaan yang meliputi anggota keluarga yang tertular penyakit TBC, pengetahuan tentang rumah sehat, pengetahuan tentang minum obat TBC, penyuluhan penyakit TBC. f. Rencana pengolahan dan analisis data Analisis dan penyajian data dilakukan dengan beberapa cara yaitu : pertama, analisis deskripsi dari variabel penelitian, unutk memberikan gambaran distribusi frekuensi kasus berdasarkan variabel waktu, tempat, dan orang. Kedua, analisis bivariat dengan uji chi-quare dilakukan untuk mengetahui kondisi rumah pada =

kelompok kasus dan kelompok pembanding, dengan derajat kemaknaan 95% atau

0,05. Analisa data dengan menghitung nilai odds ratio untuk mengetahui besarnya

risiko masing-masing komponen rumah dengan penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas Ujung Lero, Kabupaten Pinrang Tahun 2008-2010. 8. Daftar kepustakaan

Anda mungkin juga menyukai