Anda di halaman 1dari 2

KONFLIK BERKEPANJANGAN DI KASHMIR Oleh : Agus Santoso Kashmir adalah negeri berpenduduk muslim mayoritas.

Sekitar 85 % dari delapan juta penduduknya beragama Islam. Wilayah seluas 222.236 kilometer tersebut terletak di wilayah jantung Asia, diapit oleh China di sebelah timur, India di selatan, Pakistan dan Afghanistan di barat, serta CIS di utara. Pada awalnya, negeri ini dikenal dengan sebutan Surga Dunia, karena keindahan alamnya yang mempesona. Kekayaan alam Kashmir ini sedikitnya memberikan pemasukan devisa sekitar 400 juta dolar per tahun dari para pelancong. Namun, keindahan Kashmir tersebut kini berubah menjadi lautan api dan darah, menjadi ladang pembantaian. Hingga saat ini Kashmir terus bergejolak. Pertempuran kembali terjadi pada awal bulan Desember tahun lalu (7/12/1999). Para pejuang mujahid Kashmir bentrok dengan tentara India di Ganderbal, dekat Srinagar. Sekitar delapan orang pejuang Kashmir syahid. Sementara dari pihak India, menurut pejabat dari Al Badr, bentrokan tersebut menewaskan sekitar empat orang tentara India. Gerilyawan Kashmir tersebut diduga dari kelompok Tahrik Al Badr, sebuah kelompok pejuang Kashmir yang cukup disegani. Pimpinan pejuang Kashmir dari kelompok Tahrik Al Badr tersebut, yakni Hisamudin Ahmad pada tanggal 5 Desember 1999 ditangkap tentara India. Ia diinterogasi dan disiksa serta dikenai teror mental. Konflik persengketaan India-Kashmir ini mulai memanas sejak tahun 1947 (26 Oktober), bersamaan dengan terpecahnya India menjadi dua bagian, yakni Pakistan di bagian barat dan India di bagian timur. Masyarakat Kashmir sebenarnya telah menentukan pilihan mereka untuk bergabung dengan pemerintah Pakistan, namun dengan licik, India berhasil menekan Kashmir dan mengelabui dunia internasional dengan mengklaim bahwa Kashmir adalah bagian propinsi India yang tak terpisahkan. India mem-blow up informasi bahwa Kashmir berupaya subversif dan bertindak separatis, dan ingin memisahkan diri dari India. Permusuhan antara India dan Kashmir ini telah melahirkan banyak korban. Pemerintah India (Hindu) melakukan pemusnahan terhadap bangsa Kashmir secara sistematis melalui penculikan, penahanan, penyiksaan, pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran dan pengrusakan. Berdasarkan sumber yang dapat dipercaya, antara Januari 1990 sampai Desember 1992, 26.000 orang Kashmir yang terbunuh oleh tentara India, 60.000 orang yang terluka ringan dan berat. Selain itu, sekitar 4000 lebih wanita diperkosa, 200 wanita meinggal, 1700 orang dibakar hidup-hidup, 9000 rumah dibakar dan dihancurkan, serta 40.000 orang dipenjarakan di kamp-kamp yang didirikan di berbagai tempat di Kashmir. India dan Pakistan adalah bekas wilayah jajahan Inggris. Negara Imperialis Eropa ini memberikan andil yang besar bagi munculnya persengketaan India-Pakistan dan India Kashmir. Ketika Pakistan memisahkan diri dari India, wilayah Kashmir tak terselesaikan. Justru Kashmir oleh Inggris diserahkan kepada India pada tahun 1947. Hal ini memang tak lepas dari skenario politik yang dilancarkan Inggris dan para pemimpin Hindu. Mereka menginginkan Kashmir menjadi bom waktu. Suatu saat, bom waktu ini bisa diledakkan. Kini terbukti, Kashmir menjadi benih sengketa antara India dan Pakistan. Beberapa kali Kashmir menjadi pemicu timbulnya konflik dan perang terbuka antara pihak Pakistan dan India. Perselisihan berkepanjangan antara India-Pakistan yang bermuara di Kashmir ini tak lepas dari adanya konflik agama (Islam-Hindu) dan politik, baik di antara negara-negara yang bertikai maupun negara-negara lain yang punya kepentingan politik, seperti Inggris, AS, dan Rusia (Soviet). Dalam perpektif agama, adalah wajar jika Kashmir dan Pakistan berkeinginan untuk memisahkan dari kekuasaan pemerintahan India yang didominasi penganut agama Hindu. Kashmir dan Pakistan adalah negeri Islam. Apalagi jika pemerintah Hindu India tersebut memaksakan kehendaknya terhadap penduduk muslim Kashmir. Di sini posisi Pakistan sepertinya ingin menjadi The Mother Land bagi kaum muslimin yang tersingkir dari India, akibat tindakan politk golongan Hindu. Oleh karena itu, Pakistan menginginkan Kashmir menjadi negeri yang kuat dalam bidang politik, ekonomi dan militer. Sementara itu, dalam bidang milirer, Pakistan telah memiliki kekuatan yang cukup luar biasa dibandingkan dengan negara-negara Asia Selatan lainnya. Hal ini pulalah yang menyebabkan Amerika Serikat beserta sekutunya dan Rusia merasa berkepentingan untuk menundukkan kekuatan Pakistan di Asia. Dalam bidang lainnya, seperti politik, ekonomi maupun strategi militer, tidak bisa dipungkiri bahwa Pakistan memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap Kashmir. Potensi alam Kashmir pun seolah jadi bahan rebutan. Di Kashmir terdapat tiga sungai besar yang sangat menentukan kondisi perairan di Pakstan. Jika air sungai tersebut seluruhnya dialirkan ke India, maka Pakistan akan menjadi padang tandus. Dari segi militer, letak geografis Kashmir yang strategis bisa digunakan untuk membangun kekuatan militer. Oleh karena itu, barangsiapa yang bisa menguasai Kashmir , maka ia akan dapat dengan mudah menguasai daerah di sekitarnya. Sementara dari pihak India, mereka sangat berkepentingan terhadap penguasaan Kashmir. Sebab, dari segi politik, sejak dulu India selalu berambisi untuk menjadi Tuan Di Asia Selatan. Bahkan dalam mitos Hindu, seperti dikatakan oleh DR Ayyub Toukar dalam sebuah wawancara dengan harian Asy Syarkul Ausat di London : India adalah Tuhan, kepalanya Kashmir dan Tibet, tangan kirinya terbentang sampai ke Indonesia dan tangan kanannya sampai ke kepulauan Maurycus, sementara kakinya di laut India, samping Srilangka. Oleh karena itu, wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah-wilayah suci bagi umat Hindu. India dalam perjalanan sejarahnya selalu melakukan aliansi politik dengan Soviet (kini Rusia). Keberpihakan kapada Soviet ini menjadikan India berada di Blok Timur (Komunisme) dan berseberangan

dengan Blok Barat (AS). Namun pasca leburnya perang dingin dengan ditandai runtuhnya Uni Soviet (sebagai kekuatan Komunisme/Blok Timur) yang menjadikan AS satu-satunya negara adikuasa, telah merubah haluan keberpihakan AS. Dalam konflik Kashmir ini, AS malah mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah kepentingan politk AS bermain. Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan dengan gencar memberikan dukungan. Amerika Serikat sebagai negara adidaya, memiliki tingkat pressure yang sangat kuat, sehingga mampu menundukkan mantan Perdana Menteri Pakistan, Nawaz Sharif. Dalam pernyataanya, Nawaz Sharif menjanjikan akan menarik pasukan Pakistan dari wilayah Kashmir. Tentu saja pernyataan Sharif tersebut mendapat tanggapan keras, baik dari para pejuang Kashmir maupun dari masyakat Pakistan. Dus, akhirnya Nawaz Sharif terguling dalam sebuah kudeta tak berdarah yang dipimpin Jenderal Pervez Musharraf, pertengahan Oktober lalu. Menghadapi berkuasanya militer di Pakistan, India semakin menguatkan pasukannya di Kashmir. Mereka mengantisipasi makin gencarnya dukungan Pakistan terhadap pejuang Kashmir. Sementara, Jenderal Pervez Musharraf dalam sebuah wawancara dengan BBC hanya menyatakan pasukannya cuma berjaga-jaga di perbatasan untuk mengantisipasi gerakan dari pasukan India. Perlakuan India terhadap kaum Muslim Kashmir, tak ubahnya seperti perlakukan Israel terhadap kaum muslim Palestina, yakni represif total. Kampanye anti kelompok Islam semakin meningkat di seluruh India. Usir, Bakar dan Bunuh dan India orang Hindu adalah semboyan setiap orang Hindu di India yang ditujukan kepada golongan muslim. Target mereka adalah ingin memusnahkan kelompok-kelompok muslim dari wilayah itu. Gerakan ini juga mirip dengan pembersihan etnis di Vietnam May Lai yang menewaskan ratusan orang. Kashmir memang telah menjadi kantung dendam dan kebencian yang sudah berkerak. India semakin bersikukuh untuk mencengkeramkan kuku penjajahannya di Kashmir. Sementara Mujahidin Kashmir tampaknya tak akan surut melakukan perlawanan. India mengerahkan pasukan dan altileri dalam jumlah besar. Sekitar 60.000 tentara dan 4000 peluru altileri dan serangan udara siang malam membombardir syurga Kashmir. Upaya perundingan yang melibatkan Pakistan dan India belum memperlihatkan hasil yang berarti. India memberikan syarat yang menyudutkan Pakistan dan Kashmir, yakni Pakistan harus menarik mundur pasukannya terlebih dahulu dari Kashmir. Tentu saja, Pakistan membantah klaim India tersebut, karena pasukan gerilyawan tersebut adalah penduduk asli Kashmir yang mempertahankan kemerdekaan mereka setelah selama 50 tahun lebih mereka dijajah. Berdasarkan situasi dan kondisi terakhir, konflik di Kashmir ini diperkirakan masih akan terus bergejolak. Mengingat kedua belah pihak masih bersitegang. Gelombang pengungsi Kashmir masih terus berduyun-duyun meninggalkan tanah airnya. Sampai kapankah Kashmir ini kembali menjadi Syurga Dunia. Tentu tak kan ada yang mengetahui, kecuali Allah Azza Wa Jalla. Agus Santoso, Berbagai Sumber

Anda mungkin juga menyukai