Anda di halaman 1dari 10

Polda Kaltim Segel TV Kabel Ilegal

Senin, 6 Desember 2010 - 13:55 wib

Stefanus Yugo Hindarto - Okezone

BALIKPAPAN - Upaya penegakan hukum atas adanya pembajakan siaran televisi berbayar terus berlanjut. Jajaran Kepolisian Daerah Kalimantan Timur, Minggu (5/12/2010) malam kemarin, melakukan penyegelan dan menyita peralatan siaran milik sebuah TV kabel di Balikpapan. Aksi ini merupakan tindaklanjut atas laporan Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI) pada tanggal 24 November 2010 atas adanya redistribusi siaran televisi berbayar secara ilegal. Upaya yang dilakukan dalam rangka law enforcement ini digelar sekitar pukul 23.00 WIT, di bawah supervisi Komisaris Polisi Mulyono. Sebelum melakukan penyegelan, pihak Kepolisian juga telah lebih dulu berkoordinasi dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Kalimantan Timur. Dalam pelaporannya kepada Polda Kaltim itu, APMI melaporkan perusahaan TV Kabel yang menyiarkan tanpa izin tayangan Barclay's Premiere League (BPL) atau yang biasa dikenal sebagai Liga Inggris. Sekretaris Jenderal APMI Arya Mahendra Sinulingga mengatakan, upaya penegakan hukum ini merupakan kelanjutan dari upaya serupa yang telah dilakukan APMI. "Ini merupakan rangkaian kelanjutan dari upaya law enforcement terhadap para redistributor ilegal. Kami sudah melakukan sosialisasi dan upaya-upaya preventif. Namun jika ada yang tetap membandel, kami tidak segan melakukan upaya hukum," tegas Arya, Senin (6/12/2010). Arya menjelaskan, para usaha TV kabel yang ditindak adalah PT. Bukadri Vision milik Rahmat, PT. Borneo Vision milik Asdar, PT. Mitra Vision milik Sunardi. Modus operandi TV kabel ini, menangkap siaran channelchannel premium di antaranya, HBO, Cinemax, Bloomberg, ESPN, Star Sport, CNN, Cartoon Network, Vision1 dan Vision2. Selanjutnya, dengan tanpa izin, siaran-siaran tersebut dijual kepada masyarakat Balikpapan dan sekitarnya dengan metode berlangganan. Untuk menikmati siaran tersebut, pelanggan Borneo Vision dikenakan biaya pemasangan yang besarannya berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu dan biaya langganan perbulan sebesar Rp 40 ribu hingga Rp 75 ribu. Atas perbuatannya meredistribusikan siaran tanpa izin tersebut, pelaku dapat dijerat dengan perbuatan tindak pidana di bidang Hak Cipta dan atau Hak Siar sebagaimana diatur dalam Pasal 49 dan 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan atau Pasal 25 dan 33 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Hak Siar junto Pasal 55 dan 56 KUHP.

Dalam penyitaan dan penyegelan tersebut, ternyata Borneo Vision diketahui menggunakan perangkat Astro untuk menyiarkan Liga Inggris secara ilegal. Setelah berkoordinasi dengan KPID, Polda Kaltim akhirnya melakukan penyitaan atas peralatan Astro tersebut. "Justru, pemilik Borneo Vision ini akan menanggung kesalahan lebih berat, mengingat ijin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) terhadap ASTRO - perusahaan asal Malaysia itu telah dicabut dan tidak diperkenankan melakukan penyiaran di wilayah Indonesia," tegas Arya. Selain itu, Borneo Vision harus membuktikan dari mana mereka memperoleh peralatan ASTRO tersebut. Penyegelan terhadap Borneo Vision ini karena yang hanya TV kabel yang bersangkutanlah yang tetap menyiarkan pertandingan BPL melalui ESPN - Star Sport. Pelaporan ini dilakukan oleh APMI berdasarkan laporan dari Cable and Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA). Di mana pada saat pertemuan antara Direktorat Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan CASBAA, telah dibahas banyaknya pelanggaran hukum atas hak siar dan hak cipta terkait siaran televisi berbayar. "Ini juga telah dibuktikan dengan adanya temuan-temuan di lapangan bahwa memang ada dugaan pemakaian hak cipta dan hak siar tanpa izin atas sejumlah konten-konten siaran," ungkap Arya. Hingga saat ini, Polda Balikpapan masih terus mengembangkan penyelidikan terhadap praktek ini di wilayah hukum Kalimantan Timur. Menurut Arya, APMI juga akan terus bekerjasama dengan KPID dan Kepolisian Daerah Kalimantan Timur untuk melakukan upaya-upaya serupa. Arya juga berharap Pemerintah Daerah terkait, yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Trantib untuk turut membersihkan infrastruktur yang digunakan redistributor-redistributor ilegal tersebut. Dikatakan dia, upaya ini harus semakin meluas, tidak hanya di Balikpapan, namun juga wilayah sekitarnya seperti Palangkaraya, Samarinda, Pontianak dan Banjarmasin. "Usaha TV kabel ilegal juga sangat merugikan Pemerintah Daerah, karena pajak tidak dibayarkan. Selain itu usaha semacam ini juga menggunakan tiang-tiang Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang pada suatu saat, bisa saja justru akan menggangu masyarakat luas," terangnya. (ugo)

APMI Laporkan Primavision Makassar ke Polisi


Senin, 22 November 2010 - 10:27 wib

JAKARTA - Aksi penindakan hukum terhadap pelaku pembajakan siaran televisi berbayar terus digencarkan. Para operator televisi berbayar yang telah mendistribusikan siaran tanpa izin satu persatu diciduk dan dilaporkan ke aparat penegak hukum. Salah satu penindakan dari banyak kasus yang berhasil digulung aparat hukum kini menjerat PT Primavision. Operator yang melakukan kegiatan ilegal tersebut merupakan salah satu operator televisi berbayar dengan pelanggan terbesar di Makassar. Primavision yang merupakan perusahaan milik Rahman Halid ini dilaporkan oleh Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI) ke polisi. APMI melaporkan Primavision karena diduga kuat telah melakukan pembajakan dengan melakukan redistribusi siaran dari tiga channel premium yakni HBO, Cinemax, dan ESPN tanpa izin. APMI yang merupakan wadah pengusaha siaran televisi berbayar ini mendesak kepolisian agar segera bertindak tegas terhadap para operator yang melakukan pendistribusian siaran tanpa izin, yang salah satu di antaranya adalah Primavision tersebut. Pada Kamis (18/11/2010) kemarin APMI mendatangi Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan-Barat terkait aksi pembajakan yang dilakukan Primavision. Turut hadir bersama APMI, Wakil Direktur MNC SkyVision, perusahaan pemilik siaran televisi berbayar Indovision dan Top TV, Handhianto S Kentjono. Handhianto turut hadir untuk memberikan keterangan kepada penyidik Polda Sulawesi Selatan-Barat dalam kapasitas sebagai korban pembajakan Primavision sebagaimana dilaporkan APMI. Upaya hukum yang dilakukan oleh APMI terhadap Primavision kali ini bukanlah yang pertama, namun merupakan kelanjutan dari pelaporan APMI atas Primavision pada bulan Juni lalu. Aksi pembajakan atau pencurian siaran oleh Primavision itu telah merugikan para anggota APMI sebagai pemilik hak siar ketiga channel tersebut. Sebab, pihak yang berhak mendistribusikan channel-channel tersebut kepada pelanggan hanyalah operator yang telah memiliki Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP) dan memiliki kerjasama dengan channel-channel yang bersangkutan. Sedangkan Primavision dituding tidak memiliki izin dan kerjasama untuk mendistribusikan ketiga channel tersebut. Dengan menyiarkan channel-channel itu, Rahman Halid sebagai pemilik Primavision pun diduga telah melakukan pelanggaran Hak Cipta dan Hak Siar sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan atau Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Hak Siar. Dalam pemeriksaan oleh penyidik polisi, Wakil Direktur MNC SkyVision Handhianto S Kentjono telah memberikan keterangan kepada polisi mengenai pelaporan APMI atas tindakan ilegal yang dilakukan oleh

perusahaan milik Rahman Halid. MNC SkyVision merupakan salah satu anggota APMI yang dirugikan akibat ulah Primavision. Kapasitas Handhianto dalam pemeriksaan itu adalah perwakilan dari MNC SkyVision yang memiliki kontrak kerjasama yang sah untuk menyiarkan ketiga channel tersebut. "Kami selalu mendukung upaya pemberantasan piracy, karenanya salalu siap dipanggil kemana pun untuk memberi kesaksian," terang Handhianto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (22/11/2010). Sebagai catatan, persoalan pembajakan oleh Primavision ini bukan hanya terjadi kali ini saja. Rahman Halid juga masih berperkara terkait dugaan adanya pelanggaran hak cipta karena usaha Primavision miliknya menyiarkan siaran Piala Dunia 2010 yang lalu tanpa ada ijin. Dalam perkara itu Rahman Halid telah dilaporkan ke polisi oleh PT Elektronic City Entertainment (ECE). Kelanjutan dari proses hukum pelaporan ini dilakukan agar berbagai persoalan pembajakan siaran televisi berbayar bisa segera diselesaikan. Hingga saat ini, terdapat sekitar 40-50 perusahaan televisi berbayar di Sulawesi Selatan yang menayangkan tiga channel tersebut tanpa izin. Upaya hukum ini difokuskan kepada Primavision karena berdasarkan catatan APMI Primavision memiliki jumlah pelanggan terbesar mencapai ribuan pelanggan di wilayah Makassar. Terlebih Rahman juga merupakan Ketua Asosiasi Pengusaha TV Kabel Sulawesi Selatan. Dengan menjerat secara hukum Primavision yang memiliki jumlah pelanggan terbesar diharapkan menjadi batu loncatan untuk mengambil langkah hukum yang lebih luas lagi sekaligus memberikan efek jera bagi operator lainnya yang juga melakukan pembajakan. Sementara itu, Sekretaris Jenderal APMI, Arya Mahendra Sinulingga mengatakan pihaknya mendukung penuh langkah untuk menindak secara hukum para pelaku pembajakan siaran televisi berbayar. Arya mendesak agar para pelaku pembajakan siaran, dalam hal ini Primavision bisa ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku. Persoalan pembajakan seperti ini merupakan persoalan yang serius. Kami akan terus melakukan perang terhadap aksi-aksi pembajakan dan tidak akan segan-segan menindak secara hukum kepada siapa saja yang mendistribusikan siaran tanpa izin, ungkap Arya. Upaya hukum yang dilakukan terhadap Primavision ini merupakan bagian dari perang melawan tindakan pembajakan siaran televisi berbayar di Indonesia yang telah digagas para anggota APMI dengan dukungan penuh Kementerian Komunikasi dan Informatika sejak beberapa tahun belakangan ini. Untuk informasi, hingga kini APMI mencatat setidaknya terdapat 695 pelaku usaha televisi berbayar yang meredistribusikan siaran secara ilegal di seluruh Indonesia. Dari angka tersebut, diperkirakan jumlah pelanggan televisi berbayar ilegal di Indonesia mencapai 1,4 juta rumah tangga. Upaya hukum kali ini diharapkan juga dapat terus berlanjut dan memberi efek positif atas upaya pemberantasan pembajakan di daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia. Karena itu, selain mendorong upaya serius kepada aparat penegak hukum, kami juga mengimbau kepada masyarakat luas untuk menggunakan produk dan siaran yang legal supaya tidak menjadi korban penipuan, tegasnya. (srn)

Pembajakan Hak Siar, Indovision Mulai Libatkan Hukum


Senin, 25 Oktober 2010 - 11:32 wib

JAKARTA - Meski aksi perang terhadap pencurian siaran televisi berbayar telah digagas sejak 3 tahun lalu, namun aksi ini tetap saja dilakukan oleh TV berbayar ilegal. MNC pun mulai melibatkan hukum. Belakangan, aksi pembajakan tayangan premium televisi berbayar kian marak, apalagi seiring dengan hak siar eksklusif dari event sepakbola paling bergengsu, Barclays Premier League (Liga Inggris/BPL) yang didapat Indovision. "Hampir semua TV kabel di Indonesia membajak siaran Liga Inggris. Padahal cuma kami satu-satunya yang berhak menayangkan," ungkap Arya Mahendra Sinulingga, Head of Corporate Secretary MNC Sky Vision, di Jakarta, Senin (25/10/2010). Terkait dengan maraknya pembajakan seperti ini, Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI) sebagai wadah industri TV berbayar yang sah, sebenarnya telah mendapat dukungan penuh dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk melakukan penindakan terhadap para operator TV berbayar ilegal. Namun, hal tersebut tentu bukan perkara gampang. Hingga kini ratusan bahkan mungkin ribuan operator siaran ilegal masih tetap tersebar di penjuru tanah air. Melihat kondisi di lapangan, Indovision tentunya tak mau berpangku tangan. Secara pro-aktif, perusahaan pun bertekad untuk memperjuangkan haknya dan menempuh jalur hukum terhadap operator TV berbayar ilegal yang masih membandel. Arya mengatakan secara mandiri, tim legal Indovision telah turun ke lapangan untuk melancarkan aksi pembersihan terhadap operator TV berbayar ilegal tersebut. "Sebelum kami bawa ke jalur hukum, terlebih dahulu kami beri peringatan dulu. Yang masih bisa dirangkul akan kami dorong untuk mengurus IPP (Izin Penyelenggaraan Penyiaran) dan fasilitasi agar bisa mendapat pasokan siaran secara sah. Namun bagi yang membandel, akan kita bawa ke jalur hukum," jelas Arya. Indovision pun bersikap tegas dalam melakukan peringatan dan penindakan hukum. Sejumlah operator TV berbayar ilegal yang masih saja nakal akhirnya terpaksa diciduk dan diserahkan ke kepolisian. Salah satu upaya penegakan hukum yang dilakukan Indovision telah berhasil menyeret Daniel, seorang pelaku penyelenggara TV berbayar ilegal di Manado, Sulawesi Utara, ke meja hijau. Penangkapan terhadap Daniel langsung dilakukan oleh pihak kepolisian setempat setelah mendapat laporan dari APMI dan Indovision KPP Manado. Bahkan Daniel yang kini telah menyandang predikat sebagai terdakwa akan segera masuk ke tahap putusan atau vonis di Pengadilan Negeri Tondano. Daniel akan segera divonis dalam sidang dengan agenda putusan yang diagendakan berlangsung akhir Oktober 2010 ini. Tersangka Daniel dijerat dengan tindak pidana pelanggaran Hak Cipta dan Hak Siar sebagaimana diatur

dalam pasal 49 dan 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan atau pasal 25 dan 33 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Hak Siar juncto Pasal 55 dan 56 KUHP. Modus operandi yang dilakukan oleh tersangka adalah dengan menangkap siaran tanpa izin pemilik dan tanpa izin pemerintah (IPP_Izin Penyelenggaraan Penyiaran). Berdasarkan keterangan dari proses pemeriksaan, tersangka diketahui menjual siaran tersebut kepada masyarakat Manado dan sekitarnya dengan biaya pendaftaran sebesar Rp200.000 dan biaya bulanan sebesar Rp30.000. Padahal, usaha Daniel yang bernama PT Matrix Vision tersebut tak memberikan kontribusi apa pun kepada penyedia siaran yang diambilnya. Artinya, ia mengeruk keuntungan pribadi dari iuran pelanggannya tanpa memberikan imbal balik pada penyedia konten siaran yang dibajaknya. Modus seperti ini umumnya juga dilakukan oleh puluhan operator ilegal lain yang juga membajak siaran Indovision. Tak hanya membajak tayangan BPL yang secara eksklusif dimiliki Indovision, sejumlah channel premium seperti HBO, STAR, CARTOON NETWORK, CNN, VISION1 dan VISION2 pun menjadi channel yang paling banyak dibajak. Akibat aksi semacam itu, sejumlah penyedia konten premium Internasional tersebut sempat mengajukan protes. Nama Indonesia pun turut tercemar karena dituding sebagai negara pembajak. "Tujuan utama dari upaya penindakan secara hukum ini adalah untuk membuat efek jera. Para pelaku tindakan seperti ini harus sadar bahwa menyiarkan siaran-siaran Indovision tanpa ijin adalah ilegal dan akan ditindak tegas," ujar Arya. Tersangka Daniel hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya pelaku pembajakan atas siaran-siaran Indovision. Sejauh ini, Indovision telah melakukan aksi penindakan terhadap puluhan operator TV berbayar ilegal, aksi ini dilakukan mulai dari identifikasi, memberikan peringatan, hingga melaporkannya ke aparat penegak hukum. Dari aksi penindakan itu, terdapat puluhan operator TV ilegal di berbagai daerah yang saat ini telah teridentifikasi. Di antaranya adalah : - Kalimantan Timur: Mitra Vision, Bukadri Vision, Borneo Vision , Tepian Cable - Batam: Cemerlang Vision, Optimus, SBC, Bintan Vision, Barelang Vision, ASTV, Batam Cable Vision, Mackianos Cable Network - Makassar: Prima Vision, Vision Graha, Anjas Vision, M3 dan subnya, Citra Vision Palopo - Jawa Timur: Semeru Vision, Cakrawala TV, Duta Vision, Jawa TV kabel, Galaxy Vision, Kusuma TV kabel, CV Indo Eagle TV kabel - Manado : Lokon, MSN, Espetika Contoh di atas hanyalah sebagian kecil saja. Angka yang lebih besar lagi disebutkan oleh APMI. Data dari asosiasi para pelaku industri TV berbayar yang sah ini mencatat setidaknya terdapat 695 pelaku usaha televisi berbayar yang meredistribusikan siaran secara ilegal di seluruh Indonesia. Dari angka tersebut, diperkirakan jumlah pelanggan televisi berbayar ilegal di Indonesia mencapai 1,4 juta rumah tangga. Dengan jumlah operator ilegal yang mencengangkan ini, Arya mengatakan bahwa perlu ada upaya yang serius dari pemerintah untuk melakukan penegakan hukum secara serius. Dia mencontohkan, pemerintah daerah juga ikut dirugikan karena tidak ada pajak yang dibayarkan dari para operator ilegal ini. Lebih dari itu, kata Arya, para operator ilegal ini diketahui menggunakan tiang-tiang listrik milik Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai infrastrukturnya. "Karena itu, selain mendorong upaya serius kepada pemerintah, kami juga mengimbau kepada masyarakat luas untuk menggunakan produk dan siaran yang legal supaya tidak menjadi korban penipuan," tegasnya. Selain itu, dengan adanya upaya serius untuk melakukan penegakkan hukum tersebut, juga berhasil membantu pemerintah untuk mendorong penyelenggara siaran ilegal untuk tunduk pada peraturan dan termotivasi untuk mengurus proses perizinan secara hukum. "Sehingga nantinya mereka (penyelenggara siaran ilegal) bisa menjalankan bisnis secara sah di mata hukum. Toh, APMI juga terbuka untuk memfasilitasi peluang kerjasama dengan penyelenggara siaran berbayar yang sah," pungkas Arya. (srn)

Pembajakan Rugikan Industri TV Berbayar Asia USD2 Miliar


Rabu, 27 Oktober 2010 - 08:33 wib

Stefanus Yugo Hindarto - Okezone

HONG KONG - Pembajakan konten diperkirakan merugikan industri televisi berbayar di Asia sekira USD2 Juta. Pembajakan perlahan 'membunuh' operator televisi berbayar di Asia. Data Cable and Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA) menunjukkan tahun 2010 ini, pembajakan meningkat 7,5 persen dibandingkan tahun 2009. Tahun 2009, pembajakan di kawasan Asia merugikan sekira USD 1,9 miliar. "Ini adalah masalah yang sangat mengganggu dan terus terang itu memiliki potensi untuk membunuh industri," kata Deputy Chief Executive CASBAA, John Medeiros seperti dilansir AFP, Rabu (27/10/2010). Medeiros mengkritik seluruh pemerintah di kawasan Asia yang dinilainya lemah menghadapi pembajakan TV Berbayar. Banyak operator-operator televisi berbayar ilegal di Asia. "Pemerintah di Asia sangat lemah dalam memerangi masalah yang berkembang, banyak operator ilegal yang mencuri konten dan menjualnya kembali," kata Medeiros. "Kami ingin melihat pemerintah di Asia mengambil pendekatan yang lebih proaktif dalam mendidik konsumen dan menahan mereka dari terlibat dalam pembajakan," tambahnya. Medeiros mengatakan angka-angka tersebut belum termasuk pendapatan yang hilang karena pembajakan di Internet. Dia juga memperingatkan tentang penyebaran teknik pembajakan baru yang disebut "Dreamboxes", yang bisa mendekripsi sinyal kabel dan TV satelit. Negara-negara yang dinilai memiliki operator ilegal terbanyak antara lain Thailand, Pakistan dan Filipina, masing-masing negara diperkirakan kehilangan USD87 juta , USD63 juta dan USD38 juta tahun ini. Medeiros mengungkapkan, sekira 363 juta rumah di Asia berlangganan untuk membayar layanan TV, sementara di Amerika Utara hanya sekira 121 juta rumah yang berlangganan TV Berbayar. Tetapi tingkat penetrasi di Asia baru mencapai sekira 50 persen sedangkan di kawasan Amerika Utara mencapai 88 persen, sedangkan di Eropa mencapai 62 persen. (ugo)

Indovision Ancam Adukan Telkomsel ke KPPU


Jum'at, 29 Oktober 2010 - 16:40 wib

JAKARTA - Niat operator telekomunikasi untuk menggusur posisi lembaga penyiaran yang telah terlebih dahulu menggunakan frekuensi 2.5 Ghz kembali mencuat. Posisi Indovision sebagai pelopor televisi berbayar di Indonesia yang tayang di frekuensi 2,5 Ghz jelas terancam. "Indovision yang selama bertahun-tahun melayani keluarga Indonesia dengan tayangan berkualitas, telah lama menggunakan frekuensi 2.5 GHz serta menanamkan investasi untuk infrastruktur di frekuensi itu dengan nilai investasi yang cukup besar," kata Head of Corporate Secretary PT MNC Sky Vision, Arya Mahendra Sinulingga dalam keterangannya, Jumat (29/10/2010). Para operator seluler yang menghembuskan isu pengembangan LTE (Long Term Evolution) kini mulai terangterangan menyatakan niat untuk melakukan penggusuran pemanfaatan frekuensi tersebut. "Kami telah mendengar niat Telkomsel yang hendak masuk ke frekuensi 2.5 Ghz tersebut dari sejumlah media, Kami bisa mengadukan hal ini ke KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha)," imbuhnya. Indovision yang kini menggenggam 70 persen market share televisi berlangganan pun menilai cara-cara yang digunakan operator seluler yang merupakan BUMN tersebut dalam memaksakan niatnya untuk masuk ke frekuensi 2.5 GHz merupakan sesuatu yang sangat disayangkan. Sebagai pelopor di industri TV berbayar, Indovision telah lebih dari 10 tahun menggunakan frekuesi 2.5 GHz dan menayangkan berbagai konten melalui satelit Protostar II yang berada di frekuensi 2.5-2.6 GHz. Karena itu, Indovision pun mendesak pemerintah untuk bersikap tegas dan tidak tunduk pada kepentingan vendor semata. "Sudah bukan rahasia lagi, bahwa ngototnya berbagai operator untuk merampas frekuensi 2.5 GHz erat kaitannya dengan kepentingan vendor untuk memasarkan produknya," kata Arya. Soalnya, jika hanya dengan alasan untuk pengembangan LTE maka seharusnya tak perlu memaksakan diri di frekuensi yang sudah terisi oleh pengguna lain, mengingat LTE sendiri bersifat fleksibel dan bisa dikembangkan di frekuensi lain. Sikap tegas dari Indovision memang perlu untuk diambil, mengingat sebagai pay TV terbesar di Indonesia, Indovision yang bernaung di bawah PT MNC Sky Vision, memiliki public service obligation (PSO) terhadap lebih dari 750.000 pelanggan di seluruh penjuru tanah air. (ugo)

Televisi Berbayar Tumbuh Stabil


Kamis, 11 November 2010 - 14:36 wib

POPULASI pelanggan layanan televisi berbayar di dunia pada kuartal ketiga 2010 bertumbuh stabil karena penurunan populasi pelanggan televisi kabel dan satelit diimbangi dengan lonjakan populasi pelanggan IPTV. Firma riset ABI Research Inc menemukan, populasi pelanggan layanan televisi berbayar di dunia pada kuartal ketiga (Juli-September) 2010 meningkat 2 persen per kuartal menjadi 692 juta orang. ABI Research menilai pertumbuhan tersebut berada dalam kondisi stabil. "Populasi pelanggan televisi berbayar di dunia bertumbuh stabil karena penurunan populasi pelanggan televisi kabel dan satelit diimbangi dengan peningkatan populasi pelanggan IPTV (Internet ProtocolTelevision)," ujar Practice Director ABI Research Inc Jason Blackwell. Dalam pengamatan ABI Research, populasi pelanggan televisi kabel dan satelit pada kuartal ketiga 2010 turun tajam di wilayah Amerika Utara (Amerika Serikat dan Kanada) serta Eropa Barat. Apabila populasi pelanggan IPTV tidak melonjak maka industri global televisi berbayar niscaya terjerembab ke dalam pertumbuhan negatif pada kuartal ketiga 2010. Namun demikian, ABI Research menegaskan, pertumbuhan negatif tidak terjadi karena pada kuartal ketiga 2010 populasi pelanggan IPTV di dunia bertambah 2,7 juta orang. ABI Research menilai, populasi pengguna IPTV di dunia melonjak karena layanan koneksi internet berkecepatan tinggi (broadband) sudah tersedia secara semakin merata di berbagai penjuru dunia. ABI Research menjelaskan, wilayah yang menjadi pendorong utama populasi pelanggan IPTV di dunia pada kuartal ketiga 2010 adalah Eropa Barat, Amerika Utara, dan Asia Pasifik. ABI Research meyakini, populasi pelanggan IPTV di dunia akan terus meningkat sehingga mencapai 53 juta orang pada 2011. Kontras dengan IPTV,platform lain televisi berbayar, terutama televisi kabel, ternyata semakin terdesak. Survei firma riset Strategy Analytics Inc mengungkap, sebanyak 13 persen pelanggan televisi kabel di Amerika Serikat (AS) berencana menghentikan langganan televisi kabel pada 2011 dan berpindah ke layanan televisi internet seperti IPTV. "Konsumen mulai meninggalkan televisi kabel karena televisi internet mampu meningkatkan kualitas gambar secara signifikan. Salah satu contoh paling populer adalah Apple TV produksi Apple Inc," ujar Director Digital Consumer Practice Strategy Analytics Inc Ben Piper. ABI Research menegaskan, IPTV tidak akan hanya mendorong peningkatan populasi pelanggan televisi

berbayar, tetapi juga pendapatan. ABI Research menemukan, pendapatan global layanan televisi berbayar pada kuartal kedua (April-Juni) 2010 meningkat 9 persen per tahun menjadi USD58 miliar. ABI Research mengakui, sebagian besar pendapatan itu berasal dari layanan televisi kabel, yang menguasai pangsa 52 persen di pasar global televisi berbayar.Pangsa terbesar kedua, atau sekitar USD24 miliar, ABI Research menambahkan, dikuasai oleh layanan televisi satelit. Seperti layanan televisi kabel, ABI Research menegaskan,pendapatan global layanan televisi satelit pada kuartal kedua 2010 bertumbuh stabil pada kecepatan sekitar 12 persen per tahun. "Pertumbuhan ini didorong peningkatan populasi pelanggan sekaligus peningkatan pendapatan rata-rata per pelanggan," tutur Research Associate ABI Research Inc Khin Sandi Lynn. Tetapi dari tiga ragam utama layanan televisi berbayar di dunia, yaitu televisi kabel,televisi satelit, dan IPTV, layanan yang meraih pertumbuhan tertinggi adalah IPTV. ABI Research menemukan, pada akhir kuartal kedua 2010 jumlah pelanggan televisi berbayar di dunia mencapai 688 juta orang. ABI Research memperkirakan, saat layanan televisi berbayar secara umum hanya mampu meraih pertumbuhan tahunan rata-rata 5,7 persen mulai 2010 hingga 2015, IPTV mampu meraih pertumbuhan 20 persen. "IPTV adalah layanan televisi berbayar yang meraih pertumbuhan tertinggi. Karena itu, tidak mengherankan jika IPTV akan meraih pendapatan global lebih dari USD40 miliar pada akhir 2015," papar Blackwell. ABI Research memprediksi, pelanggan layanan televisi berbayar di dunia pada 2015 akan mencapai 854,5 juta orang. Karena IPTV bertumbuh lebih pesat daripada televisi kabel dan satelit, maka pangsa IPTV pun terus meningkat, dari 6 persen pada 2010, menjadi 11 persen pada 2015. "Pada saat ini layanan televisi kabel memang masih dominan. Namun demikian, pasar televisi kabel ternyata mulai melemah di sejumlah negara, terutama di Eropa Barat dan Amerika Utara. Pada saat yang sama, para operator IPTV semakin agresif menggelar kampanye pemasaran," ungkap Lynn. Untuk keseluruhan 2010, ABI Research memperkirakan, pendapatan global layanan televisi berbayar akan mencapai lebih dari USD312 miliar. ABI Research menggarisbawahi, sekitar USD17 miliar dari pendapatan total tersebut akan disumbangkan oleh layanan IPTV. (Koran SI/ Ahmad Fauzi) (srn)

Anda mungkin juga menyukai