Anda di halaman 1dari 3

Pengalaman adalah Guru yang Terbaik Tingkat kemampuan mahasiswa Indonesia dalam menulis, terutama karya tulis ilmiah

masih tergolong rendah. Itulah pendapat pengamat tentang kita, mahasiswa Indonesia. Jika pendapat ini direnungkan dengan baik, hal itu memang benar karena saat browsing di internet, saya sangat kesusahan untuk mendapatkan referensi berupa karya ilmiah buatan mahasiswa. Karya tulis mahasiswa ini padahal dapat digunakan menjadi salah satu referensi yang relevan dan valid. Saya mencoba mengingat masa sekolah saya untuk mencari faktor-faktor yang menyebabkan produktivitas mahasiswa begitu rendah. Waktu SD, saya sudah membuat berbagai karangan bebas, bahkan setiap semester ada ujian khusus mengarang, dari Bahasa Indonesia, Inggris, bahkan Bahasa Jawa. Apakah itu bagus? Tidak juga. Karena pilihan judul dan kerangka yang disediakan selalu sama, kemampuan mengarang bebas saya menjadi kurang berkembang. Pilihan judulnya antara lain: Rekreasi ke Rumah Nenek, Kerja Bakti di Kampung, Bencana Alam, dan Bermain Layang-layang. Selain itu, kami juga tidak diberi arahan dalam membuat karangan tersebut. Kami hanya diberi tugas untuk mengarang sebanyak mungkin karena jika baris mengarang sudah penuh, kami akan mendapat nilai sempurna. Sekarang, saya akan menganalisis zaman SMP. Tingkat kemampuan mengarang sudah lumayan bertambah dengan adanya materi tentang cara membuat kerangka karangan, membuat dan menemukan gagasan utama dalam karangan, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan karangan bebas. Pihak SMP juga sudah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menampung anak-anak yang ingin belajar membuat karya ilmiah. Di saat inilah saya pertama kali mengenal karya ilmiah. Berbagai karya ilmiah yang bagus sudah mereka hasilkan tetapi semangat untuk membuat karya ilmiah tidak sampai kepada siswa-siswi lain di luar ekstrakurikuler itu.

Saya mengingat kembali zaman SMA saya. Untuk pertama kalinya, saya mendapat berbagai ilmu tentang karya ilmiah yang berlimpah. Saya dan teman-teman sekelas saya mulai membuat karya tulis ilmiah yang sebenarnya dengan ditemani dua guru kami yang sangat bersemangat dalam penulisan karya ilmiah. Guru kami juga memberikan berbagai materi dan tips-tips tentang karya ilmiah serta dukungan yang besar kepada kami tapi ada satu kendala yang kami hadapi, yaitu waktu pengerjaan. Tugas karya ilmiah ini bertabrakan dengan berbagai jadwal bimbingan belajar kami. Dalam waktu dua tahun (kami mengambil kelas akselerasi), kami harus mampu menghasilkan minimal satu karya ilmiah sambil mengejar materi sekolah yang padat. Tugas itu akhirnya tidak bisa dikerjakan secara maksimal. Dari pengalaman pribadi saya di atas, kurangnya arahan dari guru, materi, motivasi, dan waktu pengerjaan adalah faktor utama rendahnya produktivitas dan kemampuan mahasiswa Indonesia dalam menulis karya ilmiah. Hal-hal di atas mungkin juga dirasakan mahasiswa lain saat masih bersekolah dulu. Ketika siswa kurang mendapat arahan dan motivasi dari guru tentang mengarang bebas, mereka tidak akan tahu hal-hal penting yang harus dilakukan saat mengarang, seperti yang saya alami waktu SD. Kekurangan materi tentang karya tulis, baik karya tulis ilmiah maupun non-ilmiah juga sudah berkontribusi besar dalam rendahnya produktivitas mahasiswa dalam menulis. Waktu pengerjaan yang sedikit akan menekan mental siswa karena karya tulis membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dikerjakan. Menurut saya, ketika manusia merasa tertekan, otak akan menutup jalan saraf yang dilewati impuls saraf sehingga orang tersebut akan merasa bete atau boring total dan akhirnya berhenti berlatih dan mengerjakan karya tulis. Jika persoalan di atas tidak segera diselesaikan, para siswa akan malas untuk membuat berbagai karya tulis sampai mereka dewasa nanti. Ditambah lagi dengan padatnya materi eksakta di sekolah yang membuat materi bahasa dan seni kurang dieksplorasi dengan baik. Padahal, dengan teknologi dan ilmu yang sudah berkembang pesat seperti sekarang, pola pikir mahasiswa juga sudah berkembang pesat. Banyak ide-ide yang

mereka kemukakan tetapi tidak sedikit dari ide mereka yang hanya menjadi sebuah ide karena sifat malas mereka yang sudah membudidaya sejak kecil. Solusi yang bisa saya berikan agar tingkat kemampuan mahasiswa menulis karya ilmiah semakin meningkat antara lain dengan adanya motivasi dan materi dari dalam dan luar kampus, seperti adanya UKM untuk berbagai karya sastra, baik ilmiah maupun non-ilmiah, lomba PKM di kampus, dan melalui mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan. Selain itu, motivasi dari diri sendiri dan kebiasaan menulis juga perlu ditingkatkan agar mahasiswa semakin giat menghasilkan karya ilmiah. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menempel kalimat motivasi pendek di meja belajar dan di sekeliling kamar dan jika siswa memiliki blog, Facebook atau Twitter account, mereka bisa menulis segala sesuatu yang mereka tahu, mulai dari hal-hal kecil di sekitar mereka yang berhubungan dengan hal-hal ilmiah atau hanya sekedar sharing ilmu dengan reblog, repost, atau retweet informasi terbaru. Kalau hal ini terus diterapkan, kebiasaan dan semangat yang besar akan terbentuk lalu akan berdampak pada peningkatan produktivitas mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Pada akhirnya, para pengamat akan mengubah pandangan mereka tentang kita, mahasiswa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai