Anda di halaman 1dari 9

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UI PRAKTIK KEPERAWATAN DEWASA II Prosedur Ketrampilan Pengambilan Darah Vena Disusun oleh Sopi Puji

Astuti, 0906629694

1. Definisi Pengambilan Darah Vena Pengambilan darah vena adalah cara pengambilan darah dengan menusuk area pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. Pengambilan darah vena yaitu suatu pengambilan darah vena yang diambil dari vena dalam fossa cubiti, vena saphena magna / vena supervisial lain yang cukup besar untuk mendapatkan sampel darah yang baik dan representatif dengan menggunakan spuit atau vacutainer. 2. Tujuan Tindakan a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk melakukan pemeriksaan. b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle sticj injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita. c. Untuk petunjuk bagi petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy) d. Untuk mendapatkan spesimen darah vena tanpa anti koagulan yang memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan kimia klinik dan imunoserologi. e. Untuk menganalisa kandungan komponen darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, angka leukosit, dan angka trombosit. f. Darah vena juga dapat digunakan untuk analisa gas darah jika darah arteri tidak dapat diperoleh, tetapi hanya berguna untuk mengevaluasi pH, PaCO2 dan base excess. 3. Kompetensi dasar lain yang harus dimiliki untuk melakukan tindakan Tempat-tempat yang dimungkinkan dilakukan pengambilan darah vena adalah sebagai berikut: Lengan: vena basilika, vena sefalika, vena median cubiti, vena medial-antebrakial, vena radialis Tungkai: vena saphenous

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). Pengambilan Darah Vena dengan Syring Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil). Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum

Tabung

vakum

pertama

kali

dipasarkan

oleh

perusahaan AS BD (Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai. Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior. Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari. Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash). 4. Indikasi a. Pemeriksaan laboratorium 5. Kontraindikasi a. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, infiltrasi, atau trombosis pada tempat penusukan

b. Klien dengan mastektomi yang mengalami gangguan pada tangannya c. Fistula arteriovenus d. Lengan yang yang mengalami gangguan atau kelumpuhan e. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologis 6. Komplikasi a. Pembendungan yang terlalu lama akan mempengaruhi hasil pemeriksaan karena akan terjadi hemokonsentrasi. Pengisapan darah yang terlalu dalam akan menyebabkan darah membeku dalam spuit, segera pisahkan darah ke dalam tabung sesuai dengan jenis pemeriksaan. b. Selama pengambilan darah vena, tidak ada darah yang ke luar. Solusinya, jarum tidak ada di dalam vena. Tarik jarum periahan-lahan. Jika tidak ada darah yang ke luar, gerakkan ujung jarum sesuai dengan arah vena. Jika tetap tidak berhasil, tank jarum. Lakukan penekanan 1 - 2'. Coba lagi pada vena yang lain. c. Terbentuk hematoma pada tempat penusukan. Solusinya tarik jarum, lakukan penekanan sampai darah berhenti. d. Tempat penusukan untuk pengambilan darah vena/arteri terus berdarah. Solusinya lakukan penekanan 1 - 2 ' untuk pengambilan darah vena dan 5 10 ' untuk pengambilan darah arteri. Cek tempat penusukan dan jika perdarahan terus berianjut, tekan lebih lama. 7. Alat dan bahan yang digunakan Kapas alkohol Spuit (2-5 ml) Bak spuit Bengkok Kapas steril+betadin Sarung tangan Plester dan Torniquet Perlak pengalas

8. Pengetahuan terkait yang diperlukan (Anatomi daerah yang akan menjadi target) Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.

Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median. Sebagian besar darah yang dipakai adalah darah dari vena cubitti pada orang dewasa. Oleh karena itu, hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan darah vena adalah mengkaji area/pembuluh darah vena tempat darah akan diambil. Perawat memastikan vena yang diambil darahnya memiliki ukuran yang cukup besar dan untuk meyakinkan dapat dilakukan palpasi, tempat pengambilan tidak dalam keadaan trauma atau luka, sebelum diambil dilakukan pembendungan pada bagian proksimal pada vena agar mudah dalam penusukan jarum, area pengambilan darah harus disterilisasi dengan alkohol sebelum ditusuk jarum. Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil. Lokasi

yang

tidak

diperbolehkan

diambil darah adalah : Lengan pada sisi mastectomy Daerah edema Hematoma Daerah dimana darah sedang

ditransfusikan

Daerah bekas luka Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.

9. Hal-hal penting yang harus diperhatikan bagi perawat dalam melakukan tindakan Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
a.

Pemasangan turniket (tali pembendung)

Pemasangan

dalam

waktu

lama

dan

terlalu

keras

dapat

menyebabkan

hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
b.

Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma

Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

c.

Penusukan

Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.

Tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma

d.

Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

10. Protokol atau proedur tindakan a. Persiapan : Siapkan alat dan bahan yang diperlukan Cuci tangan

b. Identifikasi klien dan jelaskan pada klien tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan c. Atur klien dalam posisi yang nyaman d. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja (pada area penusukan lengan) e. Pilih dan kaji kondisi vena. f. Letakkan alas di bawah area penusukan, pasang sarung tangan perawat. g. Lokasi penusukan harus bebas dari luka dan bekas luka/sikatrik. h. Darah diambil dari vena mediana cubiti pada lipat siku. i. Pasang ikatan pembendungan (Torniquet) 7 10 cm diatas bagian lengan atas. Anjurkan klien untuk membuka dan menutup tangannya, atau tepuk-tepuk vena tersebut. j. Lokasi penusukan di desinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara berputar dari dalam keluar. k. Spuit disiapkan dengan memeriksa jarum dan penutupnya. l. Buka jarum, pegang dengan tangan dominan, tusukan jarum dengan sudut 15-45oC dan bevel ke atas. Pertahankan teknik steril. m. Bila jarum sudah masuk ke vena, tarik jarum sampai darah mengisi spuit sesuai kebutuhan. Bila menggunakan vacutainer, pegang plastic adapter, tekan tabung vacuum dan biarkan darah masuk sampai sesuai kebutuhan. n. Torniquet dilepas, kemudian cabut jarum dari vena secara perlahan dan gunakan kasa atau kapas alcohol untuk menekan tempat penusukan. o. Setelah itu, bila darah telah berhenti keluar, berikan plester.

p. Tempatkan darah pada tabung yang sesuai jika dibutuhkan dan beri label pada tabung.

11. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang harus diperhatikan 1. Pasien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan posisi berbaring (bila dalam keadaan takut/gelisah akan menyebabkan hiperventilasi). 2. Memakai sarung tangan sekali pakai saat melakukan tindakan. 3. Klien diusahakan dalam keadaan tenang dan tidak takut/gelisah dengan posisi berbaring. Apabila klien dalam keadaan takut/gelisah akan menyebabkan hiperventilasi. 4. Perhatikan lokasi dengan tepat pada saat pengambilan darah vena.

12. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan a. Nama klien. b. Jenis pemeriksaan yang dilakukan. c. Keadaan kulit (kemerahan, perdarahan berlebihan). d. Tanggal dan waktu sampel diambil. e. Hasil yang didapatkan (volume) f. Suhu tubuh klien. g. Daerah vena yang ditusuk. h. Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengontrol perdarahan. i. Tanda tangan dan nama jelas perawat yang melakukan tindakan

Daftar Pustaka DeLaune, S. C; Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: Standars & practices. 2nd edition. United Tated of America: Thomson Learning Potter, P. A;& Perry, A. G. (2005). Fundamental keperawatan: Konsep, proses, danraktik. Edisi 4. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC. Kurniati, A., dan Handiyani, H. (2005). Buku panduan keterampilan dasar profesi keperawatan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Nama Anggota Kelompok: Lystia Tri Utami Oktorilla Fiska Septiana Wulandari Sopi Puji Astuti

Anda mungkin juga menyukai