Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KOMPLIKASI PERSALINAN KALA II PANGGUL SEMPIT

Monday, March 7, 2011


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian besar adalah penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi lainnya seperti panggul sempit, penyebab kematian ini sebagian besar dapat dicegah, karena di negara-negara dengan angka kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan mendeteksi sedini mungkin resiko-resiko yang ada dan mempertimbangkan atau memperkirakan resikonya kemudian mengambil keputusan dengan resiko paling rendah. 1.2 Pengertian Panggul Sempit Ada 2 definisi panggul sempit, yaitu secara anatomi dan secara obstetri. Secara anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Menjelaskan komplikasi persalinan kala II dengan panggul sempit. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui cara mengatasi panggul sempit saat persalinan. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Defenisi Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan. Menurut cara persalinan dibagi menjadi : 1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi. 1.1

2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui dinding perut dengan operasi caesarea, karena adanya komplikasi atau penyulit-penyulit yang tidak memungkinkan untuk lahir normal. Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahimya bayi. Kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran (APN, 2004). Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Hal ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan jalan lahir terutama dukungan ukuran panggul. Komplikasi persalinan adalah adanya penyulit yang timbul pada saat akan terjadi persalinan yang bisa membuat persalinan beresiko atau lahir tidak normal dengan menggunakan alat atau melalui operasi SC. 2.2 Pembagian Panggul Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut : 1. Kesempitan pintu atas panggul Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang 9 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. 2. Kesempitan bidang tengah panggul Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 3. Kesempitan pintu bawah panggul Ppintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. 2.3 Menilai Panggul Sempit Secara Klinis Berikut ini adalah cara untuk menilai panggul sempit secara klinis (dengan pemeriksaan tanpa alat) : Metode Pinard : - Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum. - Pasien dalam posisi semi duduk. - Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul sementara jari tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis) untuk mendeteksi ketidak seimbangan kepala dengan jalan lahir (disproporsi). Metode Muller Kerr : - Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan lahir. - Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum. - Posisi berbaring telentang. - Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan dimasukkan ke dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang kemaluan. Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian bawah tulang kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang (promontorium). Jarak ini dinamakan konjugata vera (garis merah pada gambar di bawah ini).

Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit sedang: 8-9 cm, sempit berat: 68 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm. 2.4 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gejala yang Muncul Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau : Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36 Pada primipara ada perut menggantung Pada multipara persalinan yang dulu dulu sulit Kelainan letak pada hamil tua Kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose, pincang dan lain-lain) Osborn positip

2.5 Cara Mengatasi Panggul Sempit Pada Saat Persalinan Untuk panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan sedangkan mulai sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan operasi cesar. Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita-wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. Kita menghentikan presalianan percobaan kalau: Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis - Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat. - Forcepe gagal Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara obstetri atau fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Contohnya panggul ukuran normal tetapi bayi ukurannya besar sehingga tidak seimbang antara ukuran bayi dengan jalan lahir. Panggul sempit tetap bayinya kecil/prematur maka masih bisa bayinya lahir secara normal. Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian bawah tulang kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang (promontorium). Jarak ini dinamakan konjugata vera (garis merah pada gambar di bawah ini). Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit sedang: 8-9 cm, sempit berat: 68 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm.

Untuk panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan sedangkan mulai sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan operasi SC. 3.2 Saran Ibu untuk selalu memperhatikan kehamilannya dan selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan agar komplikasi-komplikasi persalinan yang mungkin terjadi bisa diketahui sedini mungkin. DAFTAR PUSTAKA http://www.drdidispog.com/2009/06/panggul-sempit.html

http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-komplikasi-persalinan-kala-ii.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16931/4/Chapter%20II.pdf(PUSTAKA CAPTER ii)

MAKALAH KOMPLIKASI PERSALINAN KALA II DISTOSIA BAHU


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah kelahiran kepala, akan terjadi perputaran lagi paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus publis. Dorongan saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan tetap berada pada posisi anterior posterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis. Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk kedalam panggul. Janin besar adalah bila berat badan melebihi dari 4000 gram. Frekuensi bayi yang lahir dengan badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3 % dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4 %. Pernah dilaporkan berat bayi lahir pervaginam 10,8 11,3 Kg (Lewellpyn, 2001). 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Agar pembaca dapat mengetahui tentang persalinan yang patologis khususnya persalinan dengan distosia bahu dan dapat mengetahui cara menangani bila mendapatkan kasus distosia bahu. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang distosia bahu b. Agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiagnosis suatu tindakan c. Agar dapat melakukan segera dalam penanganannya. Manfaat Penulisan Meningkatkan pengetahuan dan teori serta praktek Mahasiswi bisa lebih kompeten dalam memberi asuhan kebidanan Mengurangi angka kematian maternal dan neonatal Mendeteksi dini kemungkinan adanya penyulit / masalah dalam persalinan Meningkatkan kesadaran diri terhadap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya. BAB II PEMBAHASAN

1.3 -

2.1

Defenisi Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu : 1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya mengedan ibu (kekuatan power). 2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage) 3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger). 4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan 5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung. Dalam kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara pervaginam tetapi meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss). Dan janin yang lahir dan hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak ini hanya hidup kira-kira 11 jam (Rustam, 1998).

2.2 1. 2. 3. 4. 2.3

Klasifikasi Distosia karena kelainan tenaga Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin. Distosia karena kelainan panggul Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006). Etiologi Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain : kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan antara ibu hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan. Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kehamilan postern Wanita-wanita yang habitus indolen Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu Orang tua yang besar Eritroblastosis Diabeter Melitus

2.4

Diagnosis Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara : 1. Keterunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkan dan adanya diabetes melitus 2. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (eodem dan sebagainya)

3. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi Sefalo atau Feto-pelvik dalam hal ini dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi 4. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva 5. Tarikan kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang simfisi pubis. 2.5 Prognosis Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis. Komplikasi 1. Pada Ibu : Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehirasi serta asidosis dan infeksi intrapartum. Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat menimbulkan regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologis (Bandl). Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. 2. Pada Bayi : Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum. Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segala apabila ia masih hidup. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan pada panggul dengan mengadakan moulge. Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis (Hanifah, 2002). Penanganan Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral atau bilateral. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua lututnya ibu ke arah dada. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat tinggi. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisi pubis. Catatan : Hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibat trauma pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara srimultan

2.6 a. b. c. a. b. c. d. 2.7 1. 2. 3.

kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu. Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptura uteri. 4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan : - Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tingkat tinggi, masukkan tangan kedalam vagina. Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu. - Jika diperlukan, dilakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum. 5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas - Masukkan tangan kedalam vagina Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. 6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain adalah : - Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan. - Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang (Ida Bagus, 2001) BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil melipat masuk kedalam panggul. Saran Setiap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya. Read more: http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/makalahkomplikasi-persalinan-kala-ii_25.html#ixzz1jnV96h3p

3.2

Anda mungkin juga menyukai