Anda di halaman 1dari 43

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah Dosen

: Perbandingan Civic Education : Prof. Dr. H. Udin Saripudin Winataputra, MA. Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si

Waktu Sifat Ujian

: 13 Juni 2012 : Takehome exam (selesai, Senin, 18 Juni 2012, pk 12.00)

Identitas Penulis Nama Mahasiswa Kelas : Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd :A

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

Naskah Soal

Petunjuk Soal. Jawablah semua pertanyaan di bawah ini dengan menggunakan penalaran Ilmiah. I. Jika memperhatikan organisasi kurikulum Civic Education di Negara-negara di dunia, tampak ada tiga kategori, yakni ada yang mengemasnya secara terpisah (separated subject curriculum), ada yang mengintegrasikannya dengan mata pelajaran lain (integrated), dan ada yang melakukannya secara terpisah (cross-curriculum). Pertanyaan : 1. Kajilah apa kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk organisasi kurikulum tersebut dan berikan contoh negara yang menerapkannya. 2. Bagaimana upaya yang dapat kita lakukan di Indonesia untuk menutupi kelemahan organisasi kurikulum PKn yang

menggunakan bentuk separated subject curriculum ? 3. Apakah anda dapat menangkap adanya sinyal yang baik dengan ditetapkannya KTSP bagi peningkatan pembelajaran PKn di sekolah dalam kaitannya dengan kelemahan organisasi kurikulum yang terpisah (separated) ? II. Untuk membina seorang warga negara menjadi warganegara yang cerdas dan baik tidak dapat dilakukan hanya melalui pembelajaran PKn di sekolah melainkan harus dilakukan secara komprehensif

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

dalam berbagai lingkungan pendidikan (sekolah, masyarakat dan keluarga). Pertanyaan : 1. Jelaskan bagaimana kenyataannya di Indonesia sekarang ini, apakah pembinaan yang komprehensif tersebut sudah berjalan ? Jelaskan ! 2. Bagaimana upaya membina seorang warga negara menjadi warganegara yang cerdas dan baik itu berdasarkan tiga pendekatan dalam pendidikan nilai, yakni development, intervention. III. Thomas Lickona mempopulerkan tujuan pendidikan pada upaya membina warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan, tujuan tersebut perlu dicapai melalui sejumlah proses sebagai berikut : (1) Pengembangan Knowledge), (2) Kebajikan Kewarganegaraan (Civic Dispotition), dan (3) Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skill). Pertanyaan : 1. Jelaskan apa konsep yang dilahirkan oleh tejadinya irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Disposition. Jelaskan strategi pembelajaran dan penilaian untuk Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic sociocultural development, psychopaedagogie dan sociopolitical

bagaimana

mengembangkan konsep tersebut.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

2.

Jelaskan apa konsep yang dilahirkan oleh terjadinya irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Skill. Jelaskan bagaimana strategi pembelajaran dan penilaian untuk mengembangkan konsep tersebut.

3.

Jelaskan apa konsep yang dilahirkan oleh terjadinya irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Diposition. Jelaskan bagaimana strategi pembelajaran dan penilaian untuk

mengembangkan konsep tersebut.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

Jawaban Soal Ujian Akhir Semester Perbandingan Civic Education Bagian I Jika memperhatikan organisasi kurikulum Civic Education di Negara-negara di dunia, tampak ada tiga kategori, yakni ada yang mengemasnya secara terpisah (separated subject curriculum), ada yang mengintegrasikannya dengan mata pelajaran lain (integrated), dan ada yang melakukannya secara terpisah (cross-curriculum). Pertanyaan : No. 1. Kajilah apa kelebihan dan kelemahan masing-masing bentuk organisasi kurikulum tersebut dan berikan contoh negara yang menerapkannya. Jawaban : 1. Separate: citizenship education diajarkan sebagai suatu mata pelajaran atau suatu aspek. Kekuatan: Melalui pengalaman belajar siswa difasilitasi untuk membangun pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang demokratis dalam koridor psikopedagogis-konstruktif. Contoh : Negara Indonesia Kelemahan : 1) Didefinisikan secara sempit, hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan, bersifat

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

formal,

terikat

oleh

isi,

berorientasi

pada

proses

pengajaran, dan hasilnya mudah diukur. 2) Penggunaan alokasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum pendidikan dijabarkan secara kaku dan konvensional sebagai jam pelajaran tatap muka terjadwal dikelas dominan. 3) Pelaksanaan pembelajaran PKn yang lebih didominasi oleh kegiatan peningkatan dimensi kognitif dan dimensi lain menjadi terbengkalai. 4) Pembelajaran terlalu menekankan pada dimensi kognitif itu berimplikasi pada penilaian yang juga menekankan kemampuan kognitif saja sehingga ada kecenderungan pengajar harus mengejar target pencapaian materi. 2. Integrated: citizenship education diajarkan sebagai bagian dari suatu mata pelajaran terpadu social sciences atau social studies atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain. Kekuatan: Didefinisikan secara luas, mewadahi berbagai aspirasi, dan melibatkan berbagai unsur masyarakat, kombinasi pendekatan formal dan informal,

menitikberatkan pada partisipasi siswa melalui interaksi interaktif di kelas maupun di luar kelas. Contoh : Negara Kanada Kelemahan: Hasilnya lebih sukar dicapai dan diukur karena kompleksnya hasil belajar

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

3.

Cross curricular: citizenship education tidak secara khusus sebagai suatu mata pelajaran atau suatu topik, melainkan secara sistemik dimasukkan ke dalam tatanan kurikulum dengan memasukannya ke dalam mata pelajaran yang ada. Kekuatan : 1) Tidak hanya menekankan pada pengetahuan

kewarganegaraan dan masyarakat kewargaan, tetapi juga pada pengembangan nilai, keterampilan, dan pengertian (QCA, 1998) 2) Muatanya tidak hanya pada mata pelajaran tertentu, melainkan tersirat pada semua mata pelajaran 3) Diajarkan tidak secara formal 4) Contoh : Negara Inggris Kelemahan : Hasilnya sukar untuk diukur Dalam pendekatan separate, seperti di Jepang, Korea, dan Singapura untuk SD, citizenship education diajarkan sebagai suatu mata pelajaran atau suatu aspek. Dalam pendekatan integrated, seperti di Australia:NSW (semua tingkat), Kanada (semua tingkat), Perancis (semua tingkat), Jerman (semua tingkat), Hongaria (semua tingkat), Italia (semua tingkat), Jepang (semua tingkat), Negeri Belanda (semua tingkat), Selandia Baru (semua tingkat), Singapura (semua tingkat), Spanyol (semua tingkat), Swedia (semua tingkat), Swiss (semua tingkat), dan USA:Kentucky (semua tingkat), citizenship education diajarkan sebagai

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

bagian dari suatu mata pelajaran terpadu social sciences atau social studies, atau dikaitkan dengan mata pelajaran lain. Dalam pendekatan cross-curricular, yang hanya dipraktekkan di Inggris, citizenship education tidaklah secara khusus sebagai suatu mata pelajaran atau suatu topik, melainkan secara sistemik dimasukkan ke dalam keseluruhan tatanan kurikulum dengan memasukkannya ke dalam mata pelajaran yang ada. Sifat dan statusnya dalam kurikulum tampak ada yang bersifat: (1) wajib bagian dari program inti, seperti untuk SD di Perancis,

Hongaria, Italia, Jepang, Korea, Negeri Belanda, Zelandia Baru, dan Singapura; dan untuk SLTP/SM di Perancis, Hongaria, Italia, Jepang, Korea, Negeri Belanda, Zelandia Baru, Singapura, dan USA:Kentucky; (2) tidak wajib, seperti untuk SD di Inggris, Australia:NSW, Kanada, Jerman, Spanyol dan Swiss; dan untuk SLTP/SM di Inggris,

Australia:NSW, Kanada, Jerman, Spanyol, dan Swiss;(3) bukan pelajaran inti seperti untuk semua tingkat di Swedia. Dalam konteks itu, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia termasuk ke dalam pendekatan separate dengan sifat dan kedudukan wajib bagian dari program inti untuk semua tingkat.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

Pertanyaan No. 2. Bagaimana upaya yang dapat kita lakukan di Indonesia untuk menutupi kelemahan organisasi kurikulum PKn yang

menggunakan bentuk separated subject curriculum ? Jawaban : Secara normatif, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki posisi yang strategis, akan tetapi melalui pendekatan separate dengan sifat dan kedudukan wajib sebagai bagian dari program inti justru telah menempatkan Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia dalam

kontinum minimal dengan karakteristik yang meliputi: didefinisikan secara sempit; hanya mewadahi aspirasi tertentu; berbentuk pengajaran kewarganegaraan (civic education); bersifat formal; terikat oleh isi; berorientasi pada pengetahuan; menitikberatkan pada proses pengajaran, dimana PKn lebih cenderung hanya dibelajarkan di kelas saja; serta hasilnya mudah diukur Artinya PKn hanya mempersiapkan peserta didik untuk mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai sejarah nasional, struktur dan proses pemerintahan serta kehidupan politik. Dengan kata lain, PKn di Indonesia baru sebatas civic education saja belum menjelama sebagai citizenship education. PKn di Indonesia baru bisa

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

dipahami sebatas sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah, yang belum merupakan program pendidikan di masyarakat pada umumnya (citizenship education). Akibatnya sering terjadi disinkronisasi antara apa yang dibelajarkan di sekolah dengan kenyataan di masyarakat. Misalnya, ketika di sekolah siswa dituntut untuk mematuhi normanorma yang berlaku, tetapi ketika siswa berada di masyarakat, siswa menemukan berbagai pelanggaran norma yang dilakukan oleh anggota masyarakat lainnya. hal tersebut tentu akan menghambat proses penanaman nilai-nilai kewarganegaraan dalam diri siswa. Upaya yang dapat dilakukan di Indonesia untuk menutupi kelemahan organisasi kurikulum PKn dengan bentuk separated subject curriculum dapat dilaksanakan dengan pendapat Cogan (1999): the more inclusive term and encompasses both these in-school experience a well as out-of school or non-formal/informal learning which takes place in the family, the religious organization, community organizations, the media etc, which help to shape the totality of the citizen. Dari tulisan yang dikemukakan oleh Cogan, terlihat bahwa upaya yang dapat menutupi kelemahan separated subject curriculum ialah dengan adanya model pendidikan interventif yang mencakup

pengalaman dalam kedua-sekolah maupun di luar sekolah atau 'nonformal/informal dimana pembelajaran yang terjadi dalam keluarga dapat membantu untuk membentuk totalitas warga".

Model Sistem Pendidikan Interventif merupakan:

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

10

a. Suatu model untuk menyusun program pendidikan sesuai dengan kebutuhan orang tua dalam meningkatkan cara pendidikan awal pada anak-anaknya. b. Suatu model mengajar belajar bagi orang tua sesuai dengan minat dan pengetahuan yang dimiliknya. c. Suatu model pembinaan yang terkoordinasi, terarah dan dapat di selenggarakan secara berkelanjutan oleh semua keluarga Indonesia yang beragama Islam. d. Suatu untuk mekanisme kerja dalam menyusun dan

melakukan setiap kegiatan pembangunan yang di arahkan untuk mengatasi masalah penghayatan dan pengalaman iman Islam. (Djauharah Bawazir: 2001) Model Sistem Pendidikan Interventif berupaya mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam pendidikan informal di rumah agar anak mencapai kedewasaan moral. Pembinaan moral diselenggarakan dalam rangka pembinaan sumber daya berkualitas sebagai upaya dan cara utama dalam mengatasi masalah umat. Model Sistem Pendidikan Interventif merupakan suatu model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan orang tua dalam meningkatkan cara pendidikan anakanaknya. Suatu model mengajar-belajar bagi orang tua sesuai dengan minat dan pengetahuan yang telah dimilikinya. Suatu model pembinaan terkoordinasi, terarah dan dapat diselenggarakan secara berkelanjutan oleh semua keluarga Indonesia. Berdasarkan perkembangan mutakhir, dimana PKn (Civic Education) adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggungjawab dari warganegara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik pada

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

11

tingkat lokal maupun nasional, maka partispipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah kompotensi kewarganegaraan. Dari sejumlah kompotensi yang diperlukan, yang terpenting adalah (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2) pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3)

pengembangan karakter dan sikap mental tertentu; dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional. Oleh karena itu, sumbangan PKn untuk menghadapi paradoksal kehidupan tersebut tidak terlepas dari tiga komponen tadi.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

12

Pertanyaan No. 3. Apakah anda dapat menangkap adanya sinyal yang baik dengan ditetapkannya KTSP bagi peningkatan pembelajaran PKn di sekolah dalam kaitannya dengan kelemahan organisasi kurikulum yang terpisah (separated) Jawaban : Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan

pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat merupakan pembelajaran, kewenangan seperti satuan silabus dan sistem (sekolah) penilaian dibawah

pendidikan

koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota. Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program

pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

13

pendidikan SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pembahasan KTSP dengan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia termasuk ke dalam pendekatan separate Berkenaan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima kelompok mata pelajaran, yaitu: 1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4. Kelompok mata pelajaran estetika; dan 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan Kelompok-kelompok mata pelajaran tersebut selanjutnya

dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat peserta didik disediakan kegiatan pengembangan diri. (Sumber kutipan : http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/reviewmata-kuliah-pengembangan-kurikulum/ diakses pada hari Jumat, 14 Juni 2012 pukul 22.35 )

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

14

Separate subject curriculum Artinya segala bahan pelajaran yang disajikan dalam

subject/mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Subject atau mata pelajaran ialah hasil penglaman umat manusia sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh manusia sejak dahulu, lalu disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan disajikan kepada anak didik sesuai dengan usianya masing-masing. Keuntungan-keuntungan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis Sederhana, mudah direncanakan dan dilaksanakan Mudah dinilai Dipakai di Perguruan Tinggi Sudah menjadi tradisi Memudahkan guru Mudah diubah

Kekurangan-kekurangan : 1. 2. Memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas Tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak sehari-hari 3. 4. 5. Menyampaikan pengalaman umat manusia yang lampaui Tujuannya terlampau terbatas Kurang mengembangkan kemampuan berfikir

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

15

6.

Statis dan ketinggalan zaman

( Sumber : Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Melalui http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/reviewmata-kuliah-pengembangan-kurikulum/ , diakses pada hari Jumat, 14 Juni 2012 pukul 22.35 ) Untuk pendidikan kewarganegaraan di Indonesia termasuk ke dalam pendekatan separate dengan sifat dan kedudukan dalam program wajib yang dikemas sebagai materi inti yang terintegrasi. Istilah Civics dan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia sudah mulai dikenal sejak dalam kurikulum sekolah sejak taun 1968 sebagai upaya untuk menyiapkan warga Negara menjadi warga Negara yang baik, yaitu warga Negara yang mengetahui hak-hak dan kewajibannya. Melalui kurikulum tersebut khusus untuk sekolah dasar memuat tentang Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya mencakup Ilmu Bumi, Sejarah dan Civics. Secara teoritik, Pendidikan

Kewarganegaraan (civics education atau citizenship education) merupakan perluasan dari mata pelajaran civics dan lebih menekankan pada pendidikan orang dewasa dan lebih berorientasi pada praktek kewarganegaraan. a. Kekuatan PKn di Indonesia memiliki Landasan

dikembangkannya PKn adalah idealism pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan menjadikan manusia sebagai warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab secara filosofis, sosio-politis dan psikopedagogis. Kerangka sistemik PKn dibangun atas dasar paradigm bahwa PKn secara

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

16

kurikuler bertujuan

dirancang untuk

sebagai

subjek

pembelajaran individu

yang agar

mengembangkan

potensi

menjadi warga Negara Indonesia berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab ; secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi kognitif, afektif dan psikomotor yang bersifat konfluen atau saling

berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi id, nilai, konsep, dan moral Pancasila Kewarganegaraan yang demokratis dan bela Negara ; secara pragmatik dirancang sebagai subjek pembejalaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilainilai dan pengalaman belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. PKn secara subtantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan. Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian inheren dan instrumentasi serta praksis pendidikan nasional dalam satus, yaitu (1) sebagai mata pelajaran di sekolah, (2) sebagai mat kuliah di perguruan tinggi, (3) sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru, dan (4) Sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Pnghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program, dan (5) sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebgai landasan

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

17

dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga dan keempat. b. Kelemahan PKn di Indonesia yang pendekatan separate dan kedudukan wajib bagian program inti. Jika kita lihat dari "Citizenship education continuum" MINIMAL dan MAKSIMAL bahwa "Citizenship education" yang berlaku di Indinesia berada pada titik Minimal ditandai oleh: "thin, exclusive, elitist, civics education, formal, content led, knowledge-based, didactic transmision, easier to achieve and measure in practice. Maksudnya adalah didefinisikan secara sempit, hanya mewadahi aspirasi tertentu, berbentuk pengajaran kewarganegaraan, bersifat f o r m a l , terikat oleh isi, berorientasi pada pengetahuan, menitikberatkan pada proses pengajaran, hasilnya mudah diukur. Jika kita analisis terhadap perkembangan pendidikan kewarganegaran di Indonesia (Winartaputra, 1999)

menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan yang mendasar sehingga mengakibatkan ketidakjelasan, baik tatanan

konseptual maupun tatanan praktis. Kelemahan-kelemahan tersebut yaitu : 1) kelemahan dalam konseptualisasi, 2). Penekanan yang sangat berlebihan pada proses pendidikan moral behavioristik, terperangkap pada proses penanaman nilai yang cenderung indoktrinatif, 3) ketidakkonsistennan pejabaran berbagai dimensi tujuan pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan, dan 4) keterisiliran

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

18

proses pembelajaran dari konteks disiplin keilmuaan dan lingkuangan sosial dan budaya. Dalam proses pendidikan yang baik harus didukung oleh berbagai instrumen pendidikan yang baik pula. Salah satu

instrumennya yaitu kurikulum yang terencana. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan

kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

19

Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan

pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah. Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung secara berimbang dan saling mengisi. Jika kita analisis terhadap perkembangan pendidikan

kewarganegaran di Indonesia (Winartaputra, 1999) menunjukkan adanya kelemahan-kelemahan yang mendasar sehingga mengakibatkan ketidakjelasan, baik tatanan konseptual maupun tatanan praktis. Kelemahan-kelemahan konseptualisasi, tersebut yaitu : 1) kelemahan dalam

2). Penekanan yang sangat berlebihan pada proses

pendidikan moral behavioristik, terperangkap pada proses penanaman nilai yang cenderung indoktrinatif, 3) ketidakkonsistenan pejabaran berbagai dimensi tujuan pendidikan kewarganegaraan ke dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan, dan 4) keterisiliran proses pembelajaran dari konteks disiplin keilmuaan dan lingkungan social dan budaya. Dengan kata lain juga, bahwa PKn di Indonesia baru sebatas civic education atau sebagai mata pelajaran saja, belum menjelama sebagai citizenship education sebagai suatu program pendidikan di masyarakat

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

20

pada umumnya. Akibatnya sering terjadi disinkronisasi antara apa yang dibelajarkan di sekolah dengan kenyataan di masyarakat.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

21

Bagian II Untuk membina seorang warga negara menjadi warganegara yang cerdas dan baik tidak dapat dilakukan hanya melalui pembelajaran PKn di sekolah melainkan harus dilakukan secara komprehensif dalam berbagai lingkungan pendidikan (sekolah, masyarakat dan keluarga). Pertanyaan No. 1. Jelaskan bagaimana kenyataannya di Indonesia sekarang ini, apakah pembinaan yang komprehensif tersebut sudah

berjalan ? Jelaskan ! Jawaban : Pendidikan kita selama ini, sepertinya lebih banyak

menghasilkan generasi yang pandai mengeluh, membebek, dan mengambil jalan pintas. Untuk menanamkan nilai kejujuran misalnya, sekolah ramai-ramai membuat kantin kejujuran. Anak diajak untuk jujur dalam membeli dan membayar barang yang dibeli tanpa ada yang mengontrolnya. Namun sayang, gagasan yang tampaknya relevan dalam mengembangkan nilai kejujuran ini mengabaikan prinsip dasar pedagogi pendidikan berupa kedisiplinan sosial yang mampu

mengarahkan dan membentuk pribadi anak didik. Sistem pendidikan di Indonesia dinilai gagal membentuk karakter siswa menjadi orang baik yang ditandai dengan banyaknya kasus korupsi, manipulasi, kebohongan, berbagai konflik dan terjadinya kekerasan. Bagaimana pemerintah menjadi fasilitator pelayanan publik tidak dimiliki oleh negara. Pemerintah serius bisa menggusur tanpa bisa menunjukkan alternatif berjualan bagi masyarakat misalnya. Belum lagi

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

22

status klaim tanah yang berakibat pada penggusuran. Ancaman penggusuran menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bagi semua negara. Kemudian masyarakat seringkali menempuh cara kekerasan sehingga tidak punya karakter sebagai warga negara yang baik mengedepankan dialog. Bagaimana mengatasinya ini? Perlu grand design tentang pendidikan karakter bangsa. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar karena didukung oleh sejumlah fakta positif yaitu posisi geopolitik yang sangat strategis, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, kemajemukan sosial budaya, dan jumlah penduduk yang besar. Oleh karena itu, bangsa Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Oleh karena itu pendidikan merupakan hal terpenting

membentuk kepribadian. Pendidikan itu tidak selalu berasal dari pendidikan formal seperti sekolah atau perguruan tinggi. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian, terutama anak atau peserta didik. Dalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 kita dapat melihat ketiga perbedaan model lembaga pendidikan tersebut. Dikatakan bahwa Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sehingga didalam lingkungan sekolah, kegiatan belajar mengajar secara komprehensif dapat diwujudkan pada saat membahas kompetensi yang akan diberikan. Dengan menggunakan model, metode dan media yang lebih dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari. Misalnya dengan menggunakan media internet dan televise,surat kabar serta kejadian-

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

23

kejadian yang terjadi di sekitar siswa sehari-hari dalam lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat untuk menunjang jalannya kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Sedangkan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan dalam bentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

24

Pertanyaan No. 2. Bagaimana upaya membina seorang warga negara menjadi warganegara yang cerdas dan baik itu berdasarkan tiga pendekatan dalam pendidikan nilai, yakni psychopaedagogie development, sociocultural development, dan sociopolitical intervention. Jawaban : Menurut Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si, dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2009, pada bagian Penutup, beliau mengagas sebagai berikut : Pertama, PKn sebagai program kurikuler di lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun nonformal (luar sekolah), yang berperan sebagai wahana pemuliaan dan pemberdayaan anak dan pemuda sesuai dengan potensinya agar menjadi warganegara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa untuk mendidik anak menjadi warganegara yang cerdas dan baik harus dilakukan secara sadar dan terencana dalam suatu proses pembelajaran agar mereka secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pembinaan warganegara yang melibatkan aspek psikopedagogis ini saya namakan pendekatan psycho-paedagogical development. Kedua, PKn sebagai gerakan sosio-kultural kewarganegaraan yang berperan sebagai wahana aktualisasi diri warganegara baik secara

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

25

perorangan maupun kelompok sesuai dengan hak, kewajiban, dan konteks sosial budayanya, melalui partisipasi aktif secara cerdas dan bertanggung jawab. Pemikiran ini didasari oleh asumsi bahwa kewarganegaraan bertalian dengan masyarakat, karena disamping secara historis konsep tersebut tumbuh bersamaan dengan

perkembangan identitas manusia sebagai makhluk sosial politik, juga disebabkan oleh adanya usaha mewujudkan orde sosial yang baik dan diharapkan (desirable) melalui penguatan nilai-nilai dalam masyarakat. Karena yang dibangun dalam gerakan sosio-kultural kewarganegaraan itu pranata sosial yang berunsurkan sistem nilai dan norma, maka masyarakat dan komunitas dalam hal ini perlu menyediakan ruang publik bagi warganegara untuk ber-PKn (doing PKn). Analisis sosiologis terhadap perkembangan masyarakat kita dewasa ini menunjukkan bahwa akar dari berbagai masalah sosial budaya ini dapat digolongkan kedalam empat masalah dasar yang perlu menjadi agenda dalam gerakan sosio-kultural kewarganegaraan, yakni masalah kerukunan, kepedulian, kemandirian, dan demokrasi. Proses pembinaan

warganegara yang melibatkan pranata sosial yang berunsurkan sistem nilai dan norma ini saya namakan Development. Ketiga, PKn sebagai program pendidikan politik kebangsaan bagi para penyelenggara negara, anggota dan pimpinan organisasi sosial dan organisasi politik yang dikemas dalam berbagai bentuk pembinaan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan pendekatan socio-cultural

kewarganegaraan (civic skills), dan kebajikan kewarganegaraan (civic disposition) yang mengacu pada prinsip konseptual-pedagogis untuk mengembangkan daya nalar (state of mind), bukan wahana indoktrinasi

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

26

politik, dan sebagai suatu proses pencerdasan.

Pemikiran ini

didasarkan pada asumsi bahwa peran negara dalam membina warganegara tidak dapat dihilangkan dengan menguatnya masyarakat civil (civil society). Negara sebagai suatu organisasi puncak memiliki kekuasaan untuk meningkatkan partisipasi yang bermutu dan

bertanggung jawab dari warganegara dalam kehidupan politik dan masyarakat baik pada tingkat lokal maupun nasional. Partisipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah kompetensi

kewarganegaraan yang penting diantaranya : (1) penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu; (2) pengembangan kemampuan intelektual dan partisipatoris; (3) pengembangan karakater dan sikap mental tertentu; dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional. Proses pembinaan warganegara melalui pendidikan politik kebangsaan ini saya namakan pendekatan sociopolitical intervention . (Sumber : Budimansyah, D. (2009) Membangun Karakter Bangsa Di Tengah Arus Globallisasi dan Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran Pendidikan Kewareganegaraan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UPI) Dari sumber pidato pengukuhan jabatan guru besar Prof. Dr. H Dasim Budimansyah, M.Pd tersebut bila dikaitkan dengan pendidikan nilai maka program pendidikan atau pembelajaran PKn secara pragramatik prosedur berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (civilizing) serta memberdayakan (empowering)

manusia atau anak didik (diri dan kehidupannya) menjadi warga negara yang baik sebagaimana tuntutan keharusan atau yuridis konstitusional bangsa.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

27

Berdasarkan dari pemahaman di atas, maka upaya pembinaan warga negara cerdas dan baik itu dilakukan berdasarkan tiga pendekatan dalam pendidikan nilai, meliputi: Psychopaedagogycal Development Dalam pendekatan ini dilakukan dengan cara memperbaharui pendidikan nasional dalam rangka meningkat mutu pendidikan di Indonesia melalui salah satu pengembangan kurikulm mata pelajaran berbasis kompetensi dalam hal ini dikembangkan untuk

memberdayakan kompetensi kecakapan hidup kewarganegaraan yang meliputi: a) kecakapan personal, warga negara dihadapkan memiliki keterampilan-keterampilan memberdayakan potensi diri. b) kecakapan sosial diarahkan untuk memberdayakan dalam melakukan komunikasi personal dan interpersonal, yang berkaitan dengan

keterbukaan terhadap orang lain, belajar dan bekerjasama dalam kelompok, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, melakukan negoisasi, memecahkan konflik bersama, sharing tanggung jawab kepemimpinan, kemauan dan kemampuan untuk membantu orang lain, partisipasi sosial kewarganegaraan. c) kecakapan intelektual dikembangkan melalui berbagai aktivitas mental intelektual dapat membantu meningkatkan kemampuan warga negara untuk mengingat informasi, memahami informasi, menerapkan konsep, menganalisis

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

28

dan

melakukan

sintesis

untuk

berpikir

kritik

dan

kemampuan untuk membuat keputusan. d) kecakapan akademis dikembangkan dengan memfasilitasi warga negara untuk belajar mengidentifikasi dan

merumuskan masalah, mengembangkan kerangka berpikir, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, mengolah data, mengambil keputusan dan mengajukan berbagai usulan kebijakan yang diperlukan dalam menyelesaikan masalahmasalah sosial kewarganegaraan. e) kecakapan vokasional, bagi warga negara diharapkan dapat membantu meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial kewarganegaraan yang dapat digunakan sebagai basis keterampilan kerja sosial. Sosiocultural Development Dalam pendekatan ini dikembangkan dengan cara: (1).

Masyarakat harus

memiliki system nilai dan system kaidah yang

meresapkan dalam system hukum yang mendukung pembangunan, meliputi cara berpikir rasional dan realistis, sikap menghargai prestasi kerja yang berguna bagi masyarakat, kebebasan demokrasi di segala bidang kehidupan yang dilandasi oleh kesadaran moral dan hukum yang berlaku, kerukunan serta kesetiakawanan yang dapat memperkuat kestabilan sosial. (2). Masyarakat perlu adanya diversifikasi pranatapranata di bidang sosial budaya untuk menjamin terwakil kepentingan kelompok sehingga tidak muncul konflik sosial sehingga memunculkan wadah baru untuk pergerakan dalam proses pembangunan untuk mewujudkan masyarakat madani. (3). Masyarakat harus mampu

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

29

memlihara sosial kultur tanpa mengurangi dinamika sosial yang menjadi daya pendorong pembangunan. (4). Masyarakat yang sedang membangun, perlu sekali diberikan kepastian hukum bagi semua warganya. (5). Peranan yang amat berpengaruh dari system

pengetahuan dan teknologi untuk keperluan pembangunan, maka masyarakat perlu mempunyai system nilai beserta pranata-pranata yang memberikan peluang untuk pengembangan, penguasaan dan

penerapannya. (6). Kondisi sosial budaya yang member tempat dan menghargai kreativitas, artinya yang memberi tempat dan penghargaan terhadap alternatif dan perbedaan. Sosiopolitical Intervention Dalam pendekatan ini hakikatnya adalah memelihara stabilitas sistem politik dan integrasi nasional baik dalam arti vertikal dan horizontal. Rakyat tunduk pada negara dan konsensus normatif yang mengatur tingkah laku politik warga negara, penyelenggara negara, lembaga-lembaga politik dan negara itu sendiri. Pendekatan ini tidak bisa dipisahkan dari sistem nilai yang dianut dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejarah telah membuktikan bahwa sistem politik yang dipraktikan oleh bangsabangsa di dunia adalah berbeda satu dengan yang lain. Hal ini diperkuat dengan pendapat David Easton, yang menyatakan bahwa budaya politik adalah bagian dari sisstem sosial yang menjalankan (a). alokasi nilai-nilai (dalam bentuk keputusan atau kebijakan-kebijakan), (b). alokasinya bersifat otoritatif (dikuatkan oleh kekuasaan yang sah), (c). otoritatif itu mengikat seluruh masyarakat. Mengacu dari pendapat David Easton, maka pendekatan nilai dalam kontek sociopolitical

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

30

intervention harus sinergis dengna sistem politik dan nilai yang ada dalam masyarakat.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

31

Bagian III Thomas Lickona mempopulerkan tujuan pendidikan pada upaya membina warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizen). Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan, tujuan tersebut perlu dicapai melalui sejumlah proses sebagai berikut : (1) Pengembangan Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic

Knowledge), (2) Kebajikan Kewarganegaraan (Civic Dispotition), dan (3) Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skill).

Pembahasan: Pada tahun-tahun terakhir ini, pemakaian istilah warga negara yang baik (good citizen) dianggap kurang sehingga perlu ditambahkan kata cerdas di bagian belakangnya. Jadilah istilah warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizen). PKn sebagai bagian dari fungsi pendidikan nasional Indonesia juga diharapkan mampu membentuk tidak hanya warga negara yang baik saja tetapi juga warga negara yang cerdas, lengkapnya adalah warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Menurut pendapat William Galston (1989), John J Cogan (1998) dan Will Kymlika (2001), pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya adalah pendidikan untuk membentuk seperangkat karakteristik sebagai warga negara yang sejalan dengan dan demi pandangan hidup komunitas politik yang bersangkutan_bukan sekedar mempelajari fakta-

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

32

fakta tentang pranata dan prosedur kehidupan politik, tetapi juga mencakup pembelajaran serangkaian disposisi, kebajikan, dan loyalitas. PKn adalah pendidikan untuk mewarganegarakan orangorang di dalam suatu komunitas. Terkait dengan karakter warga negara yang baik dan cerdas maka terdapat keragaman pendapat mengenai apa itu karakter yang baik. Konsep karakter baik (good character) menurut Thomas Lickona (1991), sebagai suatu kebajikan (virtue) yang bisa dibagi dalam dua kategori, yakni kebajikan pada diri sendiri (self-oriented virtuous) dan kebajikan terhadap orang lain (other oriented virtuous). Kebajikan pada diri sendiri (self-oriented virtuous) misalnya pengendalian diri dan kesabaraan. Kebajikan terhadap orang lain (other oriented virtuous). misalnya kesediaan berbagai dan merasakan kebahagiaan. Kebajikan itu bukan sekedar sikap, tetapi juga merupakan pengetahuan dan perilaku. Oleh karena itu secara populer, karakter itu meliputi tiga hal, yakni mengetahui yang baik (knowing the good), merasakan hal baik (feeling the good) dan melakukan hal baik (acting the good). Selain itu sebagai paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan (new civic paradigm) dalam pembelajarannya mengembangkan tiga jenis kompetensi, yakni pertama, kecakapan penguasaan pengetahuan

kewargaan (civic knowledge) yang terkait dengan materi demokrasi, hak asasi manusia dan masyarakat madani, kedua, (civic kecakapan seperti

mengartikulasikan

keterampilan

kewargaan

skills)

kemampuan berpartisipasi dalam proses pembuatan kebijakan publik, kemampuan melakukan kontrol terhadap penyelenggara negara dan pemerintah; ketiga, kecakapan sikap kewargaan (civic dispositions) antara

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

33

lain

pengakuan

kesetaraan,

toleransi,

kebersamaan,

pengakuan

keragaman, kepekaan terhadap masalah warga Negara. Keterkaitan ketiga jenis kompetensi tersebut digambarkan oleh Udin Winataputra (2006) dan juga penambahan khasanah ilmu dari penulis selama mengikuti perkulihan Perbandingan Civic Education sebagai berikut :

(Civic Knowledge Civic Virtue Kebajikan Kewarganegaraan )

(Civic Competence)

SMART & GOOD CITIZENSHIP

(Civic Skill Civic Participation Civic Responsibility )

(Civic Commitment Kesediaan dan Komitmen Warga negara)

( Civic Disposition Civic Confidence Sikap & Kepribadian )


Warga

Penjelasannya sebagai berikut : Civic Knowledge Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan) berkaitan

dengan kandungan apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Komponen pertama ini harus diwujudkan dalam

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

34

bentuk lima pertanyaan penting yang secara terus-menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn. Lima pertanyaan yang dimaksud adalah (1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan?; (2) Apa dasar-dasar sistem politik

Indonesia?; (3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi Indonesia?; (4) Bagaimana hubungan antara Indonesia dengan Negara-negara lain di dunia?; dan (5) Apa peran warganegara dalam demokrasi Indonesia?. Civic Skills Komponen esensial kedua Civic Education dalam masyarakat demokratis adalah kecakapan kewarganegaraan (Civic Skills). Jika warganegara mempratekkan hak-haknya anggota dan menunaikan yang

kewajiban-kewajibannya

sebagai

masyarakat

berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan dasar sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan

sebagaimana diuraikan di muka, namun mereka pun perlu memiliki kecakapan-kecakapan intelektual dan partisipatoris yang relevan. Kecakapan-kecakapan intelektual kewarganegaraan ini antara lain; kecakapan berpikir kritis tentang isu politik tertentu, kemampuan mendeskripsikan seperti fungsi-fungsi dan proses sistem check and balances atau judicial review. Sedangkan kecakapan partisipasi ini meminjam sebagai istilah Branson (1998:9) dapat

dikategorikan

interacting

(interaksi),

monitoring

(mengawasi), and Influencing (mempengaruhi).

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

35

Pertanyaan No. 1 . Jelaskan apa konsep yang dilahirkan oleh tejadinya irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Disposition. Jelaskan bagaimana strategi pembelajaran dan penilaian untuk mengembangkan konsep tersebut. Jawaban : Konsep yang dilahirkan dari irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Disposition adalah : - civic virtue ( kebajikan kewarganegaraan) - civic confidence ( sikap dan kepribadian warga) Strategi pembelajaran dan penilaian : Dengan memberikan kebebasan pada siswa untuk mengkaji

berbagai bahan bacaan yang berhubungan dengan pokok bahasan , yang disertai dengan berbagai contoh kasus-kasus yang terjadi baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat atau dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kemudian mereka menilai sendiri tindakantindakan apa yang mesti dilakukan bila kejadian terjadi lagi kejadian tersebut. Penilaian dapat dilakukan selama proses belajar dan akhir pembelajaran, selama proses dapat terlihat dari sikap siswa terhadap suatu kasus dan pada akhir pembelajaran dapat terlihat dari hasil evaluasi dengan menggunakan skala sikap.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

36

Pertanyaan No. 2 . Jelaskan apa konsep yang dilahirkan oleh tejadinya irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Skill. Jelaskan

bagaimana strategi pembelajaran dan penilaian untuk mengembangkan konsep tersebut. Jawaban : Konsep yang dilahirkan dari irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Skill adalah : Civic commitment ( kesediaan dan komitmen warga negara )

Strategi pembelajaran dan penilaian : Siswa diberikan pengetahuan tentang kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki seorang warga negara,diantaranya kecakapan

berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain,kecakapan memonitor dan kecakapan mempengaruhi. Untuk membiasakan kecakapan itu, guru bisa menggunakan cara kerja kelompok dan bekerja bersama dalam membahas suatu permasalahan. Metode yang digunakan adalah diskusi kelompok. Penilaian dapat dilakukan selama proses dan akhir pembelajaran, dalam proses pembelajaran guru dapat melihat sejauh mana keaktifan siswa ketika berinteraksi dengan siswa lain,ketika diskusi bisa dilihat dari keaktifan bertanya, kesediaan menjawab dan kemampuan bekerja sama dengan siswa lain.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

37

Pertanyaan No. 3 . Jelaskan apa konsep yang dilahirkan oleh tejadinya irisan antara Civic Knowledge dengan Civic Skill. Jelaskan

bagaimana strategi pembelajaran dan penilaian untuk mengembangkan konsep tersebut. Jawaban : Konsep yang dilahirkan dari irisan antara Civic Skill Disposition adalah : Civic confidence ( sikap dan kepribadian warga) Civic participation ( keikutsertaan warga ) Civic responsibility ( tanggung jawab warga ). dengan Civic

Strategi pembelajaran dan penilaian Siswa dipersilahkan untuk menyebutkan hal-hal yang terjadi di lingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat yang berkenaan dengan pokok bahasan, kemudian diminta untuk menganalisis hal-hal yang pantas untuk dilaksanakan dan hal-hal yang tidak pantas dilakukan di lingkungan tersebut disertai argument kenapa hal tersebut dilakukan dan tidak dilakukan. Penilaian dapat dilaksanakan selama proses tanya jawab dengan menyimak jawaban dan alasan siswa tentang suatu permasalahan. Diakhir pembelajaran dapat menggunakan tes tertulis dengan

menggunakan contoh kasus-kasus yang terjadi dan mengharapkan siswa menjawab disertai dengan alasannya. Sebagai bahan perbandingan, saya juga menyertakan tiga komponen yang saling berinterrelasi dan kebaikan kewarganegaraan,

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

38

pengetahuan kewarganegaraan, dan keterampilan kewarganegaraan sebagai tujuan dan/atau kerangka Pendidikan Kewarganegaraan antara lain menurut Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991). Civitas: A Framework for Civic Education. Center for Civic Education: Calabasas. The Center for Citizenship Education of the United States of America proposed the three interrelated components of civic virtues, civic knowledge and civic skills as the aims and/or framework for citizenship education. (Quigley, Buchanan Jr., and Bahmueller, 1991). 1. Civic virtues consists of the traits of character, disposition, and commitments necessary for the preservation and improvement of democratic governance and citizenship. Examples of civic virtues are individual responsibility, self-discipline, integrity, patriotism, toleration of diversity, patience and consistency, and compassion for others. Commitments include, a dedication to human rights, equality, the common good, and a rule of law. Civic knowledge covers fundamental ideas and information that learners must know and use to become effective and responsible citizens of a democracy. Civic knowledge normally includes types and systems of government, politics, political institutions and processes and the role of citizens in relation to the governance. Civic skills include the intellectual skills required to understand, compare, explain and evaluate various principles and practices of government and citizenship. They also include the participatory skills that enable citizens to monitor and influence public policies.(Quiqley 1991).

2.

3.

Dalam tulisan tersebut Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, mengusulkan tiga komponen yang saling berinterrelasi dan kebaikan kewarganegaraan, pengetahuan kewarganegaraan, dan

keterampilan kewarganegaraan sebagai tujuan dan/atau kerangka Pendidikan Kewarganegaraan

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

39

1.

Kebaikan kewarganegaraan, terdiri dan ciri-ciri dan karakter, disposisi, dan komitmen yang penting bagi pemeliharaan dan perbaikan pemerintahan dan kewarganegaraan demokratis. Contohcontoh dan kebajikan-kebajikan kewarganegaraan adalah tanggung jawab individu, disiplin din, integritas, patriotisme, toleransi dalam keragaman, kesabaran dan konsistensi, dan rasa kasihan untuk yang lain. Komitmen-komitmen termasuk, suatu pengabdian terhadap hak azasi manusia, persamaan, kebaikan umum, dan aturan hukum.

2.

Pengetahuan kewarganegaraan meliput gagasan dan informasi pokok bahwa para pelajar harus mengetahui dan terbiasa sebagai warganegara yang efektif dan bertanggung jawab dalam suatu demokrasi. Pengetahuan kewarganegaraan secara normal termasuk jenis-jenis dan sistem dan pemerintah, politik, lembaga politik, dan proses dan peran dan para warganegara dalam hubungannya dengan pemerintah.

3.

Keterampilan kewarganegaraan termasuk keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memahami, membandingkan, menjelaskan dan mengevaluasi berbagai prinsip dan praktek-praktek dan pemerinta h dan kewarganegaraan. Termasuk juga keterampilan berpartisipasi yang memungkinkan warganegara untuk memonitor dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik. Dalam pandangan penulis , PKn persekolahan sekarang ini masih

mungkin didalamnya mengemban fungsinya sebagai pendidikan nilai moral meskipun tidak secara eksplisit ada dalam standar isi Pendidikan Kewarganegaraan persekolahan. Harus diakui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan sekarang ini menampakkan diri untuk kembali pada

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

40

body of knowlegde dari civics yaitu demokrasi politik dengan tiga komponennya yaitu civics knowlegde , civics dispotiton dan civcs skill (Branson, 1998). Berkaitan dengan hal ini Udin S Winataputra (2001) mengatakan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan wahana

sistematik pendidikan demokrasi. Porsi PKn sebagai pendidikan politik demokrasi lebih besar daripada fungsinya selaku pendidikan nilai maupun pendidikan kebangsaan. Fungsi PKn sebagai pendidikan nilai moral dapat kita sarikan dari pernyataan bahwa PKn berfungsi sebagai pembentukan karakter warganegara. PKn persekolahan memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Karakter yang dimaksud tentu saja karakter yang berpedoman pada nilai luhur bangsa dalam hal ini Pancasila. Karakter

kewarganegaraan baik untuk pribadi maupun masyarakat Indonesia adalah karakter yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasila.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

41

Daftar Pustaka Budimansyah & Karim Suryadi (2007). PKn dan Masyarakat Multikultural. SPs UPI Bandung. Budimansyah, D. (2009) Membangun Karakter Bangsa Di Tengah Arus Globallisasi dan Gerakan Demokratisasi: Reposisi Peran Pendidikan Kewareganegaraan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar UPI. Bandung Djahiri, Kosasih (2006). dalam Budimansyah, Dasim & Syaefullah Syam (ed) (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Jurusan PKn UPI Bandung Lickona, Thomas. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York, NY: Bantam Books Kerr, David (1999) Citizenship Education : an International Comparation, London. National Fondation for Educational Reseach NFER. Margaret Stimman Branson. 1998. The Role of Civic Education, A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper, tersedia di www.civiced.org Somantri, N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Remaja Rosda Karya : Bandung. Ubaedillah, A & Abdul Rozak (2008) Pendidikan Kewargaan : Demokrasi dan Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. ICCE UIN Jakarta. Quigley, C.N. Buchanan Jr. J.H. & Bahmueller, C.F. eds. (1991). Civitas: A Framework for Civic Education. Center for Civic Education: Calabasas: Center for Civic Education.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

42

Thomas Lickona. 1991. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Will Kymlicka. 2001. Politics in the Vernacular: Nationalism,

Multiculturalism, and Citizenship. Oxford: Oxford University Press. Winataputra, Udin & Dasim Budimansyah (2012). Pendidikan

Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional : Konteks, Teori, danProfil Pembelajaran. SPs UPI Bandung.

Sumber dari Internet Nasution, S. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Melalui http://fadlibae.wordpress.com/2010/03/24/review-mata-kuliahpengembangan-kurikulum/ , diakses pada hari Jumat, 14 Juni 2012 pukul 22.35 Waktu Indonesia.

Den Bagus Iwan Sukma Nuricht, S.Pd

Jawaban UAS Civic Education

43

Anda mungkin juga menyukai