Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Salah satu masalah sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa 54% kematian bayi dan anak dilatarbelakangi keadaan gizi yang buruk. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), terdapat sekitar 907 juta penduduk di negara berkembang mengalami kekurangan pangan. Pada kasus tertentu, seperti keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat ketahanan pangan ditingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga untuk memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal ini, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup dalam jumlah dan mutunya. Dalam konteks ini masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

Status gizi masyarakat ditentukan oleh makanan yang dimakan. Makanan yang dimakan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di masyarakat, sistem pengolahan makanan tersebut, baik modern atau tradisional, baik atau kurang baik, hingga sampai kepada masyarakat dan dimanfaatkan untuk memenuhi asupan gizi dan kesehatan. Sedangkan aspek kesehatan menentukan kondisi imunitas tubuh dan penyakit sesuai dengan asupan gizi yang didapat. Selain itu banyak faktor lain yang berhubungan pula seperti pelayanan kesehatan, kemiskinan, pendidikan, sosial budaya, gaya hidup, yang kesemuanya berkaitan dengan

status gizi sehingga dapat mempengaruhi produktivitas atau kualitas sumber daya masyarakat

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar (Supariasa dkk, 2002).

Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi sangat mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan (Suhardjo, 2003). Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak usia tersebut merupakan generasi penerus bangsa. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang benar.

Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan zat gizi pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Banyak sekali masalah yang ditimbulkan dalam pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada banyak organ dan sistem tubuh anak (Judarwanto, 2006). Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/ pantangan yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan keluarga dan jarak kelahiran yang rapat. Kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan manusia. Kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita dan anak-anak ternyata melampaui orang dewasa nyaris dua kali lipat

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gizi buruk

b. Untuk mengetahui masalah pangan dan gizi di Indonesia c. Untuk mengetahui dampak ketidakseimbangan gizi d. Untuk mengetahui penanggulangan masalah gizi buruk

C. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan teori yang terdiri dari; pengertian, faktor yang mempengaruhi, masalah pangan dan gizi, dampak ketidakseimbangan gizi, Penanggulangan gizi masyarakat. BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Gizi Buruk Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi, vitamin, protein, dan mikronutrsi dalam jangka waktu yang lama. Kasus gizi buruk di Indonesia memang sangat memprihatinkan.

Akibat kekurangan gizi, makan simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Gangguan gizi buruk menggambarkan suatu keadaan patologis yang terjadi akibat ketidaksesuaian/ tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang relative lama.

B. Faktor yang mempengaruhi Gizi Buruk 1. Konsumsi makanan Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. 2. Pengaruh budaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan. 3. Sikap terhadap makanan Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makananan menjadi rendah.

4. Penyakit Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit infeksi pada saluran pencernaan. Namun tidak hanya infeksi pada saluran pencernaan saja. Biasanya kondisi sakit juga mempengaruhi nafsu makan. Dalam kondisi sakit seseorang cenderung merasa lemas dan nafsu makannya berkurang. 5. Jarak kelahiran anak Jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi anak dalam keluarga. 6. Produksi pangan Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.

Data yang relevan untuk produksi pangan : a. Penyediaan makanan keluarga (produksi sendiri, membeli atau barter) b. Sistem pertanian (alat pertanian, irigasi, pembuangan air, pupuk, pengontrolan serangga, penyuluhan pertanian) c. Tanah (kepemilikan tanah, luas per keluarga kecocokan tanah, tanah yang digunakan, jumlah tenaga kerja) d. Peternakan dan perikanan (jumlah ternak seperti, kambing, bebek) dan alat penangakap ikan e. Keuangan (keuangan yang tersedia, fasilitas untuk kredit)

7. Faktor sosial Ekonomi 1) Data Sosial Data sosial yang perlu dipertimbangkan adalah : a) Keadaan penduduk di masyarakat ( jumlah, umur, distribusi gender dan geografis) b) Keadaan keluarga ( besarnya, hubungan dan jarak kelahiran ) c) Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu bapak Keberadaan buku-buku

Usia anak sekolah

d). Perumahan (tipe, lantai, atap, dinding, listrik, ventilasi, perabotan, jumlah kamar, pemilika dan lain-lain ) e). Dapur (bangunan, lokasi, kompor, bahan baker, alat masak, pembuangan sampah ) f). Penyimpanan makanan ( ukuran, isi, penutup serangga ) g). Air ( sumber, jarak dari rumah ),Kakus ( tipe yang ada, keberadaannya )

2). Data Ekonomi Data ekonomi meliputi : a. Pekerjaan ( pekerjaan utama misalnya pertanian dan pekerjaan tambahan misalnya pekerjaan musiman ) b. Pendapatan keluarga ( gaji, industri rumah tangga, pertanian pangan / non pangan, utang ) c. Kekayaan yang terlihat seperti tanah, ternak, perahu, mesin jahit, kendaraan, radio, TV d. Pengeluaran /anggaran ( Pengeluaran untuk makan, menyewa, pakaian, bahan bakar, listrik, pendidikan, transportasi, rekreasi, hadiah/persembahan ) e. Harga pangan bergantung pada pasar dan variasi musim

8. Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan Infornasi kesehatan dan pendididkan penting untuk meningkatkan pelayanan. Beberapa data tentang pelayanan kesehatan dan pendidikan antara lain : a) Rumah sakit dan pusat-pusat kesehatan (Puskesmas), jumlah rumah sakit, tempat tidur, staf. b) Fasilitas dan pendidikan yang meliputi anak sekolah (jumlah, pendidikan gizi/kurikulum). Remaja meliputi organisasi yang ada di lingkungannya. Orang dewasa meliputi jumlah warga yang buta huruf. Media masa seperti radio, televisi, dll.

C. Masalah Pangan dan Gizi di Indonesia Pengolahan bertujuan untuk: 1) menghindarkan kerusakan atau pembusukan yang berlebihan.

2) menghasilkan produk yang tahan lama, terutama untuk pangan yang akan disimpan atau diangkut dalam jarak jauh; 3) menghasilkan produk yang sesuai untuk pengerjaan lebih lanjut; dan 4) menghasilkan produk yang memenuhi kualitas dan persyaratan yang diminta pasar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengawetkan atau memperpanjang masa simpan suatu pangan, tergantung dari jenis pangan itu sendiri. Beberapa di antaranya, yaitu: a) pengawetan dengan suhu tinggi; b) pengawetan dengan suhu rendah; c) pengeringan; d) pengawetan dengan radiasi; e) pengawetan dengan menggunakan bahan kimia.

D. Dampak dari Ketidakseimbangan Status Gizi 1. Menurunnya kemampuan belajar/berfikir Padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya memiliki kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang unggul. Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kemampuan berfikir. Karena organ otak mencapai bentuk maksimal pada usia dua tahun. Apabila kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanent. Oleh karena itu, Kemampuan anak belajar atau prestasi anak di sekolah menjadi menurun. Sehingga kewajiban sebagai orang tua harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas asupan gizi anak. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan anak-anak saat ini.

2. Menurunnya pertumbuhan, kemampuan fisik dan ketahanan tubuh rentan Pada umumnya banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya. Mereka lebih banyak peduli bahwa yang penting anak kenyang, tanpa memperhatikan keseimbangan gizinya. Padahal akibat dari asupan gizi yang kurang diantaranya daya tahan tubuh terhadap tekanan atau stress menjadi menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang, sehingga mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat bisa berbahaya dan bahkan bisa membawa kematian. Oleh karena itu, pertumbuhan dan perkembangan anak harus

diperhatikan sedini mungkin, agar terhindar dari ancaman berbagai penyakit yang bisa berujung pada kematian. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah kasus-kasus di daerah endemik Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), akibatnya

pertumbuhan penduduknya sangat terhambat seperti cebol atau kretinisme.

3. Ancaman malnutrisi dan penyakit Kurangnya asupan zat gizi yang seimbang dalam jangka panjang dapat menyebabkan ancaman malnutrisi bahkan dimulai pada saat kehamilan atau dalam kandungan ibu. Malnutrisi ini bisa menyebabkan kematian apabila tidak ditanggani sedini mungkin. Selain malnutrisi, ada ancaman penyakit lain yang disebabkan makanan atau jajanan anak sekolah. Jajanan yang mengadung zat kimia dan bersifat karsinogenik, seperti zat pengawet (formalin, borax), pewarna sintetik, perasa (MSG) dapat terakumulasi pada tubuh yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit kanker dan tumor. Apabila anak mengkonsumsi asupan gizi yang tidak seimbang, maka ancamannya berupa penyakit seperti anemia defisiensi zat besi, kekurangan vitamin A (KVA), bahkan gangguan akibat kekurangan yodium di suatu komunitas terutama daerah endemik.

E. Langkah-langkah yang Harus Dilakukan Agar Masyarakat Mempunyai Gizi Seimbang Penanggulangan kemiskinan membutuhkan upaya yang terus menerus karena kompleksnya permasalahan dan keterbatasan sumber daya. Karena itu harus melibatkan multi sektor dan lintas stakeholder terkait. Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah rumah tangga sangat miskin (RTSM) membawa dampak pada buruknya kualitas nutrisi dan gizi, serta menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya di bangku sekolah. Sebagian di antaranya harus bekerja keras membantu orang tuanya mencari nafkah untuk keluarga dan sebagian lagi.

Pemerintah SBY-JK dalam program kerjanya mengatasi masalah gizi, meluncurkan beberapa paket kebijakan. Di antaranya meningkatkan Sistem Kewaspadaan Gizi melalui Pemantauan Status Gizi. Dengan target, teridentifikasinya kasus gizi buruk pada balita dan tertanggulanginya kasus gizi buruk. Juga Program Revitalisasi Posyandu dan Gerakan

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi), yaitu suatu keluarga yang berperilaku gizi seimbang, mampu mengenali masalah gizi setiap anggota keluarga dan mengambil langkah mengatasi masalah gizi anggota keluarga. Hal ini dijadikan alat untuk menanggulangi masalah gizi guna mencapai Gizi Baik untuk Semua Tahun 2020. Memang, pemerintah sesuai amanat UUD 1945 berkewajiban untuk dapat menyejahterakan rakyatnya. Tetapi satu hal yang tidak boleh dilupakan, upaya menuntaskan masalah gizi harus dipahami, disadari dan dimulai dari diri kita sendiri. Bukankah Allah SWT dalam firman Nya mengatakan: "Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu itu berusaha mengubah nasibnya sendiri." Untuk itulah penting kiranya langkah sederhana dan mungkin dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, guna mendeteksi masalah gizi agar tidak sampai terjadi pada diri kita dengan cara: 1. Biasakan menimbang berat badan minimal satu bulan sekali, lebih biak lagi tiap minggu. Meski kelihatan sederhana, tetapi berat badan dapat menjadi suatu cara untuk mengetahui perubahan status gizi kita, terutama pada anak-anak. Kenaikan atau penurunan berat badan, harus dicari penyebabnya dengan mengevaluasi yang kita makan dan berapa banyaknya. Ketika kita makan banyak tetapi berat tidak naik atau makan sedikit berat malah naik, perlu diwasdai adanya gangguan penyakit tertentu. 2. Melakukan evaluasi yang telah kita makan satu hari --lebih baik tiga hari--dapat dilakukan dengan mencatat (food record), atau mengingat yang telah dimakan food recall. Secara sederhana kita dapat mengevaluasi, apakah yang kita makan memenuhi gizi seimbang. Artinya, ada sumber zat tenaga, zat pembangunatau zat pengatur. Jika ingin lebih detil, dapat berkonsultasi untuk dianalisis zat gizinya. Hasil analisis dapat diketahui apakah cukup atau tidak konsumsi makanan kita. Bahkan dapat diketahui zat gizi apakah yang kelebihan dan yang kekurangan. Hasil analisis juga dapat dibuat semacam prediksi gangguan gizi, atau penyakit apa apa saja yang mungkin muncul di masa mendatang. 3. Makan secukupnya. Artinya: makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, makan dengan porsi kecil tapi sering lebih baik dibanding sekali makan dengan porsi banyak. Makan sekaligus banyak dalam satu waktu, selain dapat menjenuhkan siklus asam sitrat yaitu siklus yang menghasilkan ATP atau tenaga tubuh kita.

10

Cara menanggulangi kasus gizi buruk, di ataranya adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan cakupan deteksi dini gizi buruk dengan cara penimbangan balita di posyandu. 2. Meningkatkan kualitas dan cakupan tata laksana kasus gizi buruk di rumah sakit, puskesmas, dan rumah tangga. 3. Mengadakan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) kepada balita yang kekurangan gizi yang berasal dari keluarga miskin. 4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu terutama dalam memberikan asupan gizi kepada anak. 5. Memberikan suplemen gizi (kapsul Vitamin A) kepada balita.

Berikut adalah strategi yang bisa dilakukan dalam mengatasi gizi buruk. 1. Revitalisasi posyandu agar mendukung pemantauan pertumbuhan. 2. Melibatkan peran aktif tokoh masyarakat, pemuka adat, tokoh agama, dan kelompok potensial lainnya. 3. Meningkatkan kualitas dan cakupan melalui peningkatan keterampilan tata laksana gizi buruk. 4. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung. 5. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap kejadian luar biasa gizi buruk.

Agar masalah gizi dapat dituntaskan, sudah saatnya tenaga gizi dan tenaga kesehatan lainnya seperti dokter, bidan, perawat serta seluruh pejabat pemerintah tidak malu-malu lagi membuat laporan adanya masalah gizi di suatu wilayah.

Jangan sampai hanya karena mengejar laporan 'Asal Atasan Senang', dibuatlah laporan yang dimanipulasi seolah-olah tidak ada masalah. Hingga suatu saat muncul kasus gizi buruk, seakan-akan kejadiannya mendadak. Sebenarnya kita tahu, masalah gizi memerlukan proses yang cukup panjang. Sebab, meski kekurangan gizi setiap hari, tubuh secara otomatis dapat beradaptasi dengan mengefisienkan penggunaan zat gizi dengan cara menurunkan basal metabolismenya.

11

Pemerintah harus mencari jalan atau cara yang lebih jitu, untuk memecahkan berbagai masalah gizi sesuai perkembangan iptek terbaru. Sebagai contoh, program mengatasi kekurangan zat besi pada ibu hamil dengan pemberian suplementasi zat besi. Program tersebut telah berjalan puluhan tahun, tetap tidak menghasilkan hasil yang memuaskan. Sampai saat ini, prevalensi nasional masih di atas 40 persen.

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari makalah di atas dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : Ada 4 faktor yang melatarbelakangi masalah gizi adalah masalah sosial, ekonomi, biologi dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan sosial-ekonomi merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. 1. Apa yang di makan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur status gizi dan ditemukan factor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi. 2. Konsumsi zat gizi yang rendah dalam keluarga juga dipengaruhi oleh produksi pangan. 3. Konsumsi makanan yang rendah juga bias disebabkan oleh penyakit, terutama penyakit infeksi pada saluran pencernaan. 4. Infornasi kesehatan dan pendididkan penting untuk meningkatkan pelayanan. 5. Rendahnya status gizi berdampak pada kualitas sumber daya manusia. 6. Banyak keluarga yang masih tidak peduli terhadap asupan kandungan gizi yang dikonsumsi oleh anak-anaknya.

B.

Saran Status gizi masyarakat Indonesia yang buruk harus segera ditemukan jalan keluarnya. Tidak hanya pemerintah saja tetapi seluruh elemen masyarakat berkewajiban membantu sesama manusia yang mengalami gizi buruk. Agar permasalahan ini tidak menimbulkan gangguan dalam tatanan kehidupan bernegara.

13

DAFTAR PUSTAKA

Soepardi Soedibyo, Sri Nasar. Feeding problem from nutrition perspective.Pediatric nutrition update,2003. www.kompasiana.com//aspek sosial budaya -dalam-masyarakat, (diakses 18 Februari 2012) www.nursingword.org/readroom , (diakses pada tanggal 18 Februari 2012)

Anda mungkin juga menyukai