Anda di halaman 1dari 18

HIKMAH HAJI PAKET PENDIDIKAN AKHLAQ Renungan dan Pengalaman Pribadi Oleh : Uswatun Hasanah

PENGANTAR Sebagaimana kita ketahui ibadah Haji merupakan rukun Islam kelima (setelah mengikrarkan dua kalimah syahadat, shalat, puasa dan menunaikan zakat). Jadi haji hukumnya wajib bagi yang mampu. Hukum wajib disini bukan hanya sekedar dipahami sebagai mendapat pahala jika dikerjakan dan berdosa jika ditinggalkan dalam pengertian yang sempit, tapi marilah kita kembangkan pemahaman ibadah yang diwajibkan ini dari sisi pendidikan akhlak dibalik amaliah ritualnya. Tentang pahala dan dosa, surga-neraka sementara tidak kita pikirkan karena bukan ranah kita sebagai makhluk tapi kita pasrahkan sepenuhnya pada Allah sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan Maha Adil. Yang perlu kita pikirkan dan pahami adalah bahwa yang diwajibkan Allah kepada kita tentang rukun islam yang lima tidak lain adalah sebagai PAKET PENDIDIKAN (Modul Mata Kuliah Wajib) dari Allah sang Pencipta, Maha Guru kepada makhlukNYA sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. PAKET PENDIDIKAN (Rukun Islam) ini diberikan sang Maha Guru yang kasih sayangNya tanpa batas kepada kita makhlukNya (sang murid) dengan pesan-pesan penting dalam bentuk simbol-simbol dalam ritual ibadah demi kepentingan kita selama hidup di dunia dan akhirat yang baik. Kita sebagai murid harus selalu belajar tanpa henti memaknai dan memahami PAKET PENDIDIKAN ini seiring dengan perkembangan pemikiran kita agar limpahan kasih sayangNya dapat kita tangkap dan nikmati setiap saat. Selanjutnya pesan-pesan penting dariNya diikhtiarkan mewujud dan terproyeksikan dalam perbuatan keseharian kita dan limpahan kasih sayangNya yang tercurah ke kita mengalir ke sekitar dan akan terasakan indahnya hidup ini, MaasyaAllah. Ibadah Haji adalah rukun Islam terakhir yang waktu dan tempat pelaksanaannya tertentu dan kebetulan jauh dari tempat tinggal kita, sehingga pengalaman dan pemahaman tentang ritual haji sangat terbatas setidaknya bagi diri pribadi saya sendiri. Menyadari keterbatasan ini dan meyakini bahwa Allah menghendaki sesuatu lewat prosesi haji serta yang
1

diwajibkan hanya sekali seumur hidup maka saya berburu buku untuk dapat menangkap pesan-pesan penting dalam ritual haji sebelum saya berangkat melaksanakannya. Dalam proses berburu inilah saya mudah dan sering menangis, mengagumi sang Maha Guru dalam mendidik makhlukNya dengan kesempurnaan yang tiada tara karena tidak mungkin saya ketahui dan rasakan tanpa saya pergi haji. Dari pengalaman ini saya merasakan betapa pentingnya bekal ilmu dan pemahaman makna simbolik ritual haji sebelum berangkat. Pemahaman dan pengalaman pribadi yang terbatas inilah yang akan saya share kepada teman-teman.

Hikmah I MIQAT
Batas Kehidupan (Waktu dan Ruang)
Dalam hidup berumah tangga, bagi saya pergi haji merupakan prioritas kedua setelah memiliki rumah tinggal. Kenapa demikian? Saya ingin mendahulukan kebutuhan yang pokok (hal yang diwajibkan) sedini mungkin agar segera menikmati hidup secara tenteram damai. Untuk mewujudkan ini perlu perjuangan karena bagi kami ongkos haji tidak sedikit dan juga ada yang mengganjal dalam pikiran terkait dengan taqdir sebagai wanita yaitu mensturasi dan pengasuhan anak selama ditinggalkan. Karena saya ingin kesempurnaan dalam melaksanakan ibadah dan alamiah dalam memenuhi panggilaNya. Alhamdulillah, Dia yang Maha Pemberi Petunjuk melalui berbagai tausiah dan bacaan-bacaan, mengantarkan pada keyakinan bahwa apa yang ditaqdirkan kepada saya sebagai wanita maupun ibu bukanlah penghalang karena sejatinya sang Maha Guru akan memberikan pelajaran kepada muridNya sesuai kebutuhan dan kemampuannya dan Dialah yang Maha Tahu. Atas ijinNya saya mendaftar pada bulan Februari 2000 dan berangkat awal 2001. Ada hal unik dan luar biasa sebenarnya pada proses mendaftar hingga menjelang keberangkatan, tapi tidak perlu diceritakan disini supaya tidak terlalu panjang dan bersifat sangat pribadi. Sebelum berangkat haji muncul pikiran nakal dalam diri saya sebagai murid:apa sih sebetulnya yang ingin disampaikanNya lewat prosesi haji?. Setelah pergi haji, barulah saya mendapatkan jawaban bahwa : Haji adalah
2

Workshop Agung yang dirancang oleh Allah SWT berisi rangkuman amalan yang sarat dengan simbol-simbol yang harus diproyeksikan ke dalam kehidupan untuk mencapai insan muttaqin. Marilah kita simak satu persatu materi Workshop Agung ini dan sebelumnya , agar materi workshop dapat dicerna, dipahami dan dinikmati dengan baik maka sebelum mendaftar haji sebaiknya luruskan dulu motivasi berhaji, yaitu tulus karena Allah serta komitmen yang kuat untuk perbaikan diri. Materi workshop tak lain adalah rukun haji itu sendiri yang meliputi :

MIQAT
Miqat, secara harfiah berarti batas. Dalam prosesi haji, miqat dibagi 2 yaitu miqat Zamani ( batas waktu yaitu syawal dzulhijjah) dan miqat Makani( batas tanah atau tempat. Bir Ali dari arah Madinah dan Yalamlam, sebuah bukit di sebelah selatan Mekah, merupakan miqat bagi jamaah yang datang dari arah Yaman dan Asia serta tempat-tempat miqat yang lain yang bisa dijumpai dibuku manasik). Pemahaman makna miqat dalam prosesi haji ini sangat menarik. Sejak awal mendaftar haji, setiap jemaah telah mempersiapkan diri dalam rangka memenuhi panggilan Allah. DitaqdirkanNya kita hidup didunia ini sejatinya adalah perjalanan menuju panggilanNya, yang dibatasi oleh waktu yaitu sebatas umur hidup kita dan ruang sebatas bumi kita berpijak. Dalam batasan waktu dan ruang inilah Allah memberi guideline, pedoman hidup agar dalam menapaki waktu dan tempat, hidup tidak sia-sia dan sesat. Guideline itu tergambar dalam prosesi haji yang akan dibahas berikutnya.

HIKMAH II

IHRAM
Simbol Kesucian dan Kesetaraan
Kata ihram diambil dari bahasa Arab, yaitu al-haram, yang bermakna terlarang atau tercegah. Dinamakan ihram karena dengan berniat masuk kedalam pelaksanaan ibadah haji atau umrah, seseorang dilarang melakukan beberapa hal ( seperti: menebang pepohonan, membunuh binatang, memotong kuku, menikah/menikahkan (melamar), bercumbu, berbicara kotor/

tak senonoh, bertengkar/ berbantah-bantahan untuk hal yang tidak perlu dan mencaci maki. Mengenakan pakaian Ihram dilakukan di tempat miqat dan merupakan tanda ibadah Haji atau Umrah dimulai dan pengucapan niat dilakukan. Berbeda dengan niat ibadah yang lain seperti sholat dan puasa yang dilakukan dalam hati maka niat ihram (haji/umrah) diucapkan atau diikrarkan. Pada saat ini pula talbiyah diucapkan dengan Lafaz : Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaik laa syarikka laka labbaik, Innal haamda wannimata laka wal mulk Laa syariika laka. artinya : Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilanMu, Tidak ada sekutu bagiNya,Ya Allah aku penuhi panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untukMu sematamata. Segenap kerajaan untukMu. Tidak ada sekutu bagiMu Ihram merupakan pakaian wajib kaum muslimin yang hendak melaksanakan Ibadah haji maupun Umrah. Pakaian Ihram adalah pakaian putih yang disebut juga pakaian suci, pakaian ini tidak boleh dijahit. Cara pemakaiannya dililitkan kesekeliling tubuh (jamaah pria). Bagi wanita pakaian ihram lebih bebas tetapi disunatkan yang berwarna putih, yang penting menutup seluruh tubuh, kecuali wajah dan telapak tangan. Pengucapan niat dan talbiyah dengan pakaian ihram dalam ibadah haji ini mengisyaratkan komitmen terbuka dan berikrar memenuhi panggilan Allah dalam kesucian dan kesetaraan. Betapa agungnya sang Pencipta dalam mendidik dan memuliakan makhlukNya. Kita dididik bahwa dalam perjalanan hidup dalam rangka memenuhi panggilaNnya senantiasa berkomitmen mensucikan diri dari perbuatan terlarang. Bila kita simak bacaan talbiyah yang menggetarkan hati ketika kita melafalkannya, mengisyaratkan makna komitmen terbuka yang sangat kuat untuk mengarahkan dan mengabdikan hidup ini semata-mata untukNya sang Maha Pengasih dan Penyayang. Dalam suasana hati yang bersih dan kesetaraan dengan sesama maka tidak ada yang pantas untuk dipuji dan diagungkan kecuali Dia pemilik karajaan langit dan bumi dan berkomitmen pula untuk tidak menyekutukanNya dengan apapun. Sungguh luar biasa jika kondisi ini diproyeksikan dan diwujudkan dalam keseharian kita. Kalimat talbiyah yang dikumandangkan berkali-kali selama berihram, semestinya mampu membangun akhlak setiap diri yang pernah haji atau umrah. Akhlak yang terbentuk bukan hanya menyangkut hubungan spiritual dengan sang Pencipta tapi juga dalam hubungan dengan sesama makhluk meliputi sikap
4

terhadap sesama manusia, sikap terhadap binatang dan tanaman yang secara eksplisit tersirat dalam larangan-larangan dalam ihram. Akhlak terhadap sesama manusia jelas ditegaskan yaitu disamping kesetaraan yang menjauhkan diri dari sikap sombong juga keharusan mengendalikan nafsu, dilarang berkata kasar, berbantah-bantahan yang tidak perlu (bertengkar) dan berkata jorok (tidak senonoh). Betapa indahnya hidup ini jika kondisi berihram ini dapat tercipta setiap saat.

HIKMAH III

TAWAF
Lingkaran Ilahi

Setelah berihram dari miqat, berangkatlah menuju Masjidil Haram Mekah untuk mekaksanakan materi workshop berikutnya yaitu TAWAF. Dalam pengertian umum Ibadah Tawaf adalah mengelilingi Kabah sebanyak 7 kali, dimulai dan berakhir di arah garis lurus dengan Hajar Aswad ( tempat batu hitam ) dengan posisi Baitullah disebelah kiri. Tata cara pelaksanaan tawaf adalah sebagai berikut : berniat akan melakukan tawaf, lalu menuju ke garis coklat (sekarang diganti lampu hijau) tanda batas putaran tawaf yang letaknya searah Hajar Aswad. Menghadap ke Kabah dan ber-Istilam (mengangkat tangan kanan ke arah hajar Aswad) dan memberi isyarat mengecupnya, sambil mengucapkan Bismillahi Wallahu Akbar. Pelaksanaan TAWAF merupakan pelajaran penting dari sang Khalik kepada makhlukNya yaitu seolah ditunjukkan Sunnatullah atau hukum yang diberlakukanNya terhadap alam jagad raya, mulai partikel elementer level elektron sampai makrokosmos level planet semua beredar berputar pada garis orbitnya. Bila kita simak tata cara pelaksanaan tawaf yang diawali dan diakhiri dengan menghadap ke Kabah dan mengangkat tangan kanan ke arah hajar Aswad serta memberi isyarat mengecupnya, sambil mengucapkan Bismillahi Wallahu Akbar, mengisyaratkan bahwa kita lahir ke dunia berasal dariNya dan berakhir kembali kepadaNya dan dalam rentang awal hingga akhir kehidupan, Allah SWT menggambarkan hubungan mesra penuh cinta kasih antara makhluk dan sang Khalik dengan 7x ber-Istilam(mengangkat tangan kanan ke arah hajar Aswad) dan memberi isyarat mengecupnya. Sungguh menakjubkan dan betapa indahnya, sejatinya kita hidup di dunia ini dimanapun kita berada dalam keadaan bertawaf karena semua partikel yang
5

ada dalam tubuh kita bahkan bumi yang kita pijakpun bertawaf.

dalam keadaan

Ketika melakukan umrah wajib/haji, tawaf dilakukan dalam keadaan berihram sehingga larangan larangan saat berihram tetap berlaku ketika tawaf. Saat tawaf banyak tantangan yang dihadapi, karena pada saat yang sama umat dari berbagai penjuru dunia melakukan hal yang sama sehingga diperlukan strategi, kesabaran dan kearifan agar dapat dilakukan dengan lancar. Strateginya adalah mengikuti arus yang benar tanpa memaksakan diri, mengisi peluang tempat kosong yang ada tanpa menyikut atau pun mendorong atau dengan kata lain tidak boleh egois. Bila kondisi ini diproyeksikan kedalam kehidupan keseharian kita, betapa indahnya hidup ini karena akhlak yang terbentuk dari orang-orang yang merasa bertawaf dan berihram serta terjaganya kemesraan cinta kasih bersama sang Khalik setiap saat. MaasyaAllah, hal ini perlu diikhtiarkan terus menerus setiap saat. Semoga Allah SWT melimpahkan rakhmat bagi kita semua yang berikhtiar selalu dijalanNya. Amin.

HIKMAH IV

Maqam Ibrahim
Realitas sejarah yang Revolusioner
Setelah selesai tawaf, lalu melakukan shalat di maqam Ibrahim yang merupakan tempat paling afdal untuk shalat. Maqam disini bukanlah kuburan. Dalam bahasa Arab maqam berarti tempat berdiri. Maqam Ibrahim tidak lain adalah bekas tapak kaki Nabi Ibrahim ketika beliau berdiri saat membangun Kabah. Bekas itu sampai kini dapat kita saksikan, diletakkan di dalam sebuah kurungan berdinding kaca tepat di depan Kabah. Konon, setelah Kabah selesai dibangun, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk berseru memanggil seluruh umat manusia termasuk manusia yang akan lahir kemudian untuk menuju ke Kabah memenuhi panggilan Allah. Ketika itulah batu tempat Nabi Ibrahim berdiri terangkat keatas hingga seluruh umat manusia mendengarnya. Respon umat manusia yang semuanya mendengar panggilan ini ternyata beragam. Ada yang menjawab 1 kali, 2 kali dan seterusnya bahkan ada yang tidak menjawab. Dan konon kelak yang akan terjadi sesuai dengan respon jawabannya ketika itu yaitu yang menjawab 1 kali akan berhaji 1 kali, yang menjawab 2 kali akan pergi haji 2 kali dan

seterusnya serta yang tidak menjawab tidak memenuhi panggilan Allah ke tanah suci. Maqam Ibrahim merupakan bukti sejarah, tonggak ketauhidan yang revolusioner dan menjadi simbol kehidupan yang penuh makna serta autentik. Perjalanan kehidupan manusia ibarat mata rantai yang tak putus, dan jejak yang ditinggalkan hendaknya memberi makna bagi dirinya dan kehidupan berikutnya dan disinilah kualitas diri ditentukan posisinya dihadapan Allah, berdasar derajat taqwanya. Syariat dan perintah melaksanakan shalat di maqam Ibrahim yang dilakukan secara individual di tengah lautan manusia yang sedang bersiap diri dan sedang melaksanakan tawaf, memberi pesan penting tentang pengabdian makhluk kepada sang Khalik dilakukan dalam kondisi kebersamaan dengan makhluk lainnya. Sungguh luar biasa seolah kita diajak untuk menatap dan merenungi sejarah serta perjalanan kehidupan, sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat yang saling bergantung satu dengan lainnya. Sang Pencipta mendidik kita untuk tidak melupakan sejarah yaitu rentetan perjalanan kehidupan, dari mana kita berasal serta kehadiran kita di muka bumi yang tidak sendiri dan keterkaitan kita di masa kini dengan umat-umat terdahulu. Dengan menatap sejarah dan perjalanan hidup, maka akan hadir kejujuran hati, hilang kesombongan atas kelebihan apapun yang dimiliki, karena sejatinya apapun yang kita hasilkan bukanlah murni hasil usaha kita melainkan tak lepas dari peran dan keterlibatan pihak lain sebagai jalan campur tangan Allah SWT dalam memberikan rahmat dan nikmatNya. Perasaan rendah dan tawadhu yang dinyatakan di maqam Ibrahim ini bila diwujudkan dalam keseharian kita akan semakin menyempurnakan akhlak, tahu menempatkan diri ditengah-tengah sejarah kemanusiaan, baik secara individu, keluarga, masyarakat maupun lainnya. Semangat senantiasa melakukan kebajikan semestinya juga muncul agar dapat meninggalkan jejak kebaikan dan hidup penuh makna. Sungguh ini harus diikhtiarkan tanpa henti dan harus terjaga suasana kebersamaan yang harmonis. MaasyaAllah.

HIKMAH V

ZAMZAM
Simbol Nyawa Kehidupan dan Penyuci Kalbu
7

Air zamzam merupakan salah satu bukti keagungan dan kebesaran Allah SWT yang sumurnya tidak jauh dari Kabah dan maqam Ibrahim. Pada prosesi haji, mendatangi dan minum air zamzam dilakukan setelah shalat di maqam Ibrahim. Banyak riwayat terkait keberkahan air zamzam ini, namun yang ingin dipetik kali ini adalah makna simbolik dan pesan penting yang ingin disampaikan sang Khalik kepada makhlukNya. Air sebagaimana kita ketahui merupakan kebutuhan utama kehidupan yaitu sebagai penyambung hidup dan sebagai pembersih, sehingga air zamzam menjadi symbol nyawa kehidupan dan mensucikan kalbu. Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah meminum air zamzam, beliau dalam posisi berdiri sehingga sebagian ulama mengatakan sunnah meminum air zamzam dalam posisi berdiri dan menghadap Kabah. Perjalanan haji tidak lepas dari gambaran perjalanan kehidupan , begitupun amaliah haji erat dengan symbol air zamzam. Dengan meminum air zamzam yang diawali dengan doa, diharapkan memperkuat nyawa kehidupan, membersihkan dan mensucikan diri dari berbagai kotoran atau berbagai penyakit fisik dan kolbu. Air zamzam yang kita minum, secara fisik akan membersihkan kotoran-kotoran dalam tubuh dan doa yang kita panjatkan saat meminumnya merupakan bentuk komitmen mensucikan diri dari penyakitpenyakit kalbu, seperti iri, dengki, hasut, dendam, kecewa dan lain sebagainya. Komitmen ini sejatinya harus terus menerus terpelihara dalam diri kita sepanjang hayat yaitu sepanjang kita butuh air. Jadi sekali lagi, ini merupakan ikhtiar tanpa henti , semoga Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu menolong kita. Amin.

HIKMAH VI

SAI

Perjuangan Hidup (napak tilas Siti Hajar)


Selanjutnya dari sumur zamzam bergerak menuju bukit Shafa untuk melakukan apa yang disebut Sai. Kata Sai mempunyai arti usaha atau berjuang. Amaliah Sai dalam prosesi haji tidak bisa dilepaskan dari kisah Siti Hajar beserta putranya Ismail, sumur zamzam, keberadaan Kabah, dan Nabi Ibrahim. Sai dilakukan dengan berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya. Jarak Bukit Shafa ke Bukit Marwah sekitar 400 meter. Setiap kali mencapai bukit shafa, menghadapkan wajah ke Kabah disunnahkan membaca doa.
8

Makna Sai dapat dikembangkan sebagai perjuangan hidup, baik pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Sebab, syariat Sai terkait erat dengan peristiwa perjuangan yang dilakukan Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim a.s. Awal peristiwa sai berkaitan dengan kisah satu keluarga yang terdiri dari ayah (Nabi Ibrahim), istri (Siti Hajar) dan putra mereka Ismail. Sejarah mencatat, betapa usaha yang dilakukan Siti Hajar untuk mempertahankan hidup bersama anaknya Ismail penuh dengan tantangan. Betapa kepatuhan Nabi Ibrahim a.s. kepada Allah ketika ia harus meninggalkan istri dan putranya yang amat dicintai dan dirindukannya selama puluhan tahun disamping Baitullah yang tanpa berpenghuni. Sungguh ini sangat mengharukan dan menggugah semangat, betapa tunduk dan patuhnya Ibrahim kepada perintah Allah. Selanjutnya demi mempertahankan hidup bersama anaknya Ismail, Siti Hajar berusaha mencari sesuatu(apapun yang dapat menyambung hidup) dengan bolak-balik antara bukit Shafa dan Marwah. Namun sesuatu itu tidak ditemukannya di sekitar bukit Shafa dan Marwah. Dan ketika kembali menemui Ismail di dekat Kabah, sangat menakjubkan air muncul dari bekas cakaran kaki Ismail yang masih bayi, sehingga Siti Hajar terkejut dan berteriak Zam..Zam. Inilah sejarah air zamzam yang terabadikan hingga kini. Setiap peristiwa terjadi tidak karena kebetulan melainkan atas ijinNya. Kisah luar biasa Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan putranya Ismail diabadikan oleh Allah dan menjadi bagian dari materi workshop Agung (haji), tentu bukan tanpa maksud. Allah mendidik kita melalui kisah ini dan pelatihan perjuangan pada prosesi sai dan merupakan pendidikan yang sangat luar biasa bila dipetik hikmahnya. Sai mengisyaratkan makna perjuangan hidup pantang menyerah. Hidup harus dihadapi dengan usaha keras dalam menghadapi berbagai tantangan dan menghadapinya dengan penuh kesabaran, keuletan, dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Inilah sebagian makna yang digambarkan sai dengan mendaki dan menuruni bukit Shafa dan Marwa. Terkadang diperlukan kegigihan untuk meraih sesuatu yang sulit dan terkadang mengalir begitu saja untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau terkadang naik mencapai puncak kesuksesan dalam berusaha dan terkadang meluncur turun mengalami kegagalan. Inilah realitas kehidupan yang digambarkan dengan naik- turun bukit Shafa dan Marwa. Juga terkadang harus bertidak cepat dalam meraih sesuatu, sebagaimana digambarkan dalam syariat sai ketika sampai di antara dua pilar hijaudisunnahkan berlati-lari kecil. Ditengah usaha yang kita lakukan, sangat penting adalah tidak melupakan Allah SWT. Berada di puncak Shafa dan Marwa memberikan makna bahwa bagaimanapun tingginya
9

puncak kesuksesan yang diperoleh, tetaplah hadapkan wajah kita kepada Allah SWT yang disimbolkan dengan menghadapkan wajah ke Kabah ketika berada di Shafa dan Marwa. Demikian pula betapapun derita dan kegagalan yang dialami hendaknya jangan lupa berserah diri kepada Allah SWT. Inilah makna mendaki dan menuruni bukit Shafa dan Marwa. Hidup ini bergantian bahagia dan derita atau syukur dan sabar sebagaimana firman Allah SWT sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Juga ada pelajaran penting yang tersirat dalam kisah perjuangan Siti Hajar dalam mencari sesuatu untuk hidup bersama putranya Ismail yaitu, betapa gigihnya Siti Hajar berjuang hingga bolak-balik bukit Shafa dan Marwa, tapi Allah tidak memenuhinya di tempat dan pada saat dimana dia mencari, tapi justru dipenuhi di waktu dan tempat lain yang tidak terduga dan seolah muncul bukan karena usahanya. Ini pelajaran dari sang Khalik kepada makhlukNya yang sungguh luar biasa bahwa sejatinya manusia hanyalah berikhtiar secara gigih dan Allah SWT yang akan memenuhi apa yang kita butuhkan dengan caraNya yang kita tidak tahu waktu dan jalannya. Menghayati dan meserapi syariat sai dan kisah Siti Hajar bersama Ismail akan memunculkan dalam diri kita sikap-sikap positif dalam menghadapi berbagai tantangan yang terjadi, antara lain: gigih, sabar, istiqamah, disiplin, ikhlas, optimis , syukur dan sebagainya , juga terjaga dari sikap-sikap negatif seperti: sombong, congkak, takabbur dan sebagainya, karena sejatinya hanya Allah yang dapat memenuhi apapun yang kita butuhkan pada waktu dan jalan yang tepat. Dengan demikian pelajaran dari syariat sai dan kisah Siti Hajar bersama Ismail harus terus menerus berkobar dihati agar selalu terbangun sikap-sikap positif dan terhindar dari sikap-sikap negatif di atas. Betapa indahnya hidup ini jika akhlak ini terbentuk, semoga Allah selalu melimpahkan rachmatNya. Amin.

HIKMAH VII

Tahallul
Simbol Kesaksian Abadi
TAHALLUL menurut bahasa berarti menjadi boleh atau diperbolehkan. Dengan demikian tahallul ialah diperbolehkan atau dibebaskannya seseorang dari larangan atau pantangan Ihram. Pembebasan tersebut ditandai dengan
10

tahallul yaitu dengan mencukur atau memotong rambut sedikitnya 3 helai rambut. Sebelumnya perlu diketahui dulu jenis-jenis terkait tata cara pelaksanaan haji yaitu Haji Tamattu, Haji Ifrad dan Haji Qiran. Haji Tamattu adalah Ibadah yang proses pelaksanaan Ibadah Haji dan Ibadah Umrah dilakukan secara terpisah. Haji Ifrad adalah ibadah Haji dengan mendahulukan ibadah haji, kemudian baru ibadah umrah. Haji Qiran adalah ibadah yang menggabungkan antara Ibadah Haji dan Ibadah Umrah dengan pelaksanaannya sekaligus. Sebagian besar jamaah Indonesia memilih Haji Tamattu yang prosesi pelaksanaannya paling ringan karena sesudah selesai melakukan Ibadah Umrah (Ihram, Tawaf dan Sa`i), jamaah boleh langsung melakukan Tahallul sehingga jamaah sudah bisa melepas ihramnya dan bersenangsenang(Tamattu), karena sudah terbebas dari segala larangan berihram. Dan jamaah tinggal menunggu tanggal 8 Zulhijah untuk memakai ihram lagi dan berpantangan lagi (berihram) untuk melaksanakan Ibadah Haji. Haji Tamattu paling populer dan banyak dipilih para jamaah karena jamaah bisa datang lebih awal ke Mekah, jauh sebelum pelaksanaan ibadah Haji tanggal 9 Zulhijah dan melakukan Ibadah Umrah, sehingga mempunyai waktu senggang untuk melakukan ibadah yang lain atau berziarah tanpa terikat larangan berihram. Dan karena kemudahan ini jamaah Haji Tamattu dikenakan Dam/Denda dengan menyembelih seekor kambing atau berpuasa selam 10 hari(3 hari di tanah suci dan 7 hari di tanah air). Merenungi pengguntingan rambut pada prosesi tahallul ini muncul pikiran nakal dalam diri saya : kenapa potong rambut bukan kuku. Diantara jawabannya ditemukan di dalam ilmu hikmah (Filsafat Haji),bahwa tahallul bukan hanya sekedar memotong rambut, sebagaimana Nabi ajarakan kepada para pengikutnya. Lebih dalam lagi, tahallul itu memiliki falsafah mendalam, yaitu menghilangkan pikiran-pikiran kotor yang ada di dalam otak manusia. Dengan mencukur rambut hingga pelontos, atau mencukur rambut, diharapakan maksiat-maksiat dan kemungkaran yang bersumber dari kepala (otak) bisa dihilangkan bersama rambut yang dibuang. Di buku yang lain disebutkan bahwa pengguntingan rambut mengandung arti bahwa rambut yang terletak di bagian atas tubuh merupakan posisi tertinggi yang paling mulia. Rambut juga bagian dari tubuh yang terus menerus aktif tumbuh tanpa henti sepanjang hayat. Rambut merupakan saksi hidup, yang menyaksikan terus pertumbuhan, dan perjalanan hayat seseorang.

11

Menyingkap arti dari pengguntingan rambut saat tahallul, antara lain bahwa hal itu merupakan tanda tangan atau persaksian terhadap tahaptahap atau lembaran-lembaran yang telah diisi dalam bentuk pernyataan, pengakuan dan permohonan pada semua manasik haji dan umrah sebelumnya. Seperti halnya dalam setiap kegiatan workshop maka akan selalu ada penandatanganan daftar hadir tanda keikut sertaan yang dengannya sertifikat pantas diberikan yang tak lain adalah pengakuan berkomitmen diri atau persaksian untuk mewujudkan semua materi pelatihan dan memenuhi apa yang dijanjikan kepada Allah sang Khalik. Sungguh, betapa rambut yang ditinggalkan telah menjadi saksi kehadiran atau tanda tangan pernyataan telah berumrah/berhaji. Lama saya merenungkan hal ini sebelum berangkat haji, kebetulan sebelumnya (boleh jadi ini juga bagian taqdir Allah) saya membaca artikel tentang rambut yang merupakan bagian dari tubuh yang mengandung identitas diri yang paling elementer yang berbeda untuk setiap individu dan tak pernah bisa hilang. Tanpa terasa air mata mengalir, saya menangis mensyukuri telah mendaftar haji, karena menyadari betapa pengetahuan tentang rambut ini akan terlalu begitu saja jika tidak dalam posisi berburu hikmah haji. Alhamdulillah Tahallul merupakan rangkain terahir pelaksanaan haji dan umrah. Nanti setelah semua prosesi haji dilaksanakan, orang bisa dikatakan tahallul, jika sudah melaksanakan semua rangkaian ibadah haji.

HIKMAH VIII

Wukuf
Renungan Ilahiah
Inti dan puncak haji adalah melaksanakan wukuf di Arafah, sebagaimana Sabda Nabi Al-hajju 'Arafah''. Arafah berarti mengenal, mengetahui, dan menyadari, sehingga makna wukuf adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke suatu panggung replika padang Mahsyar untuk meditasi dan menengadah guna merenungkan eksistensi diri dihadapan Allah SWT dan dihadapan makhluk alam semesta kemudian melakukan transformasi ruhaniah secara besar-besaran. wukuf di arafah merupakan miniatur padang mahsyar dimana seluruh umat manusia akan dibangkitkan dari kematian dan berkumpul di suatu tempat
12

yang disebut padang mahsyar. Manusia harus mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan dihadapan Allah swt. Padang mahsyar diperkirakan panasnya luar biasa, hanya manusia yang banyak amal ibadahnya saja yang mampu merasakan kesejukan di tengah panasnya padang mahsyar. Selebihnya akan merasakan panasnya terik matahari yang hanya sejengkal tingginya tentu dengan rasa panas yang luar biasa. Ini karena selama hidup di dunia banyak manusia yang melakukan dosa dan perbuatan buruk lainnya. Naudzubillah. Wukuf di arafah seolah mengingatkan kita semua akan hari kebangkitan itu. Maka persiapan diri selayaknyalah dilakukan untuk menghadapi hari pembalasan itu, dimana setiap manusia akan dihisap secara adil oleh Allah yang Maha Adil. Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang telah menunjukkan rambu-rambu persiapan diri itu yang terangkum dalam rukun Islam. Ritual haji yang merupakan rukun Islam terakhir seolah menjadi rekapitulasi dari segala yang diperlukan dalam persiapan diri tersebut. Saat wukuf di arafah kita berkesempatan untuk merenung, mengevaluasi diri bahwa sebagai makhluk yang jauh dari kesempurnaan pastilah banyak kelalaian, kesalahan dan dosa, baik terhadap sesama makhluk maupun pengingkaran kepada sang Khalik .Dan pada kesempatan ini pulalah ikrar pertobatan dan komitmen perbaikan diri dapat dilakukan. Allah SWT sangat memuliakan orang-orang yang sedang wukuf ini sebagaimana Rasulullah bersabda: Hari ini (hari arafah) siapa yang menguasai pendengaran, penglihatan dan lidahnya maka dosanya diampuni Allah. Kemuliaan orang yang sedang wukuf digambar dalam hadits qudsi bahwa Allah memberitakan kedatangan orang-orang yang di arafah kepada para malaikat di langit: Lihatlah kepada hambaKu di Arafah yang lesu dan berdebu. Mereka datang ke sini dari seluruh penjuru dunia. Mereka datang memohon rachmatKu sekalipun mereka tidak melihat Aku. Mereka meminta perlindungan dari azab-Ku, sekalipun mereka tidak melihat Aku Nabi Muhammad saw bersabda : Ia (Allah) mendekat kepada orangorang yang di Arafah dan dengan bangga Allah bertanya kepada para malaikat Apa yang diinginkan oleh orang-orang yang sedang wukuf. Di hadits lain dikatakan bahwa Allah berkata kepada malaikat:

13

Hai malaikatKu! Apa balasan untuk hambaKu ini, ia bertasbih kepadaKu, ia bertakbir kepadaKu, ia mengagungkan Aku, ia mengenaliKu, ia memujiKu, ia bersalawat kepadaKu. Wahai para malaikat-Ku! Saksikanlah, bahwasanya Aku telah mengampuninya, Aku memberinya syafaat (bantuan) kepadanya. Jika hambaKu memintanya tentu akan Kuberikan untuk semua yang wukuf di arafah ini. Dengan demikian merupakan saat yang tepat ketika wukuf di arafah ini untuk memanjatkan doa baik teruntuk diri sendiri, orang tua, keluarga, kerabat, handai tolan bahkan untuk Negara, disamping ikrar tobat dan perbaikan diri.

HIKMAH IX Muzdalifah Persiapan Masa Depan


Muzdalifah adalah tempat jamaah haji diperintahkan untuk ber-mabit atau singgah dan bermalam, setelah bertolak dari Arafah pada malam hari. Muzdalifah disebut juga dengan Jama (perkumpulan) karena orang-orang berkumpul di sana. Di tempait ini jemaah haji mengambil batu kerikil. Konon salah satu keutamaan Muzdalifah adalah tidak pernah kehabisan batu kerikil meskipun berjuta orang mengambilnya setiap tahun. Pesan maknawi yang dapat diambil dari amaliah mabit di Muzdalifat adalah bahwa perjalanan dan perpindahan, serta pergeseran dari suatu tempat ke tempat lain atau dari satu kedudukan ke kedudukan lain, tidak boleh melupakan Allah dan tetap memelihara sikap yang baik. Hal ini terasakan selama dalam perjalanan yang selalu ber-talbiah dan selalu menjaga kebersamaan dalam rombongan, tenang dan khusuk. Muzdalifah merupakan simbol proses kehidupan untuk hari esok. Pengambilan kerikil untuk melontar jumrah mengisyaratkan memungut nikmat yg telah ditebarkan Allah di muka bumi untuk membangun kekuatan, membulatkan tekad sikap siap menghadapi tantangan hidup. Krikil, symbol kekuatan, kekerasan dan tekat untuk menghadapi cobaan hidup. Perjalanan hidup yang cukup panjang dengan tantangan yang banyak dan berat, maka setiap rizki yang kita pungut atau peroleh dan kumpulkan, dikerahkan untuk menghadapi berbagai tantangan dan godaan hidup. Mempergunakan rizki atau nikmat Allah sesuai dengan yang diinginkan pemberiNya bukanlah hal yang mudah, tapi banyak tantangannya. Itulah
14

kemudian yang disimbolkan sebagai lomtaran jumrah yang tiga yang diidentikkan sebagai symbol setan, yaitu godaan dan tantangan dalam mempergunakan nikmat Allah dalam hidup. Muzdalifah mengisyaratkan makna bahwa nikmat-nikmat Allah yang berserakan, bagaikan batu-batu kerikil itu, bila dikumpulkan betapa banyaknya, bahkan tidak habis-habis nikmat yang disediakan Allah untuk makhlukNya. Sebagai tanda syukur kita kepada Allah, maka harus mempergunakan nikmat itu sesuai dengan yang diinginkanNYA.

HIKMAH X MINA Membangun cita-cita


Mina adalah tempat yang terletak sekitar 5 km dari Masjidil Haram yakni tempat para jamaah haji melakukan tarwiyah pelontaran jumrah dan mabit selama hari-hari tasyriq. Kata mina bermakna cita-cita. Dikisahkan bahwa ditempat ini Jibril dan Adam berpisah, lalu jibril berkata kepada Adam a.s. bercita-citalah engkau . Adam menjawab Cita-citaku masuk surga. Sejak itu tempat itu dinamakan Mina, karena disinilah nabi Adam membulatkan dan menguatkan cita-citanya. Diriwayatkan pula bahwa peristiwa perintah penyembelihan putera Nabi Ibrahim yaitu Ismail disekitar tempat ini pula. Dan di Mina ini pula dilakukan pelemparan batu (jumrah). Oleh karena itu ada 3 pelajaran penting terkait dengan keberadaan jemaah haji di Mina. Pertama, pelemparan batu (jumrah) menjadi symbol perlawanan terhadap setan. Dengan melempar batu kerikil pada setiap jumrah sebayak 7 kali seolah Allah mendidik untuk melakukan permusuhan yang tegas terhadap setan sebagaimana firmanNya..Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Setiap jemaah haji tentu berharap setelah berhaji diharapkan tidak lagi menjadi pengikut setan yang selalu bertengger pada nafsu dan mengarah serta membawa pada kesesatan atau pengingkaran kepada Allah SWT. Pelaksanaan pelemparan jumrah sarat dengan tantangan, baik karena bersamaan dengan sesama umat dari berbagai belahan dunia yang beragam karakter, juga tantangan kondisi alam, sehingga diperlukan kearifan, tenang membaca situasi, memposisikan diri dengan benar atau bekerja sama dalam kelompok atau orang lain untuk membuat jalan lurus sehingga pelemparan
15

dapat terlaksana tanpa mencelakai diri dan orang lain. Ini menggambarkan betapa tidak mudahnya perang melawan setan ini dilakukan, diperlukan kearifan dan tekat kuat serta berharap pertolongan Allah yang Maha Besar sebagaimana tergambar dalam doa yang dipanjatkan pada setiap kali melempar batu kerikil. Kedua, Mina tempat mabit selama hari-hari tasyriq merupakan tempat menggantungkan cita-cita sesuai arti kata mina itu sendiri. Cukup lama waktu berada di mina yaitu tanggal 10-13 Dzulhijjah sehingga banyak waktu untuk berdzikir dan merenung masa depan, cita-cita khususnya setelah berhaji. Perenungan masa depan yang ingin dibangun tentunya terkait dengan perwujudan dari komitmen yang telah dibangun selama mengikuti workshop Agung atau prosesi haji, misalnya suasana keluarga yang diidamkan, kesuksesan pekerjaan, pendidikan anak, kondisi kerja, hubungan sosial dan lain sebagainya . Berdzikir kepada Allah dalam semua situasi dan kondisi selama prosesi haji berarti komitmen melaksanakan dan menerapkan kehendak Allah dalam berbagai aktivitas kehidupan. Ketiga, Mina merupakan tempat penyembelihan hewan dam dan kurban dan jemaah haji berkesempatan untuk menyaksikannya. Allah seperti mengingatkan kita akan ujian keikhlasan mengorbankan apapun yang dicintainya demi ketaqwaan kepada Allah sang Pencipta karena di daerah Mina ini Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail. Penyembelihan hewan korban dan dam ini symbol keikhlasan dan ketaqwaan. Keikhlasan yang harus selalu digelorakan setiap saat berupa keikhlasan mengorbankan apapun yang kita cintai yang banyak bentuk dan ragamnya dalam kehidupan kita, seperti : harta, kedudukan atau jabatan, kesempatan berkarya dan lain sebagainya (yang belumlah setara dengan kecintaan Ibrahim kepada anaknya Ismail yang diidambakan selama puluhan tahun) demi menjaga komitmen ketaqwaan dan kepatuhan kepada Allah SWT. Di Mina ini pula dilakukan tahallul sebagai tanda telah selesainya prosesi haji atau workshop Agung. Sekali lagi persaksian abadi dilakukan sebagai tanda kehadiran mengikuti workshop Agung prosesi haji dan menjadi bekal penting dalam mewujudkan cita-cita masuk surga. Dan selanjutnya melakukan seremonial penutupan workshop yaitu tawaf wada.

HIKMAH XI Wada
16

Perpisahan
Wada berarti perpisahan, jadi tawaf wada adalah tawaf perpisahan dengan Kabah, Masjidil Haram sekaligus dengan tanah haram Mekah. Tawaf wada merupakan amaliah terakhir yang dilakukan ketika haji atau umrah, dan tidak dapat ditinggalkan. Inilah seremonial penutupan Workshop Agung yang dirancang Allah dan karena tidak dapat ditinggalkan oleh para jemaah haji atau umrah maka tentu ini mempunyai arti dan pesan-pesan penting. Bila dihayati, tawaf wada ini mengandung arti maknawi yang perlu diresapi ketika melakukannya, sehingga ibadah ini, selain syariat terselip pula hakikat yang bisa ditangkap. Dalam tawaf wadaatau tawaf perpisahan ini ada dua hal penting yang perlu dimaknai dan dihayati meliputi: Pertama, bersyukur kepada Allah atas rahmatNya sehingga semua pekerjaan haji atau umrah dapat diselesaikan dengan baik semaksimal mungkin. Berbagai nikmat dan rahmat telah diperoleh mulai persiapan awal, selama perjalanan hingga semua prosesi dapat ditunaikan. Demikian banyak umat yang ingin pergi haji atau umrah, kita diantara yang diberi kesempatan olehNya untuk menunaikannya, sehingga dengan telah melaksanakan rukun Islam yang kelima, menjadi sempurna semua PAKET PENDIDIKAN dari sang Pencipta tersampaikan kepada kita yang telah melaksanakan haji. Jadi tawaf wada memberi arti maknawi sikap syukur kepada Allah. Kedua, berharap kepada Allah melalui doa-doa yang kita panjatkan agar semua amal ibadah yang dikerjakan, tenaga, waktu dan dana yang dihabiskan untuk melaksanakan haji, benar-benar mengantarkan kepada haji yang mabrur yaitu terbangunnya akhlak mulia dalam diri kita sepanjang sisa hayat kita sebagaimana telah terlatih selama prosesi haji, sehingga pada ujungnya akan memperoleh balasan yang dijanjikan Allah, surga Jannah an Naim. Dalam tawaf wada ini berkesempatan pula untuk berdoa kepada Allah agar dalam perjalanan pulang ke tanah air diberi kelancaran sehingga dapat bertemu keluarga dalam keadaan sehat walafiah dalam sinar ilahiah.

PENUTUP
17

Demikianlah sebagian makna dan arti dari prosesi haji sebagai workshop Agung rancangan Allah, yang menggambarkan kesempurnaan Islam dalam membangun akhlak. Tentu apa yang saya tulis barulah satu sudut pandang, masih banyak sudut pandang yang lain yang saling melengkapi karena diantara keistimewaan haji adalah sekian juta orang melaksanakan haji maka akan ada sebanyak itu pula sudut pandang dan pengalaman dalam berbagai versi cerita. Ongkos haji yang semula dirasa berat, menjadi amat sangat murah karena nikmat dan dampak yang dirasakan jika menghayati makna simbolik yang terkandung didalamnya dan menjadi amat sangat mahal jika materi workshop Agung ini hilang begitu saja tanpa bekas setelah haji ditunaikan. Kemabruran haji sejatinya akan terlihat dari akhlak yang terbentuk setelah melaksanaan haji yaitu selama hayat yang tersisa, jadi merupakan jihad atau perjuangan tanpa henti. Semoga uraian hikmah haji ini bermanfaat bagi yang membaca, karena setiap amalan yang dilaksanakan tanpa pemahaman dan penghayatan terasa gersang dan tidak bermakna. Semoga Allah SWT meridhai penulisan ini sebagai ibadah dan mengampuni jika ada yang salah dalam penulisan ini. Amin yaa Robbalalamiin.

18

Anda mungkin juga menyukai