Anda di halaman 1dari 4

Ahlan Wa Sahlan Hajjan Mabruran

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Selamat Datang Hajji Mabrur. Selamat Datang.


Ibadah haji, Rukun Islam Kelima, sesudah syahadat, shalat, shiyam dan zakat, semata dilakukan
seorang muslim, dalam rangka ibadah memenuhi perintah Allah SWT. semata. Tiada lain hanya
sebagai tanngung jawab nyata (konsekwensi logis) dari ikrar (syahadat) yang telah diucapkannya.
Ibadah Haji adalah puncak dari kesaksian dan klimaks penyerahan diri seorang muslim
secara total kepada Allah SWT. Belum dianggap lengkap dan sempurna ke-Islaman
seseorang yang telah memiliki kemampuan (istitho’ah) bila belum menunaikan ibadah haji.
Pada akhirnya ibadah haji merupakan sarana mencapai sasaran lebih mulia dan tinggi. Sikap
taqwa kepada Allah terefleksi dalam cara dan pola fikir, bertindak dan berbuat dalam
kehidupan sehari-hari.
Semua ayat-ayat Al Quran yang berkaitan dengan haji, selalu diakhiri oleh Allah dengan
pesan untuk bertaqwa. Bentuk haji yang seperti inilah yang disebut sebagai Haji Mabrur
yang menjadi idaman setiap calon jemaah haji.
Haji Mabrur mampu mendorong terjadinya perobahan orientasi, visi dan misi kearah
peningkatan amal saleh, baik ritual maupun sosial, dalam menuju kehidupan lebih baik
sesuai dengan ajaran Islam, guna menciptakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Ibadah haji mempunyai karakteristik tersendiri. Terutama jika dikaitkan dengan masalah
waktu dan tempat pelaksanaan. Agama Islam menetapkan pelaksanaan ibadah formal
(mahdhah) dalam tiga criteria, (a). Waktu pelaksanaan ditentukan tetapi tempat
pelaksanaannya tidak ditentukan. (b).Tempat pelaksanaannya ditentukan tetapi waktunya
boleh dikerjakan kapan saja. (c). Waktu dan tempat pelaksanaannya diatur dan ditetapkan
oleh Allah SWT.
Ibadah Haji termasuk dalam ibadah katagori yang ketiga ini. Barangkali, faktor ini yang
memberikan ketetapan bahwa menunaikan haji diwajibkan Allah kepada kaum Muslimin
yang mampu hanya satu kali dalam seumur hidup. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan
Nasa’i dari sahabat Abu Hurairah, ketika Nabi menyampaikan bahwa Allah telah
mewajibkan kepada kaum muslimin melaksanakan ibadah haji, lalu ada yang bertanya;
Apakah kewajiban berhaji itu setiap tahun ya Rasulullah? Nabi diam saja, dan tidak menjawab
pertanyaan tersebut walaupun sampai tiga kali ini ditanyakan. Ketika itu barulah Nabi SAW.
menjawab: Kalau saya jawab ya, saya khawatir haji ini difardhukan Allah kepadamu setiap tahun,
dan kamu pasti tidak akan sanggup melaksanakannya.
Karena ibadah haji waktunya ditentukan dan harus dilakukan di tempat (lokasi) yang
tertentu pula (Makkah al Mukarramah di Saudi Arabia), maka faktor kemampuan (istitha’ah)
menjadi syarat utama pelaksanaan ibadah haji.
Anggapan bahwa istitha’ah (kemampuan) hanya diartikan dari sisi finansial saja, sehingga
siapa saja yang dapat membayar ONH dianggap sudah mampu berhaji, kurang tepat. Karena
konsep istitha’ah sesungguhnya berkaitan dengan kesehatan fisik, mental, ekonomi,
kestabilan politik, pemahaman ilmu-ilmu Islam diantaranya manasik, bahkan kesempatan
yang juga ditunjang oleh faktor transportasi dan keamanan wilayah. Terkait pula masalah
akomodasi selama di Masy’aril Haram (Saudi Arabia). Sungguhpun perlu digaris bawahi,
bahwa hal-hal ini bukanlah unsur yang utama terhadap makbulnya ibadah haji.
Sangat perlu menempatkan prioritas utama kepada masalah bimbingan, penyuluhan
yang intensif serta pembinaan yang bertanggung-jawab sebelum dan selama dalam
pelaksanaan ibadah haji dan lebih penting masa paska haji yaitu setelah kita kembali ke
tanah air. Setiap orang yang melakukan haji selalu mendambakan haji mabrur sesuai
bimbingan hadits dari Abu Hurairah yang menceritakan sabda Rasulullah SAW. : “Satu
umrah yang lainnya menghapus dosa diantara keduanya, sedangkan haji mabrur balasannya tidak lain
adalah surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang perlu diperhatikan para hujjaj adalah kesediaan mengamalkan rukun-rukun Islam
secara baik dan benar. Ibadah haji adalah salah satu perjalanan rohani, menyenangkan dan
dipenuhi pengalaman spiritual berharga, dan sarat dengan serba latihan betapa seharusnya
seseorang berupaya mengatasi segala kesulitan dan kesusahan dalam hidupnya.Diperlukan
persiapan kondisi batin dan rohani semaksimalnya dengan membersihkan diri dari cacat dan
dosa. Tujuannya adalah agar mampu bertahan hidup sebersih dan sesuci mungkin, terlepas
dari segala beban yang memberatkan batin dan pikiran sehari-hari.
Meraih dan mempertahankan haji yang mabrur itu, maka beberapa langkah perlu dilakukan
yaitu :
(1). Membetulkan dan meluruskan niat yang ikhlas pergi berhaji. Karena melaksanakan
perintah Allah SWT dan hanya untuk mengharapkan ridha-Nya semata.
(2). Menghindarkan diri dari perasaan ria, ingin dipuji, merasa hebat sendiri, takabur,
sombong serta sifat-sifat lainnya. Sesuai sabda Rasulullah SAW : “Barang siapa yang
mengerjakan ibadah haji semata-mata ikhlas karena Allah dan tidak berbuat rafats serta tidak fasik,
maka kembalilah ia seperti dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah).
(3). Melatih bersifat sabar dan tolong menolong, yang amat diperlukan serta teruji dalam
memutuskan dan menunaikan setiap gerak ibadah. Semua urusan memerlukan sifat sabar.
Melatih bersifat sabar dalam menghadapi hidup adalah bukti dari kemabruran. Ujian
terhadap kesabaran telah diawali sejak berpakaian ihram, dimana setiap orang dilarang
untuk bermusuhan, mencaci dan bertengkar (yang termasuk perbuatan jidal) sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah: “…..Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, fasik dan berbuat jidal di saat mengerjakan haji…” (Al-
Baqarah: 197).
(4). Sifat tolong menolong amat diperlukan dalam setiap keadaan dimana orang lain sangat
membutuhkan pertolongan dari kita. Menolong dengan penuh keikhlasan, tanpa
mengharapkan sesuatu, kecuali ridha Allah semata.
(5). Hidup dengan harta yang halal dan baik. Dalam satu haditsnya, Rasulullah Saw.
menyatakan: “ Apabila seseorang pergi melaksanakan ibadah haji dengan nafkah yang baik
(halal) dan meletakan kakinya di atas kendaraannya, maka ketika dia berseru: Labbaik
Allahumma labbaik,ia akan mendapat sambutan dengan seruan dari langit: Diterima
panggilanmu dan berbahagialah engkau, karena bekalmu halal dan kendaraan yang engkau
pakai halal, dan hajimu diterima, tidak ditolak.’(HR. Thabrani dari Abu Hurairah)

1. Membersihkan dan mensucikan diri


Yang dimaksudkan adalah membersikan dan mensucikan diri secara rohani,
yang dapat dilakukan dengan:
- Bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dari segala dosa. Dalam
melakukan taubat hendaklah bertekad tidak akan kembali lagi kepada
dosa.
- Mohon maaf kepada orang tua, isteri/suami, anak, anak saudara, famili,
tetangga serta para sahabat.
- Memperbaiki atau meningkatkan mutu shalat. Kalau madsih sering
tertinggal atau lalai mengerjakannya, usahanya akan lebih baik.
- Mengeluarkan zakat, bagiyang belum melakukannya. Karena zakat ini
termasuk unsur “pembersih” diri dan harta, sehingga tidak bercampur
dengan yang bukan hak kita, dan usahakan sesering mungkin
mengeluarkan infak, sadaqah, dan lain-lain sebagainya.

Semua hal di atas perlu dilakukan sebelum berangkat ketanah suci. Dengan
bersihnya diri kita, mudah-mudahan bisa terhindar dari berbagai kesulitan yang mungkin
saja itu merupakan peringatan dari Allah Kepada kita.

2. Mempelajari tata cara pelaksanaan ibadah haji

Ibadah haji merupakan suatu rangkaian yang terkait oleh waktu dan tempat. Di
antara ibadah itu ada yang merupakan rukun haji, yang kalau ditinggalkan berakibat batal
(tidak sah)nya haji. Juga ada ibadah yang bersifat wajib, yang kalau tidak dilakukan tidak
membatalkan haji, tapi ditebus dengan membayar denda atau dam. Selaian itu ada lagi hal-
hal yang berdifat sunnat, serta larangan-larangan yang bisa merusak atau membatalkan
ibadah haji.
Karena itu mari kita pelajari tata cara pelaksaan haji itu, baik melalui pelajaran
manasik haji maupun melalui buku-buku. Pelajari sebaik-baiknya hal-hal yang wajib, syarat
rukun, sunnat dan lain-lainnya yang perlu dilakukan. Begitu juga hal-hal yang tidak
dilakukan serta yang akan merusak atau membatalkan ibadah haji. Setiap calon haji
hendaklah dapat secara cermat menangkap nilai-nilai atau hikmah yang terkandung dalam
segala peragaan manasik haji.
3. Mempelajari do’a-do’a dan bacaan ibadah haji

Sebenarnya dalam melaksanakan ibadah haji, do’a-do’a dan bacaan-bacaan tersebut


bisa kita baca dari buku sambil melakukan ibadah. Namun demikian,kalau kita bisa
menghafalkannya tentu lebih baik, sebab akan memperlancar pelaksanaan ibadah, tanpa
harus bolak-balik melihat buku. Selain itu arti dari do’a dan bacaan tersebut perlu juga
dipelajari dan dimengerti, agar kita lebih bisa menghayati maksud dan kandungan dari do’a
yang dibaca. Semua do’a dalam pelaksanaan ibadah haji adalah do’a yang bagus, yang
intinya untuk memohonkan kebahagiaan dan kesejahteraan kita di dunia dan di akhirat.
Seperti do’a safar sebagaimana yang diajarkan nabi kita.

Karena itu, jika do’a-do’a itu bisa dihayati arti dan maksudnya, ibadah kita akan
menjadi lebih khusyu’.

4. Mempelajari sejarah perjuangan nabi

Sewaktu berada di tanah suci umumnya kita berkesempatan untuk berziarah


ketempat-tempat bersejarah yang terletak di sekitar kita Makkah dan Madinah. Dengan
mengetahui riwayat dari tempat-tempat bersejarah itu, pada saat berziarah kesan kita
mendapat gambaran yang lebih lengkap. Kita mengetahui peristiwa bersejarah yang terjadi
disana dan kaitannya dengan perjuangan Nabi dan para sahabatnya dalam menegakkan dan
mempertahankan agama Islam. Hal-hal ini kalau dapat kita hayati dengan baik dan betul,
akan mempertebal keimanan kita kepada Allah dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

5. Menyelesaikan hutang piutang

Segala hutang piutang yang akan memberatkan atau mengganggu ketenangan dalam
menunaikan ibadah haji, sebaiknya diselesaikan dulu sebelum berangkat. Atau paling tidak
menjelaskan masalahnya kepada keluarga yang ditinggal, agar mereka mengetahui. Sehingga
kalau terjadi apa-apa dengan diri kita, mereka tinggal dapat menyelesaikan hutang piutang
itu.

6. Menyiapkan bekal buat yang ditinggalkan

Selama meninggalkan rumah untuk pergi ke tanah suci, tanggung jawab kita
terhadap orang yang ditinggalkan di tanah air tetap harus dipenuhi. Karena itu kita sebelum
berangkat harus meninggalkan bekal untuk mereka, yang jumlahnya mencukupi untuk
kehidupan dan keperluan mereka selama kita berada di tanah suci.

7. Mempelajari cara shalat jenazah dan menghafal bacaannya.

Pada musim haji, baik di Masjidil Haram maupun di Masjid Nabawi, hampir selalu
shalat wajibnya diiringi dengan shalat jenazah. Ini terjadi karena memang banyak jamaah haji
yang meninggal dunia di kedua tanah suci itu. Mungkin karena cuacanya yang sangat panas
dan medannya yang berat, bisa juga karena kondisi jamaah yang lemah. Karena itu bagi yang
belum mengetahui tata cara pelaksanaan shalat jenazah atau belum hafal bacaannya,
dianjurkan untuk mempelajari serta menghafalkannya sebelum berangkat ketanah suci.
Sehingga pada saat melakukannya
Di tanah suci bisa dilaksanakan dengan baik dan benar.
Persiapan jasmani

Mengenai persiapan jasmani akan diadakan bimbingan khusus kesehatan yang akan
diberikan oleh dokter yang ahli.

Tapi secara garis besar untuk persiapan-persiapan fisik ini perlu dilakukan hal-hal
berikut:

- Memelihara dan menjaga kondisi kesehatan tubuh sejak dari sekarang.


- Jika perlu melakukan general chek up kesehatan.
- Latihan-latihan senam, disesuaikan dengan dengan kondisi dan usia.
- Latihan berjalan di panas matahari.
- Sering-sering berkonsultasi dengan dokter.

Seperti dapat dibaca dalam buku manasik haji, ada beberapa cara melaksanakan
ibadah haji.

I. Tamattu’ ialah melaksanakan umrah terlebih dahulu di bulan-bulan haji,


setelah itu baru mengerjakan haji (Cara ini dikenakan dam nusuk ibadah).

a. Pelaksanaan umrah

1. Bersuci: mandi,berwudlu
2. Berpakaian ihram
3. Shalat sunnat ihram dua rakaat
4. Niat umrah dari miqat
5. Thawaf umrah
6. Sa’I umrah
7. Tahallul

b. Pelaksanaan haji

1. Bersuci; mandi, berwudlu


2. Berpakaian ihram
3. Shalat sunat ihram dua rakaat
4. Niat haji dari pemondokan masing-masing
5. Berangkat menuju arafah (8 Dzulhijjah)
6. Wukuf di arafah (9 Dzulhijjah)
7. Sehabis magrhib

Anda mungkin juga menyukai