Anda di halaman 1dari 15

I.

Definisi Barium Enema Pemeriksaan Barium Enema disebut juga pemeriksaan radiografi saluran

cerna bagian bawah. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan sinar X dengan menggunakan media kontras yaitu suspensi barium sulfat (BaSO4), yang dimasukkan ke dalam usus besar maka disebut barium enema. Barium dimasukkan dengan menggunakan sebuah selang enema. Pemeriksaan barium enema dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat adanya perubahan kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada feses1. Barium adalah suatu garam berwarna putih, berat (karena barium mempunyai berat atom besar). Garam tersebut diaduk dengan air dalam perbandingan tertentu sehingga terjadi suspensi. Sinar Rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan bayangan dalam foto Rontgen2. Barium dimasukkan dengan sebuah selang enema atau irigator kecil dengan balon dan pompa udara terpasang (attachtable cufflator) ke dalam usus besar melalui rektum, cara ini disebut juga dengan enema. Barium dapat melapisi seluruh permukaan usus besar dan rektum sehingga dapat memperjelas penampakan dari usus besar dan rektum saat pemeriksaan sinar x. Pemeriksaan barium enema merupakan pemeriksaan diagnostik untuk mengevaluasi kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum. Terkadang apendiks dan usus kecil bagian distal dapat diikutsertakan.

II.

Teknik Teknik pemeriksaan dengan kontras, terdiri atas pemeriksaan dengan kontras

tunggal dan pemeriksaan dengan kontras ganda. Kontras yang digunakan terdiri atas kontras positif dan kontras negatif

II.1. Kontras positif Kontras positif yang biasa digunakan dalam pemeriksaan radiologik alat cerna adalah Barium Sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat (karena empunyai berat atom besar) dan tidak larut dalam air. Garam tersebut diaduk dalam air dalam perbandingan tertentu sehingga terjadi suspensi (bukan larutan). Sinar roentgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut, sehingga menimbulkan bayangan dalam foto roentgen. Misalnya bila pasien minum suspensi tersebut kemudian dipotret esofagusnya, maka tergambarlah esophagus oleh suspensi itu pada foto roentgen. Kontras positif lainnya yang lazim dipakai juga ialah zat yang mengandung unsur jodium untuk pemeriksaan ginjal, kandung empedu, pembuluh-pembuluh darah, limfe, dan sum-sum tulang belakang. Beberapa pemeriksaan saluran cerna kadang-kadang tidak dipilih barium sulfat sebagai kontras misalnya penyakit Hirschprung dan atresia esophagus. Dalam hal-hal ini yang dipakai adalah zat-zat yang mengandung jodium. II.2. Kontras Negatif Yang pertama kali harus disebut sebagai kontras negatif ialah udara, karena paling murah dan paling bagus, alamiah dan dapat diperoleh dimana-mana namun sayang tidak selalu dapat diterapkan. Sebagai kontras pengganti dalam hal demikian yakni CO2. II.3. Kontras Tunggal3 Kontras tunggal hanya menggunakan media kontras barium sulfat. Teknik ini biasanya disediakan untuk indikasi berikut : tidak kooperatif, pasien tak bergerak, obstruksi mekanik akut, pengurangan intussusepsi, pengecualian dari patologi kotor, dan evaluasi konfigurasi anatomis dari usus besar. Densitas rendah (0,1 0,2 g / ml)

suspensi barium digunakan untuk "melihat-melalui" efek. Suspensi dijalankan dalam perlahan-lahan di bawah bimbingan fluoroscopic, dan film spot yang diambil dalam pandangan beberapa radiografi, sering dikombinasikan dengan kompresi manual usus besar. II.4. Kontras Ganda3 Pada kontras ganda pemeriksaan barium enema dikombinasikan dengan insuflasi udara (atau alternatif karbon dioksida) untuk lebih baik "tembus" efek daripada teknik kontras tunggal. Suspensi barium harus hanya lapisan mukosa di dalam lapisan tipis. Teknik dengan kontras ganda merupakan teknik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil (khususnya polip), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak1. Untuk mengaktifkan visualisasi detail anatomi halus en wajah, ini membutuhkan kerapatan yang lebih tinggi dari suspensi (biasanya 0,6-1,1 g / ml). Sebuah relaksasi otot polos (20 mg butylbromide hyoscine, Buscopan atau 0,5 1,0 mg glukagon) sering disuntikkan intravena pada awal

prosedur untuk meringankan kejang kolon mungkin. Sebuah kateter balon dapat digunakan untuk mencegah kebocoran dari rektum. Suspensi barium biasanya dijalankan dengan pasien pada posisi lateral kanan atau kiri. Infus dihentikan bila kolom barium mencapai kolon transversal. Udara kemudian diinsuflasi, rektum dikeringkan, dan sisa dari usus besar diisi dengan barium dan udara dengan insuflasi udara dikombinasikan dengan perubahan posisi dari pasien untuk mempromosikan mengisi oleh gravitasi. Pemeriksaan ini mencakup beberapa pandangan radiografi standar.

III.

Persiapan

Persiapan perlengkapan4 :

a. Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius, sebanyak 2 liter b. Rektal kateter c. Irigator set. Dewasa ini sering digunakan disposible barium enema kits yang terdiri dari : 1. Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter. 2. Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan barium. 3. Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi. 4. Rektal kateter. d. Glycerin e. Kayu pengaduk barium (bila menggunakan irrigator set) f. Receiver (ember) g. Kain laken (penutup meja pemeriksaan)

Kelebihan kontras ganda atas kontras tunggal juga berakibat pada persiapan penderita yang jauh lebih ketat. Syarat utama pada radiologik kontras ganda ialah bahwa kolon harus bersih sama sekali dari kotoran. Oleh karena itu, terdapat prinsip dasar persiapan penderita seperti : 1. Dua hari sebelum pemeriksaan: a. Beritahu pemeriksa apabila pasien mempunyai alergi lateks atau barium dan siapkan pasien secara fisik dan mental untuk melakukan pemeriksaan ini b. Pasien diberitahukan bahwa persiapan ini dibutuhkan kerjasama dari pasien agar kolon yang akan diperiksa dapat benar-benar bersih.

c. Mengubah pola makan pasien. Pasien hendaknya memakan makanan dengan konsistensi lunak dan tidak mengandung lemak selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi

kemungkinan terjadinya bongkahan-bongkahan tinja yang keras. d. Minum sebanyak-banyaknya selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan sebanyak 2 liter atau lebih untuk mencegah dehidrasi akibat persiapan. Hal ini disebabkan karena penyerapan air di saluran cerna terbanyak di usus besar, sehingga pemberian minuman ini dapat menjaga tinja agar tetap lembek. Untuk menjaga kebutuhan kalori dan keseimbangan elektrolit dapat diberikan oral entering feeding berupa bubuk yang dilarutkan di dalam air. e. Pasien dengan hipomotilitas kolon lebih sulit untuk diperiksa karena kolon tidak bersih sempurna. Biasanya terjadi pada orang yang tirah baring lama, diabetes, skleroderma dan orang yang menggunakan opiat atau obat dengan efek samping antikolinergik harus diperpanjang masa

persiapannya menjadi dua hari atau lebih dan beberapa regimen, lavage kolon dimungkinkan untuk membersihkan kolon. 2. Satu hari sebelum pemeriksaan: a. Lanjutkan diet yang sama seperti pada hari sebelumnya dan tetap hindari makanan berlemak b. Pada pukul 4 sore, minum satu gelas air putih c. Pada pukul 5 sore, minum magnesium citrate laxative dengan dosis pada dewasa 300 ml, usia 9-12 150 ml, usia 6-8 60 ml, usia 5 tahun kebawah tidak diberikan. Setelah ini akan terjadi diare selama 3-8 jam. d. Pada pukul 7 malam, orang dewasa harus mengkonsumsi 3 tablet bisacodyl dan tetap mengonsumsi diet cair hingga malam hari. e. Pemberian pencahar tidak wajib dilakukan apabila perubahan pola makan dan minum dilakukan dengan benar. Pada beberapa keadaaan seperti orang tua, rawat baring yang lama dan sembelit kronis, pemberian

pencahar harus diberikan. Sebaiknya dipilih pencahar yang mempunyai sifat-sifat yang dapat melembekkan tinja dan meningkatkan peristaltik usus, mempunyai citra rasa yang enak serta mempunyai kemasan yang baik. 3. Pada hari pemeriksaan:
a.

Tidak boleh makan atau minum apapun hingga pemeriksaan selesai, kecuali pemeriksaan dilakukan diatas jam 13.00 maka boleh minum air putih saja.

b.

Pemberian glukagon intravena dapat digunakan untuk menghambat peristaltis usus pada saat pemeriksaan dan juga untuk membedakan spasme kolon dengan lesi massa. Glukagon secara perlahan disuntikkan dengan dosis 1 mg melalui intravena dalam 1 menit. Lama kerja dari glukagon sekitar 10-20 menit. Tujuan dari pemberian ini dapat menurunkan rasa tidak nyaman saat menjalani pemeriksaan. glukagon tidak diberikan pada pasien yang insulonoma, ferokromositoma. Apabila pasien mengalami diabetes, harus dikonsultasikan lebih dahulu

mengenai penurunan pemakaian insulin saat puasa atau diet lunak. 4. Sesaat sebelum pemeriksaan : 1. Petugas radiologi akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan. 2. Penderita diminta untuk menggunakan pakaian khusus yang tidak terdapat besi dan melepas segala perhiasaan. 3. Bagi pasien wanita, perlu ditanyakan apakah penderita sedang dalam keadaan hamil atau ada kemungkinan sedang hamil.

IV.

Pasca Pemeriksaan a. Pasien diberikan laksatif untuk mengeluarkan sisa-sisa barium dan efek samping dari barium adalah konstipasi. b. Pasien akan merasa kram perut ringan-sedang.

c. Pasien dianjurkan banyak minum karena barium dapat menyebabkan dehidrasi. d. 2-3 hari setelah pemeriksaan, tinja pasien akan terlihat putih atau keabu-abuan Karena masih terdapatnya sisa-sisa barium di kolon.

V.

Gambaran Normal dan Patologis

V.1. Gambaran Normal Pada radiografi akan terlihat bangunan haustrae sepanjang kolon. Mulai dari distal kolon desenden sampai sigmoid, haustrae semakin tampak berkurang. Dalam keadaan normal garis-garis haustrae haruslah dapat diikuti dengan jelas dan berkesinambungan

Gambar. 1 Hasil Pemeriksaan Barium Enema Normal

Kaliber kolon berubah secara perlahan, muali dari sekum ( 8.5 cm) sampai sigmoid ( 2.5 cm). Panjang kolon sangat bervariasi untuk tiap individu, berkisar antara 91-125 cm, bahkan lebih. Mukosa kolon terlihat sebagai garis-garis tipis dan halus melingkar teratur dengan tekstur yang dinamakan linea innominata.

Gambar. 2 Linea Innominata. Usus kecil berakhir di ileum terminal dan memasuki kolon di daerah yang disebut ileosekal. Terkadang terlihat penonjolan muaranya ke dalam sekum yang sering di duga sebagai polip. Sekum terletak dibawah region tersebut sepanjang 6.5 cm dan lebar 8.5 cm. Normal sekum menunjukkan kontur yang rata dan licin. Apendiks merupakan saluran mirip umbai cacing dengan panjang antara 2.5 22.5 cm. Kadang terlihat penonjolan muaranya ke dalam lumen sekum. Kolon ascenden dimulai proksimal region ileosekal sampai mencapai fleksura hepatika. Kolon tranversum merupakan bagian yang bebas bergerak (mobil), melintasi abdomen dan fleksura hepatika sampai fleksura lienalis.

Kolon descenden dimulai dari fleksura lienalis kea rah bawah sampai persambungannya dengan sigmoid. Batas yang tegas antara kolon desenden dengan sigmoid sukar ditentukan, namun Krista iliaka mungkin dapat dianggap sebagai peralihan. Sigmoid merupakan bagian kolon yang panjang dan berkelok-kelok, berbentuk huruf S. Bentuknya yang demikian itu seringkali menyukarkan penilaian radiografik proyeksi antero-posterior. Proyeksi oblik dan lateral merupakan cara terbaik untuk mengatasinya. Rektum dimulai setinggi S3, lumennya berbentuk fusiform, dan bagian tengahnya disebut sebagai ampula. Dinding posteriornya mengikuti

kelengkungan ssakrum.

V.2 V.2.1

Gambaran Patologis Kolitis Dengan istilah colitis dimaksudkan penyakit-penyakit inflamsi pada kolon. Berbagai jenis penyakit inflamasi kolon menghasilkan perubahan beraneka ragam pada mukosa dan dindingnya. Tidak ada satupun tanda radiologic yang khas dan laboratorium sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Berbagai bentuk perubahan pada kolon dari yang ringan sampai berat dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Perubahan mukosa. Dapat beruba hilangnya struktur linea innominata, granuler, atau timbulnya ulsera (halo sign, bulls eye, target lesion)

2. Perubahan dinding. Dapat berupa hilang/berkurangnya haustrae, kekakuan dan kerancuan dinding, lumen menyempit, dan pemendekan kolon. Yang terpenting adalah membedakan colitis ulseratif dengan kolitis Crohn karena kedua penyakit ini dalam perjalanannya sangat berbeda baik dalam komplikasi ataupun prognosisnya. Kolitis ulseratif dimulai dari rectum kea rah proksimal. Mukosanya memperlihatkan gambaran granuler dengan bintik-bintik halus barium di antaranya. Perubahan mukosa ini bersifat merata dan simetris. Kolitis Chron terbanyak dikolon sisi kanan dan ileum terminal. Ulkus aptosa memperlihatkan perubahan khas pada mukosanya di samping kerancuan dinding kolon. Perubahan pada Crohn bersifat terbatas dan asimetris. Striktura, dysplasia, dan fecal impaction, merupakan komplikasi tersering pada colitis ulseratif. Sedangkan fistulasi, abses, dan massa tumor, pada colitis Crohn.

V.2

Karsinoma Karsinoma kolon dapat memberikan penampilan seperti penonjolan ke dalam lumen (protruded lesion). Bentuk klasik tipe ini adalah polip, dimana polip dapat bertangkai (pedunculated) atau tidak bertangkai (sessile). Dinding kolon seringkali masih terlihat baik. Keracunan dinding kolon (colonic wall deformity) dapat bersifat simetris (napkin ring) atau asimetris (apple core). Lumen kolon sempit dan ireguler.

Kekakuan dinding kolon (rigidity colonic wall) bersifat segmental, terkadang mukosa masih baik. Lumen kolon dapat atau tidak menyempit. Bentuk ini sukar dibedakan dengan kolitis ulseratif.

V.3

Divertikel Divertikel merupakan kantung-kantung yang menonjol pada dinding kolon, terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.

V.4

Polip Pada radiograf yang terpenting adalah bahwa sessile polip harus terlihat adanya kubah (dome) dan dasarnya (base). Sedangkan pada pedunculated harus dapat terlihat kepala (head) dan tangkainya (stalk). Tergantung arah sinar dan objeknya, maka penampilan sessile polip dapat bervariasi sebagai ring shadow, hat sign dan figure of eight. Pada pedunculated polip dapat terlihat sebagai target sign dan off center target sign. Harus dicermati perubahan-perubahan yang mengarah keganasan seperti nodularity (cauliflower), adanya ulkus ditengahnya, indentasi basal dan ukurannya (>2 cm)

VI.

Kesimpulan Pemeriksaan Barium Enema, disebut juga pemeriksaan radiografi saluran cerna bagian bawah, merupakan pemeriksaan sinar X dengan menggunakan media kontras yaitu suspensi barium sulfat (BaSO4), yang dimasukkan ke dalam usus besar. Tujuan dilakukannya pemeriksaan barium enema adalah untuk mengetahui bentuk dan fungsi dari usus besar/colon serta mendeteksi adanya kelainan. Barium akan mengisi colon secara rata dan

menunjukkan kontur, patency ( bebas terbuka ) dan posisi usus yang normal. Hasil pemeriksaan ditentukan oleh gambaran dari X-ray dan gambaran fluoroscopy. Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam penggunaan kontras barium yaitu kontras tunggal (single contrast) dan kontras ganda (double contrast). Dimana pada kontras tunggal hanya menggunakan media barium sulfat dan kontras ganda menggunakan media barium sulfat dengan udara. Indikasi pemeriksaan barium enema apabila pasien memiliki tanda dan gejala seperti diare kronik, kram perut, perubahan kebiasaan usus, darah pada feses, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, suspek penyakit radang usus (inflammatory bowel disease), colitis iskemik, ileus obstruktif, ileus paralitik, dan dicurigai adanya keganasan. Sedangkan kontraindikasinya adalah jika penderita mengalami colitis ulseratif berat, megacolon toksik, atau diduga terdapat perforasi usus. Adapun persiapan yang harus dilakukan sebelum dilakukan

pemeriksaan seperti mengubah pola makanan penderita, minum sebanyakbanyaknya, pemberian pencahar dan sebagainya. Pasca pemeriksaan pasien mungkin akan mengalami beberapa hal seperti kram, konstipasi dan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi pasien disarankan untuk minum sebanyakbanyaknya. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah adanya kebocoran atau perforasi dari usus yang menyebabkan barium masuk ke dalam peritoneum sehingga menimbulkan peritonitis, sepsis dan respon inflamasi sistemik. Dalam melakukan pemeriksaan ini dibutuhkan perhatian kepada pasien mengenai keamanan, kenyamanan pasien, serta ketelitian saat dilakukan pemeriksaan.

Gambar

Gambar. 1 Procedur Pemeriksaan Barium Enema

Gambar. 3 Pemeriksaan Barium Enema

1. Barium Enema Pemeriksaan Saluran Pencernaan. Terdapat pada : http://medicastore.com/penyakit/3371/Barium_Enema_pemeriksaan_salur an_pencernaan_bawah.html. Diakses pada : 7 Mei 2011 2. Buku item 3. What is a Barium Enema. Terdapat pada : http://www.newsmedical.net/health/What-is-a-Barium-Enema-%28Indonesian%29.aspx. Diakses pada 8 Mei 2011 4. Persiapan pemeriksaan dengan bahan kontras. Terdapat pada : http://www.posradiografer.com/index.php?option=com_content&view=art icle&id=48:persiapan-pemeriksaan-dengan-bahan-kontrasmedia&catid=34:trd&Itemid=87. Diakses pada : 8 Mei 2011

Anda mungkin juga menyukai