Anda di halaman 1dari 13

STUDENT PROJECT

FISTULA PREAURICULAR

Oleh :
SGD A2
1. Ngurah Kade Jaya Wiguna
2. Ni Luh Indah Suardewi
3. Ni Putu Nila Utari
4. Gusti Ayu Made Ari Dewanti
5. Ni Kadek Novi Antari
6. Agung Aditya Arnaya
7. Wayan Andhika Putrayasa
8. Dewa Ayu Agung Dwita Arthaningsih
9. Kadek Surya Atmaja
10. Putu Harrista Indra Pramana
11. Ni Kadek Dyah Devita Sari
12. Luh Putu Dea Sasmita Pralambari

(1302005004)
(1302005021)
(1302005041)
(1302005058)
(1302005088)
(1302005109)
(1302005131)
(1302005155)
(1302005191)
(1302005208)
(1302005226)
(1302005242)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas berkat dan
rahmatNya student project yang berjudulFistula Preauricular ini dapat penulis selesaikan
tepat pada waktunya.
Student project ini merupakan salah satu tugas yang wajib ditempuh pada Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Student project ini disusun
sebagai salah satu penilaian dari proses perkuliahan yang telah dilaksanakan lebih kurang dua

minggu pada blokSkin and Hearing System and Disorder semester III di Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana.
Di dalam penyusunan student project ini, penulis merasa bahwa banyak hambatan yang
penulis hadapi. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, hambatanhambatan tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Lely Rahayu, Sp.THT-KL selaku dokter pembimbing dalam pembuatan student
project ini.
2. Dr. Suryawati, Sp. KK selaku ketua blok Immune System and Disorders.
3. Serta semua pihak yang turut serta memberikan bantuan dan motivasi yang tidak dapat
penulis sebutkan namanya satu persatu.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan student project ini.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan tugas
ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan.
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang
membaca laporan ini.

Denpasar, Januari 2015


Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3

Tujuan................................................................................................. 2

1.4

Manfaat............................................................................................... 2

BAB II ISI....................................................................................................... 3
BAB III SIMPULAN........................................................................................ 10
Daftar Pustaka................................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fistula preaurikular adalah kelainan kongenital yang terbentuk karena gangguan
penyatuan dan penutupan dari arkus brakialis pertama dan kedua dari hillock of his (tonjolan)
yang membentuk daun telinga. Gangguan ini pertama diperkenalkan oleh Heusinger pada

tahun 1864. Fistula preaurikular ditemukan terjadi dari bayi sebelum lahir. Dari penelitian
diduga gangguan ini timbul pada usia janin 4 minggu2,5.
Jumlah kasus fistula preaurikular disetiap Negara menunjukan angka yang berbeda.
Resiko terbesar kasus ini ditemukan terjadi di Asia dan Afrika. Dari Studi ditemukan, insiden
dari fistula preaurikular di beberapa Negara tersebut sebesar 4-10%.

Penelitian lain

menemukan insiden kejadian fistula preaurikular ini cenderung lebih besar terjadi pada orang
kulit hitam . Penyebab pasti temuan ini belum ditemukan secara pasti1,4.
Gangguan penutupan dan penggabungan yang terjadi secara umum mengakibatkan
terbentuknya lubang (muara ) kecil kurang dari 1 mm. Kelainan dapat dilihat di Terdapat
anterior tragus atau (krus helicis ) jarang di bagian superior dan inferior perlekatan telinga.
Pada daerah tersebut kebanyakan kasus mengeluarkan cairan baik normal maupun karena
infeksi sekunder15 .
Dari beberapa studi fistula preaurikular jarang mendapat perhatian dari masyarakat.
Faktor utama peyebabnya adalah karakteristik penyakit yang asymtomatik dan jarang
menimbulkan keluhan pada pasien itu sendiri. Pada kasus yang asymtomatik biasnya hanya
diobeservasi dan tidak diberikan pengobatan sedangkan yang dikuti infeksi biasanya dapat
diberikan antibiotik dan kompres hangat. Eksisi komplit dari fistula dan saluranya hanya
dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena sulitnya mengeluarkan fistula secara
lengkap6,8.
Sebagian besar pasien dengan riwayat fistula preauricular ini datang ke dokter tidak
karena penyakitnya tetapi karena infeksi yang timbul dari obtruksi pada muara yang
terbentuk.Peningkatan kejadian ini mengakibatkan ketidak akuratan dalam penetapan insiden
dari kelainan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan diagnosis dan penatalaksaan yang tepat4,5.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa etiologi dari fistula preaurikular?
1.2.2 Bagaimana patogenesis dari fistula preaurikular?
1.2.3 Apa saja manifestasi klinis dari fistula preaurikular?
1.2.4 Bagaimana diagnosis dari fistula preaurikular?
1.2.5 Bagaimana pengobatan dari fistula preaurikular?
1.3 Tujuan

1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5

Mengetahui etiologi dari fistula preaurikular.


Mengetahui patogenesis fistula preaurikular.
Mengetahui manifestasi klinis fistula preaurikular.
Mengetahui cara mendiagnosis penyakit fistula preaurikular.
Mengetahui cara mengobati penyakit fistula preaurikular.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan ini ada dua, yaitu (1) manfaat bagi praktisi
kesehatan; (2) manfaat bagi mahasiswa. Manfaat-manfat tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
1.4.1 Bagi Praktisi Kesehatan
Dapat memahami dan mengenali penyakit fistula preaurikular lebih spesifik serta
mampu untuk menanganinya sesuai evidence based yang ada.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan akan penyakit-penyakit kulit yang sering terjadi di
masyarakat.

BAB II
ISI
2.1 Etilogi
Fistula prearikular congenital terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan
arkus brankialis pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus
brankialis tampak di permukaan janin1,4. Setelah minggu keenam arkus hyoid dan arkus
mandibula rmenyatu dan melintas di bawah kedudukan kanalis aurikuaris eksterna, lalu
kemuadian menutup. Daerah penyatuan terletak di leher pada region submandibular.
Gangguan penutup celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular congenital, sehingga
pada umumnya muara fistula terletak pada krus helicis, Sebagian yang lain meluas dari
pinggir bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini terbuka keatas pada lantai meatus akutikus
eksternus dan di bagian pinggir depan bawah dari otot sternoleido-mastoideus padadaerah
belakang sudut rahang bawah15. Dari bebrapa peneliti gangguan congenital dari penyakit ini

diduga diturunkan dari orang tua dan kemungkinan pengaruh dar ikromososm 8q11.1q13.3.
Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang sering menyebabkan infeksi ini adalah
Staphylococcus epidermidis (31 %), Staphylococcusaureus(31%), Staphylococcus viridians
(15%) Peptococcus species (15%), danProteus species (8%)7,8.
2.2 Patogenesis
Perkembangan aurikel pada saat janin berusia 6 minggu dari proliferasi 6
mesenchymal yang disebut hillock of his, terdiri dari 3 dari garis caudal (tepi bawah) pada
arkus branchial 1 dan 3 dari garis cephalic (garis atas) pada arkus branchial 21. Arkus
branchial adalah struktur mesoderm yangdibungkus oleh ektoderm and mengelilingi
endoderm. Pada waktu janin berusia 4 minggu, arkus branchialis ini ada dipermukaan janin,
kemudian ketika usia janin 6 minggu arkus hioid dan arkus mandibular ini menyatu di bawah
kedudukan kanalis aurikularis eskterna dan tertutup4.Arkus-arkus ini terpisah satudengan
lainnya

oleh

celah

branchial

ektoderm

kearah

luar

dan

oleh

kantong

faringealendoderm kearah dalam. Arkus branchial 1 dan 2 masing-masing membetuk


3tonjolan (hillocks) atau hillocks of His5.Lengkungan pertama menimbulkan ke 3 hillocks
pertama, yang membentuk tragus, heliks crus, dan helix. Lengkungan kedua menimbulkan 3
hillocks

kedua,

yang

membentuk

antihelix,

scapha,

dan

lobulus

tersebut.Hillocksiniseharusnya bergabung selama beberapa minggu kemudian pada


masa embryogenesis 6 . Hillocks tersebut akan membantu terjadinya perkembangan aurikel
yang definitif1.
Fistula preaurikular terjadi sebagai akibat dari kegagalan penggabungan tonjolantonjolan hillocks5. Beberapa teori menyebutkan bahwa, fistula preaurikular terjadi akibat
ketidaksempurnaan pembentukan auditory hillocks selama perkembangan aurikel1.Hal
tersebut berkaitan dengan lipatan lokal dari ektoderm selama perkembangan aurikel. Studi
dari Cina mengenai hubungan genetik analisismenunjukkan bahwa fistula preaurikular terjadi
akibat terlokalisasinya kromosom 8q11.1-q13.3 yang memepengaruhi penggabungan tonjolan
dan menghambat perkembangan aurikular. Selain itu,fistula preaurikular dideskripsikan
sebagai suatu syndrome yang berhubungan dengan kelainan yang terjadi pada renal atau
telinga bagian dalam1,7.

Beberapa penelitianjuga menunjukkan bahwa fistula preauricular terkait adanya


infeksi bakteri. Infeksi meningkat ketika terbukanya pit seals bakteri antara jalur sinus selama
deskuamasi kulit. Keberadan fistula ini menjadi media perkembangan bakteri8.
2.3 Manifestasi Klinis
Fistula preaurikularberupa lubang kecil yang berdekatan dengan telinga luar,
biasanya terletak pada margin anterior dari limb heliks asenden 1,2. Fistula preaurikular
biasanya terbatas, panjangnya bervariasi (biasanya pendek) dan saluran kecil. Fistula
preaurikular ditemukan pada lateral, superior dan posterior dari nervus fasialis dan kelenjar
parotis. Pada hampir semua kasus, salurannya terhubung ke perikondrium dari kartilago daun
telinga.Saluran dapat mengarah ke kelenjar parotis5.Pernah dilaporkan juga sepanjang margin
posterosuperior heliks, pada tragus ataupun lobul. Pit yang tampak menggambarkan
deformitas yang luas, ukuran panjang sinus yang bervariasi, cabang dan jalan yang berliku.
Fistula preaurikular dapat mengakibatkan terbentuknya kista subkutan yang

berkaitan

dengan kartilago tragus dan anterior crusheliks. Pada keseluruhan kasus, bagian dari saluran
sinus bercampur dengan perikondrium kartilago aurikula 1,2. Kebanyakan pasien dengan
kelainan ini asimtomatik. Mereka hampir tidak menyadari kelainan ini. Penderita dengan
fistula preaurikular kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan
infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang dengan keluhan-keluhan rasa sakit dan
bengkak di depan telinga serta demam.
Gejala fistula yakni adanya pembengkakan, nyeri dan keluar cairan. Keluarnya cairan
memudahkan terjadinya infeksi. Akibat infeksi tersering adalah manipulasi penderita terhadap
muara fistula karena timbulnya rasa gatal atau keluarnya sekret. Sekret yang tidak dapat
dikeluarkan juga merupakan media yang baik untuk perkembangan bakteri sehingga akan
timbul suatu infeksi dan selanjutnya menjadi abses1,2.

2.4 Diagnosis
Diagnosisfistula preaurikular didapat berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik 4.
Dari anamnesa didapatkan keluhan berupa rasa gatal dan nyeri1. Pemeriksaan fisik diperoleh
muara fistula di depan telinga yang terdapat sejak lahir. Terlihat bengkak dan keluarnya cairan
(abses) dari muara fistula. Fistula preaurikular dengan abses, dapat dirancukan dengan
keadaan seperti, pimples (blackhead), furunculosis, infeksi kronis seperti tuberkulosis, jamur
pada kondisi kongenital seperti dermoids dan sebaceous cyst9.Diagnosis fistula preaurikular
kongenital dapat ditegakkan dengan ditemukannya muara fistula di sekitar telinga sejak lahir.
Dalam beberapa kasus, fistula ini ada yang pendek ada juga yang panjang. Untuk melihat
panjang dan pendeknya, ada beberapacara, yaitu (1) diuji larutan methyline blue ke dalam
saluran. Jaringan yang berwarna inilah yang dijadikan petunjuk luas dan dalamnya jaringan.
Penyuntikan iniakan mengorbankan jaringan yang sehat dan tidak semua jaringan bisa
dimasuki oleh pewarna ini. Sehingga petunjuk yang dihasilkan bisa keliru, (2) Menggunakan
fistulografi, yaitu dengan memasukkan zat kontras kedalam muara fistel, kemudian diperiksa
dengan radiologik,(3) Pembedahan apabila memiliki ukuran yang pendek. Namun, harus
dipastikan kelenjar parotis dan saraf fasialis4.
2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fistula preaurikular masih menjadi hal yang kontroversial. Penderita


fistula preaurikular sebagian besar bersifat asimptomatik. Penatalaksanaan pada penderita
asimptomatik sering tidak diperlukan, namun sebagian besar penatalaksanaan dilakukan untuk
menghindari terjadinya infeksi dengan membersihkan fistula secara teratur dan menghindari
obstruksi2,15.
Beberapa penatalaksaan yang masih diperdebatkan diantaranya
ultrasonography

renal

pada

neonatus

yang

menderita

fistula

: 1) melakukan

preauricular

yang

asimptopmatik., hal ini dilakukan untuk mendeteksi anomalitas renal; 2) melakukan follow-up
test pendengaran dalam tiga tahun pertama kehidupan ; 3) melakukan rujukan ke
otolaryngologis; 4) menentukan operasi koreksi definitif 13.
Terdapat peningkatan resiko hingga 1.3 kali lebih tinggi untuk menderita anomalitas
renal pada anak anak yang menderita fistula preaurikular. Oleh karena itu ultrasonography
renal perlu dilakukan kepada pasien fistula preaurikular. Ultrasonography renal dianjurkan
kepada pasien fistula preaurikular jika terdapat : 1. Malformasi atau dismorfik yang lain, 2.
Riwayat ketulian pada keluarga, 3. Malformasi renal atau auricular, 4. Diabetes gestational
pada riwayat maternal2.
Pada fase akut dari infeksi fistula preaurikular, intervensi yang dilakukan adalah
dengan pemberian antibiotik yang tepat berdasarkan agent patogen penyebab. Patogen yang
sering menjadi penyebab infeksi adalah spesies staphylococus dan Eschericia coli11. Jika
terdapat abses dilakukan pengeluaran abses dengan cara insisi dan dilakukan drainase. Teknik
drainase dilakukan dengan lacrimal probe .Teknik ini dilakukan dilakukan dengan dengan
anastesi pada bagian kulit dengan anastesi topikal dan memasukan bagian tumpul lacrimal
probe kedalam sinus untuk memberikan jalan keluar ( drainase ) abses. Drainase dapat
diulangi jika diperlukan.Sebelum melakukan teknik ini perlu dipertimbangkan penanganan
alternatif mengingat dapat terjadinya kegagalan dalam melakukan teknik tersebut dan dapat
terjadinya trauma yang dalam10,12.
Rekurensi atau persistensi infeksi fistula preaurikular memerlukan tindakan
pembedahan eksisi pada sinus dan salurannya selama periode infeksi (quiescence)14. Berbagai
teknik pembedahan, ditujukan untuk memastikan pembedahan (diseksisi) yang adekuat telah

dijelaskan dalam berbagai literatur. Eksisi yang tidak adekuat dipercaya menjadi penyebab
rekurensi10. Tujuan dari pembedahan pada penderita fistula preaurikular tersebut adalah untuk
menyingkirkan epitel skuama, karena jikat tidak dilakukan secara adekuat bakteri yang masih
tersisa dalam sel atau debris dapat menjadi penyebab rekurensi15.
Teknik standar pembedahan yag dilakukan adalah mengeksisi bagian kulit yang elip
yang mengelilingi bagian fistula preaurikular yang terbuka dan untuk membedah keluar
saluran atau traktus tersebut dengan metode sinektomi sederhana11.

Gambar2 fotograf dari insisi muara sinus.

Methylene blue dapat dilakukan dalam pembedahan untuk membantu membedakan


jaringan yang abnormal dan abnormal, jaringan yang terwarna menjadi petunjuk panjang dan
luasnya fistula sehingga pembedahaan yang adekuat dapat dilakukan. Ketelitian diperlukan
untuk melihat zat warna tersebut mengingat kemungkinan zat warna tersebut tidak memasuki
cabang cabang atau sinus yang lebih kecil14.
Pembedahan yang adekuat dapat dicapai tidak hanya dengan methylene blue tetapi
dapat juga mempergunakan metode fistulografi. Fistulografi dapat dipergunakan sebagai
alternati dengan teknik memasukan zat kontras kedalam muara fistula lalu dilanjutkan dengan
pemeriksaan radiologik. Namun Fistulografi tidak dapat menggambarkan suatu jalur yang
sebenernya akibat infeksi berulang menimbulkan jaringan fibrosis yang menyebabkan
tersembatnya traktus12,13.

Gambar 3 Fotograf intraoperatif memperlihatkan bagian sinus yang diangkat


didiseksi seetelah injeksi methylene blue.

BAB III
SIMPULAN
Kejadian kasus terbesar fistula preaurikular ditemukan terjadi di Asia dan Afrika
sebesar 4-10%.

Penelitian lain menemukan insiden kejadian fistula preaurikular ini

cenderung lebih besar terjadi pada orang kulit hitam . Penyebab pasti temuan ini belum
ditemukan secara pasti. Pembentukkan aurikular pada masa embriogenesis dengan tonjolan-

tonjolan pada hillock of his yang membantu perkembangan aurikular, memiliki point penting
dalam patogenesisis. Fistula preaurikular terjadi apabila terdapat kegagalan hubungan antara
tonjolan-tonjolan dari hillock of his dan didasari oleh adanya kromosom 8q11.1-q13.3 serta
keterkaitannya dengan beberapa syndrome. Muara fistula yang disertai abses akan menjadi
tempat efektif berkembangnya beberapa bakteri pemicu infeksi seperti, Staphylococcus
epidermis, S. Aurens, S. Viridans, Peptococcus species dan Proteus spesies.Pencegahan
terjadinya infeksi yang lebih berat dapat dilakukan dengan diagnosis pasti terhadap
manifestasi klinis yang muncul. Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal, nyeri,
bengkak , adanya muara fistula yang mengandung abses.Diagnosis bisa dilakukan dengan
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Fistula preaurikular dengan abses, harus dapat dibedakan
dengan keadaan seperti, pimples (blackhead), furunculosis, infeksi kronis seperti tuberkulosis,
jamur pada kondisi kongenital seperti dermoids dan sebaceous cyst. Diagnosis fistula
preaurikular kongenital dapat ditegakkan dengan ditemukannya muara fistula di sekitar
telinga sejak lahir. Penatalaksanaan dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi dan
obstruksi dengan cara membersihkan fistula secara teratur.Jika terdapat abses dilakukan
pengeluaran abses dengan cara insisi dan dilakukan drainase. Teknik drainase dilakukan
dengan lacrimal probe .Berbagai teknik pembedahan, juga dapat dilakukan dan ditujukan
untuk memastikan pembedahan (diseksisi).Tujuannya adalah untuk menyingkirkan epitel
skuama, karena jika tidak dilakukan secara adekuat bakteri yang masih tersisa dalam sel atau
debris dapat menjadi penyebab rekurensi.Eksisi yang tidak adekuat dipercaya menjadi
penyebab rekurensi. Methylene blue dapat dilakukan dalam pembedahan untuk membantuk
membedakan jaringan yang abnormal dan abnormal.Pembedahan yang adekuat dapat dicapai
tidak hanya dengan methylene blue tetapi dapat juga mempergunakan metode fistulografi.
Fistulografi dapat dipergunakan sebagai alternatif.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar Chowdary, K., Sateesh Chandra, N. and Karthik Madesh, R. (2012). Preauricular
Sinus: A Novel Approach. Indian Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery,
65(3), pp.234-236.

2. Tan, T., Constantinides, H. and Mitchell, T. (2005). The preauricular sinus: A review of its
aetiology, clinical presentation and management. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology, 69(11), pp.1469-1474.
3. Farid Hafil,Alfian,dkk.2012.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala&Leher.Jakarta:FK UI.
4. Available : http://dokterindonesiaonline.com/tag/fistula-preaurikular-kongenital/
5. Available:https://www.scribd.com/doc/10836635/Referat-Fistula-preaurikular-nas-fkunram.
6. Scheinfeld
NS.
Preauricular
Sinuses.
Available:http://www.emedicine.com/derm/byname/preauricular-sinuses.htm.
7. Zou F,et all. A locus for Congenital Preauricular Fistulae maps to Chromosome 8q11.1q13.3. Available:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi.
8. Samuel T Ostrower, Arlen D Meyers, Preauricular Cysts, Pits and Fissures. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/845288-overview.
9. Adegbiji, W.A et all.2013.Presentation of Preauricular Sinus and Preauricular Sinus
Abbscess in Southwest Nigeria vol. 9 no.4. Nigeria:Department of ENT .
10. Honda M, Anda T, Mori H. Surgical site Infection due to a Preauricular Sinus, Plastic and
Reconstructive Surgery Global Open.2014;2(10):223.
11. Alexandra
Spyropoulu
G.
Uncommon
Presentation
of
a
Preauricular
Sinus.MPS.2012;02;61-63.
12. Elfenbein D, Schneider D, Chen H, Sipple R. Surgical Site Infection after Thyroidectomy:
A Rare but Significant Complication. Journal of Surgicah Research.2014;186(2):674.
13. Schwartz R. Neonatal pre-auricular pits/sinuses: Survey of management strategies by
pediatric otolarynglosits.OJPed.2012;02(02):181-185.
14. G.LEOPARDI, G. CHIARELLA 1, S. CONTI, E. CASSANDR. Surgical treatment of
recurring
preauricular
sinus:
supra-auricular
approach.
ACTA
OTORHINOLARYNGOLOGICA ITALICA. 2008;28:302-5.
15. Mardiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. Majalah Kedokteran Nusantara.
2005;38(4):328-32.

Anda mungkin juga menyukai