Tuberculosis
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK TUTORIAL A-2
Euis Maya Savira 13.072
Andika Achmad 13.071
Irma Rizki Hidayati 13.103
Rahajeng 13.083
Vitria Dwi Ayu 13.050
Kartika Maharani D 13.133
Faiza Supraini 13.044
Rizki Sutrisno 13.080
Elsya Melinda 13.204
Tiara Ayu P 13.201
Christian Rivandika 13.024
Tutor: dr. Irma
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah Tuberculosis ini dapat disusun.
Terima kasih kami ucapkan kepada seluruhnya yang membaca dan menyimak
makalah yang telah kami susun, agar menjadi pengetahuan yang lebih tentang
Tuberculosis dan terima kasih juga kepada dr. Irma selaku tutor A-2 yang
telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Dalam edisi ini, untuk menyajikan yang terbaik bagi pembaca sesuai komitmen
kami, beberapa bagian telah kami upayakan mengumpulkan data-data yang sesuai untuk
disimak.
Namun dengan rendah hati kami senantiasa mengharapkan masukan ide, saran, serta
kritik yang konstruktif yang tentunya akan sangat berharga bagi kami untuk lebih
menyempurnakan lagi segala kekurangan maupun ketidak telitian kami dan atas semua
itu kami dahulukan ucapan terima kasih.
Tim Penyusun
A-2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ..3
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... .4
1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................4
1.2 SKENARIO ..............................................................................................5
1.3 PROBLEM ...............................................................................................7
1.4 HIPOTESIS ..............................................................................................7
1.4 MEKANISME ..........................................................................................7
1.5 I DONT KNOW ......................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................7
2.1 BASIC SCIENCE......................................................................................8
2.1.1 ANATOMI .............................................................................................8
2.2 TUBERCULOSIS.....................................................................................13
2.3 TATA LAKSANA TUBERCULOSIS..21
2.4 TUBERCULOSIS ANAK......................................................................... 25
2.5 TATALAKSANA TUBERCULOSIS ANAK ..........................................26
BAB III PENUTUP .....................................................................................................28
3.1 KESIMPULAN ..........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................29
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberculosis Paru merupakan penyebab
kematian pada semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi. Antara tahun telah
dilakukan survei prevalensi dengan hasil 0,4% - 0,6% penyakit Tuberculosis Paru
menyerang sebagian besar kelompok usia produktif kerja dengan penderita Tuberculosis
Paru.
Tuberkolusis paru masih merupakan problem kesehatan masyarakat terutama pada
Negara yang sedangkan berkembang. Angka kematian sejak mulai berkurang sejak di
terapkan program pengobatan pemberian gizi dan tata cara kehidupan penderita. Keadaan
penderita membaik semenjak di temukankannya streptomisin dan macam obat-obat anti
tuberkulin pada tahun berikutnya.
1.2 SKENARIO
Halaman 1
Tn.Budi berusia 34 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak selama 2 bulan disertai
demam, sering berkeringat di malam hari, nafsu makan menurun dan mengalami penurunan
BB sekitar 7 kg dalam 3 bulan terakhir. Pasien tidak tahu apakah pernah kontak dengan
penderita tbc. Pasien juga menyangkal adanya gejala diabetes mellitus dan gejala penyakit
paru obstruktif kronik. Pasien menyangkal pernah batuk berdarah.
Saat ini, Tn.Budi merokok sebanyak 10-12 batang sehari sejak usia 15 tahun. Kurang
lebih dari setahun yang lalu pasien pernah membuat tato di lengannya. Pasien bekerja sebagai
penjaga di sebuah tempat hiburan malam sejak 10 tahun yang lalu. Kadang-kadang pasien
juga berhubungan sex dengan beberapa perempuan di tempat kerjanya.
Halaman 2
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang dan lemah, kesadaran CM
TB: 165 cm ; BB: 45 kg
Tanda Vital:
Tensi: 100/70 mmHg ; Nadi: 105x/mnt
RR: 26x/mnt ; Suhu: 38,2 C
Kepala, THT dan leher : DBN
Thoraks:
Paru : I = kanan tertinggal saat inspirasi
P = fremitus taktil kanan lebih lemah dari kiri
P = Sonor pada seluruh lapang paru
A = Suara nafa bronkovesikuler diapeks kanan, suara nafas vesikuler di lapang paru
Lainnya, ronki (+) di apkes kanan, tidak ada wheezing
Abdomen dan ekstremitas dalam batas normal
Halaman 3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
5
Hb
: 10,5 mg/dl
Ht
: 30%
Eritrosit
: 4.200.000/mm3
Leukosit
: 10.000/mm3
Trombosit
: 250.000/mm3
LED
: 115 mm/jam
Kimia Darah
SGOT
:30 IU/L
SGPT
:35 IU/L
Ureum
:40 mg/dl
Kreatinin
: 1,2 mg/dl
Rapid test: HIV reactive positif
Saturasi Oksigen : 93%
BTA sputum
SPS: positif 1/1 positif/ positif 5
Rontgen Thoraks
Tampak infiltrate luas di segmen apical lobus kanan.
Halaman 4
Dokter yang bertugas mendiagnosis pasien menderita Tuberkulosis paru BTA (+) lesi luas
kasus baru dengan HIV positif. Terapi yang diberikan 2HRZE/4RH dan ARV. Selain itu
dokter juga memberikan obat golongan hepatoprotektor dan Vitamin B6. Pasien diminta
control 2 minggu lagi. (evaluasi pengobatan, efek samping obat termasuk cek fungsi hati dan
ginjal)
1.3 PROBLEM
1. Apakah lingkungan kerja berpengaruh terhadap kondisi pasien?
2. Apa yang menyebabkan batuknya bertahan selama 2 bulan ?
3. Apa yang menyebabkan sering berkeringat dimalam hari dan demam?
4. Mengapa nafsu makan dan BB pasien terus menurun ?
1.4 HIPOTESIS
1. Tb Paru
2. Keganasan
6
3. HIV/AIDS
1.5 MEKANISME
BAB II PEMBAHASAN
Saluran napas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan alveoli.Didalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat
menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli.Terdapat juga suatu sistem pertahanan
yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik
melalui batuk ataupun bersin.
1. HIDUNG
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum. Rongga hidung dilapisi
sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan
lapisan faring dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.Struktur ini tipis terdiri dari
tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi.
2. FARING
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungan-nya
dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang
Laring (Laring-faringeal).Orofaring adalah bagian dari faring merupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
3. LARING
Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea,
dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
4. EPIGLOTIS
Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah.Epiglottis
ini melekat pada bagian belakang vertebra cartilago thyroideum.
Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.
5. PLICA VOKALIS
Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang terletak di atas
8
ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam cartilago
thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.
Plica vocalis palsu adalah dua lipatan.membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati.
Bagian ini tidak terlibat dalam produksi suara.
6. OTOT-OTOT
Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea,
yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan dan memisahkan plica vocalis.
Otot-otot tersebut di inervasi oleh nervus cranialis X (vagus).
7. FONASI
Suara dihasilkan oleh vibrasi plica vocalis selama ekspirasi.Suara yang dihasilkan
dimodifikasi oleh gerakan palatum molle, pipi, lidah, dan bibir, dan resonansi tertentu
oleh sinus udara cranialis.
8. TRAKEA
Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea
berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran taklengkap
yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.
9. BRONKUS
Percabangan saluran napas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan
dan kiri.Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum
sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus,
bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran napas tidak kolaps
atau kempis sehingga aliran udara lancar.
10. ALVEOLI
Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli.Di sini terjadi pertukaran
oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar
300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter.
9
PARU-PARU
Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran napas dan paruparu
beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya.Di dalam
rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya.Rongga dada dipisahkan dengan rongga
perut oleh diafragma.
10
Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki:
1. Apeks, Apeks paru meluas kedalamleher sekitar 2,5 cm diatas clavicula
2. Permukaan costo vertebra, menempelpada bagian dalam dinding dada
3. Permukaan mediastinal, menempelpada perikardium dan jantung
4. Basis, terletak pada diafragma
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius, dan inferior
sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior.Tiap lobus
dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,
bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli.Diperkirakan bahwa stiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup
luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
Paru-paru dibungkus oleh pleura.Pleura ada yang menempel langsung ke paru,
11
12
2.2 TUBERCULOSIS
A. Pengertian Tuberculosis (TB)
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang bervariasi, akibat
kuman mycobacterium tuberkulosis sistemik sehingga dapat mengenai semua organ
tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh bakteri yaitu mycobacterium tuberculosis.
dapat menyimpulkan bahwa, TB Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
kuman mycobakterium tuberculosis yang menyerang saluran pernafasan terutama
parenkim paru.
B. Klasifikasi Penyakit Tuberculosis
1. TBC Paru
Tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleora (selaput paru).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC paru dibagi dalam:
TBC Paru BTA (+)
TBC Paru BTA (-)
2. TBC Ekstra Paru
Tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya: pleura
(selaput paru), selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendihan, kuilit, usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat kepercayaannya, TBC Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu:
TBC Ekstra Paru Ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudative unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
TBC Ekstra Paru Berat
Misalnya : Meningitis, Perikarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran Kemih dan alat kelamin.
C. Etiologi Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 4 m dan tebal 0,3 0,6 m dan
digolongkan dalam basil tahan asam (BTA).
D. Patofisiologi Penyakit Tuberculosis
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui
system limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri, limfosit specific tuberculosis melisis basil dan jaringan normal,
sehingga mengakibatkan penumpukkan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan
bronkopnemonia. Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup
dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.
Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut
komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa
13
seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa.
Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon inadekuat sistem
imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini
tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian
menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia lebih lanjut.
E. Agent, Host dan Environment Penular Penyakit Tuberculosis
Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan
lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi
(Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara
sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi
yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.
Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang, maka
seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan keseimbangan akan menyebabkan
seseorang sehat atau sakit, penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent
penyebab menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent
penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka
bobot agent penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang
baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah
menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan sakit,
pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :
Agent
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan
termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan
sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae,
Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai
Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan.
Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan
yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Mycobacterium
tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini
melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup
pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun
lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,
karbol dan panas api.
Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain
itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol
80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam.
Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh
dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih
dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat merupakan media
yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk tuberkulosis.
14
16
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Diagnosis TB Ekstra Paru.
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan
bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT. (lihat bagan alur)
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan
penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis atau
efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat (untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma).
K. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan suatu definisi kasus yang
meliputi empat hal, yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit (paru atau ekstra paru);
2. Bakteriologi dilihat dari hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis (BTA positif atau
BTA negatif);
3. Tingkat keparahan penyakit (ringan atau berat);
4. Riwayat pengobatan TB sebelumnya (baru atau sudah pernah diobati).
Manfaat dan tujuan menentukan klasifikasi dan tipe pasien adalah
1. Menentukan paduan pengobatan yang sesuai
2. Registrasi kasus secara benar
3. Menentukan prioritas pengobatan TB BTA positif
4. Analisis kohort hasil pengobatan
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB: Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau didiagnosis oleh
dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif): pasien dengan biakan positif untuk Mycobacterium
tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif.
Kesesuaian paduan dan dosis pengobatan dengan kategori diagnostik sangat diperlukan
untuk:
1. menghindari terapi yang tidak adekuat (undertreatment) sehingga mencegah
timbulnya resistensi.
2. menghindari pengobatan yang tidak perlu (overtreatment) sehingga meningkatkan
pemakaian sumber-daya lebih biaya efektif (cost-effective)
3. mengurangi efek samping.
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1.TB paru. TB paru adalah TB yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. TB ekstra paru. TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
1. TB paru BTA positif
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran TB.
19
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
2. TB paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
a. Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
b. Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran TB.
c. Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
d. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit.
1. TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru
yang luas (misalnya proses far advanced), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat
kelamin.
Catatan:
Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB ekstra paru, maka untuk
kepentingan pencatatan, pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB paru.
Bila seorang pasien dengan TB ekstra paru pada beberapa organ, maka dicatat
sebagai TB ekstra paru pada organ yang penyakitnya paling berat.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi menjadi beberapa tipe
pasien, yaitu:
1) Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB dan telah
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur).
3) Pengobatan setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
4) Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Pindahan (Transfer In)
20
Adalah pasien yang dipindahkan dari sarana pelayanan kesehatan yang memiliki
register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Lain-lain:
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
TB paru BTA negatif dan TB ekstra paru, dapat juga mengalami kambuh, gagal,
default maupun menjadi kasus kronik. Meskipun sangat jarang, harus dibuktikan
L. Pencegahan Penyakit Tuberculosis
Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBC dengan berpola hidup yang
sehat dan teratur. Dengan system pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh
seseorang akan cukup kuat untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai
macam penyakit. Orang yang benar-benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC,
diperkirakan tidak akan mempan dan tidak akan menimbulkan gejala TBC.
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu
yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri
hingga dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen.
2.3 Pengobatan TB
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
Dalam pengobatan TB digunakan OAT dengan jenis, sifat dan dosis sebagaimana pada
Tabel 1
Prinsip pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
21
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
Tahap awal (intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
merekomendasikan
paduan OAT standar, yaitu :
Kategori 1 :
o 2HRZE/4H3R3
o 2HRZE/4HR
o 2HRZE/6HE
Kategori 2 :
o 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
o 2HRZES/HRZE/5HRE
Kategori 3 :
o 2HRZ/4H3R3
o 2HRZ/4HR
o 2HRZ/6HE
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan TB di
Indonesia:
o Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan OAT Sisipan : HRZE dan OAT Anak :
2HRZ/4HR
22
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu
pasien.
Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol
yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti TB (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan
sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan
TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat
dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi
obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
Paduan OAT dan peruntukannya.
1. Kategori-1
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien TB ekstra paru
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3 sebagaimana
dalam Tabel 2
Tabel 2. Dosis paduan OAT KDT Kategori 1
2. Kategori -2
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
23
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3
sebagaimana dalam Tabel 4
Tabel 4. Dosis paduan OAT KDT Kategori 2
Gejala-gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare, benjolan (massa) di rongga perut, dan tandatanda cairan dalam
rongga perut.
Gejala Spesifik :
Gejala-gejala ini biasanya muncul tergantung dari bagian tubuh mana yang terserang,
misalnya:
TB kulit/skrofuloderma
TB tulang dan sendi:
tulang punggung (spondilitis): gibbus
tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul
tulang lutut: pincang dan/atau bengkak
tulang kaki dan tangan
TB otak dan saraf:
Meningitis: dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah-muntah dan kesadaran
menurun.
Gejala mata:
conjunctivitis phlyctenularis
tuberkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)
Menegakan diagnosis TB pada anak
Melalui anamnesis yang cermat dan pemeriksaan jasmani.
Uji Tuberkulin (Tes Mantoux).
Rontgen dada.
Cara Mencegah TB Pada Anak
Imunisasi BCG : -Pada anak < 2 bulan
- Untuk mencegah TB berat
Kemoprofilaksis : - Ada riwayat kontak
- Uji tuberkulin
- INH 5-10 mg/kg/hari
26
1.1 KESIMPULAN
Penyakit Tuberculosis Paru (TB-Paru) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Menurut WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa Tuberculosis Paru merupakan penyebab
kematian pada semua golongan usia dari golongan penyakit infeksi. Antara tahun telah
dilakukan survei prevalensi dengan hasil 0,4% - 0,6% penyakit Tuberculosis Paru
menyerang sebagian besar kelompok usia produktif kerja dengan penderita Tuberculosis
Paru.
Penyakit Tuberculosis Paru adalah suatu penyakit menular, masalah yang terjadi pada
klien pola nafas tidak efektif, resiko penularan terhadap keluarga dan orang lain perlu
mendapat perhatian secara seksama.
DAFTAR PUSTAKA
28
29