Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

MANAJEMEN KAS

OLEH :
LENIE OKVIANA

MAGISTER MANAJEMEN KOMONIKASI BISNIS


UNIVERSITAS GUNADARMA
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH, karena atas berkat dan kehendakNya saya dapat menyelesaikan makalah keuangan tentang manajemen kasdengan
baik.
Makalah ini saya susun selain untuk memenuhi syarat tugas matakuliah
manajemen keuangan juga bertujuan untuk memberikan wawasan para pembaca.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Renny Nuraini selaku dosen
pembimbing dari mata kuliah ini, serta seluruh pihak yang sudah membantu dan
memberikan masukan untuk penyelesaian makalah ini. Terbatasnya pengetahuan dan
sempitnya waktu yang diberikan mungkin menjadikan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sebagai penutup, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.
Terima kasih.
Depok, 29 Mei 2015
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tingkat yang dominan, likuiditasnya perusahaan ditentukan oleh kemampuan
manajer keuangan mengelola arus kas dan surat berharga. Dewasa ini makin banyak
pilihan yang merasakan makin pentingnya manajemen kas terutama dalam hal tingginya
suku bunga untuk kepentingan investasi jangka pendek.
Jika di satu pihak terdapat keharusan menahan sejumlah uang tunai di perusahaan
untuk pembayaran biaya-biaya tertentu, dipihak lain menahan uang tunai yang besar
dikas perusahaan sering dipandang sebagai tindakan yang tidak tepat. Berarti kiatnya
adalah bagi manajer keuangan untuk memiliki jumlah uang tunai yang memadai. Kiat
memadai perlu dikuasai dan didasarkan pada empat motif tertentu, yaitu motif transaksi,
motif berjaga-jaga, motif pemenuhan kebutuhan masa depan dan motif saldo kompensasi.
Pentingnya manajemen surat berharga juga harus mendapatkan perhatian seorang
manajer keuangan karena berbagi bentuk surat berharga itu dapat berperan sebagai
pengganti uang tunai di kas dan sebagai investasi sementara. Oleh karena itu, seorang
manajer keuangan harus memahami betul kriteria yang tepat untuk digunakan dalam
pemilikan berbagai jenis surat berharga, terutama dilihat dari segi risiko pemilikannya,
seperti risiko keuangan, risiko suku bunga, risiko daya beli, risiko mudah tidaknya
dicairkan, beban pajak yang harus dipikul dan hasil bunga relative.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen arus kas merupakan salh
satu kegiatan manajer keuangan yang tidak kalah penting dibandingkan dengan segi-segi
manajemen keuangan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen kas dalam manajemen keuangan?.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana manajemen kas dalam manajemen keuangan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kas


Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar),
yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Kas
yang dibutuhkan perusahaan baik digunakan untuk membiayai operasi perusahaan seharihari (dalam bentuk modal kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat kontinyu
(untuk pembelian bahan baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis
pakai, dll) dan tidak kontinyu. (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb)
Tujuan perusahaan menyimpan/membutuhkan kas (John Maynard Keynes):
a. Kebutuhan kas untuk transaksi (diperlukan dalam pelaksanaan operasi usaha
perusahaan)
b. Kebutuhan kas untuk berjaga-jaga (untuk mengantisipasi aliran kas masuk dan
keluar yang tidak kontinyu dan sulit diperkirakan)
c. Kebutuhan kas untuk berspekulasi.
2.2 Aliran Kas
Dalam perusahaan aliran kas terbagi menjadi : Aliran kas masuk (cash inflow) dan
aliran kas keluar (cash out flow). Aliran kas ada yang kontinyu dan tidak kontinyu
(intermittent).
Aliran kas masuk kontinyu (misalnya hasil penjualan produk secara tunai,
penerimaan piutang. Aliran kas masuk intermittent (misalnya pendapatan dari penyertaan
pemilik perusahaan, penjualan saham, penerimaan kredit dari bank, penjulan AT yang
tdk terpakai).
Aliran kas keluar kontinyu (misalnya kas utk pembelian bahan mentah, gaji
karyawan) Aliran kas keluar intermittent (misalnya pengeluaran untuk pembayaran
dividen, bunga, pembayaran angsuran hutang pembelian kembali saham, pembelian AT).

Gambar 2.1
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Sediaan Kas
Kas adalah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin
tinggi tingkat jumlah kas maka perusahaan semakin likuid (sebaliknya).
Jumlah kas yang paling ideal sampai saat ini belum ada standar umumnya, tetapi telah
terdapat beberapa pedoman untuk menentukan jumlah kas perusahaan. Hal ini
dikemukaan oleh H.G Guthmann bahwa jumlah kas yang ada di perusahaan yang well
finance hendaknya tidak kurang dari 5%-10% dari jumlah aktiva lancar.
Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan salesnya (penjualan). Perbandingan
antara sales dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash
turnover). Makin tinggi turnovernya makin baik Karena berarti makin efisien penggunaan
kasnya.
Seperti halnya sediaan, kas juga memiliki persediaan bersih atau persediaan
minimal yang disebut sebagai safety cash balance (merupakan jumlah kas minimal dari
kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban
finansialnya sewaktu-waktu.

Faktor yang memenuhi besar kecilnya persediaan bersih kas:


1. Perimbangan antara aliran kas masuk dan kas keluar
2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan
3. Adanya hubungan yang baik dengan bank
2.4 Motif Penahanan Kas :
1. Motif Transaksi
Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan transaksi. seperti membayar upah
tenaga kerja, membeli bahan baku, membayar biaya listrik dan lain sebagainya.
2. Motif Berjaga-jaga
Kas diperlukan untuk berjaga-jaga menghadapi ketidakpastian dimasa mendatang.
3. Motif Spekulasi
Kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan karena perubahan harga surat
berharga dan investasi surat berharga.
2.5 Tujuan Manajemen Kas
a. Likuiditas merupakan manajemen harus secara sadar menjaga likuiditas dan
jumlah kas yang harus ada dalam perusahaan.
b.

Earning merupakan tiap pengeluaran perusahaan harus diarahkan untuk


mendapatkan kemungkinan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan kas yang
dikeluarkan. Selain itu manajemen harus menjamin pembayaran dilakukan secara
ekonomis

2.6 Sumber Kas


a. Hasil Penjualan tunai & penerimaan piutang
b. Penjualan aktiva tetap
c. Penjualan atau emisi saham atau adanya penambahan modal oleh pemilik.
d. Pengeluaran tanda bukti hutang (wesel), hutang obligasi, hutang bank dll
e. Penerimaan diluar usaha perusahaan (ex: bunga)
f. Adanya penerimaan kas dari sewa, bunga atau dividen, hadiah, atau restitusi pajak
dari periode sebelumnya.

2.7 Penggunaan Kas


1. Pengeluaran untuk biaya produksi (BBB, BTK, BOP)
2. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek atau jangka
panjang.
3. Pembelian aktiva tetap
4. Pembelian kembali saham yang beredar
5. Pengambilan kas dari perusahaan oleh pemilik
6. Pembayaran hutang jangka pendek atau panjang
7. Pembayaran sewa, bunga, pajak dll
8. Pembelian barang dagangan dengan tunai
9. Pembayaran biaya operasi perusahaan seperti pembayaran gaji, pembelian
supplies kantor, biaya iklan, dll.
10. Pengeluaran kas untuk membayar deviden.
2.8 Transaksi Yang Tidak Mempengaruhi Kas
a. Pembebanan depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible
assets.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang.
c. Pengakuan penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki.
d. Penghentian aktiva tetap
e. Pembayaran stock dividen (pembayaran dividen dalam bentuk saham).
f. Adanya penyisihan atau pembatasan penggunaan laba.
g. Adanya penilaian kembali aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
2.9 Mempercepat Pemasukkan Kas
a. Penjualan kas
b. Potongan kas (Cash Discount)
c. Desentralisasi pusat penerimaan pembayaran
d. Lock-Box System
2.10 Memperlambat Pengeluaran Kas
a.

Pembelian dengan kredit

b.

Memanfaatkan Float

c.

Menggunakan Draft/ Kas Bon

d.

Pembayaran secara sentral

e.

Cek dibayar pada hari tertentu

2.11 Model Saldo Kas / Model Manajemen Kas


1. Model Persediaan (Model Baumol)
William Baumol (1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam
perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas
yang tinggi, perusahaan akan mengalami kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan
dana tersebut pada kesempatan investasi yang lain yang lebih menguntungkan
(sebaliknya).
Konsep pemesanan sediaan yang paling ekonomis (EOQ/Economic Order
Quantity) bertujuan untuk meminimumkan biaya persediaan (biaya simpan dan biaya
pesan).
Persamaan untuk EOQ (Q) = (2oS/C)1/2
Persamaan untuk Kas Optimal (C*) = (2 F D / k ) 1/2
Keterangan :
D = Total jumlah tambahan kas yang diperlukan setiap periode perencanaan (per tahun)
C = Jumlah yang diperoleh dari penjualan sekuritas atau peminjaman (Saldo Kas)
F = Biaya Tetap dari penjualan sekuritas atau peminjaman
k = Tingkat pendapatan bunga yang hilang (biaya kesempatan) karena memegang kas
Biaya Kesempatan = ( C / 2 ) k
Biaya Transaksi = ( D / C ) F
Misalnya kebutuhan kas setiap periodenya selalu sama. Apabila pada awal
periode jumlah kas = Q, maka sedikit demi sedikit saldo kas akan mencapai 0. Pada saat
mencapai 0, perusahaan perlu merubah aktiva lain (misalnya sekuritas) menjadi kas
sebesar Q. Permasalahannya adalah berapa jumlah sekuritas yang harus diubah
menjadi kas setiap kali diperlukan yang akan meminimumkan biaya karena memiliki
kas dan biaya karena merubah sekuritas menjadi kas.

2. Model Miller dan Orr


Miller and Orr mengasumsikan bahwa aliran kass masuk dan keluar tidak konstan
(berfluktuasi). Miller and Orr menentukan batas pengendalian atas dan batas
pengendalian bawah serta saldo kas yang ditargetkan.
Secara diagram

Gambar 2.2
Rumus yang disajikan Miller and Orr
Z = [ (3 o 2)]1/3
o = biaya tetap untuk melakukan transaksi
2 = variance arus kas masuk bersih harian
i = bunga harian untuk investssi pada sekuritas
a. Asumsi Miller dan Orr
1. Aliran kas harian random dan sulit diramalkan,
2. Transfer dari dan ke sekuritas cepat,
3. Tren musiman dan siklis tidak dipertimbangkan ,
4. Biaya pembelian dan penjualan sekuritas tetap,
5. Struktur termin tingkat bunga flat dan tingkat bunga tidak berubah.
3. Model Stone
Model Stone mirip dengan Miller dan Orr akan tetapi lebih memberikan perhatian
pada manajemen saldo kas daripada penentuan ukuran transaksi kas yang optimal. Ketika
saldo mencapai batas pengendalian tertinggi atau batas pengendalian terendah tidak
secara otomatis akan melakukan investasi atau disinvestasi sekuritas tetapi melihat
terlebih dahulu harapan adanya aliaran kas masuk/keluar beberapa hari yang akan datang.

Secara diagram Model stone sebagai berikut

Gambar 2.3
a. Diagram diatas menjelaskan terdapatnya batas pengendalian atas (h) dan batas
pengendalian bawah (o) dalam model stone disebut sebagai batas pengendalian
luar. Sedangkan h-x dan o+x disebut sebagai batas pengendalian dalam.
b. Apabila saldo kas mencapai titik a (batas pengendalain atas luar) perusahaan
harus melihat aliran kas pada beberapa hari yang akan datang untuk
memperkirakan apakah saldo kas akan kembali bergerak ke dalam batas
pengendalian atas dalam. Apabila saldo kas menuju titik c maka perusahaan tidak
perlu melakukan investasi. Tetapi bila saldo kas menuju titik b perusahaan perlu
melakukan investasi.
c. Begitu pula bila saldo kas menuju titik f perusahaan perlu melihat aliran kas pada
beberapa hari yang akan datang untuk memperkirakan apakah saldo kas akan
kembali bergerak ke dalam batas pengendalian atas dalam. Apabila saldo kas
menuju titik d maka perusahaan tidak perlu melakukan disinvestasi. Tetapi bila
saldo kas menuju titik b perusahaan perlu melakukan disinvestasi sekuritas.

2.12 Anggaran Kas (Budget Kas)


Anggaran kas adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu
yang akan datang. Hal ini penting karena berkaitan dengan likuiditas perusahaan, juga
akan diketahui kapan perusahaan mengalami defisit dan kapan surplus.
Budget kas dapat dibedakan dalam dua bagian:
1. Estimasi penerimaan kas yang berasal dari : hasil penjualan tunai, piutang yang
terkumpul, penerimaan bunga dividen, hasil penjualan aktiva tetap, dan
penerimaan lain
2. Estimasi pengeluaran kas : pembelian bahan mentah, pembayaran utang-utang,
pembayaran upah buruh, pembayaran bunga, dividen, pajak, dll
Tujuan penyusunan anggaran kas bagi pimpinan perushaan adalah mengetahui :
1. Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasinya perusahaan
2. Kemungkinan adanya surplus dan defisit karena rencana operasi perusahaan
3. Besarnya dana beserta saat/kapan dana tersebut dibutuhkan untuk menutup defisit
kas
4. Saat kapan kredit dibayar kembali.
Tahap penyusunan budget kas:
1. Penyususun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasionil
perusahaan (transaksinya adalah transaksi operasional).
2. Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit dari bank atau
sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena
rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasi pembayaran bunga kredit
tersebut beserta waktu pembayarannya kembali (transaksinya adalah transaksi
finansial).
3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah
adanya transaksi finansil dan budget kas yang final ini merupakan gabungan dari
transaksi operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi
penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan.

BAB III
ANALISIS KASUS
3. 1. Profil Perusahaan PT Visi Media Asia (VIVA), Tbk
Visi Media Asia (VIVA) adalah perusahaan konvergensi media terkemuka di
Indonesia yang berdiri pada tahun 2004. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di BEI
dengan kode saham VIVA pada November 2011. Dalam menjalankan usahanya, VIVA
secara inovatif telah menerapkan strategi Tiga Pilar yang terbukti mampu meningkatkan
kinerja VIVA secara signifikan.
Sesuai dengan strategi micro-targetting, VIVA melalui entitas anak perusahaannya
senantiasa melayani pemirsanya melalui penyediaan konten berita, olahraga, dan gaya
hidup yang didesain secara khusus sesuai dengan target pemirsa masing-masing entitas
anak perusahaan. Program atau konten yang telah disesuaikan terhadap masing-masing
target pemirsa terbukti bukan saja memberikan nilai tambah kepada pemirsanya tetapi
memiliki nilai jual yang tinggi kepada pengiklan.
3.2 Kasus utang Viva , Tbk (mulai 2013-2015) serta penanganannya
IRabu, 2 Oktober 2013 12:53 http://www.merdeka.com/
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) akan melunasi utang di luar perbankan yang
tercatat sebesar Rp 150 miliar untuk 2 unit anak usahanya yaitu antv dan tvOne.
Sedangkan untuk Vivanews.com utangnya tercatat Rp 300 juta.
Direktur Keuangan VIVA Charlie Kasim mengatakan saat ini perseroan tengah
mencari pinjaman sebesar USD 90 juta. Pinjaman itu akan digunakan perseroan untuk
membayar utang perusahaan yang akan jatuh tempo pada Februari 2014 mendatang.
"Selain utang Deutche Bank senilai USD 80 juta, kami juga akan lunasi utang sama anak
usaha, yang pasti semua disesuaikan sama kebutuhan, kita mau minjem harus ada return
yang jelas," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) VIVA di
Gedung

antv, Jakarta,

Rabu

(2/10).

Menurutnya,

perseroan

membuka

segala

kemungkinan kepada perbankan baik lokal maupun asing untuk bersedia memberikan
pinjaman untuk jangka panjang pinjaman 4 tahun

"Kami akan mencari pinjaman jangka panjang dengan bunga di bawah 9 persen.
Kita berusaha mencari pinjaman baik Dolar maupun Rupiah tapi prefer ke
Rupiah," jelas dia.
Sebagai informasi, semester I 2013 VIVA mencatatkan pendapatan tumbuh
sebesar 32,2 persen dari Rp 545,9 miliar pada semester I 2012 menjadi Rp 721,8 miliar.
EBITDA melonjak dari Rp 133,1 miliar pada semester I 2012 menjadi Rp 230,9 miliar.
Dengan demikian margin EBITDA semester I 2013 mencapai 32 persen atau melonjak
dari 24,4 persen pada semester I 2012.
Lonjakan

EBITDA

ini

dipicu

oleh

stabilnya

biaya

program

dan broadcast sehingga rasio beban P&B terhadap pendapatan menurun dari 33,5 persen
menjadi 28,4 persen. Dengan adanya lonjakan EBITDA ini maka laba bersih semester I
2013 mengalami lonjakan yang cukup tinggi hingga 61,3 persen dari Rp 17,3 miliar
menjadi Rp 27,9 miliar.
II (Penyelesaian)
28 Februari 2014 12:53 http://www.merdeka.com/
Induk usaha antv yakni PT Intermedia Capital Tbk (IMC) akan menawarkan
saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme Initial Public Offering
(IPO) pada akhir Maret 2014.
Jumlah saham yang ditawarkan, 294.116.000 saham baru dan 294.116.000 saham
divestasi milik PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Totalnya, 15 persen saham dengan harga
di kisaran Rp 1.380 hingga Rp 1.930 per saham.
"7,5 persen saham baru dan 7,5 persen saham lama," kata Direktur Utama PT Visi
Media Asia Tbk (VIVA) Erick Thohir di Hotel Four Seasons, Jakarta, Jumat
(28/2)
Masa penawaran umum saham IMC direncanakan 28 Februari 2014 hingga 7
Maret 2014. Bertindak sebagai penjamin emisi adalah PT Ciptadana Securities dan PT
Sinarmas Sekuritas.
Erick mengatakan, langkah go public ini dilakukan sebelum pelaksanaan Pemilu
dan gelaran Piala Dunia. "Kami lakukan IPO ini sebelum dimulainya Piala Dunia supaya

masyarakat investor bisa ikut menikmati peningkatan penjualan dari masa Pemilu dan
Piala Dunia," kata Erick.
Dana IPO ini rencananya akan digunakan untuk belanja infrastruktur, pembayaran
utang VIVA, dan modal kerja. Di akhir 2013, total utang VIVA turun dari Rp 300 miliar
menjadi Rp 58 miliar.
Bertindak sebagai penjamin emisi adalah PT Ciptadana Securities dan PT
Sinarmas Sekuritas. Penawaran awal dilakukan pada 28 Februari - 7 Maret 2014,
Penawaran Umum 20-21 Maret 2014, Penjatahan 25 Maret 2014 dan listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) 27 Maret 2014.
IMC memiliki 99,99 persen saham antv. Selama tiga tahun terakhir, pendapatan
IMC konsisten tumbuh, dari Rp 440,2 miliar menjadi Rp 486,3 miliar (2012). Tahun lalu,
hingga September 2013, pendapatan IMC mencapai Rp 633,2 miliar. Jumlah ini melonjak
36,2 persen dibanding periode sama 2012 sebesar Rp 464,8 miliar (year on year).
Sementara untuk laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA),
bila pada 2010 masih sebesar Rp 52,8 miliar, hingga September 2013 berhasil
membukukan Rp 199,8 miliar. Laba bersih juga naik dari Rp 48,3 miliar di 2010
melonjak menjadi Rp 89 miliar (September 2013).
Aset IMC juga diklaim terus tumbuh. Bila pada 2009 masih Rp 772,2 miliar,
September 2013 sudah mencapai Rp 1,014 triliun.
III VIVA: Batal Obligasi, Visi Media Cari Pinjaman US$ 195 Juta
20 APR 2015 http://www.seputarforex.com
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), perusahaan media milik Grup Bakrie,
membatalkan rencana emisi obligasi. Perseroan lebih memilih pinjaman sindikasi bank
senilai US$ 195 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Perseroan akan menggunakan pinjaman bank untuk melunasi (refinancing)
utang. Rencana itu ditargetkan terealisasi pada kuartal II tahun ini.
Wakil Direktur Utama Visi Media R Bismarka Kurniawan mengatakan, perseroan
beralih ke opsi syndication loan, karena tingkat bunga lebih rendah. Kami lihat rata-rata
bunga obligasi sekitar 13%, dibandingkan pinjaman dolar yang satu digit, kata dia di
Jakarta, baru-baru ini.

Meski mengalihkan pendanaan dari obligasi menjadi pinjaman bank, dia


mengatakan, nilainya akan tetap sama US$ 195 juta. 'Nilainya sama saja dengan
rencana obligasi yang sebelumnya, karena dana untuk refinancing pinjaman yang
sekarang tinggal US$ 195 juta,' papar Bismarka.
Pinjaman induk usaha TvOne dan ANTV itu diperoleh dari Credit Suisse pada
November 2013 dengan nilai awal US$ 220 juta. Kala itu, transaksi juga dilangsungkan
untuk refinancing utang kepada Deutsche Bank AG cabang Hong Kong. Pinjaman
tersebut bertenor empat tahun dengan bunga 8% per tahun.
Dia menambahkan, perseroan optimistis mendapatkan tawaran bunga yang lebih
kompetitif kali ini. Hal itu didukung atas keberhasilan dalam mencatatkan pertumbuhan
kinerja keuangan tahun lalu. Pertumbuhan pendapatan sepanjang 2014 sebesar
34,73% berada di posisi tiga kali lipat di atas pertumbuhan industri yakni 10,8%.
'Ketika kami mendapatkan pinjaman dari Credit Suisse dikenakan bunga 8%.
Melihat per forma perseroan lebih baik tahun ini, seharusnya bisa mendapatkan bunga
lebih murah,' tutur Bismarka.
Dia pun menyebutkan, perseroan menargetkan penghimpunan dana ini terealisasi
pada kuartal II-2015. Namun, pihaknya belum bersedia merinci jumlah bank yang akan
ber tindak sebagai kreditor dalam transaksi tersebut.
Neil Tobing menambahkan, satu bank asing telah menyatakan minat untuk
menjadi lead arranger dalam transaksi tersebut. 'Saat ini, sudah ada satu bank asing yang
tertarik menjadi arranger sekaligus jadi kreditur biasanya langsung 50% dari total
pinjaman,' kata dia.
Sementara itu, rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan pekan
lalu menyetujui penjaminan asset (blanket approval) oleh perseroan. Hal tersebut
menunjukkan keseriusan perseroan untuk meggalang dana melalui opsi syndication loan.
RUPST juga menyetujui untuk tidak membagikan dividen tahun buku 2014.
Seluruh laba akan dialokasikan guna memperkuat modal perseroan. Tahun ini,
perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 500600 miliar dari kas internal. Sesuai rencana, mayoritas capex bakal dialokasikan untuk
produksi inhouse yang dimiliki perseroan.

Tahun lalu, Visi Media membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 34,73%


menjadi Rp 2,25 triliun dibandingkan setahun sebelumnya Rp 1,67 triliun.
Kenaikan tersebut disebabkan naiknya perolehan pendapatan dari iklan sebesar
44,23% dari Rp 1,56 triliun pada 2013 menjadi Rp 2,25 triliun per 31 Desember
2014. Pendapatan dari iklan memang tercatat menyumbang kontribusi terbesar
yakni mencapai 99,82% dari total pendapatan perseroan.
Sedangkan porsi pendapatan yang berasal dari pendapatan non-iklan
berada di bawah 1%. Laba bersih tumbuh 34,02% dari Rp 107,39 miliar pada 2013
menjadi Rp 143,93 miliar pada 2014
a. KESIMPULAN KASUS DIATAS:
Perusahaan berhasil mengelola kas dengan baik sebagai indikatornya adalah naik nya
jumlah laba pada tahun 2014 dan mampu melunasi hutangnya. Hal ini terjadi karena
perusahaan tersebut berhasil memanfaatkan momentum Piala Dunia dan Politik sehingga
pendapatan bertambah.

3.3 Laporan Posisi Keuangan

3.4 Analisis Rasio Keuangan (tambahan)


Perhitungan dan analisis rasio keuangan secara time series analysis menurut
Martono (2007:55-60) dibedakan menjadi beberapa jenis rasio, yaitu:
A. Rasio Likuiditas
1. Current Ratio
= (Aktiva Lancar/Hutang Lancar)x 100%
Tahun 2014
CR
= (3.309.846.013/1.042.888.440) = 3,17x100% = 317%
Tahun 2013
CR
= (2.509.765.411 / 371.756.913 )=6,75x100% =675%
Kesimpulan : . Kinerja keuangan dikatakan bagus jika current rationya
adalah 200% sedangkan PT. VISI ASIA MEDIA Tbk. 317% atau setiap Rp. 1
hutang lancar dijamin oleh Rp.3,17 aktiva lancar. Perbandingannya 3,17: 1.
Namun jika dibandingkan dengan current rasio tahun 2013, perusahaan ini
mengalami penurunan. Dalam hal ini tahun 2014 hutang jangka pendek
perusahaan naik 3 kali liat.
2. Quick Ratio
Tahun 2014

= ((Aktiva Lancar persediaan) / Hutang Lancar) x 100%


= (3.309.846.013 1.240.707.619) / 1.042.888.440) x 100%
= 1,98 x 100%
= 198 %

Tahun 2013
= (2.509.765.411 842.975.195) / 371.756.913) x 100%
= 4,48x 100%
= 448 %
Kesimpulan : rata-rata industry tingkat liquidnya quick ratio adalah 0,5 kali
sedangkan PT. VISI ASIA MEDIA Tbk. 1,98 maka keadaannya sangat baik
karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi
persediaan.
B. Rasio Solvabilitas
1. Total Debt to Equity Ratio = ( Total kewajiban / Ekuitas ) x 100%
Tahun 2014
= (3.361.166.929 / 2.620.214.102) x 100%
= 1,28 x 100% = 128%
Tahun 2013

= (3.216.308.025 / 2.086.775.486) x 100%


= 1,49 x 100% = 149%
Kesimpulan : Perusahaan dibiayai oleh hutang 128% untuk tahun 2014 atau
untuk setiap Rp. 1,28 kewajiban dijamin oleh Rp 1 Ekuitas perusahaan.

2. Total Debt to Asset Ratio = ( Total hutang/Total Aktiva) x 100%


Tahun 2014
= (3.361.166.929 /5.981.381.031)x100%
= 0,56 x 100% = 56%
Tahun 2013

= (3.216.308.025/ 5.303.083.511) x 100%


= 0,60x 100% = 60%
Kesimpulan : Pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang untuk tahun
2014: artinya bahwa setiap Rp. 100,- pendanaan perusahaan, Rp. 56,- dibiayai
dengan utang dan Rp. 44,- disediakan oleh pemegang saham. Pada tahun 2013
pendanaan perusahaan yang dibiayai hutang sebesar Rp.60,-.
C. Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas
1. Gross Profit Marginal
= (Laba Kotor/Pendapatan) x 100%
Tahun 2014
= (1.089.650.322/1.752.772.874) x 100%
= 0,62x 100% = 62%
Tahun 2013
= (785.027.787/1.138.683.955) x 100%
= 0,68x 100% = 68%
Kesimpulan : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari
penjualan bersih tahun adalah sebesar 62% sedangkan untuk tahun 2013
sebesar 68%.
2. Net Profit Margin

= (Laba Setelah pajak/Pendapatan) x 100%


Tahun 2014
= (130.747.279/ 1.752.772.874) x 100%
= 0,07 x 100% = 7%
Tahun 2013
= (22.399.073/1.138.683.955) x100%
= 0,019 x100% =1%
Kesimpulan : Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari
penjualan bersih tahun 2014 adalah sebesar 7% sedangkan tahun 2013 sebesar
1%

3. Operating Profit Margin = ( Laba Usaha/pendapatan) x 100%

Tahun 2014

= (540.845.817/1.752.772.874) x 100%
= 0,31 x 100% = 31%
Tahun 2013
= (324.803.729 /1.138.683.955) x 100%
= 0,28 x 100% = 28%
Kesimpulan: Operating profit margin mencerminkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh
setiap rupiah dari pendapatan.
D. Return on Investment
1. Return on Equity
Tahun 2014

= (Laba Bersih / Total Ekuitas) x 100%


= (130.747.279/ 2.620.214.102) x 100%

= 0,05 x 100% = 5%
Tahun 2013
2. Return on Asset

Tahun 2014
Tahun 2013

= (22.399.073/ 2.086.775.486) x 100%


= 0,01x 100% = 1%
= (Laba Bersih setelah pajak /total aktiva) x 100%
= (130.747.279/ 5.981.381.031) x 100%
= 0,02x 100% = 2%
= (22.399.073/ 5.303.083.511) x 100%
= 0,0042 100% = 0,42%

Tabel 3.1 Analisis Rasio Keuangan

Rasio Keuangan
CR
QR
GPM
NPM
Rasio Profitabilitas
ROE
ROA
DAR
Rasio Solvabilitas
DER
Rasio Likuiditas

Tahun
2014
317%
198%
62%
7%
5%
2%
56%
128%

2013
675%
448%
68%
1%
1%
0,42%
60%
149%

Rata-Rata
496%
422%
65%
4%
3%
1,21%
58%
138,5%

3.5 Lampiran Contoh Kasus Perusahaan dengan masing-masing model Manajemen


Kas
Contoh dengan Model Baumol

2. Contoh Soal dengan Model Miller dan Orr

3. contoh soal lain

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pada tingkat yang dominan, likuiditasnya perusahaan ditentukan oleh kemampuan
manajer keuangan mengelola arus kas dan surat berharga Perusahaan berhasil mengelola
kas dengan baik sebagai indikatornya adalah naik nya jumlah laba pada tahun 2014 dan
mampu melunasi hutangnya. Hal ini terjadi karena perusahaan tersebut berhasil
memanfaatkan momentum Piala Dunia dan Politik sehingga pendapatan bertambah.
Oleh karena itu, seorang manajer keuangan harus memahami betul kriteria yang tepat
untuk digunakan dalam pemilikan berbagai jenis surat berharga, terutama dilihat dari segi
risiko pemilikannya, seperti risiko keuangan, risiko suku bunga, risiko daya beli, risiko
mudah tidaknya dicairkan, beban pajak yang harus dipikul dan hasil bunga relative.

DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P. 2001. Audit Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara

Modul:
http://syntha_n.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/34964/manajemen-kas.pdf
http://wihandaru.staff.umy.ac.id/files/2013/08/C19-Manajemen-Kas-Surat-BerhargaManajemen-Keuangan-I.pdf
http://www.seputarforex.com
http://merdeka.com

Anda mungkin juga menyukai