MANAJEMEN KAS
OLEH :
LENIE OKVIANA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada ALLAH, karena atas berkat dan kehendakNya saya dapat menyelesaikan makalah keuangan tentang manajemen kasdengan
baik.
Makalah ini saya susun selain untuk memenuhi syarat tugas matakuliah
manajemen keuangan juga bertujuan untuk memberikan wawasan para pembaca.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.Renny Nuraini selaku dosen
pembimbing dari mata kuliah ini, serta seluruh pihak yang sudah membantu dan
memberikan masukan untuk penyelesaian makalah ini. Terbatasnya pengetahuan dan
sempitnya waktu yang diberikan mungkin menjadikan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sebagai penutup, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca.
Terima kasih.
Depok, 29 Mei 2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tingkat yang dominan, likuiditasnya perusahaan ditentukan oleh kemampuan
manajer keuangan mengelola arus kas dan surat berharga. Dewasa ini makin banyak
pilihan yang merasakan makin pentingnya manajemen kas terutama dalam hal tingginya
suku bunga untuk kepentingan investasi jangka pendek.
Jika di satu pihak terdapat keharusan menahan sejumlah uang tunai di perusahaan
untuk pembayaran biaya-biaya tertentu, dipihak lain menahan uang tunai yang besar
dikas perusahaan sering dipandang sebagai tindakan yang tidak tepat. Berarti kiatnya
adalah bagi manajer keuangan untuk memiliki jumlah uang tunai yang memadai. Kiat
memadai perlu dikuasai dan didasarkan pada empat motif tertentu, yaitu motif transaksi,
motif berjaga-jaga, motif pemenuhan kebutuhan masa depan dan motif saldo kompensasi.
Pentingnya manajemen surat berharga juga harus mendapatkan perhatian seorang
manajer keuangan karena berbagi bentuk surat berharga itu dapat berperan sebagai
pengganti uang tunai di kas dan sebagai investasi sementara. Oleh karena itu, seorang
manajer keuangan harus memahami betul kriteria yang tepat untuk digunakan dalam
pemilikan berbagai jenis surat berharga, terutama dilihat dari segi risiko pemilikannya,
seperti risiko keuangan, risiko suku bunga, risiko daya beli, risiko mudah tidaknya
dicairkan, beban pajak yang harus dipikul dan hasil bunga relative.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manajemen arus kas merupakan salh
satu kegiatan manajer keuangan yang tidak kalah penting dibandingkan dengan segi-segi
manajemen keuangan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana manajemen kas dalam manajemen keuangan?.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana manajemen kas dalam manajemen keuangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 2.1
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Sediaan Kas
Kas adalah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin
tinggi tingkat jumlah kas maka perusahaan semakin likuid (sebaliknya).
Jumlah kas yang paling ideal sampai saat ini belum ada standar umumnya, tetapi telah
terdapat beberapa pedoman untuk menentukan jumlah kas perusahaan. Hal ini
dikemukaan oleh H.G Guthmann bahwa jumlah kas yang ada di perusahaan yang well
finance hendaknya tidak kurang dari 5%-10% dari jumlah aktiva lancar.
Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan salesnya (penjualan). Perbandingan
antara sales dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash
turnover). Makin tinggi turnovernya makin baik Karena berarti makin efisien penggunaan
kasnya.
Seperti halnya sediaan, kas juga memiliki persediaan bersih atau persediaan
minimal yang disebut sebagai safety cash balance (merupakan jumlah kas minimal dari
kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban
finansialnya sewaktu-waktu.
b.
Memanfaatkan Float
c.
d.
e.
Gambar 2.2
Rumus yang disajikan Miller and Orr
Z = [ (3 o 2)]1/3
o = biaya tetap untuk melakukan transaksi
2 = variance arus kas masuk bersih harian
i = bunga harian untuk investssi pada sekuritas
a. Asumsi Miller dan Orr
1. Aliran kas harian random dan sulit diramalkan,
2. Transfer dari dan ke sekuritas cepat,
3. Tren musiman dan siklis tidak dipertimbangkan ,
4. Biaya pembelian dan penjualan sekuritas tetap,
5. Struktur termin tingkat bunga flat dan tingkat bunga tidak berubah.
3. Model Stone
Model Stone mirip dengan Miller dan Orr akan tetapi lebih memberikan perhatian
pada manajemen saldo kas daripada penentuan ukuran transaksi kas yang optimal. Ketika
saldo mencapai batas pengendalian tertinggi atau batas pengendalian terendah tidak
secara otomatis akan melakukan investasi atau disinvestasi sekuritas tetapi melihat
terlebih dahulu harapan adanya aliaran kas masuk/keluar beberapa hari yang akan datang.
Gambar 2.3
a. Diagram diatas menjelaskan terdapatnya batas pengendalian atas (h) dan batas
pengendalian bawah (o) dalam model stone disebut sebagai batas pengendalian
luar. Sedangkan h-x dan o+x disebut sebagai batas pengendalian dalam.
b. Apabila saldo kas mencapai titik a (batas pengendalain atas luar) perusahaan
harus melihat aliran kas pada beberapa hari yang akan datang untuk
memperkirakan apakah saldo kas akan kembali bergerak ke dalam batas
pengendalian atas dalam. Apabila saldo kas menuju titik c maka perusahaan tidak
perlu melakukan investasi. Tetapi bila saldo kas menuju titik b perusahaan perlu
melakukan investasi.
c. Begitu pula bila saldo kas menuju titik f perusahaan perlu melihat aliran kas pada
beberapa hari yang akan datang untuk memperkirakan apakah saldo kas akan
kembali bergerak ke dalam batas pengendalian atas dalam. Apabila saldo kas
menuju titik d maka perusahaan tidak perlu melakukan disinvestasi. Tetapi bila
saldo kas menuju titik b perusahaan perlu melakukan disinvestasi sekuritas.
BAB III
ANALISIS KASUS
3. 1. Profil Perusahaan PT Visi Media Asia (VIVA), Tbk
Visi Media Asia (VIVA) adalah perusahaan konvergensi media terkemuka di
Indonesia yang berdiri pada tahun 2004. Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di BEI
dengan kode saham VIVA pada November 2011. Dalam menjalankan usahanya, VIVA
secara inovatif telah menerapkan strategi Tiga Pilar yang terbukti mampu meningkatkan
kinerja VIVA secara signifikan.
Sesuai dengan strategi micro-targetting, VIVA melalui entitas anak perusahaannya
senantiasa melayani pemirsanya melalui penyediaan konten berita, olahraga, dan gaya
hidup yang didesain secara khusus sesuai dengan target pemirsa masing-masing entitas
anak perusahaan. Program atau konten yang telah disesuaikan terhadap masing-masing
target pemirsa terbukti bukan saja memberikan nilai tambah kepada pemirsanya tetapi
memiliki nilai jual yang tinggi kepada pengiklan.
3.2 Kasus utang Viva , Tbk (mulai 2013-2015) serta penanganannya
IRabu, 2 Oktober 2013 12:53 http://www.merdeka.com/
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) akan melunasi utang di luar perbankan yang
tercatat sebesar Rp 150 miliar untuk 2 unit anak usahanya yaitu antv dan tvOne.
Sedangkan untuk Vivanews.com utangnya tercatat Rp 300 juta.
Direktur Keuangan VIVA Charlie Kasim mengatakan saat ini perseroan tengah
mencari pinjaman sebesar USD 90 juta. Pinjaman itu akan digunakan perseroan untuk
membayar utang perusahaan yang akan jatuh tempo pada Februari 2014 mendatang.
"Selain utang Deutche Bank senilai USD 80 juta, kami juga akan lunasi utang sama anak
usaha, yang pasti semua disesuaikan sama kebutuhan, kita mau minjem harus ada return
yang jelas," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) VIVA di
Gedung
antv, Jakarta,
Rabu
(2/10).
Menurutnya,
perseroan
membuka
segala
kemungkinan kepada perbankan baik lokal maupun asing untuk bersedia memberikan
pinjaman untuk jangka panjang pinjaman 4 tahun
"Kami akan mencari pinjaman jangka panjang dengan bunga di bawah 9 persen.
Kita berusaha mencari pinjaman baik Dolar maupun Rupiah tapi prefer ke
Rupiah," jelas dia.
Sebagai informasi, semester I 2013 VIVA mencatatkan pendapatan tumbuh
sebesar 32,2 persen dari Rp 545,9 miliar pada semester I 2012 menjadi Rp 721,8 miliar.
EBITDA melonjak dari Rp 133,1 miliar pada semester I 2012 menjadi Rp 230,9 miliar.
Dengan demikian margin EBITDA semester I 2013 mencapai 32 persen atau melonjak
dari 24,4 persen pada semester I 2012.
Lonjakan
EBITDA
ini
dipicu
oleh
stabilnya
biaya
program
dan broadcast sehingga rasio beban P&B terhadap pendapatan menurun dari 33,5 persen
menjadi 28,4 persen. Dengan adanya lonjakan EBITDA ini maka laba bersih semester I
2013 mengalami lonjakan yang cukup tinggi hingga 61,3 persen dari Rp 17,3 miliar
menjadi Rp 27,9 miliar.
II (Penyelesaian)
28 Februari 2014 12:53 http://www.merdeka.com/
Induk usaha antv yakni PT Intermedia Capital Tbk (IMC) akan menawarkan
saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme Initial Public Offering
(IPO) pada akhir Maret 2014.
Jumlah saham yang ditawarkan, 294.116.000 saham baru dan 294.116.000 saham
divestasi milik PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Totalnya, 15 persen saham dengan harga
di kisaran Rp 1.380 hingga Rp 1.930 per saham.
"7,5 persen saham baru dan 7,5 persen saham lama," kata Direktur Utama PT Visi
Media Asia Tbk (VIVA) Erick Thohir di Hotel Four Seasons, Jakarta, Jumat
(28/2)
Masa penawaran umum saham IMC direncanakan 28 Februari 2014 hingga 7
Maret 2014. Bertindak sebagai penjamin emisi adalah PT Ciptadana Securities dan PT
Sinarmas Sekuritas.
Erick mengatakan, langkah go public ini dilakukan sebelum pelaksanaan Pemilu
dan gelaran Piala Dunia. "Kami lakukan IPO ini sebelum dimulainya Piala Dunia supaya
masyarakat investor bisa ikut menikmati peningkatan penjualan dari masa Pemilu dan
Piala Dunia," kata Erick.
Dana IPO ini rencananya akan digunakan untuk belanja infrastruktur, pembayaran
utang VIVA, dan modal kerja. Di akhir 2013, total utang VIVA turun dari Rp 300 miliar
menjadi Rp 58 miliar.
Bertindak sebagai penjamin emisi adalah PT Ciptadana Securities dan PT
Sinarmas Sekuritas. Penawaran awal dilakukan pada 28 Februari - 7 Maret 2014,
Penawaran Umum 20-21 Maret 2014, Penjatahan 25 Maret 2014 dan listing di Bursa
Efek Indonesia (BEI) 27 Maret 2014.
IMC memiliki 99,99 persen saham antv. Selama tiga tahun terakhir, pendapatan
IMC konsisten tumbuh, dari Rp 440,2 miliar menjadi Rp 486,3 miliar (2012). Tahun lalu,
hingga September 2013, pendapatan IMC mencapai Rp 633,2 miliar. Jumlah ini melonjak
36,2 persen dibanding periode sama 2012 sebesar Rp 464,8 miliar (year on year).
Sementara untuk laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA),
bila pada 2010 masih sebesar Rp 52,8 miliar, hingga September 2013 berhasil
membukukan Rp 199,8 miliar. Laba bersih juga naik dari Rp 48,3 miliar di 2010
melonjak menjadi Rp 89 miliar (September 2013).
Aset IMC juga diklaim terus tumbuh. Bila pada 2009 masih Rp 772,2 miliar,
September 2013 sudah mencapai Rp 1,014 triliun.
III VIVA: Batal Obligasi, Visi Media Cari Pinjaman US$ 195 Juta
20 APR 2015 http://www.seputarforex.com
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), perusahaan media milik Grup Bakrie,
membatalkan rencana emisi obligasi. Perseroan lebih memilih pinjaman sindikasi bank
senilai US$ 195 juta atau sekitar Rp 2,5 triliun.
Perseroan akan menggunakan pinjaman bank untuk melunasi (refinancing)
utang. Rencana itu ditargetkan terealisasi pada kuartal II tahun ini.
Wakil Direktur Utama Visi Media R Bismarka Kurniawan mengatakan, perseroan
beralih ke opsi syndication loan, karena tingkat bunga lebih rendah. Kami lihat rata-rata
bunga obligasi sekitar 13%, dibandingkan pinjaman dolar yang satu digit, kata dia di
Jakarta, baru-baru ini.
Tahun 2013
= (2.509.765.411 842.975.195) / 371.756.913) x 100%
= 4,48x 100%
= 448 %
Kesimpulan : rata-rata industry tingkat liquidnya quick ratio adalah 0,5 kali
sedangkan PT. VISI ASIA MEDIA Tbk. 1,98 maka keadaannya sangat baik
karena perusahaan dapat membayar hutang walaupun sudah dikurangi
persediaan.
B. Rasio Solvabilitas
1. Total Debt to Equity Ratio = ( Total kewajiban / Ekuitas ) x 100%
Tahun 2014
= (3.361.166.929 / 2.620.214.102) x 100%
= 1,28 x 100% = 128%
Tahun 2013
Tahun 2014
= (540.845.817/1.752.772.874) x 100%
= 0,31 x 100% = 31%
Tahun 2013
= (324.803.729 /1.138.683.955) x 100%
= 0,28 x 100% = 28%
Kesimpulan: Operating profit margin mencerminkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh
setiap rupiah dari pendapatan.
D. Return on Investment
1. Return on Equity
Tahun 2014
= 0,05 x 100% = 5%
Tahun 2013
2. Return on Asset
Tahun 2014
Tahun 2013
Rasio Keuangan
CR
QR
GPM
NPM
Rasio Profitabilitas
ROE
ROA
DAR
Rasio Solvabilitas
DER
Rasio Likuiditas
Tahun
2014
317%
198%
62%
7%
5%
2%
56%
128%
2013
675%
448%
68%
1%
1%
0,42%
60%
149%
Rata-Rata
496%
422%
65%
4%
3%
1,21%
58%
138,5%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada tingkat yang dominan, likuiditasnya perusahaan ditentukan oleh kemampuan
manajer keuangan mengelola arus kas dan surat berharga Perusahaan berhasil mengelola
kas dengan baik sebagai indikatornya adalah naik nya jumlah laba pada tahun 2014 dan
mampu melunasi hutangnya. Hal ini terjadi karena perusahaan tersebut berhasil
memanfaatkan momentum Piala Dunia dan Politik sehingga pendapatan bertambah.
Oleh karena itu, seorang manajer keuangan harus memahami betul kriteria yang tepat
untuk digunakan dalam pemilikan berbagai jenis surat berharga, terutama dilihat dari segi
risiko pemilikannya, seperti risiko keuangan, risiko suku bunga, risiko daya beli, risiko
mudah tidaknya dicairkan, beban pajak yang harus dipikul dan hasil bunga relative.
DAFTAR PUSTAKA
Siagian, Sondang P. 2001. Audit Manajemen. Jakarta. Bumi Aksara
Modul:
http://syntha_n.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/34964/manajemen-kas.pdf
http://wihandaru.staff.umy.ac.id/files/2013/08/C19-Manajemen-Kas-Surat-BerhargaManajemen-Keuangan-I.pdf
http://www.seputarforex.com
http://merdeka.com