Darah tepi (pewarnaan MGG) Leukemia Granulositik Kronik (LGK); leukositosis dengan shift
kiri granulosit
Gejala Klinis
Pasien biasanya asimptomatik saat diagnosis, dengan kenaikan jumlah leukosit pada
pemeriksaan laboratorium rutin. Gejala klinis dari LGK dapat berupa: malaise, demam yang
tidak terlalu signifikan, gout, kenaikan rerata infeksi, anemia, dan trombositopenia dengan
memar yang ringan (meskipun kenaikan jumlah trombosit (trombositosis) juga dapat terjadi
dalam keadaan LGK). Splenomegali seringkali terjadi.
Diagnosis
Diagnosis LGK seringkali ditetapkan berdasarkan pemeriksaan darah lengkap, yang
memperlihatkan kenaikan seluruh tipe granulosit, dan termasuk sel-sel myeloid dewasa.
Basofil dan eosinofil hampir selalu mengalami kenaikan yang signifikan; halini membantu
membedakan LGK dari reaksi leukemoid. Biopsi sum-sum tulang biasanya dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang dignosis LGK, tetapi morfologi sum-sum tulang saja tidak cukup untuk
menetapkan diagnosis LGK.
Lebih jauh lagi, LGK didiagnosis dengan mendeteksi kromosom Philadelphia. Karakteristik
abnormalitas kromosomal ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan sitogenetik rutin,
mengguanakan hibridisasi fluorescent in situ, atau dengan PCR untuk gen bcr-abl.
Patofisiologi/ Patogenesis
LGK merupakan keganasan pertama yang dihubungkan dengan abnormalitas genetik secara
langsung, yaitu translokasi kromosomal yang dikenal dengan kromosom Philadelphia. Kelainan
kromosomal ini dinamai berdasarkan penemunya pada tahun 1960, dua orang ilmuwan dari
Philadelphia, Pennsylvania: Peter Nowell dan David Hungerford.
Pada translokasi ini, bagian dari 2 kromosom (9 dan 22) bertukar tempat. Akibatnya, bagian dari
gen BCR (breakpoint cluster region) dari kromosom 22 bercampur dengan gen ABL dari
kromosom 9. Dari penggabungan abnormal ini terjadi sintesis protein berat p210 atau p185 (p
merupakan ukuran berat protein selular dalam kDa). Karena ABL membawa domain yang dapat
menambahkan gugus phosphat ke residu tirosin (suatu tirosin kinase), produk penggabungan gen
BCR-ABL juga berupa tirosin kinase.
Protein gabungan BCR-ABL berinteraksi dengan subunit reseptor interleukin 3beta(c). Transkrip
BCR-ABL terus-menerus aktif dan tidak memerlukan pengaktifan oleh protein selular lain.
Hasilnya, BCR-ABL mengaktifkan kaskade protein yang mengontrol siklus sel, mempercepat
pembelahan sel. Lebih lagi, protein BCR-ABL menghambat perbaikan DNA, mengakibatkan
ketidakstabilan pada sistem gen dan membuat sel lebih rawan mengalami abnormalitas genetik
lain. Aktivitas dari protein BCR-ABL merupakan penyebab patofisologis dari LGK. Dengan
berkembangnya pemahaman terhadap sifat-sifat dari protein BCR-ABL dan aktivitasnya sebagai
tirosin kinase, terapi spesifik telah dikembangkan, yaitu dengan menghambat aktivitas protein
BCR-ABL.
Klasifikasi
LGK dapat dibagi atas 3 fase berdasarkan karakteristik klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium. Dengan tidak adanya intervensi, LGK berawal dari fase kronik, dan beberapa
tahun kemudian berkembang menjadi fase terakselerasi (accelerated) dan akhirnya terjadi krisis
blast (blast crisis). Krisis blast merupakan fase terminal dari LGK dan secara klinis mirip dengan
leukemia akut. Beberapa pasien telah berada pada fase terakselerasi atau krisis blast saat
didiagnosis.
Fase Kronik
Sekitar 85% pasien penderita LGK berada pada fase kronik saat didiagnosis. Selama fase ini,
pasien seringkali asimptomatik atau hanya menderita gejala-gejala lemah yang ringan, dan rasa
tidak nyaman pada abdomen. Durasi dari fase kronik bervariasi dan bergantung pada seberapa
cepat penyakit didiagnosis dan seberapa efektif terapi yang diberikan.
Fase Terakselerasi
Kriteria diagnosis perkembangan dari fase kronik ke fase terakselerasi yang paling umum
digunakan adalah kriteria dari M.D. Anderson Cancer Center dan kriteria WHO. Menurut kriteria
WHO, fase terakselerasi telah terjadi bila:
Pasien dikatakan berada dalam fase terakselerasi jika terdapat salah satu keadaan diatas.
Krisis Blast
Krisis blast merupakan fase akhir dari LGK, dan terlihat seperti leukemia akut dengan
perkembangan sangat cepat. Krisis blast didiagnosis jika terdapat salah satu tanda berikut pada
pasien LGK:
> 20% myeloblast atau limfoblast pada darah atau sum-sum tulang
Terjadi perkembangan kloroma (inti padat dari leukemia diluar sum-sum tulang)
Referensi:
Faderl S, Talpaz M, Estrov Z, Kantarjian HM (1999). Chronic myelogenous leukemia: biology
and therapy. Annals of Internal Medicine.
Terkait
Leukemia Granulositik Kronik: Komplikasidalam "Materi Kuliah"
Leukemia Granulositik Kronik: Diagnosis Bandingdalam "Materi Kuliah"
Hematopoiesisdalam "Materi Kuliah"
Pos ini dipublikasikan di Materi Kuliah. Tandai permalink.
Navigasi pos
Link Oncologic Emergencies (Kedaruratan Onkologik)
Kromosom Philadelphia
Morphic berkata:
Juni 20, 2010 pukul 1:07 pm
salam kenal.
saya juga mahasiswa fk usu tahun pertama
kalo ada waktu klik website saya di:
http://www.morphostlab.com
thanks!!!
Balas
2.
3.
Berikan Balasan
Blog Stats
43,653 hits