Anda di halaman 1dari 5

Leukemia Granulositik Kronik

Posted on Mei 5, 2010 by adminhnyw


Leukimia granulositik kronik (LGK) (chronic granulocytic leukemia) dikenal juga dengan
nama leukemia myeloid kronik (chronic myeloid leukemia) merupakan suatu jenis kanker dari
leukosit. LGK adalah bentuk leukemia yang ditandai dengan peningkatan dan pertumbuhan yang
tak terkendali dari sel myeloid pada sum-sum tulang, dan akumulasi dari sel-sel ini di sirkulasi
darah. LGK merupakan gangguan stem sel sum-sum tulang klonal, dimana ditemukan proliferasi
dari granulosit matang (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan prekursornya. Keadaan ini
merupakan jenis penyakit myeloproliferatif dengan translokasi kromosom yang disebut dengan
kromosom Philadelphia.

Darah tepi (pewarnaan MGG) Leukemia Granulositik Kronik (LGK); leukositosis dengan shift
kiri granulosit
Gejala Klinis
Pasien biasanya asimptomatik saat diagnosis, dengan kenaikan jumlah leukosit pada
pemeriksaan laboratorium rutin. Gejala klinis dari LGK dapat berupa: malaise, demam yang
tidak terlalu signifikan, gout, kenaikan rerata infeksi, anemia, dan trombositopenia dengan
memar yang ringan (meskipun kenaikan jumlah trombosit (trombositosis) juga dapat terjadi
dalam keadaan LGK). Splenomegali seringkali terjadi.

Diagnosis
Diagnosis LGK seringkali ditetapkan berdasarkan pemeriksaan darah lengkap, yang
memperlihatkan kenaikan seluruh tipe granulosit, dan termasuk sel-sel myeloid dewasa.
Basofil dan eosinofil hampir selalu mengalami kenaikan yang signifikan; halini membantu
membedakan LGK dari reaksi leukemoid. Biopsi sum-sum tulang biasanya dilakukan sebagai
pemeriksaan penunjang dignosis LGK, tetapi morfologi sum-sum tulang saja tidak cukup untuk
menetapkan diagnosis LGK.
Lebih jauh lagi, LGK didiagnosis dengan mendeteksi kromosom Philadelphia. Karakteristik
abnormalitas kromosomal ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan sitogenetik rutin,
mengguanakan hibridisasi fluorescent in situ, atau dengan PCR untuk gen bcr-abl.
Patofisiologi/ Patogenesis
LGK merupakan keganasan pertama yang dihubungkan dengan abnormalitas genetik secara
langsung, yaitu translokasi kromosomal yang dikenal dengan kromosom Philadelphia. Kelainan
kromosomal ini dinamai berdasarkan penemunya pada tahun 1960, dua orang ilmuwan dari
Philadelphia, Pennsylvania: Peter Nowell dan David Hungerford.
Pada translokasi ini, bagian dari 2 kromosom (9 dan 22) bertukar tempat. Akibatnya, bagian dari
gen BCR (breakpoint cluster region) dari kromosom 22 bercampur dengan gen ABL dari
kromosom 9. Dari penggabungan abnormal ini terjadi sintesis protein berat p210 atau p185 (p
merupakan ukuran berat protein selular dalam kDa). Karena ABL membawa domain yang dapat
menambahkan gugus phosphat ke residu tirosin (suatu tirosin kinase), produk penggabungan gen
BCR-ABL juga berupa tirosin kinase.
Protein gabungan BCR-ABL berinteraksi dengan subunit reseptor interleukin 3beta(c). Transkrip
BCR-ABL terus-menerus aktif dan tidak memerlukan pengaktifan oleh protein selular lain.
Hasilnya, BCR-ABL mengaktifkan kaskade protein yang mengontrol siklus sel, mempercepat
pembelahan sel. Lebih lagi, protein BCR-ABL menghambat perbaikan DNA, mengakibatkan
ketidakstabilan pada sistem gen dan membuat sel lebih rawan mengalami abnormalitas genetik
lain. Aktivitas dari protein BCR-ABL merupakan penyebab patofisologis dari LGK. Dengan
berkembangnya pemahaman terhadap sifat-sifat dari protein BCR-ABL dan aktivitasnya sebagai
tirosin kinase, terapi spesifik telah dikembangkan, yaitu dengan menghambat aktivitas protein
BCR-ABL.
Klasifikasi
LGK dapat dibagi atas 3 fase berdasarkan karakteristik klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium. Dengan tidak adanya intervensi, LGK berawal dari fase kronik, dan beberapa
tahun kemudian berkembang menjadi fase terakselerasi (accelerated) dan akhirnya terjadi krisis
blast (blast crisis). Krisis blast merupakan fase terminal dari LGK dan secara klinis mirip dengan
leukemia akut. Beberapa pasien telah berada pada fase terakselerasi atau krisis blast saat
didiagnosis.

Fase Kronik
Sekitar 85% pasien penderita LGK berada pada fase kronik saat didiagnosis. Selama fase ini,
pasien seringkali asimptomatik atau hanya menderita gejala-gejala lemah yang ringan, dan rasa
tidak nyaman pada abdomen. Durasi dari fase kronik bervariasi dan bergantung pada seberapa
cepat penyakit didiagnosis dan seberapa efektif terapi yang diberikan.
Fase Terakselerasi
Kriteria diagnosis perkembangan dari fase kronik ke fase terakselerasi yang paling umum
digunakan adalah kriteria dari M.D. Anderson Cancer Center dan kriteria WHO. Menurut kriteria
WHO, fase terakselerasi telah terjadi bila:

10-19% myeloblast pada darah atau sum-sum tulang

>20% basofil pada darah atau sum-sum tulang

Jumlah trombosit < 100.000, tidak berhubungan dengan terapi

Jumlah trombosit > 1.000.000, tidak merespon pada terapi

Perubahan sitogenetik dengan abnormalitas baru selain kromosom Philadelphia

Pertambahan splenomegali atau jumlah leukosit, tidak merespon pada terapi

Pasien dikatakan berada dalam fase terakselerasi jika terdapat salah satu keadaan diatas.
Krisis Blast
Krisis blast merupakan fase akhir dari LGK, dan terlihat seperti leukemia akut dengan
perkembangan sangat cepat. Krisis blast didiagnosis jika terdapat salah satu tanda berikut pada
pasien LGK:

> 20% myeloblast atau limfoblast pada darah atau sum-sum tulang

Persebaran luas sel-sel blast pada biopsi sum-sum tulang

Terjadi perkembangan kloroma (inti padat dari leukemia diluar sum-sum tulang)

Referensi:
Faderl S, Talpaz M, Estrov Z, Kantarjian HM (1999). Chronic myelogenous leukemia: biology
and therapy. Annals of Internal Medicine.

Tefferi A (2006). Classification, diagnosis and management of myeloproliferative disorders in


the JAK2V617F era. Hematology Am Soc Hematol Educ Program.
Hehlmann R, Hochhaus A, Baccarani M; European LeukemiaNet (2007). Chronic myeloid
leukaemia.
Nowell PC (2007). Discovery of the Philadelphia chromosome: a personal perspective.
Journal of Clinical Investigation.
Karbasian Esfahani M, Morris EL, Dutcher JP, Wiernik PH (2006). Blastic phase of chronic
myelogenous leukemia. Current Treatment Options in Oncology.

Terkait
Leukemia Granulositik Kronik: Komplikasidalam "Materi Kuliah"
Leukemia Granulositik Kronik: Diagnosis Bandingdalam "Materi Kuliah"
Hematopoiesisdalam "Materi Kuliah"
Pos ini dipublikasikan di Materi Kuliah. Tandai permalink.

Navigasi pos
Link Oncologic Emergencies (Kedaruratan Onkologik)
Kromosom Philadelphia

3 responses to Leukemia Granulositik Kronik


1.

Morphic berkata:
Juni 20, 2010 pukul 1:07 pm
salam kenal.
saya juga mahasiswa fk usu tahun pertama
kalo ada waktu klik website saya di:
http://www.morphostlab.com
thanks!!!
Balas

2.

lydia dumaiyanti berkata:


Februari 22, 2011 pukul 3:48 pm
saya pasien CML sejak 2007..salam kenal
Balas

3.

Sandy Manawary berkata:


Juli 17, 2011 pukul 3:43 pm
wah, infox sngat berguna.
Balas

Berikan Balasan

Blog Stats

43,653 hits

Anda mungkin juga menyukai