Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Endokarditis pertama kali ditemukan oleh Rivera tahun 1946. Endokarditis di bagi
menjadi dua yaitu endokarditis infektif dan endokarditis non infektif. Prevalensi paling sering
terjadi pada kelainan katup oleh karena rhematik, dan ini sering terjadi pada negara sedang
berkembang. Juga pada anak-anak yang dilakukan operasi jantung untuk mengkoreksi
kelainan jantung kongenital.
Pada pasien endokarditis tanpa penyakit jantung sebelumnya kejadian ini sering pada
ABE (Akut Bakterial Endokarditis) terutama anak-anak di bawah 2 tahun. Resiko yang lain
untuk terjadinya endokarditis, terutama pada pasien dengan kelainan kongenital pada
jantungnya. Pada negara berkembang insiden endokarditis 1,6 - 4,3 diantara 100.000
penduduk. Angka kematian 20% - 40%, meskipun diberikan antibiotik yang cukup.
Komplikasi neurologis endokarditis berkisar 20% - 40%, hal ini akan mempertinggi angka
kematian (41% - 86%). Maka perlu diketahui gejala klinik secara dini dari
endokarditis,maupun komplikasi neurologisnya dengan harapan angka kematiannya dapat
ditekan. Berdasarkan hal tersebut di atas, kelompok tertarik untuk mengambil tema Asuhan
Keperawatan Endokarditis sebagai judul makalah kami.

2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan endokarditis.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak dengan endokarditis bakterialis

2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan


endokarditis bakterialis
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada anak dengan endokarditis
bakterialis
4. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada anak dengan
endokarditis bakterialis
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi implementasi keperawatan yang telah dilaksanakan
pada anak dengan endokarditis bakterialis

3. Ruang Lingkup
Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah berkaitan dengan pengertian
endokarditis, anatomi fisiologi, cara penyebarannya, penyebabnya, serta pengobatan terhadap
penyakit endokarditis.

4. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalahmasalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun di internet.

5. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Teori, terdiri dari pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, komplikasi, penatalaksanaan medis dan pemeriksaan diagnostik, asuhan keperawatan.
BAB III : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Endokarditis bakterialis ialah infeksi kuman yang menyerang katup jantung,
endokardium, dan epitel pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai kuman dan beberapa
penyakit dasar (Ngastiyah,2005).
Endokarditis infektif atau endokarditis bakterialis merupakan penyakit yang
disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung, ditandai oleh vegetasi yang
biasanya terdapat pada katup jantung (Bayer,et al , 1991 , hal 473).
Endokarditis adalah peradangan pada katup dan permukaan endotel jantung. (Arif
Muttaqin ,2009, hal 288).

2. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
1. Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang
terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak
di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang
lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya .
2. Pelapis
Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma,
sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium terdapat dua lapisan
yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal (Ethel, 2003:
228-229).

2. Dinding c. Jantung

Terdiri dari tiga lapisan, yaitu:


1. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan
ikat.
2. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi utnuk
memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri
besar.
3. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah
yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
3. Fisiologi Jantung
Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa
jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung
mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung
untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik
ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava
suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara
spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot

atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke
seluruh otot ventrikel.

3. Etiologi
Kuman penyebab yang sering ditemukan pada biakan darah dengan frekuensi tinggi ialah:
1. Streptococcus viridans (50-60%)
2. Streptococcus anhemolyticus (5-10%)
3. Staphylococcus aureus (10-20%)
4. Kuman lain ataupun jamur tetapi sangat jarang terjadi

Penyakit dasar yang sering menyebabkan endokarditis bakterialis adalah:


1. Penyakit jantung didapat terutama valvulitis reumatik (80%)
2. Penyakit jantung bawaan (10%) seperti pada TF, DSV, PS, dan bicuspid aortic valve.

4. Patofisiologi
Terjadinya endokarditis karena menempelnya mikro organisme dari sirkulasi darah pada
permukaan endokardial, kemudian mengadakan multiplikasi, terutama pada katup-katup yang
telah cacad. Penempelan bakteri-bakteri tersebut akan membentuk koloni, dimana nutrisinya
diambil dari darah. Adanya koloni bakteri tersebut memudahkan terjadinya thrombosis,
kejadian tersebut dipermudah oleh thromboplastin, yang ditimbulkan oleh lekosit yang
bereaksi dengan fibrin. Jaringan fibrin yang baru akan menyelimuti koloni-koloni bakteri dan
menyebabkan vegetasi bertambah. Daerah endokardium yang sering terkena yaitu katup
mitral, aorta. Vegetasi juga terjadi pada tempat-tempat yang mengalami jet lessions, sehingga
endotelnya menjadi kasar dan terjadi fibrosis, selain itu terjadi juga turbulensi yang akan
mengenai endothelium. Bentuk vegetasi dapat kecil sampai besar, berwarna putih sampai

coklat, koloni dari mikroorganisme tercampur dengan platelet fibrin dimana disekelilingnya
akan terjadi reaksi radang.
Bila keadaan berlanjut akan terjadi absces yang akan mengenai otot jantung yang berdekatan,
dan secara hematogen akan menyebar ke seluruh otot jantung. Bila absces mengenai sistim
konduksi akan menyebabkan arithmia dengan segala manifestasi kliniknya. Jaringan yang
rusak tersebut akan membentuk luka dan histiocyt akan terkumpul pada dasar vegetasi.
Sementara itu endothelium mulai menutupi permukaan dari sisi perifer, proses ini akan
berhasil bila mendapat terapi secara baik. Makrofag akan memakan bakteri, kemudian
fibroblast akan terbentuk diikuti pembentukan jaringan ikat kolagen.
Pada jaringan baru akan terbentuk jaringan parut atau kadang-kadang terjadi rupture dari
chordae tendinen, oto papillaris, septum ventrikel. Sehingga pada katup menimbulkan bentuk
katup yang abnormal, dan berpengaruh terhadap fungsinya. Permukaan maupun bentuk katup
yang abnormal/cacad ini akan memudahkan terjadinya infeksi ulang. Vegetasi tersebut dapat
terlepas dan menimbulkan emboli diberbagai organ

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada endokarditis bakterialis adalah:
1. Kelainan pada jantung
Perubahan atau bertambahnya bising jantung yang relatif cepat pada kelainan jantung bawaan
atau kelainan katup pada penyakit jantung reumatik.
2. Demam.
Sangat bervariasi. Biasanya demam ringan atau sedang berlangsung berminggu-minggu atau
berbulan-bulan. Kadang-kadang terjadi demam tinggi.
3. Kelainan darah.
Anemia, terdapat 75% pada pasien. Keadaan pucat terlihat sejak anak sakit, biasanya jenis
anemia normokrom normositer dengan gambaran sumsum tulang yang khas.

4. Laju endap darah tinggi


5. Leukositosis. Jumlah leukosit darah tepi bervariasi dari normal, leukositosis ringan
atau berat bergantung pada keadaan subakut/akut.
6. Hipergamaglobulinemia
7. Splenomegali. Jika terjadinya sangat cepat dan nyeri tekan menunjukkan terjadinya
infark limpa. Pada kasus yang kronik limpa dapat menjadi sangat besar.

Kelainan pada kulit.


1. Petekia, merupakan lesi eritematosa kecil-kecil, tidak hilang bila ditekan, berasal dari
trombosis atau embolus. Tampak pada kulit, mukosa dan konjungtiva. Bila disertai
white center petechiae lebih memperjelas.
2. Oslers nodes, berupa nodul intradermal merah dan nyeri terdapat pada telapak jari
tangan dan kaki, tenar dan hipotenar. Juga terjadi karena embolus.
3. Janeway lesion, berupa nodul pada telapak tangan dan kaki disebabkan perdarahan.
4. Splinter haemorrhage, yaitu lesi yang berwarna gelap di bawah kuku yang bergerak
sesuai dengan pertumbuhan kuku.

Kelainan pada mata. Selain petekia pada konjungtiva, dapat juga terlihat adanya white
centered exudate pada fundus okuli.
Embolus di tempat lain. Terjadi karena embolus arteri (tetapi jarang). Bila berasal dari
jantung kanan akan menimbulkan infark paru. Jika berasal dari jantungkiri akan bersarang
pada otak, limpa dan ginjal. Pembuluh arteri yang terkena akan mengalami ulserasi dan
aneurisma yang dapat pecah sewaktu-waktu.
Jari-jari tabuh. Terjadi pada 50% penderita. Timbul setelah 3-6 minggu perjalanan penyakit.
Penyebab belum jelas.
Kelainan pada ginjal. untuk menentukan pengobatan diperlukan biakan darah yang dilakukan
3 kali berturut-turut. Atau jika dijumpai adanya nodus Osler, embolus perifer, aneurisma, jarijari tabuh, nefritis, dan kelainan fundus okuli.

6. Komplikasi
Gagal Jantung
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung sedang sampai berat dan
kemtian terjadi 85% dari 95 kasus
Emboli
Emboli terjadi pada 13-35% endokarditis infektif subakut dan 50-60% pada penderita
endokarditis akut. Emboli arteri sering terjadi pada otak, paru, arteri koronaria, limpa, ginjal
ekstrimitas, usus, mata dll.
Aneurisma Nekrotik
Terjadi pada 3-5% endokarditis infektif dan akan mengalami perdarahan
Gangguan Neurologik
Ditemukan pada 40-50% endokarditis infektif. Ganguan bisa berupa, gangguan kesadaran,
gangguan jiwa(psikotik) meningo ensepalitis steril. Kelainan pada pembuluh darah otak 80%
disebabkan infark dan 20% karena perdarahan otak

7. Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik.
Sebelum pemberian harus dilakukan biakan uji resistensi kuman selama 3 kali berturut-turut
dalam keadaan bebas antibiotik. Setelah diketahui penyebabnya, maka diberikan:
1. Ampisilin dan kloksasilin. 100 mg/kg BB/hari intravena selama 2 minggu. Bila
kuman yang ditemukan masih sensitif, pengobatan dilanjutkan (dosis sama) secara
intramuscular selama 6 minggu dan biakan kuman diulang lagi.
2. Penisilin G 10-20 juta unit/hari intravena dengan antibiotika lain untuk gram negative
seperti kanamisin dan lain sebagainya, selama 2 minggu. Bila kuman sensitive
terhadap penisilin pengobatan diteruskan 2x1 juta/hari selama 6 minggu dan bila
masih sensitive terhadap kloramfenikol dosis obat diturunkan menjadi 50 mg/kg
BB/hari per oral (sebelumnya secara intramuscular)

3. Bila penyebab jamur pengobatannya dengan amfoterisin B. Ulangan biakan darah


hendaknya dilakukan setelah satu minggu pengobatan dengan antibiotika dihentikan.
2. Pengobatan suportif.
Ini perlu diberikan selain pengobatan pokok; pengobatan suportif ini justru sering
menentukan keberhasilan pengobatannya:
1. Diet tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral
2. Perbaikan anemia dan penurunan laju endap darah
3. Pada pemberian antibiotika dosis tinggi perlu memperhatikan kadar elektrolit dalam
darah sehubungan dengan adanya natrium dan kalium di dalam antibiotik.
4. Bila ada gagal jantung diberikan digitalis dan diuretikum
5. Diberikan kortikosteroid bila ada tanda hipersensitif terhadap penisilin atau
antibiotika lainnya dan pada komplikasi penyakit jantung reumatik aktif
6. Istirahat mutlak sampai gejala hilang, mengingat jantung yang hiperaktif akan
mempermudah terjadinya embolus.
7. Bila suhu meningkat lagi selama masih dalam pengobatan perlu pemikiran
kemungkinan karena:

Pengobatan yang tidak adekuat

Tromboflebitis

Embolus

Metastasis supuratif

Drug fever

Infeksi berulang

8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur darah positif untuk infeksi organisme
2. JDL menunjukkan leukositosis, Hb, hematokrit, dan SDM dibawah batas normal
3. Laju sedimen eritrosit (ESR) meningkat, menggambarkan adanya peradangan
4. Sinar X dada mendeteksi gagal jantung kongestif dan hipertropi jantung
5. EKG untuk mengkaji gagal jantung dan aritmia
6. Ekokardiogram untuk menentukan luasnya kerusakan katup

9. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas,
dispnea pada istirahat atau pada pengerhan tenaga.
Tanda : Gelisah, perubahan status mental, misalnya : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi

ejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis,
anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda : TD : mungkin rendah (gagal pemompaan).

i : Mungkin sempit.

g : Disritmia.

tung : Takikardia. Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri.

: S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan
diastolic. Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik. Punggung kuku ; pucat atau sianotik
dengan pengisian kapiler lambat.
Hepar : Pembesaran/dapat teraba.
Bunyi napas : Krekels, ronkhi.

kin dependen, umum atau pitting khususnya pada ekstremitas.


3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan berat badan signifikan, pembengkakan
pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah
diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen,
tekanan dn pitting).
6. Higiene
Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung

8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa
pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda :

Pernapasan : Takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernapasan.

Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus


dengan/tanpa pemebentukan sputum.

Sputum : Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)

Bunyi napas : Mungkin tidak terdengar.

Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.

Warna kulit : Pucat dan sianosis.

10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

12. Pembelajaran/pengajaran
Gejala : Menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : Penyekat saluran kalsium.
Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) b.d Inflamasi miokardium atau perikardium, efek-efek sistemik dari
infeksi, iskemia jaringan (miokardium)
2. Inteloransi Aktivitas b.d Inflamasi dan generasi sel-sel otot miokard, pembatasan
pengisian jantung/kontraksi ventrikel, penurunan curah jantung, toksin dari organisme
penginfeksi.
3. Resiko Tinggi terhadap penurunan curah hujan b.d akumulasi cairan dalam kantung
perikardia (perikarditis), stenosis/insufisiensi katup, penurunan/kontriksi fungsi
ventrikel.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan b.d embolisasi trombus / vegetasi
katup sekunder terhadap endokarditis
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang kondisi pengobatan b.d kurang
informasi tentang proses penyakit, cara untuk mencegah pengulangan atau
komplikasi.

3. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri (akut) b.d Inflamasi miokardium atau perikardium, efek-efek sistemik dari
infeksi, iskemia jaringan (miokardium)

itandai oleh : nyeri dada, penyebaran ke leher atau punggung, nyeri sendi, nyeri meningkat dengan inspirasi
dalam, gerakan atau aktivitas, posisi, demam, menggigil

: nyeri hilang atau terkontrol

a hasil : mengidentifikasi metode yang memberi penghilangan, melaporkan nyeri hilang atau terkontrol,
mendemonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas pengalih sesuai indikasi
untuk situasi individual.

a tindakan :
1. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan awitan dan faktor pemberat atau penurun.
Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya berbaring dengan
diam atau gelisah tegangan otot, menangis
Rasional :
Nyeri perikarditis secara khas terletak subternal dan dapat menyebar ke leher dan punggung.
Namun, ini berbeda dari iskemia miokard/nyeri infrak, pada nyeri ini menjadi memburuk
pada inspirasi dalam, gerakan, atau berbaring dan hilang denga duduk tegak atau
membungkuk. Catatan : nyeri dada dapat atau mungkin tidak menyertai endokarditis dan
miokarditis, tergantung pada adanya iskemia.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan, misalnya perubahan
posisi, gosokan punggung, penggunaan kompres panas atau dingin, dukungan
emosional
Rasional :
Tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien
3. Berikan aktivitas hiburan yang tepat
Rasional :
Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu
4. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
1. Agen nonsteroid misalnya, indometasin (Indocin); ASA (Aspirin)
Rasional :
Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi
2. Antipiretik misalnya ASA / Asetaminofen (Tylenol)

Rasional :
Untuk menurunkan demam dan meningkatkan kenyamanan
3. Steroid
Rasional :
Dapat diberikan untuk gejala yang lebih berat
5. Berikan oksigen suplemen
Rasional :
Memaksimal ketersediaan oksigen untuk ambil untuk menurunkan beban kerja jantung dan
menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan iskemia
2. Inteloransi Aktivitas b.d Inflamasi dan generasi sel-sel otot miokard, pembatasan
pengisian jantung/kontraksi ventrikel, penurunan curah jantung, toksin dari organisme
penginfeksi.

itandai oleh : Keluhan kelemahan atau keletihan atau dispnea dengan aktivitas, perubahan dalam tanda vital
karena aktivitas, tanda-tanda GJK

: Mencapai tingkat aktivitas yang memuaskan kebutuhan perawatan mandiri

a hasil : Melaporkan atau menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas,
mendemonstrasikan penurunan tanda fisiologis intoleransi, mengungkapkan pemahaman
tentang pembatasan terapeutik yang diperlukan

a tindakan :
1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya dan perubahan dalam
keluhan kelemahan, keletihan, dan dispnea berkenaan dengan aktivitas

Rasional :
Miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial,
sebagai akibat GJK. Penurunan pengisian dan curah jantung dapat menyebabkan
pengumpulan cairan dalam kantung perikardial bila ada perikarditis. Akhirnya, endokarditis
dapat terjadi dengan disfungsi katup, secara negatif mempengaruhi curah jantung

2. Pantau frekuensi atau irama jantung, TD dan frekuensi pernapasan sebelum atau
setelah aktivitas dan selama diperlukan.
Rasional :
Membantu menentukan derajat dekompentasi jantung dan pulmonal. Penurunan td,
takikardia, distritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap
aktivitas
3. Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi
Rasional :
Meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut dari perikarditis atau endokarditis.
Catatan : demam meningkatkan kebutuhan dan konsumsi oksigen, karenanya meningkatkan
beban kerja jantung dan menurunkan toleransi aktivitas
4. Rencana perawatan dengan periode istirahatn atau tidur tanpa gangguan
Rasional :
Memberikan keseimbangan dalam kebutuhan dimana aktivitas bertumpu pada jantung ;
meningkatkan proses penyembuhan dan kemampuan koping emosional
5. Bantuan pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera mungkin untuk
turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan toleransi pasien pada
peningkatan aktivitas

Rasional :
Saat inflamasi atau kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang
diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen atau terjadi komplikasi
6. Evaluasi respons emosional terhadap situasi atau berikan dukungan
Rasional :
Ansietas akan ada karena inflamasi atau infeksi dan respons jantung (fisiologis), serta derajat
takut pasien serta kebutuhan keterampilan koping emosional diakibatkan oleh potensial

penyakit yang mengancam hidup (psikologis). Dorongan dan dukungan akan diperlukan
untuk mengatasi frustrasi terhadap tinggal dirumah sakit yang lama atau periode pemulihan.
7. Berikan oksigen suplemen
Rasional :
Peningkatan ketersediaan oksigen untuk ambilan miokard untuk mengimbangi peningkatan
konsumsi oksigen yang terjadi aktivitas

3. Resiko Tinggi terhadap penurunan curah hujan b.d akumulasi cairan dalam kantung
perikardia (perikarditis), stenosis/insufisiensi katup, penurunan/kontriksi fungsi
ventrikel.

itandai oleh : tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala memuat diagnosa aktual

: infeksi teratasi atau terkontrol : tak ada demam

a hasil : Melaporkan atau menunjukkan penurunan episode dispnea, angina, dan distritmia, mengidentifikasi
perilaku untuk penurunan beban kerja jantung

a tindakan :
1. Pantau frekeunsi / irama jantung
Rasional :
Takikardia dan distrimia dapat terjadi saat jantung berupaya untuk meningkatkan curahnya
berespons pada demam, hipoksia dan asidosis karena iskemia
2. Auskultasi bunyi jantung, perhatikan jarak atau muffled tonus jantung, murmur,
gallop S3 dan S4
Rasional :
Memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi, misalnya Gjk, tamponade jantung

3. Dorong tirah baring dalam posisi semi-fowler


Rasional :
Menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung
4. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, misalnya digitalis diuretik
Rasional :
Dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan beban kerja
jantung pada adanya GJK (miokarditis)
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan b.d embolisasi trombus / vegetasi
katup sekunder terhadap endokarditis

itandai oleh : Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual

: Stabilitas hemodinamik diperhatikan; bebas gejala gagal jantung

a hasil : Mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara individual misalnya
mental normal, tanda vtal stabil, kulit hangat dan kering, nadi perifer ada atau kuat, masukan
atau haluaran seimbang

a tindakan :
1. Evaluasi status mental. Perhatikan terjadinya hemiparalisis, afasia, kejang, muntah,
peningkatan TD
Rasional :
Indikator yang menunjukkan embolisasi sistemik pada otak
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-tiba yang disertai dengan takipnea, nyeri pleuritik,
sianosis pucat
Rasional :
Emboli arteri, mempengaruhi jantung dan atau organ vital lain, dapat terjadi sebagai akibat
dari penyakit katup, dan atau distrimia kronis. Kongesti atau statis vena dapat menimbulkan
pembentukan tromus di vena dalam dan embolisasi paru

3. Berikan antikoagulan, contoh heparin, warfarin (coumadin)


Rasional :
Heparin dapat digunakan secara profilaksis bila pasien memerlukan tirah baring lama,
mengalami sepsis atau GJK, dan atau sebelum atau sesudah bebada penggantian katup.
Catatan : hepatirn kontraindikasi pada perikarditis dari tamponade jantung. Coumadin adalah
obat pilihan untuk terapi setelah penggantian katup jangka panjang, atau adanya trombus
perifer
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang kondisi pengobatan b.d kurang
informasi tentang proses penyakit, cara untuk mencegah pengulangan atau
komplikasi.

itandai oleh : Permintaan informasi, kegagalan membaik, terulangnya atau komplikasi yang dapat dicegah

: Perubahangaya hidup dilaksanakan untuk mencegah kekambuhan

a hasil : Menyatakan pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan, dan kemungkinan
komplikasi

a tindakan :
1. Anjurkan pasien atau orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek samping obat ;
kebutuhan diet atau pertimbangan khusus : aktivitas yang diizinkan atau dibatasi
Rasional :
Informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan peningkatan keterlibatan
pada program terapeutik, mencegah komplikasi
2. Pembersihan mulut dan perawatan gigi yang baik
Rasional :
Bakteri umumnya ditemukan di mulut dapat masuk dengan mudah ke sirkulasi sistemik
melalui gusi
3. Tingkatkan praktik kesehatan, seperti nutrisi yang baik, keseimbangan antara aktivitas
atau istirahat, pantau status kesehatan sendiri dan melaporkan tanda infeksi

Rasional :
Kekuatan sistem imun dan tahannya terhadap infeksi
4. Berikan imunisasi contoh vaksin influensa sesuai indikasi
Rasional :
Menurunkan risiko mengalami infeksi berat yang dapat menimbulkan infeksi jantung

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Endokarditis bakterialis ialah infeksi kuman yang menyerang katup jantung, endokardium,
dan epitel pembuluh darah yang disebabkan oleh berbagai kuman dan beberapa penyakit
dasar (Ngastiyah,2005).
Kuman penyebab yang sering ditemukan pada biakan darah dengan frekuensi tinggi ialah:
1. Streptococcus viridans (50-60%)
2. Streptococcus anhemolyticus (5-10%)
3. Staphylococcus aureus (10-20%)
4. Kuman lain ataupun jamur tetapi sangat jarang terjadi

Penyakit dasar yang sering menyebabkan endokarditis bakterialis adalah:

1. Penyakit jantung didapat terutama valvulitis reumatik (80%)


2. Penyakit jantung bawaan (10%) seperti pada TF, DSV, PS, dan bicuspid aortic valve.
Bakteremia sementara dapat terjadi pada anak normal yang mengalami pencabutan
gigi, operasi, luka pada gusi/gigi atau infeksi fokal lainnya tetapi jarang terjadi endokarditis
bakterialis. Hanya pada endokardium dan katup yang cacat merupakan tempat predileksi.

2. Saran
Untuk menerapkan asuhan keperawatan anak dengan endokarditis bakterialis
sebaiknya perawat mengkaji masalah yang ada pada klien. Disamping itu, pengetahuan, sikap
dan keterampilan perawat juga diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai
rencana dan keadaan klien secara utuh, terencana dan sistematis.
4. Ketidakseimbangan anatar kerja pernapasan dengan kapasitasvertilisasi

Anda mungkin juga menyukai