SKENARIO II
NENEK TEGANYA MENINGGALKAN KAKEK SENDIRIAN
KELOMPOK A2
YAASIN RACHMAN NOOR
G0012231
MAHARDHIKA K
G0012123
PARADA JIWANGGANA
G0012159
FADHLI RAHMAN
G0012073
DENATA SIENVIOLINCIA
G0012055
PRATIWI RETNANINGSIH
G0012163
RIFAATUL MAHMUDAH
G0012183
G0012043
DITA MAYASARI
G0012063
G0012147
RUSMITA HARDINASARI
G0012197
DEVITA MAHAJANA
G0012057
TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Pada diskusi turorial minggu ke-II blok pediatri, kami mendapat skenario
sebagai berikut :
Nenek, Teganya Teninggalkan Kakek Sendirian
Kakek Yoso, kini berusia 78 tahun, dibawa ke poliklinik geriatrik oleh
cucunya karena mengeluh berulang kali kencing di malam hari. Akhir-akhir ini
sering marah-marah, gaduh gelisah, dan tidak bisa tidur. Sejak istrinya meninggal
satu bulan yang lalu, sering minum obat tidur dari dokter umum.
Pada pemeriksaan tanda vital Takanan Darah 150/90 mmHg, Hasil
pemeriksaan rutin leukosit 75/LPB, nitrit positif. Hasil GDS 350 mg/dl, creatinin
2.0 mg/dl, Proteinuria (+3). Setelah diperiksa prostat dengan rectal touch
didapatkan sulkus medianus datar. Juga dilakukan pemeriksaan Geriatric
Depression Scale, Mini Mental State Examination, konsultasi bagian psikiatri.
Oleh dokter disarankan dirawat di rumah sakit.
BAB II
DISKUSI
A. SEVEN JUMP
1. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa
istilah dalam skenario.
a. Geriatric Depression scale: Screening depresi, terdiri dari 30 atau 15
pertanyaan, untuk mengeliminasi hal2 somatik pada lansia.
b. Kreatinin: produk sisa dari perombakan keratin fosfat yang di terjadi
di otot, normalnya pada laki-laki 0,5 sampai dengan 1,5, sedangkan
pada perempuan 0,4 sampai dengan 1,1.
c. Mini Mental Scale Examination: Menilai fungsi kognisi, meliputi
orientasi, repetisi, perhatian dan kalkulasi, recall, dan bahasa.
d. Sulcus Medianus: cekungan yang ada di tengah2 prostat, patokan
penilaian perbesaran pada prostat, normalnya cekung.
2. Langkah II : Menentukan/mendefinisikan permasalahan
Permasalahan pada skenario ini yaitu sebagai berikut :
a. Mengapa kakek Yoso sering kencing di malam hari ?
b. Apakah ada hubungan antara kencing di malam hari dengan sering
marah-marah, gaduh gelisah dan tidak bisa tidur ?
c. Apa hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan pasien ?
d. Apakah ada hubungan istri kakek yang meninggal dengan keluhan
marag-marag, gaduh gelisah, tidak bisa tidur dan kencing pada malam
hari ?
e. Bagaimana interpretasi pemeriksaan vital dan pemeriksaan rectal
touch?
f. Bagaimana interpretasi pemeriksaan laboratorium ?
g. Bagaimana interpretasi pemeriksaan status mental pada pasien ?
h. Apakah efek samping dari obat tidur yang diberikan pasien ? Apa
i.
j.
k.
l.
di
Jakarta
(2002)
mendapatkan
angka
kejadian
emosi/ansietas.
diaktifkan
oleh
asam
gamma
amino
butirat
24
jam.
Metabolit
plasma.Benzodiazepin
aktifnya
dimetabolisme
terikat
secara
pada
protein
ekstensif
oleh
benzodiazepine
juga
dapat
meningkatkan
efek
barbiturate
berisiko
terjadi
pasien yang mendapat terapi long acting BZDs. Pada pasien yang
menggunakan BZDs jangka panjang akan menimbulkan resiko
ketergantungan, daytime sedation, jatuh, kecelakaan dan fraktur.
e. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium yang telah
dilakukan ?
Leukosit75/P:padmnrl,gjyhceukaositnmlwr.BbpyukadShKI,nefitsrlop ybagmndektrjifs.
Nitrposf:unmalehy.Tjkdtbri,ngpealmuhjdt.Sirposfnamekbtdluris.
nKreati2.0dmgl:k/ hsunatoirefgjlm.Nnkipadrs07-12Kmg/el.nibakrufsj,ogynmeibhatdrsu,ogynmelkafibrt.
GDS250dmgl:/ahnsipukery taw,npdus.GDS>=20mkeoragitblus.
nProuteia+3:p(lbmd)hskniateruoplm.Gjygbkndareilmhu tpnyeasrgilbumkhceadrjing.Nlpotuk:s
(-):102dmgl/
+1():50mg/dl
+2():10dmgl/
+3():0dmgl/
+4():10-2mg/dl
f. Bagaimana fisiologi tidur dari lansia yang normal ?
Fisiologi tidur dapat diterapkan melalui gambaran aktivitas selsel otak selama tidur, dan dapat direkam dengan elektroensefalograf
(EEG).Untuk merekam otak orang yang sedang tidur, digunakan
poligrafi EEG. Dengan cara ini kita dapat erekam stadium tidur adalah
sebagai berikut:
1. Stadium jaga (wake)
EEG : Pada keadaan rileks dan mata tertutup, gambaran didominasi
oleh gelombang alfa. Tidak ditemukan adanya kumparan tidur dan
kompleks K.
Elektrookuloagraf (EOG) : Gerakan mata berkurang, kadangkadang terdapat artefak yang disebabkan oleh gerakan kelopak
mata
Elektromiograf (EMG) : Kadang-kadang tonus otot meninggi
2. Stadium I
EEG : Terdiri dari gelombang campuran alfa, beta dan kadangkadang teta. Tidak terdapat kumparan tidur, kompleks K atau
gelombang delta
EOG : Tidak terlihat aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Tonus otot menurun dibandingkan dengan stadium W.
3. Stadium II
EEG : Terdiri atas gelombang campuran alfa, teta dan delta.
Terlihat adanya kumparan tidur dan kompleks K.
EOG : Tidak terdapat aktivitas bola mata yang cepat.
EMG : Kadang-kadang terlihat peningkatan tonus otot secara tibatiba, menunjukkan bahwa otot-otot tonik belum seluruhnya dalam
keadaan rileks.
4. Stadium III
EEG : Persentase
gelombang
delta
antara
20-
50
%.
Tampakkumparan tidur.
EOG : Tidak tampak aktivitas bola mata yang cepat.
EMG : Gambaran tonus otot yang jelas dari Stadium II.
5. Stadium IV
EEG : Persentase gelombang delta mencapai lebih dari 50%.
Tampak kumparan tidur.
EOG : Tidak tampak aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Tonus otot menurun dari pada stadium sebelumnya.
6. Stadium REM (Rapid Eye Movement)
EEG : Terlihat gelombang campuran alfa, beta dan teta. Tidak
tampak gelombang delta, kumparan tidur dan kompleks K.
EOG : Terlihat gambaran REM yang lebar
EMG : Tonus otot sangat rendah. Frekuensi di tinggi dan ereksi.
Stadium I dan II disebut sebagai tidur ringan, sedangkan
Stadium III dan IV sebagai tidur dalam. Stadium I, II, III dan IV
disebut Stadium non REM (NREM).
Stadium REM dikatakan sebagai tidur ringan, sehingga stadium
ini juga disebut sebagai paradoxical leep. Pada stadium REM, individu
mengalami peristiwa mimpi dengan intensitas tinggi sehingga panca
indera ikut terangsang.
Terdapat perubahan tidur secara subjektif dan objektif pada
usia lanjut. Survei epidemiologic menunjukkan bahwa pada usia lanjut
menerus.
Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer yang pada akhirnya
Permasalahan
Psikologis
Diabetes
Mellitus
Proses
penuaan
Nefropati
DM
Inkontinensia
Urin
Hipertensi
ISK
Depres
i
Tatalaksana
Rawat Inap
Psikiatri
sesuai
dengan
pada
waktu
yang
tidak
dikehendaki
tanpa
anatomis
dan
fisiologis
pada
sistem
urin
tipe
urgensi
ditandai
dengan
tekanan
training
bertujuan
memperpanjang
interval
5. Terapi
biofeedback
bertujuan
agar
pasien
mempu
disukai
oleh
pasien,
karena
pasien
harus
keteter
menetap
(indwelling
catheter)
Pseudoefedrin
dapat
digunakan
untuk
tatalaksana
Antikolinergik
dapat
inkontinensia
urgensi.
digunakan
untuk
Oksibutinin
tatalaksana
memiliki
efek
Depresi
meliputi :
1. Gangguan tidur
2. Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), rasa
nyeri, pandangan kabur, gangguan saluran cerna,gangguan
nafsu makan (meningkat atau menurun), konstipasi, perubahan
berat badan (menurun atau bertambah).
3. Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat
(agitasi atauhiperaktivitas) atau menurun, aktivitas mental
meningkat atau menurun, tidak mengacuhkan kejadian di
sekitarnya, fungsi seksual berubah (mencakup libido menurun),
variasi diurnal dari suasana hati dan gejala biasanya lebih
buruk di pagi hari.
4. Gangguan psikologis berupa suasana hati (disforik, rasa tidak
bahagia, letupan menangis), kognisi yang negatif, gampang
tersinggung, marah, frustasi, toleransi rendah, emosi meledak,
menarik diri dari kegiatan sosial, kehilangan kenikmatan &
perhatian terhadap kegiatan yang biasa dilakukan, banyak
memikirkan kematian & bunuh diri, perasaan negatif terhadap
diri sendiri, persahabatan serta hubungan sosial.
Diagnosis depresi
Gangguan depresi pada usia lanjut ditegakkan berpedoman
pada PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnosis gangguan
Jiwa di Indonesia III) yang merujuk pada ICD 10 (International
Classification of Deseases 10). Gangguan depresi dibedakan dalam
depresi ringan, sedang, dan berat sesuai dengan banyak dan
beratnya gejala serta dampaknya terhadap kehidupan seseorang.
Pedoman diagnostik lainnya adalah DSM IV (Diagnostic
and Statistical Manual of Mental Disorders IV). Depresi berat
menurut DSM IV jika ditemukan 5 atau lebih gejala-gejala berikut
dibawah ini, yang terjadi hampir setiap hari selama 2 minggu dan
salah satu dari gejala tersebut adalah mood terdepresi atau
hilangnya rasa senang/minat.
Gejala-gejala tersebut :
1. Mood depresi hampir sepanjang hari
2. Hilang miknat/rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal
3. Berat badan menurun atau bertambah
4. Insomnia atau hipersomnia
5. Agitasi atau retardasi psikomotor
6. Kelelahan dan tidak punya tenaga
7. Rasa tidak berharga atau perasaan bersalah berlebihan
8. Sulit berkonsentrasi
9. Pikiran berulang tentang kematian, percobaan/ide bunuh diri.
Menurut ICD 10, pada gangguan depresi, ada tiga gejala
utama yaitu :
1. Mood terdepresi
2. Hiulang minat/semangat
3. Hilang tenaga/mudah lelah.
Disertai gejala lain :
1. Konsentrasi menurun
2. Harga diri menurun
3. Perasaan bersalah
4. Psimis memandang masa depan
5. Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri
6. Pola tidur berubah
7. Nafsu makan menurun
Pengelompokan berat ringannya depresi, disajikan dalam
tabel 1
Tabel 1.
Pedoman Pengelompokan Berat Ringannya Depresi
Depres
i
Ringan
minimal
2
lain
minimal
3
Sedang 2
3 atau 4
Berat
Fungsi
Keterangan
Baik
Distres
Berlangsung minimal
Terganggu
Sangat
2 minggu
Intensitas
terganggu
berat
gejala
suatu
konsensus
atau
prosedur
khusus
untuk
BPH
Hiperplasia prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia)
adalah pembesaran prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia
kelenjar atau hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering
menyebutnya dengan hipertropi prostat namun secara histologi
yang dominan adalah hyperplasia. Penyakit kelenjar prostat
merupakan gangguan yang banyak diderita oleh pria lansia. Pada
60% penderita sudah mulai muncul adanya nodul mikroskopik di
usia 60 tahun, dan pada usia 85 tahun meningkat menjadi 90%.
Adanya pembesaran prostat atau BPH disebabkan oleh 2
faktor, yaitu proses menua dan rangsangan androgen jangka
panjang.
Gejala hyperplasia prostat dapat dibagi menjadi gejala
akibat iritasi yang ditimbulkan oleh aliran urin (gejala iritatif) dan
gejala akibat obstruksi pembesaran prostat (gejala obstruktif)
Gejala obstruktif
Gejala iritatif
Urgency
putus)
Aliran urin lemah
Mengejan untuk mengeluarkan
berkemih)
Frequency (sering berkemih)
Nocturia (ingin berkemih
urin
Lama berkemih berkepanjangan
Perasaan tak tuntas saat berkemih
Retensi urin
malam hari)
Inkotinensia urge
(perasaan
ingin
di
Colok Dubur
Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba
Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai
Batas atas prostat tidak dapat diraba
iv.
ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin.
Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat dengan makin
meningkatnya usia, hal ini disebabkan karena :
Sisa
urine
dalam
kandung
kemih
meningkat
akibat
Nefropati Diabetik
Mellitus
adalah
suatu
kelompok
penyakit
berat
badan,
polyuria
(sering
berkemih),
polydipsia(sering haus), dan polyphagia (sering lapar).[8] Gejalagejalanya dapat berkembang sangat cepat (beberapa minggu atau
bulan saja) pada diabetes type 1, sementara pada diabetes type 2
biasanya berkembang jauh lebih lambat dan mungkin tanpa gejala
sama sekali atau tidak jelas.
vii. Hipertensi
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah
diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Pengukuran
tekanan darah serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang
yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager ,
2008).
Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi
dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia
pertengahan hipertensi sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan
diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah
usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya
usia (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008).
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit
koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun
disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi
pada usia lanjut dibedakan atas:
a. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari
tahun
menurun.
dan
kemudian
Kombinasi
mencerminkan
cenderung menetap
perubahan
adanya
ini
atau
sangat
pengakuan pembuluh
sedikit
mungkin
darah`dan
Forette, 2001)
Seperti
utama
dari
ketuaan
normal
terhadap
sistem
mengakibatkan
pcningkatan TDS.
Perubahan
mekanisme
refleks baroreseptor
terlihat pada
pemantauan
lanjut
usia
sering terjadi
keseimbangan antara
hipotensi
vasodilatasi
ortostatik. Perubahan
adrenergic -
dan
dan
selanjutnya
mengakibatkan peningkatan
di
atas
bertanggung
jawab
kiri,
dan
disfungsi
diastolik.
Ini menyebabkan
pengobatan
Memerlukan tindakan/rawat inap
tidak
patuh
terhadap
medik
adalah
suatu
bentuk
pelayanan
Mencegah
atau
mengurangi
keterbatasan
(impairment),
Dalam
menghadapi
lansia
sering
kali
harus
memperhatikan keadaan emosionalnay yang mempunyai ciriciri yang khas pada lansia, misal apakah seorang yang tipe
agresif atau konstruktif. Untuk memberikan motifasi lansia
agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi,
sosialisaai dan sebagainya.
vi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang telah kami laksanakan dapat
disimpulkan bahwa Kakek Yoso menderita Infeksi Saluran Kemih akibat
inkontinensia urin. Selain itu, karena penyakit Diabetes Mellitus yang diderita,
tekanan darah Kakek Yoso menjadi tinggi karena komplikasi Nefropati
Diabetikum. Beberapa penyakit tersebut menjadikan kakek Yoso mengalami
depresi, ditambah masalah psikologis akibat meninggalnya sang istri.
B Saran
Beberapa saran untuk diskusi tutorial skenario 2 blok geriatri ini antara
lain dalam melakukan kegiatan diskusi tutorial, seharusnya kami lebih aktif
lagi dalam mengemukakan pendapat dan mencantumkan sumber informasi
yang dapat dipercaya berdasarkan prinsip Evidence Based Medicine (EBM)
setiap kali kami menyampaikan pendapat. Selain itu, kami sebaiknya dapat
menggunakan waktu secara efisien supaya waktu yang dialokasikan untuk
diskusi dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland WA, Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC
Tortora, Gerard J. 2011. Principles of Anatomy and Physiology 13th Edition. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth (ed). 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi
5. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Osman NI, Christopher R. Chapple. 2013. Focus On Nocturia In The Elderly.
Diakses dari : http://www.medscape.com/viewarticle/809746_6Sudoyo, Aru W et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV.
Penerbit Buku Kedokteran IPD FK UI.