1) Top down
Dalam pendekatan top-down, pertama bulk material dihancurkan dan
dihaluskan sedemikian rupa sampai berukuran nano meter. Pendekatan topdown dapat dilakukan dengan teknik MA-PM (mechanical alloying-powder
metallurgy) dan atau MM-PM (mechanical milling-powder metallurgy), Dalam
mekanisme mechanical alloying, material dihancurkan hingga menjadi bubuk
2) Bottom up
Pendekatan penataan sendiri (self-assembly) atom-atom atau molekul yang
dikenal dengan istilah bottom up, dalam pendekatan bottom-up, material
dibuat dengan menyusun dan mengontrol atom demi atom atau molekul
demi molekul sehingga menjadi suatu bahan yang memenuhi suatu fungsi
tertentu yang diinginkan. Sintesa nanomaterial dilakukan dengan
mereaksikan berbagai larutan kimia dengan langkah-langkah tertentu yang
spesifik sehingga terjadi suatu proses nukleasi yang menghasilkan nukleusnukleus sebagai kandidat nanopartikel setelah melalui proses pertumbuhan.
Laju pertumbuhan nukleus dikendalikan sehingga menghasilkan nanopartikel
dengan distribusi ukuran yang relatif homogen.
Pada Pembentukan nanomaterial logam koloid secara bottom up,
paduan logam organik didekomposisi (direduksi) secara terkontrol sehingga
ikatan logam dan ligannya terpisah. Ion-ion logam hasil posisi bernukleasi
membentuk nukleus-nukleus yang stabil, yang dibangkitkan baik dengan
menggunakan katalis maupun melalui proses tumbukan. Selanjutnya
nukleus-nukleus stabil tersebut tumbuh membentuk nanopartikel. Untuk
menghindari proses aglomerasi antara nanopartikel-nanopartikel yang ada,
langkah stabilisasi dilakukan dengan menggunakan larutan separator.
Dekomposisi
lapisan
tipis
dengan
cara
penguapan
dan
b) Sputtering
Proses sputering adalah proses dengan cara penembakan bahan
pelapis atau target dengan ion-ion berenergi tinggi sehingga terjadi
pertukaran momentum. Proses sputtering mulai terjadi ketika
dihasilkan lucutan listrik dan gas sputer secara listrik menjadi
konduktif karena mengalami ionisasi.
pada
hidrolisis
dan