PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Menyusui merupakan proses pemberian air susu ibu (ASI) kepada
bayi yang membutuhkan reflek menghisap bayi untuk mendapatkan
dan menelan ASI. Namun, pada kondisi tertentu, masalah pada keterampilan
ibu dalam menyusui yang dapat menghambat proses menyusui. Salah satu
masalah yang sering muncul kesalahan ibu dalam proses menyusui adalah
mastitis. Mastitis merupakan peradangan yang disebabkan oleh tersumbatnya
aliran ASI dan berisiko menyebabkan adanya akumulasi bakteri yang
menginduksi mekanisme infeksi (Abou-Dakn, M., Richardt, A., SchaeferGraf, U., Wockel, A., 2010). Data WHO terbaru pada tahun 2008
menyebutkan bahwa di Amerika Serikat, persentase perempuan menyusui
yang mengalami mastitis rata-rata mencapai 10%. Persentase yang sama juga
terjadi di Indonesia, dengan lebih rinci, Prawirohardjo (2008) menyatakan
bahwa kejadian mastitis berkisar 2% hingga 33% pada ibu menyusui.
Penyempitan pada duktus laktiferus sebagai patofisiologi mastitis
menyebabkan bendungan ASI (engorgement), sehingga sisa ASI
terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembekakan, nyeri, peningkatan suhu tubuh disertai menggigil, dan
adanya respon panas pada payudara. Selain itu, Anggraini (2010)
menyebutkan bahwa meluasnya peradangan hingga menyebabkan
perlunya
proses
insisi
untuk
pengeluaran
nanah
dapat
Teknik
menyusui
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dengan
teknik
menyusui
akan
menyebabkan
terpenuhinya
No.
Permasalahan
Lokasi
2
Sumber
1.
terkait
(P/M/D)
M
masalah
Belum
pernah
penyuluhan
tentang
M, D
teknik
menyusui.
Manfaat
Adapun manfaat dari pelaksanaan program KKN di Desa Getasan
adalah:
1. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan menyusui tentang cara
menyusui yang benar.
2. Menceghan masalah kesehatan akibat kesalahan dalam teknik
menyusui.
BAB II
REALISASI PENYELESAIAN MASALAH
2.1 Tema dan Program
Adapun tema dan program kerja pelaksanaan KKN PPM Desa Getasan akan
diuraikan pada sub bab dibawah ini.
2.1.1 Tema
Penyuluhan Tentang Teknik Menyusui yang Benar pada Ibu Hamil dan
Menyususi di Desa Getasan
2.1.2
2.1.3
Permasalahan
Alasan Pemilihan
Program Pokok
Penyuluhan Teknik Menyusui dan Perawatan Payudara yang Baik dan
Benar
No
No. Sektor
Volume
Sumber
1.
13.1.1.55
Penyuluhan
Materi
31 orang
Dana
Mhs
Teknik
penyuluhan,
Menyusui dan
LCD, alat
Perawatan
perlengkapan
Payudara yang
kegiatan
Baik dan
penyuluhan
Benar
2.1.4
Nama
Uraian Kegiatan
Minggu ke (Juli-
Bidang
1
4
Agustus 2016)
2
3
Kesehatan
Masyarakat
(katarak (?))
Satuan
Harga Satuan
Volume
Jumlah
1
3
(Rp)
100.000
1.000.000
1.
2.
LCD (Sewa)
Sound + Mikrofon
Buah
Buah
(Rp)
100.000
1.000.000
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(Sewa)
Clip on mic
Leaflet
Narasumber
Piagam
Map Batik
Spanduk / Banner
Dot Bayi (Sewa
Buah
Lembar
Orang
Buah
Buah
Buah
Buah
250.000
5.000
350.000
10.000
5.000
200.000
150.000
1
30
1
1
1
1
1
250.000
150.000
350.000
10.000
5.000
200.000
150.000
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Phantom)
Handuk
Kapas
Air Hangat
Konsumsi (Snack)
Boneka Bayi
Lotion/Minyak
Buah
Kotak
Kotak
Buah
Botol
40.000
10.000
5.000
135.000
50.000
3
1
40
1
1
120.000
10.000
200.000
135.000
50.000
Kotak
Orang
20.000
200.000
1
2
20.000
200.000
2.700.000
Zaitun
16. Kasa Putih
17. Soundman
TOTAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi/Pengertian
Mastitis adalah radang pada payudara yang disebabkan payudara
bengkak yang tidak disusun adekuat (Bahiyatun, 2008)
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih
segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi.
Mastitis diperkirakan dapat terjadi pada 3-20% ibu menyusui. Dua hal
yang perlu diperhatikan pada kasus mastitis adalah pertama, karena
mastitis biasanya menurunkan produksi ASI dan menjadi alasan ibu
untuk berhenti menyusui. Kedua, mastitis berpotensi meningkatkan
transmisi vertikal pada beberapa penyakit. Sebagian besar mastitis
terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering pada
minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang
masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui
(Alasiry, 2012).
Gambar 1. Mastitis
2.1.2 Epidemiologi
6
pasca
post
partum.
Sedangkan
di
Indonesia
hanya
15% kembali
ke laktasi
normal.
Sering
ASI
yang
efektif,
mastitis
noninfeksiosa
sering
pengisapan
bayi
8
yang
buruk
pada
payudara,
Frekuensi menyusui
Tahun 1952, Illingworth dan Stone secara formal
menunjukkan dalam uji coba dengan kontro1, bahwa
insiden stasis asi dapat dikurangi hingga setengahnya bila
bayi disusui tanpa batas. Hubungan antara pembatasan
frekuensi dan durasi menyusui dan mastitis telah diuraikan
oleh beberapa penulis. Banyak wanita menderita mastitis
bila mereka tidak menyusui atau bila bayi mereka, tidak
seperti biasanya, tertidur semalaman dan waktu antar
menyusui semakin lama.
10
Frenulum
yang
pendek
(tounge
tie)
pada
bayi
payudara
adalah
organisme
koagulase-positif
Escherichia
coli
dan
Streptococcus,
dan
2.1.4
12
f.
Trauma
13
j.
Saluran tersumbat
Beberapa wanita berulang kali berkembang menjadi saluran
tersumbat, beberapa di antaranya menyebabkan infeksi penuh.
Sumbatan ini terlihat sebagai kepala" putih dan terasa tekanan dan
tegang disekitar sumbatan. Pijat yang lembut di atas daerah yang
tegang ketika bayi menyusui dari payudara dapat membantu,
terutama jika sumbatan baru saja terbentuk.
k.
l.
frekuensi
menyusui
menyebabkan
14
menjadi
port
de
entry
bakteri,
terutama
bakteri
15
b. Mastitis Noninfesiosa
Terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh
payudara, reproduksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun
proses ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan
selesai dalam 2-3 minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI
dapat menyebabkan respon peradangan.
c. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi
yang dapat disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat,
sehingga produksi ASI sangat berkurang yaitu kira-kira hanya
sampai dibawah 400 ml/hari.
d. Mastitis Infeksiosa
Terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
factor imun dalam ASI dan oleh respon-respon inflamasi. Secara
normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
2.1.7
Gejala Klinis
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan
kadang terasa nyeri.
b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang
menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk
menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang.
d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala
demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang
membengkak karena sumbatan saluran ASI antara lain :
16
a.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Fisik
Menurut Blumstein, Howard dan
2.1.9
Pemeriksaan Diagnostik
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan
rontgen. Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratorium/rontgen. World Health Organization (WHO), (2008)
menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa
keadaan yaitu bila:
17
Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak terlalu sukar,
dapat diketahui dengan terdapat amenore, mual dan muntah berlebihan
sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dengan berbagai tingkat.
Hiperemesis
gravidarum
yang
terus
menerus
menyebabkan
pengobatan
perlu
diberikan.
Diagnosis
hiperemesis
Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Penanganan berupa pemanasan local, antiperetik dan analgetik
ringan, pengosongan mammae berkala dengan terus memberikan
ASI atau memompa, dan terapi antibiotic oral. Jika terjadi abses,
pasien perlu ke rumah sakit untuk mendapatkan antibiotic
intravena, aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan
aspirasi
perlu
dilakukan
menyingkirkan keganansan.
18
pemeriksaan
histologik
untuk
Dosis
Erythromycin
250-500mg
setiap 6 jam
Flucloxacilin
250mg
setiap
6 jam
Dicloxacilin
125-500
mg
Memiliki
yang
terhadap
19
efek
rendah
hepar
dibandingkan
dengan
Flucloxacilin
Amoxacilin
250-500
mg
setiap 8 jam
Cephalexin
250-500 setiap
Aman
untuk
6 jam
wanita
dengan
alergi penicillin.
d. Pengobatan simtomatik
Nyeri harus diobati dengan analgesic. Ibuprofen disebut sebagai
antibiotic yang paling efektif, dan dapat membantu mengurangi
inflamasi dan nyeri. Paracetamol adalah pilihan alternative.
Istirahat, apabila memungkinkan istirahat di ranjang bersama bayi
akan meningkatkan frekwensi pemberian air susu yang mampu
membantu mengurangi volume dalam mammae.
Pasien mastitis juga harus mengatur diet, seperti berhenti
mengkonsumsi kopi karena mengandung methylxantines, dan
mengurangi intake lemak ( Lisa, H. Amir., 2008).
Sedangkan menurut Varney (2007), penatalaksanaa mastitis adalah
sebagai berikut:
a. Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah
statis.
b. Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit, jangan
menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
c. Perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat
payudara.
d. Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat
menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.
e. Meningkatkan pemasukan cairan
f. Istirahat, satu atau dua kali di tempat tidur.
g. Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupannya.
20
Komplikasi
Komplikasi dari penyakit mastitis yaitu:
a.
Abses payudara
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah
payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah
diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.
Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi
adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan
dengan aspirasi jarum halus dengan bimbingan USG karena dapat
bersifat kuratif. Hal ini dapat mengurangi nyeri dibanding insisi
dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesia lokal. Pada
abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah.
Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI
dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang
diberikan sesuai dengan jenis kumannya. Bila payudara yang
dibedah sudah sembuh, maka bayi diwajibkan menyusui payudara
yang terkena agar mencegah stasis asi atau menjadi mastitis
berulang (Robinson D, 2010)
b. Mastitis berulang /kronis
Mastitis berulang bias anya disebabkan karena pengobatan
terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat,
banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi
stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri
diberikan antibiotic dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali
sehari) selama masa menyusui
c. Infeksi jamur
21
2)
3)
Menggunakan
bra/BH
yang
menyangga
dan
2.2 Pembahasan Penelitian Pada Jurnal dan Konsep Intervensi Pada Jurnal
2.2.1 Nyeri pada Mastitis
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara
membesar, keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang
pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah
bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil.
22
Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada
bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
Patofisiologis mastitis pada awalnya bermula dari kuman
penyebab mastitis yaitu puting susu yang luka atau lecet. Puting lecet
sebagai salah satu faktor risiko mastitis dapat menyebabkan timbulnya
rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan
payudara secara sempurna. Kerusakan integritas kulit pada puting lecet
menyebabkan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke duktulusduktulus dan sinus sehingga mengakibatkan radang pada mamae.
Radang duktulus-duktulus menjadi edematous dan akibatnya air susu
tersebut terbendung (Ambarawati, 2008).
Nyeri sedikitnya mengalami dua perubahan, diantaranya: 1.) akibat
perlukaan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan nosiseptif; 2.)
setelah proses perlukaan terjadi dan menyebabkan adanya respon
inflamasi pada daerah sekitar luka atau lecet, kemudian terjadi
pelepasan zat-zat kimia (prostaglandin, histamin, serotonin, bradikinin,
substansi P dan lekotrein) oleh jaringan yang rusak dan sel-sel
inflamasi. Zat-zat kimia yang dilepaskan inilah yang berperan pada
proses transduksi dari nyeri.
Nyeri merupakan suatu bentuk peringatan akan adanya bahaya
kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri akut disebabkan
oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif.
Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang
otak, thalamus dan korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan
jaringan, maka sistem nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi
protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan yang rusak
(Burton, 2007). Nyeri inflamasi merupakan salah satu bentuk untuk
mempercepat
perbaikan
kerusakan
jaringan.
Sensitifitas
akan
23
akan
melepaskan
komponen
intraselulernya
seperti
diatas
akan
langsung
merangsang
nosiseptor
nyeri
setelah
cidera.
Sensitisasi
sentral
Serat
serat
sensorik
mekanoreseptor
bisa
dihasilkan
mekanoreseptor A-beta
(Burton,
2007).
merusak
(memotong,
membakar,
kepitan)
tidak
26
28
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengumpulan Data
Pada pengkajian awal yang perlu dikaji adalah identitas pasien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, tgl masuk, no RM dan
diagnosa medis. Kemudian ditambahkan dengan identitas penangguang
29
c.
d.
e.
30
3.1.3
Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi,
waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri, bau, sejak kapan?
Pada pasien dengan mastitis pasien tidak mengalami gangguan
pada eliminasi .
32
apa saja?
- Apakah menggunakan alat bantu (kacamata, dll)?
Saat sakit:
- Bagaimana menghindari rasa sakit?
- Apakah mengalami nyeri (P: penyebab rasa nyeri, Q: kualitas nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R: terdapat didaerah mana, S: skala 0-10, T:
-
Saat sakit:
-
penyakitnya?
Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya?
Pada pasien dengan mastitis pola persepsi dan konsep diri pasien
tidak mengalami gangguan
33
Sebelum sakit:
-
Saat sakit:
-
dan dokter)?
Apakah peran/pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
Pada pasien dengan mastitis mengalami gangguan pada
peran hubungan dengan sesama. Hal ini terjadi karena jalur
paraseluler terbuka menyebakan perubahan komposisi ASI
sehingga ASI yang diproduksi tida disukai bayi menyebabkan
ketidakefektifan pemberian ASI. Pada pasien dengan mastitis Bayi
tampak menolak diberikan ASI dan terdapat luka pada puting Ibu.
Saat sakit:
-
Saat sakit:
-
Saat sakit:
-
3.1.4
Pemeriksaan Fisik
Menurut Blumstein, Howard dan
c.
Menggigil
d.
e.
f.
g.
3.1.6
Analisa Data
Analisa data terlampir
3.2
Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (mastitis) ditandai
dengan pasien tampak meringis, pasien melaporkan nyerinya di sekitar
payudara, skala nyeri 6, nyeri terasa saat bayi mengisap puting susu
2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit mastitis ditandai dengan suhu
pasien diatas kisaran normal (38oC), kulit pasien teraba hangat.
36
37
Diagnosa Keperawatan
Nyeri
akut
berhubungan Setelah
dengan
agens
cedera
(mastitis)
ditandai
Intervensi
dengan diharapkan
terjadi
penurunan
saat
puting susu
bayi
mengisap
nyeri
komprehensif
secara
ketika
setelah
nonverbal
kualitas
terhadap
yang dirasakan.
3. Mengajarkan teknik
dan
38
Pain
Management
distraksi,
1. Lokasi,
karakteristik,
aspek
merupakan
nyeri
dijadikan
hal
yang
ukuran
untuk
teknik
farmakologi
untuk
mengurangi
klien.
dapat menyebabkan nyeri.
4. Untuk
6. Memposisikan klien dalam
Label
NIC
termasuk
faktor presipitasi.
2. Mengobservasi
menarik
1. Mengkaji
frekuensi,
nyeri
Rasional
skala
nyeri
mengoptimalkan
a. Pasien
mampu
mengontrol
tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
bantuan)
b. Mampu
(skala,
nyeri,
mencari
mengenali
intensitas,
nyeri
frekuensi
penanganan
nyeri
klien.
kapan nyeri menjadi lebih 5. Untuk menurunkan skala
buruk
dan
apa
yang
dilakukan
menguranginya.
8. Mengajarkan prinsip
manajemen nyeri.
9. Berikan kompres
nyeri
dan
mencegah
untuk
dari
predisposisi.
hangat 7. Melihat karakteristik nyeri
pada pasien
yang
dialami
klien,
sehingga
1. Tanda vital dalam rentang
o
pada
NIC
Label
Analgesic
akan
mempengaruhi
tindakan
administration
, TD = 120/80 mmHg, RR =
16-20
x/menit,
100x/menit)
pasien 9. Kompres
pasien
pengecekan
39
hangat
efektif
mengurangi
nyeri
dirasakan pasien.
pada
untuk
yang
3. Memilih
analgesic
yang
Label
Analgesic
dan
setelah
perawat
5. Mengevaluasi
dari analgesic
keefektian
alergi
ketika
pemberian
medikasi.
3. Untuk
mengoptimalkan
penggunaan
dalam
analgesik
upaya mengurangi
dan
setelah
analgesic
40
Hipertermia
dengan
berhubungan Setelah
penyakit
dilakukan
tindakan
terjadi
penurunan
NIC
label:
Temperature
Regulation
a. Memonitor suhu setidaknya
setiap 2 jam sekali
b. Memonitor tekanan darah,
suhu kulit
d. Memberitahukan
lingkungan
butuhkan
41
yang
kulit
indikasi
suhu
yang
pasien
analgesik.
NIC
label:
pemakaian
Temperature
Regulation
a. Untuk
mengetahui
perubahan
suhu
tubuh
pasien.
b. Untuk memantau kondisi
klien
atau
mengindentifikasi masalah
dan mengevaluasi respons
klien terhadap intervensi.
c. Mengetahui perfusi pada
kulit pasien.
d. Mengatasi
penyebab
hipertermi
e. Untuk menyesuaikan suhu
tubuh
bantuan
pasien
hal-hal
dengan
yang
g. Berikan antipiretik
NIC label: Fever Treatment
a. Berikan
tindakan
pengobatan
untuk
mengurangi demam.
b. Lakukan tindakan Water
Tepid Sponge
c. Anjurkan
untuk
peningkatan
untuk
menurunkan hipertermi
NIC label: Fever Treatment
a. Untuk penurunan demam
pasien secara farmakologis.
b. Untuk penurunan demam
pasien
secara
non
farmakologis
c. Agar intake cairan melalui
oral
pada
pasien
dapat
meningkat.
d. Untuk mengetahui output
3
Ketidakefektifan
ASI
berhubungan
pemberian Setelah
diberikan
42
cairan pasien.
NIC Label:
NOC
orang
pendidikan
Label
Breastfeeding
Establishment : Infant
Label
Breastfeeding
mengenai
pengambilan
keputusan
2. Sediakan informasi tentang
keuntungan dan kerugian
dari menyusu
Konwledge 3. Perbaiki konsep yang salah,
informasi yang tidak sesuai
1. Mengetahui
manfaat
menyusui.
2. Mengetahui ketentuan asupan
cairan untuk ibu
3. Mengetahui
tua
NOC
1. Berikan
Lactation counseling
tanda-tanda
yang
43
dan
ketepatan
mengenai
menyusu
4. Berikan dukungan
1. Untuk
memberikan
pemberian ASI
2. Agar orang tua mengetahui
keuntungan dan kerugian
dari
menyusu
dapat
sehingga
mengambil
pada
keputusan ibu
5. Berikan
rekomendasi
pendidikan pada orang tua
perawatan
digunakan
untuk
kebutuhan
pentingnya
sesuai
beberapa
diperlukan
memberikan
pilihan
yang
ditransfer ke
ASI.
tingkat
dapat
digunakan
menentukan
untuk
perawatan
pompa
payudara
kebutuhan
9. Demonstrasikan
sesuai
massage
mengetahui
kemampuan
menghisap
menentukan
energi
Kerusakan
berhubungan
integritas
dengan
kulit Setelah
dilakukan
tindakan
44
NIC Label :
Skin Care
Topical
Treatment
1. Kaji keadan kulit pasien
Topical
Treatment
1. derajat kerusakan kulit
hasil:
topikal
pada
area
mengalami
yang
kerusakan
integritas
adanya
4. Dokumentasikan
derajat
kemerahan pada kulit klien
kerusakan integritas sebelum
yang terinfeksi
dan sesudah dilakukannya
3. Integritas kulit klien dapat
membaik dibanding keadaan
sebelumnya
4. Lesi pada kulit pasien dapat
dilakukan
5.
Memonitor warna dan
intervensi
kerak vesikel
45
kemerahan,
edema,
selanjutnya
untuk
menghilangkan bakteri
yang terdapat pada kulit
dan
mencegah
timbulnya infeksi
3. Antibiotic
topical
berguna
untuk
yang
menentukan
kelembapan kulit
teratasi
dapat
atau
drainase.
2. Melakukan monitoring kulit
terjadi
pasien
5. mendeteksi
terdapat
suhu
dini
pada
jika
peningkatan
kulit
kelembapan kulit
dan
keadaan
melihat
setiap
mewaspadai
tanda
yang
dan
dapat
melakukan penanganan
segera
jika
kulit
5
Defisiensi
berhubungan
pengetahuan
dengan
46
keadaan
semakin
NIC Label :
memburuk
NIC Label :
ditandai
mengatakan
menyenai
(mastitis).
dengan
tidak
pasien
1. Kaji
tingkat
paham
hasil :
pengetahuan pasien
2. Jelaskan
tentang
pengetahuan mengenai
penyakitnya
NOC Label :
Knowledge: Disease Process
1. Klien mengetahui penyebab dan
faktor
yang
berkontribusi
(penyebab,
dilakukan
untuk
penyakit
memenejemen
gejala
5. Dapat
mengetahui
dampak
yang muncul
4. Jelaskan kepada pasien
waktu
control
follow
up
serta
mengenai
status penyakit
NIC
Label
Teaching
Prescribed Medication
1. Instruksikan
47
pasien
untuk
mengenal
Label
Teaching
dari obat
Prescribed Medication
4. Jelaskan kepada pasien 1. tujuan dari mengenal
tanda dan gejala dari
kelebihan dosis
48
4. Mengajarkan pasien
mengenali reaksi obat yang
memerlukan penanganan
segera
49
50
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
pasien
pasien
sekitar
tampak
melaporkan
meringis,
nyerinya
di
berkurang.
O : Skala nyeri pasien berkurang
dari 6 menjadi kurang dari 6
dalam rentangan 1-10. Nadi
pasien dalam rentang normal
(60-70x/menit)
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien
Hipertermia
berhubungan
demam lagi.
O : Suhu tubuh pasien dalam
rentang normal 36,5 37,50C,
nadi dan RR dalam rentang
normal (RR = 16-20 x/menit, N
= 60-100x/menit) dan tidak
terdapat perubahan warna kulit
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien
Ketidakefektifan
pemberian
dalam menyusui.
informasi
yang
ketentuan
asupan
Kerusakan
integritas
tidak
terdapat
ruam,
tidak
edema.
O : tidak terdapat
ruam pada
terdapat
tanda-tanda
kerak vesikel
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien
5
penyebab
52
dan
faktor
yang
(mastitis).
risiko,
dan
pasien
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kelebihan Evidence Based
53
RI, 2001 dalam runiari 2010 ). Kompres panas dengan suhu 40,5-43C merupakan
salah satu pilihan tindakan yang digunakan untuk mengurangi dan bahkan
mengatasi rasa nyeri. Hal ini berdasarkan pada Permenkes no. 1109 tahun
2007 tentang Penyelenggaraan pengobatan komplementer alternative
55