Rancangan Percobaan
Rancangan Percobaan
RANCANGAN PERCOBAAN
B kemudian A dengan C, dan terakhir B dengan C. Jadi untuk keperluan ini dilakukan
tiga kali analisis atau perhitungan untuk membandikan tiga perlakuan tersebut. Makin
banyak perlakuan yang dibandingkan tentu makin banyak pula tahapan analisis yang
harus dikerjakan. Dapat dibayangkan, betapa repotnya kalau ingin membandingkan 10
perlakuan, 12 perlakuan, 15 perlakuan, dan seterusnya. Bila akan membandingkan
dari
p perlakuan, maka harus melakukan analisis pasangan-pasaangan perlakuan
sebanyak:
kali pembandingan.
Untuk mengatasi hal ini, maka Fisber (1948) telah menemukan cara yang praktis yang
disebut dengan analisis varians atau analisis keragaman atau sidik ragam. Pengujian ini
baru dianggap berlaku apabila data yang dianalisis memenuhi beberapa persyaratan.
Syarat-syarat ini tldaklah otomatis dapat dilihat dari data yang dikumpulkan. Pendektan
ke arah persyaratan yang harus dipenuhi oleh data tersebut sebelum dianalisis adalah
menggunakan asumsi. Asumsi yang biasa digunakan (diambil) dalam sidik ragam
adalah data mempunyai sifat: aditif, linieritas, normalitas, independen, dan homogen
varians. Penjelasan tentang hal ini telah disebutkan di depan.
Secara garis besar analisis varians dalam percobaan dapat digolongkan menjadi tiga
macam yaitu: RAL (Rancahgan Acak Lengkap), RAK (Rancangan Acak Kelompok), dan
RBSL (Rancangan Bujur Sangkar Latin) merupakan rancangan dasar.
Pembagian di atas didasarkan pada keadaan lingkungan selain perlakuan yang
digunakan (yang terlibat dalam) dalam membandingkan antar-perlakuan yang diteliti.
Oleh karena itu, ketiga rancangan ini sering disebut dengan Rancangan Linggkungan.
Selanjutnya, disebut juga Dasar-dasar Rancangan Percobaan atau Rancangan Dasar,
karena semua percobaan yang bertujuan membandingkan pengaruh lebih dari dua
perlakuan pada suatu objek tertentu adalah berdasarkan salah satu dari ketiga
rancangan tersebut.
Lingkungan yang digunakan dalam percobaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1)
lingkungan yang homogen; atau (2) lingkungan yang hetrogen. Untuk lingkungan
homogen digunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap), sedangkan untuk lingkungan yang
heterogen dan apabila sifat hetorogenitasnya berasal dari satu sumber, digunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan apabila hetorogenitasnya berasal dari dua selain
perlakuan, maka digunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL). Selanjutnya, akan
dibicarakan masing-masing rancangan dasar seperti berikut.
1.
A1
B2
A3
A2
C1
10
E4
D5
B5
D3
D3
A2
B7
B3
B8
B1
A4
C2
D4
B2
D1
(a)
11
12
13
14
15
C2
E3
B1
A4
E4
C3
A1
B4
16
17
18
19
20
B3
A5
D1
B4
D2
A8
C4
A5
21
22
(b)
23
24
25
E1 C5
(c)
C4
D4
E2
D3
B5
A6
A3
B6
C1
D2
A4
A7
Gambar 5.1
Pada Gambar 5.1; pelaksanaan percobaan adalah: mediaatau lingkungan dibagi menjadi
unit-unit atau plot-plot sesuai dengan unit percobaan. Diketahui bahwa: (a) bagan
percobaan terdiri atas 25 unit atau plot, sehingga dapat digunakan
membandingkan: (b) lima perlakuan dengan lima ulangan, dan (c) empat perlakuan
dengan ulangan tidak sama, dan seterusnya.
dicoba memang merupakan populasi dari perlakuan tersebut; dan (2) model acak
(Random Model) di mana perlakuan yang dicoba merupakan bagian atau sampel acak
dari populasinya.
Penjelasan memdalam mengenai pengertian di atas diberikan pada teori statistika. Pada
umumnya percobaan dalam penelitian pertanian adal model acak, untuk mendapatkan
kesimpulan untuk populasinya.
Dikripsi analisis data pada percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap sebagai berikut.
Misalnya ada sejumlah p perlakuan yang akan diselidiki atau dicoba pengaruhnya dan
dengan jumlah ulangan yang sama (azas simetri) walaupun tidak perlu harus sama,
misalnya dengan ulangan sama sebanyak r untuk setiap perlakuan, sehingga data
pengamatan dinyatakan dengan Yij di mana (i = 1, 2, . . ., p; dan j = 1, 2, . . ., ri) seperti
yang disajikan dalam Tabel 5.1 berikut.
No (= ulangan)
A (1)
B(2)
1
2
3
.
.
.
N
Y11
Y12
Y13
.
.
.
Y1n
Y1.
Y21
Y22
Y23
.
.
Y2n
Y2.
Y.1
Y.2
Y.3
.
.
.
Y.n
Y(.).
Ulangan (ni)
Rata2
Perlakuan
n1
n2
ni
(.)
P(p)
.
.
.
.
.
.
.
Y(.).
.
.
.
.
.
.
Y(.).
Yp1
Yp2
Yp3
.
.
.
Ypn
Y(P).
Y1.
Y2.
Y3.
.
.
.
Yn.
Y..
ni
ni
np
ni
= jumlah perlakuan
np1, np2 , np3 , . . . , npp dapat sama atau berbeda (dalam prakteknya dalam prakteknya biasanya diusakan sama
untuk mempermudah perhitungan (azas simetri)
(2)
(3)
Analisis statistika untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan analisis
keragaman disebut dengan analis satu arah atau eka arah (one way analysis). Untuk
memudahkan pekerjaan analisis selanjutnya, maka didahului dengan membuat tabulasi
data yang disebut dengan tabel dua arah pengamatan seperti pada Tabel 5.1,
Setelah semua nilai pengamatan atau data ditabulasi seperti pada Tabel 5.1, kemudian
dilanjutkan dengan membuat tabel sidik ragam yang akan digunakan untuk analisis
statistikanya terutama uji F, untuk mengambil kesimpulan apakah di antara perlakuan
yang dicoba apakah terjadi pengaruh yang berbeda nyata (signifikan) atau tidak. Seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Bagan Sidik Ragam RAL
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Perlakuan
(P)
(p-1)
Residu
(Res)
Jumlah
Kuadrat
(JK)
JK P
Kuadrat
Tengah
(KT)
F.
F. Tabel
Hitung
(Fhit.)
5%
-
(ni - 1)-(p-1)
Total
ni - 1
1%
-
JK Res
JK Tot
(2). JK Total =
FK
(3). JK Perlakuan =
Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti berikut.
(6). F Hitung =
(7). F Tabel = F(; DB P; DB Res). dicarari dari tabel F, atas dasar DB Perlakuan (DB P) dan
Residu (DB Res)
DB
(2). JK Total =
FK
(3). JK Perlakuan =
Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti:
(4). JK Residu = JK Total JK Perlakuan
(5). KT masing-masing =
(6). F Hitung =
(7). F Tabel = F(; DB P; DB Res). dicarari dari tabel F, atas dasar DB Perlakuan (DB P) dan
Residu (DB Res)
DB
Rancangan percobaan seperti ini disebut Rancangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan
Acak Kelompok disebut pula dengan percobaan dua arah (two way experiment) artinya
keragaman atau variasi utama percobaan berasal dari dua sumber yaitu; (1) perlakuan dan
(2) kelompok atau blok atau ulangan.
Agar lebih jelas, dapat dilihat pada dua bagan percobaan RAK berlkut.
I
x
x
x
x
x
(a)
x
x
x
x
x
II
x
x
x
x
x
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
III
X
X
X
X
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
IV
XX
XX
XX
XX
XX
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
V
X
X
X
X
X
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
II
III
IV
2.
Keterangan Gambar.
Media percobaan menggunakan lahan yang agak miring, di mana kondisi lahan tidak homogen,
misalnya, makin ke bawah makin subur, jadi tidak honogen. Tanaman ditanama pada
kelompok-kelompokkan tanah yang kesuburanya sama pada setiapkelompok, seperti
pada kelompok I (paling subur), kelompok II (kurang subur), dan kelompok III (sangat
kurang subur) gambar (a). Di mana pada setiap
kelompok mendekati homogen. Atau
dengan kesuburannya sama. Pada setiap kelompok inilah ditempatkan semua perlakuan misalnya
perlakuan pemupukan dengan pupuk organik yaitu pupuk jenis A, B, C, D, dan E.
Media percobaan adalah tanah yang keseluruhannya tidak seragam, misalnya
karena pada di sebelah kiri hamparan tanah mengalir sebuah sungai, karena adanya
pemasukkan air yang mungkin membawa unsur hara, lumpur, dan sebagainya. Dalam hal
ini perlu menentukan arah kesuburan tanah. Arah kesuburan tanah, yaitu pada dekat
saluran paling subur, yang paling jauh dari saluran tangahnya paling tidak subur.
Pada setiap petak tanah yang mempunyai kesuburan tanah dijadik satu kelompok atau
blok. Pada masing-masing blok ditempatkan seluruh perlakuan yang akan dicoba.
Perlakuannya umpamanya dosis pemupukkan (D1, D2, D3, D4, dan D5) ditempatkan
secara acak pada setiap unit perlakuan pada setiap belok.; dan selain perlakuan haruslah
sehomcgen mungkin.
Karena semua blok memuat semua perlakuan, maka jumlah blok akan merupakan
ulangan dari semua perlakuan. Dengan kata lain jumlab blok = jumlah ulangan = r.
Selain ini ulangan untuk setiap perlakuan haruslah sama yaitu sama dengan jumlah blok.
Ulangan yang berbeda dari setiap perlakuan akan menyebabkan tidak semua blok
memuat perlakuan yang lengkap.
Blok yang memuat perlakuan tidak lengkap ada cara pertentu untuk menganalisanya.
Sehingga kalau analisis diteruskan kesimpulan tidak akan obyektif dan cara mengatasinya
adalah dengan analisisnya tertentu dan khusus). Jadi kalau ada data yang hilang, misal
karena tanaman mati, dimakan ternak, dicuri orang, dan sebagainya, maka data itu harus
dikembalikan lagi dengan jalan menduganya memakai analisis pendugaan data hilang
tersebut. Pendugaan itu menggunakan rumus pendekatan yang akan dijelaskan pada bagian
lain. Pada RAL data yang hilang tidaklah menimbul atau menjadi masalah, karena
perlakuan-perlakuan yang diteliti boleh saja memiliki ulangan yang tidak sama. Hasil
percobaan selain dipengarubi oleh perlaknun dan kesalaban percobaan juga dipengaruhi oleh
blok atau kelompok atau ulangan.
Dengan demikian model matematis RAK adalah:
Yij = + j + i+ ij
Di mana :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
= nilai rata-rata harapan
i = pengaruh perlakuan
j = pengaruh blok atau kelompok atau ulangan
= pengruh kesalahan percobaan
i = perlakuan ke-i
j = ulangan ke-j
(1)
(2)
(3)
(4)
Ulangan
Perlakuan
1
Jumlah
Y11
Y21
Yp1
Y.1
Y12
Y22
Yp2
Y.2
Y1n
Y2n
Ypn
Y.n
Jumlah
Y1.
Y2.
Yp.
Y..
Rata-rata
perlakuan
Susunan perlakuan ulangan dapat dibalik atau dirubab tempatnya.
Derajat
Bebas
(DB)
Jumlah
Ulangan
(R)
(r-1)
Kuadrat
(JK)
JK R
Perlakuan
(P)
(p-1)
JK P
Residu
(Res)
(r -1)-(p-1)
JK Res
Residu
(Res)
(r -1)-(p-1)
JK Res
rp - 1
JK Tot
Total
Kuadrat
Tengah
(KT)
F.
Hitung
(Fhit.)
F. Tabel
5%
1%
Hipotesis pada RAK ini sama dengan yang diberlakukan pada RAL, yaitu:
Hipotesi untuk model tetap, adalah H0 : Pi = 0 untuk i = 1, 2, . . . , p. Yang artinya terdapat
perbedaan pengaruh di antara perlakuan yaang dicoba; karena ulangan diangagap tetap.
Apabila pada analisis keragaman nilai F Hitung F Tabel atau peluang (p) F >
0,05;
maka H0 : Ti = 0 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh
yang tidak nyata antar-perlakuan yang dicoba; dan sebaliknya apabila F Hitung > F
Tabel atau peluang (p) F < 0,05%, maka H0 : Ti = 0 ditolak yang berarti bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang nyata diantara perlakuan yang dicoba. Di mana F Tabel =
F(; db P; dbRes).
Untuk mengetahui pasangan-pasangan perlakuan-perlakuan mana yang menunjukkan
perbedaan yang nyata, diperlukan pengujian lanjutan. Hal ini dilakukan setelah analisis
keragaman. Uji lanjut diantaranya uji t berganda (BNT), BNJ, Duncant, Benferony, dan
sebagainya (akan dibicarakan pada Bab uji beda nilai rata-rata) seperti halnya pada RAL
(2). JK Total =
FK
(3). JK Perlakuan =
(4). JK Ulangan =
Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti:
(5). JK Residu = JK Total JK Ulangan JK Perlakuan
(6). KT masing-masing =
. F Tabel perlakuan = F(; DB P; DB Res); dicari pada tabel F, atas dasar DB Perlakuan (DB P) dan DB Residu (DB Res)
). F Tabel ulangan = F(; DB R; DB Res). dicari pada tabel F, atas dasar DB Ulangan
(DB R) dan DB Residu (DB
Res)
3.
maka pada percobaan ini harus dibagi menjadi tiga arah keragaman utama atau
pengelompokan seperti terhadap lingkungan, bahan atau materi percobaan, dan perlakuan
yang sedang dicoba.
Pengelompokan pertama disebut dengan pengelompokan terhadap baris (B) dengan
kode i, Pengelompokan kedua disebut dengan pengelompokan terhadap kolom atau
lajur (K) dengan kode j, di mana baris (B) dan kolom (K) bersifat bebas sesamanya
atau sering dikatakan tegak lurus sesamanya atau bersifat ortogonal. Dapat dikatakan
baris mengikuti sumbu X, kolom mengikuti sumbu Y; sedangkan pengelompokan ke-tiga
terhadap perlakuan (P) yang tegak lurus terhadap sumbu X,Y yang dikodelan dengan k dan
teretak pada sumbu Z. Jadi percobaan dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL),
komponen-komponennya berada pada sisi-sisi bidang kubus. Baris (B), kolom atau lajur
(K), dan perlakuan (P) pada sumbu XYZ dapat dipertukarkan tempatnya, hanya merupakan
istilah saja untuk menunjukkan bahwa variasi atau keragaman percobaan berasal dari
ke-tiga komponen tersebut.
Dalam percobaan lapang, pengelompokan terhadap lingkungan atau ekologi (B dan K)
merupakan segi empat atau bujur sangkar sehingga keragamannya menyebar pada kedua
arah atau sumber (arah X dan Y). Bagan ini dibuat untuk membuat lingkungan percobaan
menjadi homogen.
Yang perlu diperhatikan dalam percobaan dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
adalah: (1) jumlah kolom, baris, dan perlakuan harus sama; (2) semua perlakuan teracak
dalam baris dan kolom artinya setiap perlakuan akan tampak hanya sekali dalam satu baris
atau dalam satu kolom; dan (3) suatu asumsi bahwa antara perlakuan dengan baris dan
kolom tidak terdapat interaksi. Apabila tedapat interaksi, maka dilakukan analisis dengan
pola atau model yang lain.
Karena setiap perlakuan hanya boleh muncul sekali baik dalam kolom maupun baris,
maka jumlah perlakuan akan selalu sama dengan julah baris dan sama pula dengan
jumlah kolom.
KeteranganBagan RBLS:
Padagambar terlihat ada lima perlakuan
yaitu:
5 A, B, C, D, dan E;
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Dengan adanya pengelompokan lingkungan percobaan dalam dua arah (baris dan kolom)
maka hasil percobaan akan dipengaruhi oleh kedua pengelompokan tersebut. Dengan
demikian model matematis dari percobaan RBSL adalah:
Yij = + Bi + Kj + Pk+ ijk
Di mana :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
= nilai rata-rata harapan
Bi = pengaruh baris ke-i
Kj = pengaruh kolom atau lajur ke-j
Pk = pengaruh perlakuan ke-k
ijk = pengruh kesalahan percobaan
(1)
(2)
(3)
B12
C22
D32
E42
A52
Y.2
R (3)
C13
D23
E33
A43
B53
Y.3
(4)
D14
E24
A34
B44
C54
Y.4
S (5)
E15
A25
B35
C45
D55
Y.5
Jumlah
Y1.
Y2.
Y3.
Y4.
Y5.
Y..
Rata-rata
Susunan perlakuan; baris; dan kolom dapat dibalik atau dirubah tempatnya.
Yang belum dapat dihitung dari tabel di atas adalah jumlah masing-masing perlakuan;
untuk itu perlu dibuat tabel dua arah yang lain, seperti tabel berikut.
Tabel pengamat du arah baris dan perlakuan; dan kolom dan perlakuan
BARIS Perlakuan
Perlakuan
Kolom
B
A
B C
D
E
(1)
(2)
(3)
(4)
B (1) A11 B21 C31 D41 E51
A
A (2)
A52
B12
C22
D32
E33
R (3)
A43
B53
C13
D23
E24
(4)
A34
B44
C54
D14
S (5)
A25
B35
C45
Jumlah
YA.
YB.
YC.
E42
D55
E15
YD.
YE.
Jumlah
Ratarata
(5)
A
Rata-rata
Susunan perlakuan; baris; dan kolom dapat dibalik atau dirubah susunannya.
Dari ketiga tabel di atas dapat dihitung jumlah masing-masing baris; kolom; dan
perlakuan yang merupakan dasar perhitung untuk mengisi tabel sisik ragam berikut.
Tabel Sidik Ragam RAK
Sumber
Keragaman
(SK)
Derajat
Bebas
(DB)
Baris
(B)
(p-1)
Kuadrat
(JK)
JK B
Kolom
(K)
(p-1)
Perlakuan
(P)
(p-1)
Residu
(Res)
Total
(p -1)-(p-2)
p2 - 1
Jumlah
Kuadrat
Tengah
(KT)
F.
F. Tabel
Hitun
g
(Fhit.)
5%
1%
JK K
JK P
JK Res
JK Tot
Hipotesis pada RBSL ini sama dengan yang diberlakukan pada RAL, RAK yaitu:
Hipotesi untuk model tetap, adalah H0 : Pi = 0 untuk i = 1, 2, . . . , p. Yang artinya terdapat
perbedaan pengaruh di antara perlakuan yang dicoba; karena baris dan kolom dianggap
tetap.
Apabila pada analisis keragaman nilai F Hitung Perlakuan F Tabel atau peluang F
untuk perlakuan (pF) > 0,05; maka H0 : Pi = 0 diterima yang berarti bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang tidak nyata antar-perlakuan yang dicoba.
Dan sebaliknya apabila F Hitung Perlakuan > F Tabel atau pF < 0,05%, maka H0 : Pi = 0
ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang nyata diantara perlakuan
yang dicoba. Di mana F Tabel = F(; db P; dbRes). Dalam uji F untuk baris dan kolom
semestinya harus berbeda nyata (p<0,05)
Untuk mengetahui pasangan-pasangan perlakuan-perlakuan mana yang menunjukkan
perbedaan yang nyata, diperlukan pengujian lanjutan. Hal ini dilakukan setelah
analisis keragaman. Uji lanjut diantaranya uji t berganda (BNT), BNJ, Duncant,
Benferony, dan sebagainya (akan dibicarakan pada Bab uji beda nilai rata-rata) seperti
halnya pada RAL dan RAK.
(2). JK Total =
FK
(3). JK Perlakuan =
(4). JK Baris =
(5). JK Kolom =
Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti:
(6). JK Residu = JK Total JK Baris JK Kolom JK Perlakuan
(7). KT masing-masing =
(9). F Tabel Perlakuan = F(; DB P; DB Res). dicari dari tabel F, atas dasar DB
Perlakuan (DB P) dan DB
Residu (DB Res)
(10). F Tabel Baris = F(; DB B; DB Res). dicari dari tabel F, atas dasar DB Baris (DB B) dan DB Residu (DB Res)
(10). F Tabel Kolom = F(; DB K; DB Res). dicari dari tabel F, atas dasar DB Kolom (DB K) dan DB Residu (DB Res)
4.
Di mana:
= efisiensi rancangan pertaman dibandingkan rancangan kedua;
R1 =
R2 =
Db1 =
Db2 =
KT1 =
KT2 =
rancangan pertama;
rancangan kedua;
derajat bebas residu rancangan kesatu;
derajat bebas residu rancangan kedua;
kuadrat tengan residu rancangan kesatu;
kuadrat tengan residu rancangan kedua.
Apabila
(p-1)
RAK
D41
Perlakuan
(p-1)
RBSL
Perlakuan
(p-1)
Residu
p(r-1)
Ulangan
(r-1)
Baris
(r-1)
Total
(pr -1)
Residu
(p-1)(r-
Kolom
(p-1)
Total
(pr -1)
Residu
(p-1)
Total
(p2-1)
Keterangan:
p = jumlah perlakuan;
r = jumlah ulangan; dan
Apabila p = r, maka:
DB residu RAL = p(p - 1);
DB residu RAK = (p - 1)2; dan
DB residu RBSL= (p - 1)(p - 2).