Anda di halaman 1dari 16

RANCANGAN PERCOBAAN

RANCANGAN PERCOBAAN

Sehelum membicarakan rancangan-rancangan dasar terlebih dahulu hendaknya


dipahami bahwa rancangan percobaan merupakan pola pelaksanaan percobaan
dengan perlakuan lebih dari dua dengan memperhatikan unsur dasar pola
percobaan seperti (ulangan, pengacakan, lokal kontrol, dan simetri).
Dalam percobaan selalu ditekankan untuk dapat melihat perbedaan yang kecil, di
antara perlakuan yang dicobakan. Oleb karena itu, diperlukan rancangan yang
tepat serta metode analisis yang tepat, agar dapat mengurangi atau memperkecil.
kesalahan percobaan (galat percobaan = experimental error).
Suatu metode analisis statistika yang digunakan dalam teknik atau pola percobaan
adalah analisis keragaman atau analisis varians, kemudian dilanjutkan dengan uji
beda nilai rata-rata. Apabila perlakuan bersifat kuantitatif perlu ditunjukkan
dengan analisis hubungan atau analisis regresi dan korelasi.
Metode analisis keragaman dipakai dari pola percobaan yang sangat sederbana
sampai pada pola percobaan yang kompleks sekali,
Suatu asumsi atau anggapan yang dituntut dalam analisis keragaman; dan apabila
syarat-syarat ini tidak dibuktikan sebelumnya.
Asumsi-asumsi dalam analisis keragama adalah:
1. Bahwa acak (galat = residu) percobaan harus bersifat bebas terhadap sesamanya
(independent), atau dengan kata lain bahwa data pengamatan harus bebas satu sama
lainnya (menyebar secara bebas atau independen). Ini berarti bahwa kesalahan
percobaan dari masing-masing perlakuan berdiri sendiri. Asumsi ini dapat dipenuhi
apabila perlakuan diberikan pada satuan percobaan secara acak.
2. Acak atau residun atau galat percobaan harus menyebar normal atau dapat ditulis NID
(,2). Atau dari mana ragam galat atau ragam acak diperoleh harus berasal dari
populasi yang mempunyai sebaran normal. Suatu bal yang sudah. dibuktikan, populasi
yang menyebar normal, maka sampel yang berasal, dari populasi tersebut juga
mempunyai sebaran normal. Data yang tidak mengikuti sebaran Akan mempengaruhi uji
F artinya perbedaan perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata, karena galat atau
residu percobaan cukup besar atau sebaliknya. Apabila data menyebar tidak normal
dapat dibuat menjadi sebaran mendekat normal dengan cara transformasi data; akan
diuraikan kemudian pada masalah data.
3. Bahwa ragam.masing-masing perlakuan harus homogen (homogen varians) perlakuan
yang mempunyai ragam yang sama atau homogen disebut homohedasiticity. Hal ini
sangat penting sebab dalam analisis keragaman menggunakan ragam gabungan yang
bersama dari ragam perlakuan homogen. Apabila masing-masing ragam atau ada ragam
perlakuan yang tidak homogen (sama) maka digunakan uji Bartlet (akan dijelaskan dalam
masalah data).
4. Ragam percobaan barus bersifat aditif (aditivitas varians), Bahwa dalam suatu percobaan
pengarul:h perlakuan dan pengaruh lingkungan hendaknya bersifat aditif, artinya bahwa
pengaruh perlakuan harus sama dari satu ulanga.n ke ulangan yang lain. Perbedaan
nilai dari ulangan disebabkan hanya oleh lingkungan atau pelaku. Jadi pengaruh
perlakuan bebas terhadap pengaruh lingkungan atau yang disebut pengaruh perlakuan
dan lingkungan adalah bersifat aditif.
Apabila pengaruh aditif ini tidak terjadi, artinya pengaruh perlakuan dan lingkungan
bersifat multilikatif atau berifat perkalian, maka perlu diadakan transformasi data sebelum
dianalisis.
Membandingkan rata-rata lebih dari dua perlakuan telah dipelajari pada BAB IV. Cara
tersebut dapat pula digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata lebih dari dua
perlakuan; akan tetapi memerlikan pekerjaan dan waktu yang lebih. Misalnya
membandingkan tiga perlakuan: A, B, dan C. Mula-mula dibandingkan antara A dengan

B kemudian A dengan C, dan terakhir B dengan C. Jadi untuk keperluan ini dilakukan
tiga kali analisis atau perhitungan untuk membandikan tiga perlakuan tersebut. Makin
banyak perlakuan yang dibandingkan tentu makin banyak pula tahapan analisis yang
harus dikerjakan. Dapat dibayangkan, betapa repotnya kalau ingin membandingkan 10
perlakuan, 12 perlakuan, 15 perlakuan, dan seterusnya. Bila akan membandingkan
dari
p perlakuan, maka harus melakukan analisis pasangan-pasaangan perlakuan
sebanyak:
kali pembandingan.

Untuk mengatasi hal ini, maka Fisber (1948) telah menemukan cara yang praktis yang
disebut dengan analisis varians atau analisis keragaman atau sidik ragam. Pengujian ini
baru dianggap berlaku apabila data yang dianalisis memenuhi beberapa persyaratan.
Syarat-syarat ini tldaklah otomatis dapat dilihat dari data yang dikumpulkan. Pendektan
ke arah persyaratan yang harus dipenuhi oleh data tersebut sebelum dianalisis adalah
menggunakan asumsi. Asumsi yang biasa digunakan (diambil) dalam sidik ragam
adalah data mempunyai sifat: aditif, linieritas, normalitas, independen, dan homogen
varians. Penjelasan tentang hal ini telah disebutkan di depan.
Secara garis besar analisis varians dalam percobaan dapat digolongkan menjadi tiga
macam yaitu: RAL (Rancahgan Acak Lengkap), RAK (Rancangan Acak Kelompok), dan
RBSL (Rancangan Bujur Sangkar Latin) merupakan rancangan dasar.
Pembagian di atas didasarkan pada keadaan lingkungan selain perlakuan yang
digunakan (yang terlibat dalam) dalam membandingkan antar-perlakuan yang diteliti.
Oleh karena itu, ketiga rancangan ini sering disebut dengan Rancangan Linggkungan.
Selanjutnya, disebut juga Dasar-dasar Rancangan Percobaan atau Rancangan Dasar,
karena semua percobaan yang bertujuan membandingkan pengaruh lebih dari dua
perlakuan pada suatu objek tertentu adalah berdasarkan salah satu dari ketiga
rancangan tersebut.
Lingkungan yang digunakan dalam percobaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu: (1)
lingkungan yang homogen; atau (2) lingkungan yang hetrogen. Untuk lingkungan
homogen digunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap), sedangkan untuk lingkungan yang
heterogen dan apabila sifat hetorogenitasnya berasal dari satu sumber, digunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan apabila hetorogenitasnya berasal dari dua selain
perlakuan, maka digunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL). Selanjutnya, akan
dibicarakan masing-masing rancangan dasar seperti berikut.

1.

Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau Fully Randomized Design (FRD)


Rancangan Acak Lengkap (RAL) ini merupakan rancangan yang paling sederhana dan
menjadi dasar bagi rancangan-rancangan lainnya. Biasanya digunakan pada percobaanpercobaan di dalam laboratorium, green house, percobaan pot, dan Iain-lain, yang
kondisinya dapat dibuat atau diatur sehomogen mungkin atau mendekati homogen.
Karena lingkungan atau media percobaan dibuat atau dalam keadaan homogen, maka
setiap unit percobaan, memenuhi syarat atau mempunyai hak atau peluang yang sama
untuk menerima perlakuan yang dicobakan, untuk memperoleh hasil yang obyektif.
Dengan perkataan lain, bahwa perlakuan haruslah di acak secara lengkap di seluruh
media percobaan atau pada setiap satuan atau unit percobaan.
Jadi dalam percobaan dengan RAL sumber keragaman atau variasi hasil analisis data
hanya beasal dari perlakuan yang dicoba. Oleh karena itu, percobaan dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) disebut dengan percobaan satu arah (one way
experiment) atau analisis satu arah (one way analisys). Bagan rancangan RAL dapat
dilihat pada Gambar 5.1 berikut.
1

A1

B2

A3

A2

C1

10

E4

D5

B5

D3

D3

A2
B7

B3

B8

B1

A4

C2
D4

B2
D1

(a)

11

12

13

14

15

C2

E3

B1

A4

E4

C3

A1

B4

16

17

18

19

20

B3

A5

D1

B4

D2

A8

C4

A5

21

22
(b)

23

24

25

E1 C5
(c)

C4

D4

E2

D3

B5

A6

A3
B6
C1

D2
A4
A7

Keterangan: Sebelum diberi perlakuN dengan 25 unit percobaan;


Diberi lima perlakuan (A, B, C, D, dan E) dengan lima ulangan; dan
Diberi empat perlakuan (A,E,C, dan D), dengan ulangan tidak sama (coba cek ulangannya).

Gambar 5.1

Bagan Percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Pada Gambar 5.1; pelaksanaan percobaan adalah: mediaatau lingkungan dibagi menjadi
unit-unit atau plot-plot sesuai dengan unit percobaan. Diketahui bahwa: (a) bagan
percobaan terdiri atas 25 unit atau plot, sehingga dapat digunakan
membandingkan: (b) lima perlakuan dengan lima ulangan, dan (c) empat perlakuan
dengan ulangan tidak sama, dan seterusnya.

Contoh penggunaan RAL dalam bidang pertanian


Dalam ulasan selanjutnya diberikan beberapa contoh perlakuan dalam percobaan. Yaitu
percobaan yang ingin mengetahui pengaruh tentang:
(1) Pengaruh beberapa dosis pupuk tertentu (misalnya N atau Urea) terhadap pertumbuhan
dan produksi kacang tanah jenis Kelinci yang ditanam dalam pot. Pengaruh dosis pupuk
merupakan perlakuan dan kacang tanah dalam pot merupakan media percobaan;
(2) Pengaruh pemberian dosis pengawet makanan jenis Asam Borak terhadap kualitas
kualitas saos tomat. Dosis pengawet yang diteliti pengaruhnya merupakan perlakuan,
saos tomat merupakan media percobaan, dan kualitas saos tomat merupakan respon
perlaluan;
(3) Pengaruh tingkat populasi hama wereng hijau terhadap tingkat kerusakan pertanaman
padi di dataran rendah;
(4) Pengaruh ukuran bibit bawang putih terhadap hasil umbi panen yang ditanam pada tanah
masam; dan
(5) Pengaruh lamanya perendaman stek ujung panili dengan larutan biourin, terhadap
kecepatan tumbuh dan panjang tunas pada umur satu bulan; dan sebagainya.
Jadi pada percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap, maka yang harus diperhatikan
adalah bahwa selain perlakuan yang dicoba haruslah diusahakan sehomogen mungkin.
Sehingga yang mempengaruhi hasil percobaan adalah hanya perlakuan dan kekeliruan
yang sering disebut dengan kesalahan percobaan yang tidak diketahui penyebabnya,
yang merupakan unsur kebetulan atau memang betul-betul tidak diketahui apa yang
terjadi diluar kemampuan sipengamat. Cobalah buat sendiri lima contoh perlakuan atau
percobaan yang menggunakan RAL.
Berdasarkan anggapan di atas dapat dibuat model dari RAL seperti:
Y = + + atau
Yij = + i + ij
Di mana :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
= nilai rata-rata harapan
= pengaruh perlakuan
= pengruh kesalahan percobaan
i = perlakuan ke-i
j = ulangan ke-j

Suatu model adalah rumus matematika yang digunakan menggambarkan hubungan


antara hasil pengamatan (Y) dengan perlakuan disusun atas komponen-komponen
tertentu berdasarkan perlakuan yang sedang dicoba ( i). Model rancangan dapat
dibagi memjadi dua yaitu; (1) model tetap (Fixed Model) di mana perlakuan yang

dicoba memang merupakan populasi dari perlakuan tersebut; dan (2) model acak
(Random Model) di mana perlakuan yang dicoba merupakan bagian atau sampel acak
dari populasinya.
Penjelasan memdalam mengenai pengertian di atas diberikan pada teori statistika. Pada
umumnya percobaan dalam penelitian pertanian adal model acak, untuk mendapatkan
kesimpulan untuk populasinya.
Dikripsi analisis data pada percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap sebagai berikut.
Misalnya ada sejumlah p perlakuan yang akan diselidiki atau dicoba pengaruhnya dan
dengan jumlah ulangan yang sama (azas simetri) walaupun tidak perlu harus sama,
misalnya dengan ulangan sama sebanyak r untuk setiap perlakuan, sehingga data
pengamatan dinyatakan dengan Yij di mana (i = 1, 2, . . ., p; dan j = 1, 2, . . ., ri) seperti
yang disajikan dalam Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1 Data Pengamatan RAL


Perelakuan
(.)
(.)

No (= ulangan)

A (1)

B(2)

1
2
3
.
.
.
N

Y11
Y12
Y13
.
.
.
Y1n
Y1.

Y21
Y22
Y23
.
.
Y2n
Y2.

Y.1
Y.2
Y.3
.
.
.
Y.n
Y(.).

Ulangan (ni)
Rata2
Perlakuan

n1

n2

ni

(.)

P(p)

.
.
.
.
.
.
.
Y(.).

.
.
.
.
.
.
Y(.).

Yp1
Yp2
Yp3
.
.
.
Ypn
Y(P).

Y1.
Y2.
Y3.
.
.
.
Yn.
Y..

ni

ni

np

ni

Keterangan: ni = jumlah ulangan (r) pada setiap perlakuan


p
(1)

= jumlah perlakuan

np1, np2 , np3 , . . . , npp dapat sama atau berbeda (dalam prakteknya dalam prakteknya biasanya diusakan sama
untuk mempermudah perhitungan (azas simetri)

(2)

yaitu jumlah nilai pengamatan pada setiap perlakuan

(3)

yaitu nilai rata-rata setiap perlakuan

(4) Y.. = Yij adalah jumlah seluruh nilai pengamatan


(5)

adalah rata-rata seluruh nilai pengamatan

Analisis statistika untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan analisis
keragaman disebut dengan analis satu arah atau eka arah (one way analysis). Untuk
memudahkan pekerjaan analisis selanjutnya, maka didahului dengan membuat tabulasi
data yang disebut dengan tabel dua arah pengamatan seperti pada Tabel 5.1,
Setelah semua nilai pengamatan atau data ditabulasi seperti pada Tabel 5.1, kemudian
dilanjutkan dengan membuat tabel sidik ragam yang akan digunakan untuk analisis
statistikanya terutama uji F, untuk mengambil kesimpulan apakah di antara perlakuan
yang dicoba apakah terjadi pengaruh yang berbeda nyata (signifikan) atau tidak. Seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Bagan Sidik Ragam RAL

Sumber
Keragaman
(SK)

Derajat
Bebas
(DB)

Perlakuan
(P)

(p-1)

Residu
(Res)

Jumlah
Kuadrat
(JK)
JK P

Kuadrat
Tengah
(KT)

F.

F. Tabel
Hitung
(Fhit.)
5%
-

(ni - 1)-(p-1)

Total

ni - 1

1%
-

JK Res
JK Tot

Di mana: p = perlakuan dan ni = jumlah ulangan setiap perlakuan.

Hipotesis untuk model tetap, adalah H0 : Pi = 0 untuk i = 1, 2, . . . , p. Yang artinya


terdapat perbedaan pengaruh yang tidak nyata di antara perlakuan yang dicoba.
Apabila pada analisis keragaman atau uji F, apabila nilai F Hitung F Tabel atau
peluang (p) F > 0,05; maka H0 : Pi = 0 diterima yang berarti bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang tidak nyata perlakuan yang dicoba; dan
sebaliknya apabila
F Hitung > F Tabel atau peluang (p) F < 0,05%, maka H0: Pi
= 0 ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang nyata pada perlakuan
yang dicoba. Di mana nilai F Tabel = F(; db P; dbRes).
Untuk mengetahui pasangan-pasangan perlakuan-perlakuan mana yang menunjukkan
perbedaan yang nyata, diperlukan pengujian lanjutan dengan uji beda rata-rata. Hal ini
dilakukan setelah analisis keragaman pada uji menunjukan H0 : F = 0 ditolak. Uji lanjut
diantaranya uji t berganda (BNT), BNJ, Duncant, Benferony, dan sebagainya (akan
dibicarakan pada Bab uji beda nilai rata-rata).

Langkah-langkah perhitungan statistika RAL untuk percobaan simetris atau


dengan ulangan yang sama
(1). Faktor Koreksi (FK) =

(2). JK Total =

FK

(3). JK Perlakuan =

Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti berikut.

(4). JK Residu = JK Total JK Perlakuan


(5). KT masing-masing =

(6). F Hitung =

(7). F Tabel = F(; DB P; DB Res). dicarari dari tabel F, atas dasar DB Perlakuan (DB P) dan
Residu (DB Res)

DB

Langkah-langkah perhitungan statistika RAL untuk percobaan dengan


ulangan yang tidak sama
Analisis pada RAL untuk perlakuan yang mempunyai ulangan (n i) yang berbeda, analisis
mempunyai prinsip yang sama dengan ulangan simetris atau ulangan sama. Hanya
perlu diperingatkan hendaknya lebih berhati-hati dalam mencari nilai-nilai yang akan
dimasukan dalam daftar sidik ragam.
Langkah-lang Perhitungann Statistikanya:
(1). Faktor Koreksi (FK) =
=

(2). JK Total =

FK

(3). JK Perlakuan =

Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti:
(4). JK Residu = JK Total JK Perlakuan
(5). KT masing-masing =

(6). F Hitung =

(7). F Tabel = F(; DB P; DB Res). dicarari dari tabel F, atas dasar DB Perlakuan (DB P) dan
Residu (DB Res)

DB

Setelah nilai dari perhitungan statistukanya didapatkan maka dilanjutkan dengan


memasukan nilai-nilai tersebut kedalam tabel sidik ragan; dan dilanjutkan dengan
uji keragaman atau uji F.
2.

Rancangan Acak Kelompok (RAK) = Randomized Completely Block


Design (RCBD) = Randomized Block Design (RBD).
Untuk mendapatkan media atau lingkungan atau kondisi selain perlakuan yang homogen
guna menyelenggarakan suatu percobaan dengan RAK tidaklah mudah. Terutama apabila
ukuran percobaan cukup besar. Kadang kala bahan, tempat, waktu, pelaku, demikian juga
prosedur mengenai perlakuan juga tidak homogen dan sebagainya. Jalan keluarnya adalah
mengelompokkan hal di atas ke dalam kelompok-kelompok yang relatif homogen, sehingga
setiap kelompok menjadi sehomogen atau mendekati homogen.
Pada setiap bagian inilah semua perlakuan yang dicoba ditempatkan secara acak atau
random pada unit percobaan. Pengacakan perlakuan dalam bagian-bagian atau kelompokkelompok ini sama dengan pengacakan dalam RAL seperti yang dibicarakan di atas. Setiap
bagian atau kelompok percobaan harus mengandung semua perlakuan yang dicoba.
Kelompok percobaan disebut juga blok atau yang fungsinya sama dengan ulangan.
Dengan cara ini kesimpulan tentang pengaruh perlakuan akan menjadi lebih obyektif.

Rancangan percobaan seperti ini disebut Rancangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan
Acak Kelompok disebut pula dengan percobaan dua arah (two way experiment) artinya
keragaman atau variasi utama percobaan berasal dari dua sumber yaitu; (1) perlakuan dan
(2) kelompok atau blok atau ulangan.
Agar lebih jelas, dapat dilihat pada dua bagan percobaan RAK berlkut.
I
x
x
x
x
x
(a)

x
x
x
x
x

II
x
x
x
x
x

X
X
X
X
X

X
X
X
X
X

III
X
X
X
X
X

XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX

IV
XX
XX
XX
XX
XX

X
X
X
X
X

X
X
X
X
X

V
X
X
X
X
X

XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX

XX
XX
XX
XX
XX

Arah kesuburan tanah


II

II

III

IV

(a) Penempatan perlakuan secara acakan per ulangan atau blok


Gambar Bagan Percobaan RAK
1.

2.

Keterangan Gambar.
Media percobaan menggunakan lahan yang agak miring, di mana kondisi lahan tidak homogen,
misalnya, makin ke bawah makin subur, jadi tidak honogen. Tanaman ditanama pada
kelompok-kelompokkan tanah yang kesuburanya sama pada setiapkelompok, seperti
pada kelompok I (paling subur), kelompok II (kurang subur), dan kelompok III (sangat
kurang subur) gambar (a). Di mana pada setiap
kelompok mendekati homogen. Atau
dengan kesuburannya sama. Pada setiap kelompok inilah ditempatkan semua perlakuan misalnya
perlakuan pemupukan dengan pupuk organik yaitu pupuk jenis A, B, C, D, dan E.
Media percobaan adalah tanah yang keseluruhannya tidak seragam, misalnya
karena pada di sebelah kiri hamparan tanah mengalir sebuah sungai, karena adanya
pemasukkan air yang mungkin membawa unsur hara, lumpur, dan sebagainya. Dalam hal
ini perlu menentukan arah kesuburan tanah. Arah kesuburan tanah, yaitu pada dekat
saluran paling subur, yang paling jauh dari saluran tangahnya paling tidak subur.
Pada setiap petak tanah yang mempunyai kesuburan tanah dijadik satu kelompok atau
blok. Pada masing-masing blok ditempatkan seluruh perlakuan yang akan dicoba.
Perlakuannya umpamanya dosis pemupukkan (D1, D2, D3, D4, dan D5) ditempatkan
secara acak pada setiap unit perlakuan pada setiap belok.; dan selain perlakuan haruslah
sehomcgen mungkin.
Karena semua blok memuat semua perlakuan, maka jumlah blok akan merupakan
ulangan dari semua perlakuan. Dengan kata lain jumlab blok = jumlah ulangan = r.
Selain ini ulangan untuk setiap perlakuan haruslah sama yaitu sama dengan jumlah blok.
Ulangan yang berbeda dari setiap perlakuan akan menyebabkan tidak semua blok
memuat perlakuan yang lengkap.
Blok yang memuat perlakuan tidak lengkap ada cara pertentu untuk menganalisanya.
Sehingga kalau analisis diteruskan kesimpulan tidak akan obyektif dan cara mengatasinya
adalah dengan analisisnya tertentu dan khusus). Jadi kalau ada data yang hilang, misal
karena tanaman mati, dimakan ternak, dicuri orang, dan sebagainya, maka data itu harus
dikembalikan lagi dengan jalan menduganya memakai analisis pendugaan data hilang
tersebut. Pendugaan itu menggunakan rumus pendekatan yang akan dijelaskan pada bagian

lain. Pada RAL data yang hilang tidaklah menimbul atau menjadi masalah, karena
perlakuan-perlakuan yang diteliti boleh saja memiliki ulangan yang tidak sama. Hasil
percobaan selain dipengarubi oleh perlaknun dan kesalaban percobaan juga dipengaruhi oleh
blok atau kelompok atau ulangan.
Dengan demikian model matematis RAK adalah:
Yij = + j + i+ ij
Di mana :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
= nilai rata-rata harapan
i = pengaruh perlakuan
j = pengaruh blok atau kelompok atau ulangan
= pengruh kesalahan percobaan
i = perlakuan ke-i
j = ulangan ke-j

(1)

(2)
(3)
(4)

Contoh penggunaan RAK dalam bidang pertanian


Dalam ulasan selanjutnya diberikan beberapa contoh perlakuan dalam percobaan pada
RAK. Yaitu percobaan yang ingin mengetahui pengaruh tentang:
Pengaruh beberapa dosis pestisida organik Deris eliptica terhadap pertumbuhan larva
kumbang kelapa yang disemprotan secara langsung pada daun kelapa. Pengaruh dosis
pestisida organik Deris eliptica merupakan perlakuan dan pertumbuhan larva kumbang
kelapa merupakan respon perlakuan;
Pengaruh pemberian pengawet makanan jenis Asam Borak terhadap kualitas saos
tomat, saos cabai, dan saos pepaya. Pengawet makanan yang diteliti merupakan
perlakuan dan jenis saos merupakan media percobaan atau blok atau ulangan;
Pengaruh populasi bibit yang ditanam terhadap tingkat kematian rumpun tanaman padi
di dataran rendah dan dataran tinggi.
Pengaruh ukuran bibit bawang putih terhadap hasil umbi yang ditanam pada beberapa
jenis tanah seperti tanah gambut; berpasir, lempung, dan liat.
Jadi pada percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok, maka yang harus diperhatikan
adalah selain perlakuan, haruslah kelompok atau blok diusahakan sehomogen
mungkin. Sehingga yang mempengaruhi hasil percobaan selain perlakuan adalah
ulangan atau kelompok atau blok dan kekeliruan atau pengaruh galat yang disebut
dengan kesalahan percobaan yang tidak diketahui penyebabnya, merupakan unsur
kebetulan atau kesalahan teknis percobaan, di mana pengaturan percobaan yang sudah
terawasi atau terkontrol.
Cobalah buat sendiri lima contoh perlakuan ataui percobaan yang menggunakan Rak.

Contoh analisis data dengan RAK


Terdapat p buah perlakuan dengan r ulangan, seperti halnya pada RAL data harus ditabulasi
seperti pada Tabel berikut.
Tabel pengamat dari percobaan dengan RAK.

Ulangan

Perlakuan
1

Jumlah

Y11

Y21

Yp1

Y.1

Y12

Y22

Yp2

Y.2

Y1n

Y2n

Ypn

Y.n

Jumlah

Y1.

Y2.

Yp.

Y..

Rata-rata
perlakuan
Susunan perlakuan ulangan dapat dibalik atau dirubab tempatnya.

Tabel Sidik Ragam RAK


Sumber
Keragaman
(SK)

Derajat
Bebas
(DB)

Jumlah

Ulangan
(R)

(r-1)

Kuadrat
(JK)
JK R

Perlakuan
(P)

(p-1)

JK P

Residu
(Res)

(r -1)-(p-1)

JK Res

Residu
(Res)

(r -1)-(p-1)

JK Res

rp - 1

JK Tot

Total

Kuadrat
Tengah
(KT)

F.

Hitung
(Fhit.)

F. Tabel
5%

1%

Di mana: p = perlakuan dan r = jumlah ulangan.

Hipotesis pada RAK ini sama dengan yang diberlakukan pada RAL, yaitu:
Hipotesi untuk model tetap, adalah H0 : Pi = 0 untuk i = 1, 2, . . . , p. Yang artinya terdapat
perbedaan pengaruh di antara perlakuan yaang dicoba; karena ulangan diangagap tetap.

Apabila pada analisis keragaman nilai F Hitung F Tabel atau peluang (p) F >
0,05;
maka H0 : Ti = 0 diterima yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh
yang tidak nyata antar-perlakuan yang dicoba; dan sebaliknya apabila F Hitung > F
Tabel atau peluang (p) F < 0,05%, maka H0 : Ti = 0 ditolak yang berarti bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang nyata diantara perlakuan yang dicoba. Di mana F Tabel =
F(; db P; dbRes).
Untuk mengetahui pasangan-pasangan perlakuan-perlakuan mana yang menunjukkan
perbedaan yang nyata, diperlukan pengujian lanjutan. Hal ini dilakukan setelah analisis
keragaman. Uji lanjut diantaranya uji t berganda (BNT), BNJ, Duncant, Benferony, dan
sebagainya (akan dibicarakan pada Bab uji beda nilai rata-rata) seperti halnya pada RAL

Langkah-langkah perhitungan statistika RAK


(1). Faktor Koreksi (FK) =

(2). JK Total =

FK

(3). JK Perlakuan =

(4). JK Ulangan =

Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti:
(5). JK Residu = JK Total JK Ulangan JK Perlakuan
(6). KT masing-masing =

(7). F Hitung Perlakuan =

(8). F Hitung Ulangan =

. F Tabel perlakuan = F(; DB P; DB Res); dicari pada tabel F, atas dasar DB Perlakuan (DB P) dan DB Residu (DB Res)
). F Tabel ulangan = F(; DB R; DB Res). dicari pada tabel F, atas dasar DB Ulangan
(DB R) dan DB Residu (DB
Res)

3.

Rancangan Bujur Sangkar Latin = Latin Squares Design (LSqD)


Untuk mendapatkan media atau lingkungan atau kondisi yang homogen guna
menyelenggarakan suatu percobaan tidaklah mudah seperti yang diungkapkan pada RAL;
sehingga digunakan RAK karena terjadi heterogenitas lingkungan atau bahan atau yang lain
lebih dari dua sumber keragaman selain perlakuan. Pada mana suatu keragaman
percobaan berasal dari lebih dua sumber seperti, lingkungan, bahan atau materi, sipelaku,
dan sebagainya, dan perlakuan sebagai selain perlakuan percobaan.
Apabila terjadi heterogenitas lebih dari dua sumber pada suatu percobaan termasuk
perlakuan seperti, lingkungan, materi, dan juga perlakuan sebagai subjek percobaan,

maka pada percobaan ini harus dibagi menjadi tiga arah keragaman utama atau
pengelompokan seperti terhadap lingkungan, bahan atau materi percobaan, dan perlakuan
yang sedang dicoba.
Pengelompokan pertama disebut dengan pengelompokan terhadap baris (B) dengan
kode i, Pengelompokan kedua disebut dengan pengelompokan terhadap kolom atau
lajur (K) dengan kode j, di mana baris (B) dan kolom (K) bersifat bebas sesamanya
atau sering dikatakan tegak lurus sesamanya atau bersifat ortogonal. Dapat dikatakan
baris mengikuti sumbu X, kolom mengikuti sumbu Y; sedangkan pengelompokan ke-tiga
terhadap perlakuan (P) yang tegak lurus terhadap sumbu X,Y yang dikodelan dengan k dan
teretak pada sumbu Z. Jadi percobaan dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL),
komponen-komponennya berada pada sisi-sisi bidang kubus. Baris (B), kolom atau lajur
(K), dan perlakuan (P) pada sumbu XYZ dapat dipertukarkan tempatnya, hanya merupakan
istilah saja untuk menunjukkan bahwa variasi atau keragaman percobaan berasal dari
ke-tiga komponen tersebut.
Dalam percobaan lapang, pengelompokan terhadap lingkungan atau ekologi (B dan K)
merupakan segi empat atau bujur sangkar sehingga keragamannya menyebar pada kedua
arah atau sumber (arah X dan Y). Bagan ini dibuat untuk membuat lingkungan percobaan
menjadi homogen.
Yang perlu diperhatikan dalam percobaan dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
adalah: (1) jumlah kolom, baris, dan perlakuan harus sama; (2) semua perlakuan teracak
dalam baris dan kolom artinya setiap perlakuan akan tampak hanya sekali dalam satu baris
atau dalam satu kolom; dan (3) suatu asumsi bahwa antara perlakuan dengan baris dan
kolom tidak terdapat interaksi. Apabila tedapat interaksi, maka dilakukan analisis dengan
pola atau model yang lain.
Karena setiap perlakuan hanya boleh muncul sekali baik dalam kolom maupun baris,
maka jumlah perlakuan akan selalu sama dengan julah baris dan sama pula dengan
jumlah kolom.

KeteranganBagan RBLS:
Padagambar terlihat ada lima perlakuan
yaitu:
5 A, B, C, D, dan E;

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Gambar Bagan Percobaan RBSL


Bagan di atas merupakan salah satu bagan standar (standard squares). Unuk lima
perlakuan ada lima bagan standar; unuk empat perlakuan ada empat bagan standar. Tiap
bagan standar masing-masing dapat ditentukan dengan rumus (p!)2. Untuk empat
perlakuan akan ada (4!)2 = 574 kemungkinan bagan. Coba perhatikan bagan standarnya.
Bagan yang digunakan seharusnya diambil secara acak dari semua kemungkinan bagan
yang dapat dibuat. Akan tetapi, dalam praktek dengan mengambil satu bagan standar yang
paling mudah seperti bagan di atas di rasa sudah cukup memadai, lalu diadakan
pengacakan terhadap kolom atau baris untuk menentuka bagan yang diaplikasikan pada
percobaan dengan RBSL.

Dengan adanya pengelompokan lingkungan percobaan dalam dua arah (baris dan kolom)
maka hasil percobaan akan dipengaruhi oleh kedua pengelompokan tersebut. Dengan
demikian model matematis dari percobaan RBSL adalah:
Yij = + Bi + Kj + Pk+ ijk
Di mana :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
= nilai rata-rata harapan
Bi = pengaruh baris ke-i
Kj = pengaruh kolom atau lajur ke-j
Pk = pengaruh perlakuan ke-k
ijk = pengruh kesalahan percobaan

(1)

(2)
(3)

Contoh penggunaan RBSL dalam bidang pertanian


Pengaruh lima dosis pupuk kandang; (1) pupuk kandang sapi (A); (2) ayam (B); kuda
(C); kambing (D); dan kelelawar (E) terhadap pertumbuhan dan hasil melon merah yang
ditanam pada tanah semak belukar yang baru dibuka. Penggunaan RBSL di sini
disebabkan oleh karena arah kesuburan tanah belum diketahui dengan pasti.
Pengaruh empat kerapatan populasi (bibit padi) yang ditanam pada sawah yang di
sebelah kiri mengalir sungai yang besar dan deras, dan pada jajaran belakang sawah
terdapat tembok perumahan yang sangat tinggi.
Pengaruh lima ukuran bibit (siung) bawang putih (sangat besar, besar, sedang, kecil, dan
sangat kecil) terhadap hasil umbi yang ditanam pada lima jenis tanah seperti gambut;
berpasir, lempung, berdebu, dan liat yang ditanam dengan Rancangan Bujur Sangkar
Latin.
Dalam ulasan selanjutnya diberikan beberapa contoh perlakuan dalam percobaan
dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin. Yaitu percobaan yang ingin mengetahui
pengaruh tentang: Jadi pada percobaan dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin, maka
yang harus diperhatikan adalah selain perlakuan, pengelompokan menurut baris, dan
pengelompokan menurut kolom; dengan jumlah yang sama dengan jumlah perlakuan
Sehingga yang mempengaruhi hasil percobaan selain perlakuan, baris, dan kolom serta
kekeliruan atau pengaruh galat yang disebut oleh kesalahan percobaan yang tidak
diketahui penyebabnya, merupakan unsur kebetulan atau kesalahan teknis dan
pengukuran percobaan, walaupun percobaan sudah terawasi atau terkontrol.
Cobalah buat sendiri lima contoh percobaan dengan RBSL, dan buatlah bagan ketiga contoh di atas.

Contoh analisis data dengan RBSL


Apabila terdapat p buah perlakuan, maka ada p baris dan p kolom yang ditabulasi seperti
pada tabel berikut. Dalam contoh berikut di mana p = 5.
Tabel pengamatan dua arah baris dan kolom percobaan RBSL
Kolom
Jumlah
Rata2
1
2
3
4
5
(Baris)
B (1)
A11
B21
C31
D41
E51
Y.1
A (2)

B12

C22

D32

E42

A52

Y.2

R (3)

C13

D23

E33

A43

B53

Y.3

(4)

D14

E24

A34

B44

C54

Y.4

S (5)

E15

A25

B35

C45

D55

Y.5

Jumlah

Y1.

Y2.

Y3.

Y4.

Y5.

Y..

Rata-rata
Susunan perlakuan; baris; dan kolom dapat dibalik atau dirubah tempatnya.

Yang belum dapat dihitung dari tabel di atas adalah jumlah masing-masing perlakuan;
untuk itu perlu dibuat tabel dua arah yang lain, seperti tabel berikut.
Tabel pengamat du arah baris dan perlakuan; dan kolom dan perlakuan
BARIS Perlakuan
Perlakuan
Kolom
B
A
B C
D
E
(1)
(2)
(3)
(4)
B (1) A11 B21 C31 D41 E51
A
A (2)

A52

B12

C22

D32

E33

R (3)

A43

B53

C13

D23

E24

(4)

A34

B44

C54

D14

S (5)

A25

B35

C45

Jumlah

YA.

YB.

YC.

E42

D55

E15

YD.

YE.

Jumlah

Ratarata

(5)
A

Y(1). Y(2). Y(3). Y(4). Y(5).

Rata-rata

Susunan perlakuan; baris; dan kolom dapat dibalik atau dirubah susunannya.

Dari ketiga tabel di atas dapat dihitung jumlah masing-masing baris; kolom; dan
perlakuan yang merupakan dasar perhitung untuk mengisi tabel sisik ragam berikut.
Tabel Sidik Ragam RAK
Sumber
Keragaman
(SK)

Derajat
Bebas
(DB)

Baris
(B)

(p-1)

Kuadrat
(JK)
JK B

Kolom
(K)

(p-1)

Perlakuan
(P)

(p-1)

Residu
(Res)
Total

(p -1)-(p-2)
p2 - 1

Jumlah

Kuadrat
Tengah
(KT)

F.

F. Tabel

Hitun
g
(Fhit.)

5%

1%

JK K

JK P

JK Res
JK Tot

Di mana: p = perlakuan dan r = jumlah ulangan.

Hipotesis pada RBSL ini sama dengan yang diberlakukan pada RAL, RAK yaitu:
Hipotesi untuk model tetap, adalah H0 : Pi = 0 untuk i = 1, 2, . . . , p. Yang artinya terdapat
perbedaan pengaruh di antara perlakuan yang dicoba; karena baris dan kolom dianggap
tetap.
Apabila pada analisis keragaman nilai F Hitung Perlakuan F Tabel atau peluang F
untuk perlakuan (pF) > 0,05; maka H0 : Pi = 0 diterima yang berarti bahwa terdapat
perbedaan pengaruh yang tidak nyata antar-perlakuan yang dicoba.
Dan sebaliknya apabila F Hitung Perlakuan > F Tabel atau pF < 0,05%, maka H0 : Pi = 0
ditolak yang berarti bahwa terdapat perbedaan pengaruh yang nyata diantara perlakuan
yang dicoba. Di mana F Tabel = F(; db P; dbRes). Dalam uji F untuk baris dan kolom
semestinya harus berbeda nyata (p<0,05)
Untuk mengetahui pasangan-pasangan perlakuan-perlakuan mana yang menunjukkan
perbedaan yang nyata, diperlukan pengujian lanjutan. Hal ini dilakukan setelah

analisis keragaman. Uji lanjut diantaranya uji t berganda (BNT), BNJ, Duncant,
Benferony, dan sebagainya (akan dibicarakan pada Bab uji beda nilai rata-rata) seperti
halnya pada RAL dan RAK.

Langkah-langkah perhitungan statistika RBSL


(1). Faktor Koreksi (FK) =

(2). JK Total =

FK

(3). JK Perlakuan =

(4). JK Baris =

(5). JK Kolom =

Nilai-nilai yang lain dapat dicari berdasarkan nilai yang telah didapatkan pada
perhitungan di atas seperti:
(6). JK Residu = JK Total JK Baris JK Kolom JK Perlakuan
(7). KT masing-masing =

(8). F Hitung Perlakuan =

(9). F Hitung Baris =

(10). F Hitung Kolom =

(9). F Tabel Perlakuan = F(; DB P; DB Res). dicari dari tabel F, atas dasar DB
Perlakuan (DB P) dan DB
Residu (DB Res)
(10). F Tabel Baris = F(; DB B; DB Res). dicari dari tabel F, atas dasar DB Baris (DB B) dan DB Residu (DB Res)
(10). F Tabel Kolom = F(; DB K; DB Res). dicari dari tabel F, atas dasar DB Kolom (DB K) dan DB Residu (DB Res)

lebihan dan Mekuranga Masing-masing Rancangan Dasar

anyak kurangya disini HARUS DI CARI

4.

Karena ulangan merupakan sumber keragaman, maka JK Residu = JK Sisa = JK


Galat = JK Acak menjadi mengecil apabila mengunakan RAK dibandingkan dengan
RAL. Demikian pula KT Residu menjadi lebih kecil, akibatnya F Hitung menjadi besar
maka antar-perlakuan cenderung menujukkan perbedaan yang nyata pada RAK
dibandingkan dengan RA; pada kondisi lingkungan yang serupa.
5.
Lebih teliti dibandingkan dengan RAL.
(3). Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL)
1. Analisisnya sederhana
2. Data hilang dapat diduga dengan rumus pendugaan
3. Lebih teliti dibandingkan RAL dan RAK
Kekurangan dan kelemahan
(1). Pada RAL sulit untuk mendapatkan unit-unit percobaan yang homogen, apalagi ukuran
percobaannya cukup besar atau dengan perlakuan yang banyak.
(2). Pada RAK sulit untuk mendapatkan ulangan yang homogen, apalagi jumlah ulangan yang
cukup banyak.
(3). Pada RBSL kelemahannya adalah [1] tidak efisien dan sulit untuk mendapatkan tempat
yang sesuai, apabilaperlakuannya cukup banyak, lebih dari delapan. Rancangan RBSL
biasa digunakan pada jumlah perlakuan 5 sd 8 perlakuan.
[2] untuk perlakuan
yang kurang dari lima, akan menyebabkan DB Residu menjadi terlaku kecil (Ingat syarat
DB Residu minimal = 15).
Efisiensi suatu rancangan dibandingkan dengan rancangan yang lain.
Suatu rancangan dapat lebih efisien dibandingkan dengan rancangan yang lain, apabila
ditunjukkan dengan menggunakan rumus efisiensi (
) seperti berikut:

Di mana:
= efisiensi rancangan pertaman dibandingkan rancangan kedua;

R1 =
R2 =
Db1 =
Db2 =
KT1 =
KT2 =

rancangan pertama;
rancangan kedua;
derajat bebas residu rancangan kesatu;
derajat bebas residu rancangan kedua;
kuadrat tengan residu rancangan kesatu;
kuadrat tengan residu rancangan kedua.

Apabila

> 100% maka dikatakan rancangan R1 lebih efisien

dibandingkan dengan R2 dan sebaliknya.


Perbandingan DB Residu untuk RAL, RAK, dan RBSL.
RAL
A11
Perlakuan

(p-1)

RAK
D41
Perlakuan
(p-1)

RBSL
Perlakuan

(p-1)

Residu

p(r-1)

Ulangan

(r-1)

Baris

(r-1)

Total

(pr -1)

Residu

(p-1)(r-

Kolom

(p-1)

Total

(pr -1)

Residu

(p-1)

Total

(p2-1)

Keterangan:
p = jumlah perlakuan;
r = jumlah ulangan; dan
Apabila p = r, maka:
DB residu RAL = p(p - 1);
DB residu RAK = (p - 1)2; dan
DB residu RBSL= (p - 1)(p - 2).

Anda mungkin juga menyukai