2.
Diksi:
Diksi adalah pilihan kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Diksi yang terdapat pada puisi Syair Nasihat terdapat
beberapa kata yang memakai konotasi, seperti:
Perompak penyamun : perampok[3]
Papa
3.
: sengsara
Terperi
: terucapkan
Ngeri
Imaji:
Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi seperti pengelihatan, pendengaran,
dan perasaan. Imaji yang dipakai dalam puisi Syair Nasihat ini adalah imaji auditif (pendengaran), imaji visual (pengelihatan)
seperti:
a.
Imaji auditif:
/Umpat dan puji sehari-hari/ artinya Sultan tiap harinya selalu ada yang memuja dan ada yang memuji.
b.
Imaji visual:
/Kamu itu seperti intan/ artinya penyair mengibaratkan Sultan yang memegang jabatan itu sangat berharga.
/Kacaulah negeri tidak berperi/ artinya negeri ini sangat kacau sehingga tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
4.
Kata konkret:
Kata konkret adalah kata-kata yang ditangkap dengan indra. Pada puisi Syair Nasihat terdapat kata-kata konkret
seperti /Kehidupan rakyat janganlah lupa/, /Fakir miskin hina dan papa/maksudnya kata konkret diatas adalah kehidupan
rakyat yang miskin dan sengsara, karena rakyat tentu ada yang fakir miskin dan sengsara. Maksud dari arti kalimat diatas
adalah pemimpin jangan pernah lupa pada rakyat, karena masih banyak rakyat yang miskin dan sengsara hidupnya.
5.
6.
Rima:
Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Puisi ini memiliki rima yang teratur
didalam bait pertama baris pertama dan kedua dengan bait kedua baris pertama dan ketiga, seperti:
2.
Rasa:
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Rasa yang ada pada puisi ini
adalah rasa kecewa akan sultan atau pemerintahan di negeri yang telah hancur karena kotornya tangan-tangan tidak
bertanggung jawab.
3.
Nada:
Nada adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada yang muncul pada puisi Syair Nasihat ini, Raja Ali Haji menuangkan
nada yang memunculkan perasaan kecewa terhadap sultan atau pemerintahan Melayu yang raja dan menterinya sibuk untuk
mengumpulkan kekayaan dan kekuasaanya saja tanpa memikirkan rakyat.
4.
Amanat:
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penyair kepada pembaca. Amanat yang terdapat puisi ini adalah
bertanggung jaab atas apa yang menjadi kewajibannya, terutama para menteri, raja atau para petinggi pemerintah untuk tetap
memikirkan kesejahteraan rakyat. Jangan mementingkan kekayaannya saja.
TUGAS
1.
Dari hasil analisis Anda, selanjutnya Anda harus menyimpulkan tentang segi-segi menarik dari puisi tersebut, baik dari segi
bentuk maupun isi (tema). Yang lebih penting, apa relevansi puisi yang ditulis di abad ke-19 itu dengan situasi kita
sekarang di abad ke-21?
Jawab:
Segi yang menarik yaitu Raja Ali Haji mampu menyindir secara halus tentang kondisi negerinya dengan adanya korupsi
yang menjadikan negerinya tidak stabil dalam ekonomi dan menjadikan negerinya hancur.
Relevansi puisi tersebut dalam situasi kita sekarang adalah merebaknya kasus korupsi dikalangan petinggi negara.
Mereka tidak memikirkan nasib rakyat kecil yang hidup dipinggir jalan atau dikolong jembatan. Para petinggi negara hanya
mementingkan dirinya sendiri, kekayaannya dan kekuasaanya. Sebagai contoh kasus korupsi yang menelan dana 570 juta
hingga 75 miliar yaitu Gayus Tambunan seorang Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan. Ia di vonis tujuh tahun
penjara dengan beberapa kasus yaitu kasus korupsi pajak PT SAT Rp 570 juta, kasus dugaan gratifikasi dan pencucian uang
atas kepemilikan aset Rp 28 miliar dan Rp 75 miliar, kasus dugaan pemalsuan paspor, dan kasus dugaan suap petugas rumah
tahanan.
Dengan di vonis tujuh tahun banyak yang tidak setuju karena kasus Gayus cukup banyak, seharusnya vonis terhadap
Gayus harus lebih berat tidak hanya tujuh tahun penjara. Kasus Gayus ini pun menyeret nama-nama yang diduga terkait kasus
Gayus yaitu 12 Pegawai Dirjen Pajak termasuk seorang direktur, yaitu Bambang Heru Ismiarso, 2 orang Petinggi Kepolisian,
Brigjen Pol Edmon Ilyas dan Brigjen Pol Radja Erizman, Andi Kosasih, Alif Kuncoro dan lainnya.
Dengan adanya kasus ini dikalangan para petinggi negeri, maka rakyat berfikir siapa yang akan menjadi contoh dan
panutan mereka. Jika petinggi negeri seperti Gayus, bagaimana dengan rakyat-rakyat kecil yang harus disejahterakan
kehidupannya tetapi malah ditambah penderitaan dan dijadikan sengsara oleh para pejabat negeri ini.