Anda di halaman 1dari 4

JARAS PIRAMIDALIS

Traktus/jaras ini berasal dari korteks motorik dan berjalna melalui substansia alba
serebri (korona radita), krus posterius kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan di
sini), bagian sentral pedunkulus serebri (krus serebri), pons, dan basal medulla (bagian anterior),
tempat traktus terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. Pyramid medulla (terdapat
satu pada masing-masing sisi) memberikan nama pada traktus tersebut. Pda bagian ujung bawah
medulla, 80-85% serabut pyramidal menyilang ke sisi lain di dekusasio piramidum. Serabut yang
tidak menyilang disini berjalan menuruni medulla spinalis di fenukulus anterior ipsilateral
sebagai traktus kortikospinalis anterior; serabut ini menyilang lebih ke bawah (biasanya
setingkat segmen yang dipersarafinya) melalui komisura anterior medulla spinalis. Pada tingkat
servikal dan torakal, kemungkinan juga terdapat beberapa serabut yang tetap tidak menyilang
dan mempersarafi neuron motorik ipsilateral di kornu anterius, sehingga oto-otot leher dan badan
mendapatkan persarafan kortikal bilateral (Baehr & Frotscher, 2014).
Mayoritas serabut traktus piramidalis menyilang di dekusasio piramidum, kemudian
menuruni medulla spinalis di fenikulus lateralis kontralateral sebagai traktus kortikospinalis

lateralis. Traktus ini mengecil pada area potong lintangnya ketika berjalan turun ke bawah
medulla spinalis, karena beberapa serabutnya berakhir di masing-masing semen di sepanjang
perjalanannya. Sekitar 90% dari semua serabut traktus piramidalis berakhir membentuk sinaps
dengan interneuron, yang kemudian menghantarkan impuls motorik ke neuron motor yang
besar di kornu anterius, serta ke neuron motorik yang lebih kecil (Baehr & Frotscher, 2014).

Sumber :
Baehr, Mathias dan Michael Frotscher. 2014. Diagnosis Topik Neurologi Duus : Anatomi,
Fisiologi, Tanda, Gejala. Jakarta : EGC.

REHABILITASI STROKE
Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke
a. Fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa.
Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya
rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak
sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah
emosional.
b. Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik
telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi
dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi
dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi :
1. Fisioterapi
a) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 kebawah)
b) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
c) Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung dari kekuatan otot.
d) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
e) Latihan fasilitasi / redukasi otot
f) Latihan mobilisasi.
2. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS)
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam AKS,
meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik.
Dengan alat Bantu yang disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara
mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat
yang disesuaikan.
3. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat
ditangani oleh speech therapist dengan cara:
a) Latihan pernapasan (pre speech training) berupa latihan napas, menelan, meniup,
latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
b) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan katakata.
c) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan katakata.
d) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
4. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu
transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara lain: arm sling,
hand sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot
orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).

5. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase
psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan.
Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan sebagian lagi
mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang
telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat
menerima rehabilitasi.
6. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta
keadaan rumah penderita.

Dapus :
Angliadi LS. 2001. Rehabilitasi Medik Pada Stroke. Proceeding symposium stroke up date.
Manado : Perdosi.

Anda mungkin juga menyukai