Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU TERNAK UNGGAS


SISTEM DIGESTI DAN REPRODUKSI UNGGAS
Disusun oleh:
Janu Herjanto
12/331833/PT/06287
Kelompok XV

LABORATORIUM ILMU TERNAK UNGGAS


BAGIAN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diselesaikan laporan praktikum ilmu ternak unggas
dibuat dengan sejujur-jujurnya tanpa unsur plagiatisme sebagai
syarat memenuhi tugas dan mengikuti responsi praktikum ilmu
ternak unggas.
Mengetahui
Assisten

Pinang Wikandaru
Herjato

Praktikan

Janu

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena

berkat

rahmat

dan

karunia-Nya

penulis

dapat

menyelesaikan laporan praktikum ilmu ternak unggas tepat pada


waktunya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada asisten dan dosen Ilmu Ternak Unggas yang telah
memberikan materi dan pengarahan.
sifatnya

membangun

dan

bermanfaat

Kritik dan saran yang


bagi

penulis

untuk

pembuatan laporan yang akan datang. Atas perhatiannya penulis


mengucapkan terimakasih.

DAFTAR ISI
SAMPUL
i
HALAMAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Praktikum 1
Manfaat Praktikum
1
MATERI DAN METODE 2
Materi
2
Metode
2
HASIL DAN PEMBAHASAN
1
Sistem Digesti
3
Organ Tambahan 13
Sistem Reproduksi Betina
Sistem Reproduksi Jantan
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 25

16
21

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Organ Digesti Ayam Layer 3
Tabel 2. Sistem Reproduksi Ayam Betina 16

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar
Gambar

1. Sistem Digesti Ayam


2. Mulut ayam 5
3. Oesophagus 6
4. Tembolok (Crop) 7
5. Proventriculus
8
6. Gizzard
9
7. Duodenum 10
8. Jejunum
10
9. Illeum 11
10. Coecum
11
11. Usus Besar 12
12. Kloaka
13
13. Hati 14
14. Pankreas 15
15. Limfa
15
16. Ovarium dan Ovum
17. Magnum 18
18. Isthmus
19
20. Vagina
20
21. Kloaka
21

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unggas adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang
telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia
dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk
daging dan telur. Dalam praktikum Produksi Ternak Unggas Wajib
Fakultas Peternakan Semester 4, melaksanakan melihat sistem
pencernaan dan reproduksi pada unggas yaitu mengetahui
fungsi fungsi pencernaan dan reproduksi unggas jantan dan
betina secara saksema, sehingga tahu siklus pencernaan dalam
mengabsosi

makanan

dan

mempertahankan

hidup

dan

meneruskan generasi penerus dengan alat reproduksi yang baik


Tujuan Praktikum
Tujuan

dari

praktikum

ini

adalah

mengetahui

dan

memahami tentang sistem digesti dan reproduksi ayam, meliputi


fungsi, ukuran berat, dan batasan-batasan dari masing-masing
bagiannya.
Manfaat Praktikum
Diharapkan praktikan dapat memahami sistem dan morfologi
ternak
unggas dan memanfaatkanya dalam beternak unggas.

MATERI DAN METODE


Materi
Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
pisau scapel merk Sangual Blade, kaca, plastik, pita ukur merk
Butterfly dengan panjang 150 cm, timbangan digital merk Camry
dengan kapasitas 2 kg, dan gunting bedah merk JMC.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 1
ekor ayam layer yang telah disembelih berumur lebih kurang dari
72 minggu dengan berat karkas 1075 gram.
Metode
Ayam yang

telah

dipotong

kemudian ditimbang

lalu

dibedah dan dikeluarkan seluruh organ pencernaan dan organ


reproduksinya. Pengeluaran organ dilakukan dengan hati-hati
agar tidak sampai putus dan sobek, kemudian diletakkan diatas
alas plastik yang diatur secara utuh kemudian digambar. Setelah
itu diukur panjang per bagian organ kemudian potong perbagian,
keluarkan kotorannya, kemudian dicuci lalu ditimbang dan
dicatat berat masing-masing organ.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem Digesti
Sistem

digesti

ayam

terdiri

atas

organ-organ

yang

menyusun saluran pencernaan dan memiliki fungsi masingmasing. Organ yang menyusun sistem digesti dari pakan masuk
sampai keluar sebagai ekskreta antara lain paruh, oesophagus,
crop, proventriculus, gizzard, usus halus yang terdiri atas
duodenum, jejunum, dan ileum, coecum, usus besar, dan kloaka.
Hasil yang diperoleh dari praktikum Ilmu Ternak unggas acara
sistem digesti dan reproduksi adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Organ Digesti Ayam Layer
Parameter
Oesophagus
Crop
Proventikulus
Gizzard
Usus halus:
a. Duodenum
b. Jejunum
c. Ilieum
Coecum
Usus besar
Kloaka
Organ tambahan:
a. Hati
b. Pankreas
c. Limfa

Gambar 1. Sistem Digesti Ayam


Mulut. Mulut unggas umumnya disebut dengan paruh.
Mulut sangat penting untuk proses pengambilan makanan. Selain
untuk mengambil mulut pada unggas berfungsi untuk menyobek,
memecahkan makanan atau mangsanya. Bentuk paruh unggas
bermacam-macam menyesuaikan dengan makanan utamanya.
Unggas akan memilih-milih makanan sesuai dengan ukuran
mulut atau paruhnya. Menurut Amrullah (2004) bentuk paruh
pada unggas disuaikan dengan bentuk makananya paruh runcing
jika makanan utamanya adalah bijian kecil, dan berbentuk
runcing bengkok dapat digunakan untuk menyobek mangsanya
dan memecah bijian yang besar yang keras serta berbentuk
seperti sendok sehingga mudah digunakan untuk menyaring dan
menangkap makanan yang bercampur air. Mulut pada unggas
ditandai dengan tidak adanya bibir, pipi, dan gigi. Pengganti
fungsi gigi pada mulut unggas terdapat pada lidah dan juga
paruh
Terjadi

proses

pencernaan

enzimatis

dimulut

dengan

bantuan enzim saliva dalam jumlah sedikit. Ezim dikeluarkan


dalam mulut juga untuk membantu pada proses penelanan.
Makanan selama dalam mulut tidak terjadi mastikasi, karena
makanan lewat dengan cepat masuk lewat oesophagus. Menurut
Yuwanta (2004), mulut menghasilkan saliva yang mengandung
amylase dan maltase saliva dan produksi saliva 7 sampai 30 ml/

hari tergantung pada jenis pakan. Sekresi saliva dipacu oleh


syaraf parasimpatik.

Gambar 2. Mulut ayam


Oesophagus.

Berdasarkan

praktikum

yang

dilakukan

diketahui panjang oesophagus ayam A adalah 14 cm dengan


berat 6 gram sedangkan ayam B 13 cm dengan berat 3 gram.
Oesopagus.

Membentang

disepanjang

leher

dan

thorax,

kemudian berakhir di proventriculus, merupakan penghubung


antara dasar mulut (pharynx) dengan crop dan ventriculus.
Oesophagus

menghasilkan

mukosa

yang

berfungsi

untuk

membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta, 2004)


panjang oesophagus antara 20 sampai 25 cm dan berat antara 5
sampai 7,5 gram. Panjang oesophagus kedua ayam tersebut
berada di bawah kisaran normal. Perbedaan yang dapat terjadi
yaitu dikarenakan oesophagus didalam kepala tidak ikut diukur
atau

masih

menempel

didalamnya

sehingga

tidak

dapat

dikeluarkan (Neil,1991), Berat oesophagus ayam A dan B tidak


pada kisaran normal. Hal tersebut berkaitan dengan data
panjang oesophagus yang tidak terukur karena sisanya berada
didalam kepala. Perbedaan ini juga dapat dipengaruhi oleh
pemberian pakan atau jenis pakan yang dikonsumsi, penyakit,
umur, dan jenis unggas (Yuwanta, 2004). Hal tersebut juga sesuai
dengan

pendapat

Sarwono

(1998)

bahwa

Faktor

yang

mempengaruhi adanya perbedaan dari panjang oesophagus

kedua ayam adalah jumlah pakan yang dikonsumsi, jenis pakan,


umur dan jenis kelamin

Gambar 3. Oesophagus
Tembolok (crop). Berdasarkan praktikum yang dilakukan
diketahui panjang tembolok ayam A adalah 9 cm dengan berat 9
gram sedangkan ayam B panjang 9 cm dan berat 13 gram.
Menurut Neil (1991), berat crop ayam berkisar antara 8 sampai
12 gram. Menurut Crompton (1999) Sebelum kerongkongan
memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di salah satu
sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok).
Tembolok merupakan modifikasi dari oesophagus yang berperan
sebagai tempat penyimpanan pakan, pakan disimpan dalam
tembolok hanya sementara. Dalam tembolok sedikit bahkan
tidak terjadi proses pencernaan, kecuali pencampuran sekresi
saliva dari mulut yang dilanjutkan aktifitasnya di tembolok
Tembolok pada burung merpati memiliki keistimewaan
tersendiri. Tembolok merpati dapat menghasilkan susu tembolok
(pigeon milk) yang kaya akan protein untuk campuran pakan
anak-anaknya. Mekanisme terbentuknya susu tembolok merpati
adalah adanya respon dari sekresi hormon prolaktin yang timbul
saat merpati mengeram Di samping itu terdapat beberapa
bakteri yang aktif yang dapat menghasilkan asam organik, yaitu
asam asetat dan asam laktat. Tembolok terdapat syaraf yang
berhubungan

dengan

pusat

kenyanglapar

di

hipotalamus,

sehingga

banyak

sedikitnya

pakan

yang

terdapat

dalam

tembolok akan memberikan respon terhadap syaraf untuk makan


atau menghentikan makan (Yuwanta, 2004).
Berdasarkan data yang diperoleh, berat tembolok ayam A
berada dikisaran normal, tetapi untuk ayam B masih sedikit
diatas kisaran normal. Berat tembolok yang ada di atas kisaran
normal dapat terjadi karena pencucian kurang bersih dan
mungkin saat penimbangan air yang menempel juga ikut
tertimbang. Menurut Yuwanta (2004), Perbedaan tersebut terjadi
karena perbedaan pemberian pakan atau jenis pakan yang
dikonsumsi, penyakit, umur, dan jenis unggas. Tembolok unggas
mampu menampung 250 g pakan.

Gambar 4. Tembolok (Crop)


Proventriculus. Berdasarkan praktikum yang dilakukan
diketahui proventriculus ayam A memiliki panjang 4,5 cm dan
juga berat 8 gram, sedangkan pada ayam B memiliki panjang10
cm dan berat 8 gram. Menurut Neil (1991) mengatakan
proventriculus memiliki panjang 6 cm dengan berat 7,5 sampai
10 gram. Data yang diperoleh untuk ayam A termasuk dalam
kisaran normal, namun panjnang proventiculus A lebih pendek
tersebut dapat terjadi

karena

kesalahan pengukuran

atau

kemungkinan lain yaitu perbedaan spesies dan varietas ayam


sehingga terjadi perbedaan morfologi.

Proventriculus adalah suatu peleburan dari kerongkongan


sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Biasanya
disebut glandula stomach atau true stomach, tempat gastric
juice

diproduksi.

pencernaan
glandular

Pepsin,

protein,

cell,

oleh

dan

suatu

enzim

hydrochloric

karena

pakan

untuk
acid

berlalu

membantu

disekresi
cepat

oleh

melalui

proventriculus maka tidak ada pencernaan material pakan disini,


akan tetapi sekresi enzim mengalir ke dalam gizzard sehingga
dapat bekerja disini (Muljowati, 1999).

Gambar 5. Proventriculus
Gizzard. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
Gizzard ayam A memiliki panjang 5 cm dan berat 30 gram
sedangkan ayam B panjang 8 cm dan berat 27gram. Data ini
sesuai dengan data Goodman (1991) yang menyatakan berat
gizzard adalah 25 sampai 30 gram. Perbedaan data pada ayam A
dan Ayam B tersebut mungkin dikarenakan jenis varietas ayam
dan jenis pakan yang berbeda. Menurut Yuwanta (2004), pada
unggas yang hidup secara berkeliaran, empedal lebih kuat
daripada ayam yang dipelihara secara terkurung dengan pakan
yang lebih lunak.
Gizzard disebut juga muscular stomach (perut otot) atau
empedal. Lokasinya berada diantara ventriculus dan bagian atas
usus halus. Fungsi utama empedal adalah melumatkan pakan
dan mencampur dengan air menjadi pasta yang dinamakan

chymne.

Ukuran

kebiasaan

dan

makan

kekuatan

ayam

empedal

tersebut.

dipengaruhi

Ayam

yang

oleh

dipelihara

empedalnya lebih kuat dari pada ayam yang dikurung (Yuwanta,


2004).
Mukosa permukaan gizzard mensekresikan coilin yang
berfungsi melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan
yang mungkin di sebabkan oleh pakan atau zat lain yang
tertelan. Didalam gizzard terjadi pencernaan secara mekanik
yang dibantu oleh grit (bebatuan) untuk membantu memecah
pakan. Partikel pakan yang lebar besar menyebabkan kontraksi
juga semakin cepat. Partikel pakan segera digiling menjadi
partikel kecil yang mampu melalui saluran usus. Material halus
akan masuk gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi
pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk
beberapa jam. Gastric juice tidak dapat bekerja atau mencerna
cellulose, biji-bijian dan tidak dapat bekerja aktif sebelum
makanan tadi dihaluskan dan dihomogenkan oleh fungsi gizzard.
Gizzard juga berfungsi sebagai filter, bahkan makanan yang telah
halus masuk kedalam duodenum satu menit setelah terbentuk
ingesta (Muljowati, 1999).

Gambar 6. Gizzard
Usus halus.
dengan

usus

digantungkan

Organ tubuh ini menghubungkan gizzard

besar.

Di

dalam

oleh

selaput

rongga

perut

penggantung

usus

yang

halus
disebut

mesentrium. Usus halus berfungsi dalam digesti, absorpsi,


penyerapan zat makanan yang larut dalam garam organik. Usus
halus

secara

anatomis

duodenum,

jejunum,

duodenum,

bermula

dibagi

dan
dari

menjadi

ileum.
ujung

tiga

Segmen
distal

bagian

yang

gizzard.

yaitu

pertama,
Bagian

ini

berbentuk kelokan, disebut sebagai duodenal loop. Pankreas


mensekresikan

pancreatic

juice

yang

mengandung

enzim

amylase, lipase, dan tripsin. Jejunum dan ileum merupakan


segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam.
Beberapa ahli menyebut kedua segmen ini sebagai usus halus
bagian bawah (Suprijatna, 2005).
Duodenum.

Berdasarkan

praktikum

yang

dilakukan

diketahui Panjang dan berat duodenum ayam A adalah 26 cm


dan 6 gram, sedangkan pada ayam B adalah 28 cm dan 5 gram.
Menurut Yuwanta (2004), panjang duodenum

adalah 24 cm.

Bagian ini terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses


hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak, dan protein.
Panjang duodenum ayam A dan B berada di atas kisaran normal.
Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan umur maupun
jenis unggas.
,

Gambar 7. Duodenum
Jejunum. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
Panjang dan berat jejunum ayam A adalah 72 cm dan 14 gram
sedangkan pada ayam B adalah 65 cm dan 11 gram. Jejunum

merupakan kelanjutan dari duodenum yakni terjadi pencernaan


namun dengan frekuensi absorpsi yang masih kecil. Dalam
jejunum terjadi proses penyerapan zat makanan yang belum
diselesaikan di duodenum sampai tinggal bahan yang tidak dapat
dicerna (Yuwanta, 2004).

Gambar 8. Jejunum
Ileum. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
Panjang dan berat ileum pada ayam A adalah 70 cm dan 8 gram
sedangkan pada ayam B adalah 60 cm dan 9 gram. Ileum
merupakan bagian usus halus yang paling banyak melakukan
absorpsi. Ileum mempunyai banyak vili-vili untuk memperluas
bidang penyerapan. Batas antara jejunum dengan ileum berupa
tonjolan kecil disebut micelle diverticum.

Gambar 9. Illeum
Coecum. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
Panjang dan berat coecum ayam A adalah 19 cm dan berat 5
gram. Ayam B panjang 17cm dan berat 12gram. ayam A memiliki
berat coecum yang lebih ringan dan lebih pendek sedangkan

Ayam B memiliki berat coecum yang sedikit lebih berat dari


kisaran normal. Menurut Neil (1991), berat coecum berkisar
antara 6 sampai 8 gram. Ayam A memiliki berat coecum diatas
kisaran normal, tetapi ayam B masih di kisaran normal. Hal ini
dapat disebabkan oleh perbedaan individu serta pakan yang
dikonsumsi. Semakin tinggi pakan mengandung serat kasar
tinggi, maka coeca akan berkembang karena coeca berfungsi
untuk mencerna serat kasar. Dengan demikian, coecum pada itik
lebih berkembang daripada pada ayam (Yuwanta, 2004). Coecum
terdiri atas dua coeca atau saluran buntu yang berukuran
panjang 20 cm. Di dalam Coecum terjadi pencernaan mirobiologi,
karena

pencernaan

serat

kasar

dilakukan

oleh

bakteri

pencernaan serat kasar (Yuwanta, 2004).

Gambar 10. Coecum


Usus

besar.

Berdasarkan

praktikum

yang

dilakukan

diketahui Panjang dan berat usus besar ayam A adalah 15 cm


dan berat 5 gram. Ayam B panjang 9 cm dan berat 2 gram.
Menurut Akoso (1998), berat normal rektum adalah 4 sampai 6
gram. Panjang kedua usus besar ayam A dan B berada dikisaran
normal. Ayam A memiliki berat dikisaran normal sedangkan
Ayam B dibawah kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan
adanya perbedaan pertumbuhan dan performa ayam (Neil,
1991). Usus besar juga dinamakan intestinum crasum. Fungsi
usus besra yaitu untuk perombakan partikel pakan yang tidak

tercerna oleh mikroorganisme menjadi feses yang kemudian juga


tercampur dengan urine membentuk ekskreta. Feses dan urine
sebelum dkeluarkan mengalami penyerapan air sekitar 72%
sampai 75%. Usus besar mempunyai panjang 7 cm (Yuwanta,
2004).

Gambar 11. Usus Besar


Kloaka. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
Panjang dan berat kloaka ayam A panjang 3 cm dan berat 10
gram ayam B panjang 7 cm dan berat 14 gram. Menurut Neil
(1991), panjang kloaka adalah 1,5 cm sampai 3 cm dengan berat
6 gram sampai 8 gram. Berdasarkan data yang diperoleh,
panjang kloaka ayam A berada dikisaran normal, tetapi ayam B
berada diatas normal. Berat kloaka ayam A dan B berada di atas
kisaran normal. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan
pertumbuhan dan perfoma ayam (Neil, 1991). Kloaka merupakan
penghubung usus besar dan anus, dan muara bagi sisa-sisa hasil
metabolisme dalam bentuk materi faeces dari usus besar, telur
dari oviduct dan urine dari ureter. Kloaka merupakan tempat
keluarnya ekskreta karena urodeum dan cuprodeum terletak
berhimpitan (Yuwanta, 2004).

Gambar 12. Kloaka


Organ Tambahan
Hati. Organ ini terdiri dari dua lobus yang berwarna
cokelat dan terletak pada daerah gizzard dan duodenum yang
menghasilkan empedu berwarna kehijauan dan bersifat alkali
karena untuk menetralkan asam lambung. Hati berkerja sebagai
filter zat makanan yang telah diserap yang kemudian masuk ke
dalam sirkulasi darah. Fungsi utama hati dalam pencernaan dan
absorpsi

adalah

produksi

empedu.

Dalam

getah

empedu

terdapat asam empedu yang berfungsi membantu digesti lemak,


mengaktifkan lipase pankreas dan membantu penyerapan asam
lemak, kolesterol dan vitamin yang larut dalam lemak (Yuwanta,
2004). Warna kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir
destruksi

sel

darah

merah,

yaitu

biliverdin

dan

bilirubin

(Amrullah, 2004).
Hati berperan dalam sekresi empedu, metabolisme lemak,
protein,

karbohidrat,

zat

besi

dan

vitamin,

detoksifikasi,

pembentukan darah merah, dan penyimpanan vitamin. Faktorfaktor yang memengaruhi bobot hati adalah bobot tubuh,
spesies, jenis kelamin, umur, dan bakteri patogenmenyatakan
bahwa bobot hati meningkat sejalan dengan meningkatnya
umur, tetapi persentasenya konstan terhadapbobot badan.
(Setiadi,dkk.,2013)

Berat hati ayam A dan B berturut-turut adalah 46 gram dan


43 gram, sedangkan berat ayam A dan B adalah 1828 gram dan
1590 gram. Menurut Yuwanta (2004), berat hati adalah 3% dari
berat badan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa berat hati
tidak sesuai dengan kisaran normal karena kurang dari 3% berat
badan.

Gambar 13. Hati


Pankreas. Pancreas mensekresikan insulin dan getah
pancreas yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak, dan
protein (Yuwanta, 2004). Berdasarkan praktikum yang dilakukan
diketahui panjang dan berat pannkreasi ayam A adalah panjang
10 cm dan berat 3 gram sedangkan ayam panjang 14 cm dan
berat 4 gram. Pancreas adalah sebuah glandula tubule alveolar
yang memiliki bagian endokrin dan eksokrin. Bagian endokrin
dari pancreas menghasilkan hormon insulin (sel beta) dan
glukagon

(sel

alfa).

Bagian

eksokrin

menghasilkan

getah

pencernaan yang menghasilkan enzim pepsinogen, tripsinogen


(Frandson,1992).

Pancreas

mensekresikan

getah

pancreas

(pancreatic juice) yang berfungsi dalam pencernaan pati, lemak,


dan

protein.

Hati

mensekresikan

disekresikan ke dalam duodenum.

getah

empedu

yang

Gambar 14. Pankreas


Limpa. Limfa berada di sebelah kiri dan kanan duodenum,
sedikit di atas empedu dan berwarna kemerah-merahan. Organ
ini fungsinya belum diketahui secara pasti, tetapi menurut
Yuwanta (2004), limfa berfungsi membantu memecah sel darah
merah dan sel darah putih. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan

diketahui

berat

limpa

ayam

adalah

gram

sedangkan ayam B 2 gram. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh


perbedaan morfologi ayam.

Gambar 15. Limfa

Sistem Reproduksi Betina


Anatomi alat reproduksi ayam betina terdiri dari dua
bagian utama yaitu ovarium yang merupakan tempat sintesis
hormone steroid sexual, gametogenesis dan perkembangan serta
pemasakan kuning telur (ovum). Bagian kedua adalah oviduk
yaitu tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur,
dan pembentukan kerabang telur. Pada unggas umumnya dan
ayam pada khususnya hanya ovarium kiri yang berkembang dan
berfungsi, sedangkan pada bagian kanan mengalami rudimenter
(Yuwanta, 2004). Berikut ini adalah data hasil pengukuran sistem
reproduksi betina pada ayam.
Tabel 2. Sistem Reproduksi Ayam Betina
Parameter
Ovarium+ovum
Infundibulum
Magnum
Isthmus
Uterus
Vagina
Ovarium

dan

ovum.

Berdasarkan

praktikum

yang

dilakukan diketahui berat Ovarium ayam A 46 gram dan Ayam b


25 gram. Ovarium merupakan tempat penghasil gamet betina
dan pembentukan kuning telur. Pada unggas ovarium disebut
folikel. Bentuknya seperti buah anggur. Berat ovarium menurut
Yuwanta

(2004)

adalah

60

gram

untuk

unggas

dewasa,

sedangkan pada ayam A dan B ovariumnya lebih ringan dari


normal, ini dimungkinkan karena ayam yang digunakan dalam
praktikum merupakan ayam afkir sehingga

ovarium ayam

tersebut sudah tidak dapat berkembang. Perbedaan ini juga

dapat disebabkan jenis pakan yang dikonsumsi, penyakit, umur


dan jenis unggas (Yuwanta, 2004).
Letak ovarium berada diujung cranial ginjal dan agak ke
kiri dari garis tengah daerah sumblumbal cavum dadominalisi
dan tergantung pada dinding dorsal abdomen oleh suatu lipatan
peritoneum (Nalbandov, 1990).

Gambar 16. Ovarium dan Ovum


Infundibulum. Berdasarkan praktikum yang dilakukan
diketahui panjang Infundibulum Ayam A 14 cm dan berat 1 gram,
ayam B panjang 17 cm dan berat 1 gram. Infundibulum
mempunyai

fungsi

menangkap

ovum

(yolk)

dan

tempat

terjadinya fertilisasi. Infundibulum mempunyai lubang yang


disebut ostium abdominal yang berfungsi untuk menangkap
ovum yang telah masak. Panjang infundibulum adalah 9 cm dan
kuning telur (ovum) berada pada infundibulum ini selama 15
sampai 30 menit (Yuwanta, 2004). Hal ini menunjukan bahwa
infundibulum ayam A dan B di atas kisaran normal. Perbedaan ini
disebabkan adanya perbedaan jenis makanan, penyakit, umur
dan

jenis

infundibulum
merupakan

unggas
yang
tempat

(Yuwanta,

2004).

merupakan
penyimpanan

Pada

bagian

bagian

leher

klasifikator

juga

sperma,

sperma

juga

tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina.


Penyimpanan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi
(Frandson, 1992).

Magnum. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui


panjang Magnum Ayam A 46 cm dan berat 48 gram, ayam B
panjang 30 cm dan berat 35 gram Panjang magnum menurut
Yuwanta (2010) panjang magnum adalah 33 cm, Magnum
tesusun dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Mukosa dari
magnum

tesusun

dari

sel

gobelet

yang

berfungsi

dalam

mensekresikan putih telur kental dan cair. Magnum merupakan


bagian terpanjang dari oviduct. Terdapat perbedaan antara
kisaran normal dengan data hasil praktikum yang disebabkan
aleh perbedaan umur, faktor genetik, produksi telur yang telah
dihasilkan, jadi dimungkinkan bahwa ayam A yang memiliki
panjang

magnum

yang

relatif

panjang

sehingga

produksi

telurnya tinggi. Diperlukan waktu sekitar 3,5 jam bagi telur yang
sedang berkembang untuk melalui magnum.
Albumin pada sebutir telur terdiri dari 4 lapisan. Masingmasing adalah chalazae (27.0 %), putih kental (57.0 %), putih
telur encer (17.3%) dan putih telur encer bagian luar 23.0%).
Keempat lapisan tersebut diproduksi pada magnum, tetapi putih
telur encer luar (outer thin white) tidak lengkap sampai air
ditambahkan di uterus (Suprijatna, 2005).

Gambar 17. Magnum


Isthmus. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
panjang isthmus Ayam A 16 cm dan berat 10 gram, ayam B
panjang 17 cm dan berat 9 gram. Menurut kisaran normal

panjang ishtmus adalah 10 cm. Isthmus merupakan tempat


pembentukan kerabang tipis dan tempat terjadi plumping,
kandungan

pada

masa

ini

tidak

secara

lengkap

mengisi

membran kerabang dan telur menyerupai sebuah kantung hanya


sebagian yang terisi air., (Suprijatna, 2005). Hal ini menunjukkan
bahwa isthmus pada ayam A dan B berada diatas kisaran normal.
Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan umur, faktor
genetik, dan produksi telur (Yuwanta, 2004).

Gambar 18. Isthmus


Uterus. Berdasarkan praktikum yang dilakukan diketahui
panjang Uterus Ayam A 10 cm dan berat 23 gram, ayam B
panjang 11 cm dan berat 27 gram Uterus disebut juga glandula
kerabang telur, panjangnya 10 cm (Frandson, 1992). Pada ayam
yang berproduksi panjangnya 4,0-4,7 inchi (10-12 cm). Telur
yang berkembang tinggal di uterus sekitar 18-20 jam, lebih lama
daripada dibagian lain dari oviduk. Hasil menunjukkan bahwa
uterus dari kedua ayam berada dibawah kisaran normal. Uterus
memiliki fungsi sebagai tempat pembentukan kerabang telur dan
pewarnaan kerabang. Warna kerabang telur terdiri atas phorpirin
yang terbentuk dibagian ini pada akhir mineralisasi kerabang
telur (Suprijatna, 2005).

Gambar 19. Uterus


Vagina. Pada ayam, skema produksi telur panjang vagina
sekitar 4,7 inchi (12cm). Disini, kutikula ditimbun pada kerabang
untuk mengisi sebagian pori-pori kerabang. Secara normal, telur
tinggal dalam vagina selama beberapa menit, tetapi dalam
keadaan tertentu dapat tinggal beberapa jam (Suprijatna, 2005).
Selain itu, vagina juga berfungsi untuk penempatan telur
sebelum dikeluarkan (ovoposition). Berdasarkan praktikum yang
dilakukan diketahui panjang Uterus Ayam A 5 cm dan berat 9
gram, ayam B panjang 4 cm dan berat 3 gram Terjadi perbedaan
yang sangat signifikan antara hasil pengamatan dengan kisaran
normal

karena

faktor

genetic,

umur

dan

bisa

dimungkinkan ketidak tepatan pada bagian vagina yang diukur.

Gambar 20. Vagina


Kloaka. Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum atau
saluran keluarnya feses, urodeum atau saluran keluarnya urin
dan protodeum atau saluran keluarnya sperma atau sel telur
(Frandson, 1992). Telur juga dikeluarkan lewat kloaka yang

bermuara di protodeum. Meningkatnya kandungan protein dalam


pakan dengan kandungan energi yang sama dapat meningkatkan
produksi telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat telur.
Berat

telur

yang

berkurang

diantaranya

disebabkan

oleh

defisiensi protein dan asam amino untuk pembentukan sebutir


telur. Selain faktor tersebut berat telur juga dipengaruhi oleh
genetik

ayam,

dimana

ayam

buras

yang

mempunyai

kemampuan genetik rendah hanya akan mampu menghasilkan


berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya
(Nasution dan Adrizal, 2009).

Gambar 21. Kloaka


Sistem Reproduksi Jantan
Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari testes, ductus
deferens, dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka.
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes
tidak terdapat dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga
badan dan terletak didekat tulang belakang dekat bagian
anterior (Blakely and Bade,1991).
Testis. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian
atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir
dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak
seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Amrullah,
2004). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan

disebut

androgen

dan

sel

gamet

jantan

disebut

sperma

(Nalbandov, 1990).
Saluran Deferens. Saluran deferens jumlahnya sepasang,
pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan
tua tampak berkelok kelok. Letak kearah caudal, menyilang
ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum
(Amrullah, 2004).
Alat Kopulasi. Pada unggas duktus deferens berakhir
pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal
kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi
(Nalbandov, 1990). Alat kopulasi ini juga dapat disebut penis,
tetapi pada unggas bentuknya spiral seperti pegas.

KESIMPULAN
Sistem pencernaan unggas terdiri dari mulut, oesophagus,
crop, proventriculus, gizzard, usus halus (duodenum, jejunum,
illeum), coecum (usus buntu), usus besar, cloaca. Sistem
pencernaan dibantu oleh organ asesoris meliputi pankreas, hati,
dan

limpa.

Cloaka

merupaka

lubang

salurang

teridiri

cuprodeum (pencernaan), protodeum (reproduksi) dan urodeum


(urinasi). Sistem reproduksi pada ayam betina ada dua bagian
yaiu

primer

menghasilkan

dan

sekunder.

ovum

Primer

sedangkan

berupa

sekunder

ovarium
berupa

yang

saluran

reproduksi terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus,


vagina dan kloaka. Sistem reproduksi pada unggas terutama
ayam yang berkembang hanya satu bagian, sedangkan bagian
lain mengalami rudimenter. Organ reproduksi ayam jantan terdiri
dari testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang terdapat
dalam kloaka. Sistem reproduksi ayam jantan berbentuk spiral
seperti pegas.

DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu
Gunungbudi
IPB. Bogor.
Blakely, J and Bade, D.H. 1991. Ilmu Peternakan, Edisi IV, Gadjah
Mada
University Press. Yogyakarta.
Crompton, D.W. 1999. A study of the growth of the alimentary
tractof
the
young cockerel. Br. Poult. Sci
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Collage of
Veteraning
Medicine Colorado State University fort calling, New York.
Goodman, H. D. 1991. Biology Laboratory Inversatium Java.
Novich
Put
Orlando.
Juliambarwati, Mirinda, Adi Ratriyanto, dan Aqni Hanifa. 2012.
Pengaruh
Penggunaan Tepung Limbah Udang dalam Ransum
terhadap
Kualitas Telur Itik. Sains Peternakan Vol. 10 (1), 1 6.
Muljowati, S,
Purwokerto.

dkk.

1999.

Dasar

Ternak

Unggas.

Unsoed.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan


Unggas.
UGM Press Yogyakarta.
Nasution, Saddat, dan Adrizal. 2009. Pengaruh Pemberian Level
Protein
Energi Ransum yang Berbeda Terhadap Kualitas Telur
Ayam
Buras.Universitas Andalas. Padang.

Neil, A. C. 1991. Biology 2nd edition. The Benjamin Coming


Publishing
Company Inc. Pec Wood City.
Setiadi, dedi., Khaira Nova, Syahrio Tantalo, 2013. Perbandingan
Bobot
Hidup , Karkas, Giblet dan Lemak Abdominal Ayam Jantan Tipe
Medium dengan strain Berbeda yang diberi ransum komersial
Broiler.Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Jurusan Peternakan
Fakultas. Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Yuwanta, Tri. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
.

Anda mungkin juga menyukai