Anda di halaman 1dari 37

Horticultural Partnership Support Program

Knowledge Management Series

Perbaikan Pengelolaan Tanaman Cabe Merah


Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional
BALAI PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
DEPARTEMEN PERTANIAN
2003

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

Pemahaman Dasar
Latar Belakang
1. Tanaman cabe adalah tanaman yang dapat tumbuh dalam
berbagai kondisi lahan pertanian
2. Konsumsi domestik tinggi dan diperkirakan meningkat dari tahun
ke tahun
3. Diperlukan upaya peningkatan produksi untuk kebutuhan nasional
dan ekspor
4. Telah didirikannya lembaga Penelitian dan Pengkajian Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Cabai Merah dilakukan oleh
Balai Penelitian bekerjasama dengan BPTP di propinsi Jawa Barat,
Sumatera Barat, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

Pemahaman Dasar
Latar Belakang
Data Tahun 1999

Areal lahan tanaman Cabe Merah

183.347 ha

( 20% dari luas areal panen sayuran total Indonesia)

Potensi hasil panen Cabe Merah

1,6 11,2 / ha

( Potensi panen dapat ditingkatkan hingga 20 ton / ha)

Konsumsi cabai merah per kapita per minggu di perkotaan


diperkirakan sebesar 0,219 ons dan di pedesaan 0,15 ons.

(Peningkatan permintaan mencapai 7,5% per tahun)

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

Pemahaman Dasar
Latar Belakang
Kendala utama dalam Peningkatan produksi
tanaman Cabe merah adalah
Rendahnya tingkat adopsi teknologi oleh
petani.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

PERSYARATAN DAN TUJUAN

Tujuan
1. Membangun keterkaitan dan sinkronisasi program
penelitian Balit dengan program BPTP dan
mempercepat proses alih teknologi spesifik lokasi.
2. Mengembangkan sistem dan proses inovasi cabai
merah spesifik lokasi yang didukung oleh jaringan
informasi yang efektif dan efisien
3. Melakukan penguatan kelembagaan di sentra produksi
cabai merah.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

PERSYARATAN DAN TUJUAN

Hasil yang diharapkan


Penerapan inovasi teknologi cabai merah
yang mampu mengurangi biaya produksi,
meningkatkan
produktivitas,
dan
mendorong berkembangnya sistem dan
usaha agribisnis cabai merah

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Strategi Pengembangan
Titik tolaknya pada
1.

2.

3.

Pengembangan sistem informasi yang dapat diakses oleh semua


pelaku (peneliti, penyuluh, pelaku pelayanan, petani, dan pengusaha)
Perkuatan kelembagaan inovasi (Kelembagaan inovasi adalah
kelembagaan internal penelitian, pengkajian dan penyuluhan, serta
kelembagaan usaha agribisnis.
Pembangunan proses learning society dan learning organization
ditempuh dengan pendekatan dialog dan partisipatif yang dipandu oleh
soft systems methodology dan pengembangannya dilakukan bertahap,
mulai dari visitor plot/demplot, pilot proyek, hingga demo area

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Strategi Pengembangan

Pengembangan bertahap penggalian dan penerapan teknologi,


mulai dari petak percobaan (experimental plot), petak kunjungan
(visitor plot), petak unjuk kerja atau demonstrasi plot (demplot), dan
demo area untuk mendorong penerapannya pada kawasan
agribisnis.
Adaptasi teknologi budidaya cabai merah hasil penelitian Balit
menjadi teknologi spesifik lokasi dengan sasaran tercapainya
penggunaan input produksi yang dapat menekan biaya produksi
dan ramah lingkungan.
Pengembangan jaringan informasi (hardware, software, dan
substansi informasi).
Peningkatan peranan kelembagaan usaha tani pedesaan.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Strategi Pendekatan 1

Perbaikan agribisnis cabai melalui pengembangan sistem inovasi


dan penguatan kelembagaan ditempuh dengan metodologi sistem
lunak (soft systems methodology).
(dialog dan partisipasi semua pelaku dan stakeholders dalam perumusan masalah,
penetapan target perbaikan, prosedur perbaikan, serta pembagian tugas dan
tanggungjawab)

Kegiatan penerapan teknologi dilakukan melalui wadah jaringan


penelitian dan pengkajian dengan tujuan untuk menyusun, memilih,
menguji, mengadaptasi dan mengembangkan teknologi yang
dihasilkan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan
berbagai sumber teknologi lainnya

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Strategi Pendekatan 2

Kegiatan penelitian dan pengkajian dilakukan di lahan pertanaman


cabai merah sepanjang tahun.
Penyiapan sumberdaya manusia (SDM), bimbingan dan
penyuluhan secara intensif berkelanjutan, penggunaan benih/bibit
bermutu dari varietas unggul dan prosedur bercocok tanam secara
benar atau good farming practices menjadi substansi kegiatan
penelitian dan pengkajian.
Pembentukan usaha kemitraan dengan pendekatan agribisnis
diperlukan petani dalam memperoleh modal, bimbingan dan
pengelolaan usaha dan pemasaran produk.
(Agar memiliki kekuatan dalam bermitra, petani perlu membentuk kelompok
usaha atau koperasi dengan kepengurusan dan manajemen yang profesional)

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Ruang Lingkup Kegiatan


1.
2.
3.
4.
5.

Penyusunan Panduan Teknis.


Pelatihan.
Participatory Rural Appraisal (PRA).
Kunjungan (Visitor) Plot/Demplot.
Pengembangan sistem informsi pengelolaan tanaman cabai
merah.
6. Penyusunan profil cabai merah.
7. Inisiasi kelembagaan Rural Producer Organization
8. Pengembangan Interface dengan program aksi pengembangan
agribisnis hortikultura (Ditjen produksi Hortikultura).

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Prosedur Pelaksanaan 1
Tahap

Pelaksana

Hasil atau Sasaran

Penyusunan panduan teknis

Balitsa

Materi budidaya tanaman, pengenalan dan pengendalian hama


dan penyakit, pelatihan TOT, PRA, pengembangan sistem
informasi dan inisiasi kelembagaan Rural Producers
Organization

Pelatihan
Sosialisasi program

Pusat
Penelitian
Pengembangan
Hortikultura

Training of trainers

Balitsa

dan

Peserta pelatihan : Kepala Balai dan Koordinator Pelaksana.


Materi : sosialisasi pendekatan sistematik (system dynamic dan
soft methodology) dalam sintesis kebijaksanaan hortikultura,
manajemen dan sosialisasi program
Peningkatan keterampilan, dan pengetahuan praktis dalam
penerapan teknologi produksi cabai merah, sebelum
disebarluaskan kepada petani di daerah.
Materi : PTT dan alternatif komponen teknologi, Metodologi PRA,
Pembenihan cabai merah, Budidaya tanaman cabai merah,
Pengenalan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) cabai
merah dan upaya pengendaliannya, Pascapanen cabai merah,
Analisis usahatani cabai merah, Sistem kelembagaan dan
manajemen, Jaringan informasi, Dinamika kelompok, Sistem
pengumpulan/analisis data dan Pelaporan.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Prosedur Pelaksanaan 2
Tahap

Pelaksana

Hasil atau Sasaran

Penerapan PTT Cabe merah

Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian
(BPTP),
kelompok tani

Pelatihan selama 1 musim tanam (secara mingguan),


Pelatihan dengan pendekatan pendidikan orang dewasa
(Andragogi), meliputi praktek lapang, diskusi, pemecahan
masalah dan ceramah dari nara sumber. Materi pelatihan
meliputi PTT dan alternatif komponen teknologi, perbenihan,
budidaya tanaman, pengenalan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT), dan upaya pengendaliannya, pascapanen,
analisis usahatani, dan kepemanduan.
Petani peserta diharapkan mempunyai kemampuan dan waktu
untuk mengikuti PTT, berumur di atas 25 tahun dan kurang dari
50 tahun, dapat membaca, menulis dan mampu berkomunikasi
dengan baik, mau menerapkan PTT dilahannya dan mempunyai
jiwa kepemimpinan, motivasi, loyalitas dan dedikasi yang tinggi,
sehat, sebagian besar pemilik lahan, anggota kelompok tani, dan
berada dalam suatu hamparan

Participatory
(PRA)

Balitsa, BPTP

Jadwal bersama antara Balit dengan BPTP. Bersamaan dengan


PRA dilakukan pengumpulan data iklim (5 tahun terakhir), data
AEZ, farming system zone, dan data pendukung lain yang
diperlukan

Rural

Appraisal

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Prosedur Pelaksanaan 2
Tahap

Pelaksana

Hasil atau Sasaran

Visitor Plot / Demplot

Balisa,
tani

BPTP,

kelompok

Lokasi Plot / Demplot

Balisa,
tani

BPTP,

kelompok

Penerapan teori dan materi pelatihan


Kegiatan panen, pasca panen dan pemasaran

Pelaksanaan
lapangan

kegiatan

di

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


A. Panen Kriteria Panen
1. Cabai merah dapat dipanen pertama kali pada umur 70-75 hari
setelah tanam (dataran rendah) dan pada umur 4-5 bulan (dataran
tinggi), dengan interval panen 3-7 hari.
2. Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknose,
dimusnahkan.
3. Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim untuk
jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan
dikeringkan dipanen setelah matang penuh.
4. Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah yang sehat, bentuk normal
dan baik.
5. Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung
jala.
6. Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


B. Pasca panen
Tradisional
Diletakkan di atas lantai semen, batu bata yang diplester, rak yang dibuat dari kayu
atau bambu.
Keuntungan : Tidak memerlukan bahan bakar (biaya pengeringan murah,
memperluas kesempatan kerja dan sinar matahari mampu menembus ke dalam
jaringan sel bahan.
Kerugiannya : Suhu pengeringan dan kelembaban tidak dapat dikontrol, hanya
berlangsung bila ada sinar matahari.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


B. Pasca panen
Buatan
Sinar matahari digunakan sebagai pengganti sumber panas dari bahan bakar pada
saat pengeringan.
Alat berbentuk lemari dengan dinding terbuat dari plastik dan rangka kayu. Jumlah
rak disesuaikan dengan ukuran alat pengering. Rancangan alat pengering terdiri
dari tiga bagian yaitu cerobong, ruang pengering, dan kolektor.
Kolektor terdiri dari isolator yang terbuat dari seng bergelombang, yang berfungsi
sebagai pengubah sinar matahari menjadi sumber panas.
Keuntungan pengeringan buatan adalah:
(1) tidak perlu dijaga dari gangguan hujan dan hewan peliharaan;
(2) tidak perlu diangkat (dibongkar) sebelum kering

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


B. Pasca panen
Buatan dengan bantuan oven
Alat ini menggunakan sumber panas dari tenaga listrik.
Cabai merah dapat dikeringkan dalam bentuk utuh atau dibelah. Cabai merah yang
dibelah, pengeringannya lebih cepat dibandingkan dengan cabai merah utuh.
Pengeringan dengan oven dapat dilakukan pada suhu 600C selama 20-25 jam.
Untuk menjaga agar warnanya tetap baik, cabai setelah dibelah segera dikeringkan.
Cara lain adalah dengan merendam cabai dalam larutan bisulfit
(Natrium Sulfit/Natrium Metabisulfit) 0,2% selama 5-10 menit

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


C. Pengawetan
1)

Saus Cabai merah

Syaratnya :

Warna merah seragam

Tidak boleh ditambah saus cabe lain


Cara pembuatan:
Buang tangkainya, dicuci bersih dan dikukus sampai matang. Lama pemanasan bergantung pada
jumlah cabai merah yang dikukus.
Setelah matang, cabai digiling bersama bumbu yang terdiri dari bawang merah 1%, bawang putih 1%,
berdasarkan berat bahan kedua bumbu tersebut ditambahkan bersama cabai pada saat cabai
dihancurkan sampai diperoleh bubur cabai.
Selanjutnya bubur cabai dipanaskan. Bersamaan dengan itu ditambahkan gula 6%, garam 2%, dan
cuka 0,25% (berdasarkan berat bahan), semua bahan dipanaskan. Saus cabai yang telah
dimasak lalu dimasukkan ke dalam botol, lalu dilakukan pasteurisasi selama 30 menit.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


C. Pengawetan
2)

Tepung Cabai merah

Syaratnya :

Warna merah seragam

Buah cabe sehat


Cara pembuatan:

Dilakukan pemanasan awal (blansing) 7-10 menit.

Dikeringkan dengan menggunakan oven atau dengan alat pengering dengan energi surya

Setelah kering diangkat dan digiling sampai halus.

Dikemas dengan pengemasan yang ideal. Misalnya dengan botol kaca atau polyethylene yang
tidak mudah menyerap uap air.

Simpan ditempat yang cukup kering.

Sebagai tambahan: cabai kering yang telah dibuat tepung dapat dicampur dengan rempahrempah lainnya dan dapat digunakan sebagai bumbu siap pakai.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


C. Pemasaran 1
Pada umumnya, jenis pasar cabai merah yang ada dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
pengumpul,
grosir/pasar besar
pengecer.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Panen, pasca panen dan pemasaran


C. Pemasaran 2
Dalam proses pemasaran cabai merah secara keseluruhan terdapat
beberapa jenis lembaga pemasaran yang terlibat, yaitu:
pedagang pengumpul,
pedagang antar daerah,
pedagang grosir/pedagang besar,
pedagang grosir pembantu,
pedagang pengecer dan
levaransir.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI

Pelaporan
Laporan dibuat berdasarkan pedoman/format
yang sudah ada oleh semua pelaksana
kegiatan PTKJS.
Laporan akhir di buat segera setelah
berakhirnya kegiatan dalam satu periode
(tahunan) dan disampaikan kepada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI
Diseminasi Hasil
Dilaksanakan dalam bentuk review hasil, temu lapangan dan
lokakarya.
Temu lapangan dilakukan pada masa akhir musim tanam
atau waktu panen. Pada kesempatan tersebut ditampilkan
hasil yang telah dicapai, perbedaan hasil pengamatan dan
produksi antarpetak perlakuan, dan analisis ekonomi.
Selain itu, dilakukan diskusi dengan petani sekitar, petugas
lapang dan aparat setempat.
Lokakarya
bertujuan
untuk
mengevaluasi
dan
menginformasikan keberhasilan dan kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan PTKJS

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

LANGKAH-LANGKAH REALISASI
Monitoring dan Evaluasi
Bertujuan untuk mengendalikan, mengawasi, mengukur, dan
mengevaluasi kemajuan pelaksanaan penelitian dan
pengkajian penerapan PTKJS secara teknis, administrasi,
dan keuangan serta mengkoreksi dan memperbaiki
pelaksanaan penelitian dan pengkajian apabila terjadi
kesalahan dan penyimpangan dari yang telah direncanakan.
Monitoring juga dilakukan terhadap respons petani peserta
dalam penerimaan materi dan pelaksanaan kegiatan,
peningkatan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang minimal
dua kali dalam setahun oleh tim yang dibentuk di tingkat
Puslitbang, Lolitjeruk maupun BPTP.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


PRA (Participatory Rural Appraisal)
Metode Identifikasi wilayah dan permasalahan dalam usaha tani
jeruk dan peluang mengatasinya
Aspek yang digali dari kegiatan PRA adalah:
1. Karakteristik lokasi, mencakup validasi peta desa, peta topografi dan
hidrologi, peta usaha industri rumah tangga, peta sumberdaya, transect,
kalender musim, ranking matriks, sejarah desa, penggunaan tenaga kerja
berdasarkan gender, dan arus sumberdaya.
2. Sistem usaha tani jeruk.
3. Identifikasi dan analisis permasalahan.
4. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya fluktuasi harga.
5. Persepsi petani mengenai akar permasalahan dan peluang mengatasi
masalah.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


Pelatihan Penerapan PTKJS
1.
2.

3.
4.

Lama pelaksanaan kegiatannya adalah selama 1 tahun


Peserta diharapkan berusia 25 50 tahun (pendidikan orang dewasa /
andragogi), dapat membaca, menulis dan mampu berkomunikasi dengan
baik, mau menerapkan PTKJS di lahannya dan mempunyai jiwa
kepemimpinan, motivasi, loyalitas dan dedikasi inggi serta sehat, sebagian
besar pemilik lahan, merupakan anggota kelompok tani, dan berada dalam
satu hamparan
Pelatihan meiliputi praktek lapang, diskusi, pemecahan masalah, dan
ceramah dari nara sumber yang berkompeten
Materi yang dibahas mencakup PTKJS dan alternatif komponen teknologi,
pembibitan, budidaya tanaman, pengenalan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT) dan upaya pengendaliannya, pascapanen, analisis
usahatani dan kepemanduan

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


Teknologi Produksi Cabe merah 1
Aspek

Teknologi

Bibit

(1) Teknik isolasi. 6 baris tanaman jagung dan jarak budidaya cabai
minimal 500 m; (2) Menggunakan net plastik.

Varietas

Tanjung-1, Tanjung-2 dan Lembang-1. Karakteristik ketiga varietas tersebut antara lain:
(1) Tanjung-1: Potensi hasil 18 ton/ha, warna buah merah, panjang buah 10 cm, toleran terhadap
hama pengisap;
(2) Tanjung-2: Potensi hasil 12 ton/ha, cocok untuk dataran rendah;
(3) Lembang-1: Potensi hasil 9 ton/ha, cocok untuk dataran tinggi.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


Teknologi Produksi Cabe merah 2
Aspek
Kultur
teknis

Teknologi
(1) Teknik penyemaian, pemeliharaan bibit di persemaian, persiapan lahan dan pengolahan
lahan.
(2) Jarak tanam: 40-60 cm x 50-70 cm
(3) Pemupukan berimbang:
a. Untuk pertanaman cabai secara monokultur di lahan kering:
Pupuk kandang (20-40 ton/ha)
Pupuk buatan:
SP-36: 400 kg/ha yang diberikan sebelum tanam.
Urea: 100-150 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.
ZA: 300-400 kg/ha diberikan 3 kali pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.
KCl: 150-200 kg/ha diberikan pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam.
b. Untuk penanaman cabai secara tumpang gilir dengan bawang merah:
Bawang merah: pupuk kandang (10-20 ton/ha) dan TSP (150-200kg/ha) diberikan 7 hari
sebelum tanam, kemudian Urea (150-200 kg/ha), ZK (400-500 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha)
diberikan pada umur 7 dan 25 hari setelah tanam

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


Teknologi Produksi Cabe merah 3
Aspek

Teknologi

Kultur
teknis

c. Untuk penanaman cabai secara tumpangsari dengan sayuran daun:


Pupuk kandang (30-40 ton/ha) dan NPK (15:15:15) 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum
tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah.
Pupuk susulan: NPK (15:15:15) 300 kg/ha dicairkan dan disiramkan (dicor) di sekitar tanaman
dengan interval 10 hari mulai umur tanaman 2 minggu setelah tanam.
(4) Pemakaian mulsa plastik hitam-perak untuk musim kemarau dan musim penghujan. Mulsa
jerami dengan ketebalan + 5 cm (10 ton/ha) untuk musim kemarau.
(5) Tumpangsari: cabai-tomat, cabai-bawang daun, cabai-bawang merah, cabai-kubis, cabaipetsai-tomat.

Pengendali
an
OPT

(1) OPT penting yaitu Thrips, lalat buah, kutu daun persik, antraknose dan virus. Kehilangan
hasil karena OPT 10-80%;
(2) Pengendalian Hama Terpadu (PHT):
(a) Penggunaan musuh alami (parasitoid, predator, dan patogen serangga);
(b) Penggunaan berbagai jenis perangkap (feromonoid seks, perangkap kuning, metyl eugenol
dll);
(c) Penggunaan bio-pestisida;
(d) Penggunaan insektisida selektif berdasarkan ambang pengendalian.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


I.

Pengumpulan Data

Metodologi yang digunakan adalah zero-one-approach,


yaitu membandingkan antara kegiatan PTT dengan
non-PTT
pada
musim
tanam
yang
sama.
Pengumpulan data non-PTT dilaksanakan di lahan
petani dengan menggunakan metode book-keeping.
Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti/penyuluh di tiap instansi pelaksana. Cara
pengamatan dan pengumpulan data menggunakan
format yang telah disiapkan

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


II.

Superimposed Research

Superimposed akan dilaksanakan di setiap lokasi


kegiatan. Kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan
kebutuhan teknologi di tiap lokasi kegiatan PTT. Di
Balitsa, superimposed adalah penanaman tiga varietas
unggul baru cabai hasil pelepasan Balitsa, yaitu
Tanjung-1, Tanjung-2, dan Lembang-1 yang ditanam
dalam luasan masing-masing 500 m2.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


III. Penyediaan Bibit
Salah satu kendala dalam sistem produksi hortikultura
adalah keterbatasan penyediaan benih bermutu.
Dalam kegiatan PTT cabai merah dilakukan
perbanyakan benih cabai merah dengan tujuan
menyediakan benih untuk digunakan dalam kegiatan
berikutnya di beberapa BPTP terkait. Varietas yang
digunakan untuk cabai merah adalah varietas unggul
baru.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


IV. Pengembangan Sistem Informasi Inovasi Teknologi
Dalam hal ini, diperlukan suatu jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dan
efisien, dengan tujuan untuk mengembangkan prospek sistem informasi penelitian
dan pengkajian komoditas cabai merah (Hot pepper research and assessment net
working) di Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, dan NTB.
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahun anggaran 2003 adalah:
(1) Pembuatan situs khusus sistem inovasi cabai yang diselenggarakan oleh Balitsa
dengan simpul-simpul di BPTP, Dinas/instansi terkait di daerah, dan asosiasi petani
dan pengusaha;
(2) mengembangkan dan memanfaatkan forum pertemuan melalui kegiatan temu
lapang dan workshop;
(3) membuat berbagai publikasi (buku, brosur, leaflet) dan elektronik (VCD).
Perangkat keras untuk keperluan Balit dan BPTP disediakan Badan Litbang
Pertanian sedangkan untuk Dinas dan asosiasi petani dan pengusaha diharapkan
disediakan oleh pihak terkait.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


IV. Penyusunan profil Jeruk

Ketersediaan data dasar yang secara komprehensif


(menggambarkan perkembangan aktual dari suatu sistem komoditas berperan
penting dalam proses identifikasi dan pengambilan keputusan, pemecahan
masalah.

Komoditas jeruk yang terpelihara dan regularly updated


(dapat memberikan kemudahan untuk analisis sistem dan memfasilitasi proses
identifikasi dan prioritasi yang bersifat imparsial serta dapat dijadikan panduan bagi
penetapan kebijakan maupun keputusan investasi / usaha).

Dari profil jeruk tersebut, selanjutnya dapat dilakukan karakterisasi dan


analisis untuk inventarisasi berbagai masalah yang perlu dicarikan
pemecahannya
(inventarisasi masalah disusun dalam suatu database yang selalu dimutakhirkan.
Penyusunan profil komoditas dilakukan oleh Lolitjeruk)

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


V.

Rural Producers Organization (Kelompok Tani)

Petani komoditas hortikultura, tersebar di pedesaan dalam skala usaha


kecil dan bersifat musiman.
Skala usahatani yang kecil menyebabkan berfluktuasinya produksi dan
harga.
Penelitian dan pengkajian PTKJS jeruk memfasilitasi pengembangan
kelembagaan produksi secara partisipatif oleh masyarakat pedesaan
Pengembangan kelembagaan meliputi pembentukan kelompok petani
agribisnis jeruk, peningkatan kemampuan sumber daya petani dengan
memperhatikan sosial, budaya dan ekonomi dalam perspektif agribisnis
dalam upaya peningkatan efisien usaha, percepatan adopsi teknologi,
dan peningkatan efisiensi pemasaran.
Kelembagaan tersebut dapat berupa kelompok tani yang sudah ada
seperti Asosiasi Petani Jeruk di Sumatera Utara
Selain itu, dapat juga membentuk kelompok baru dimana fokus
kelembagaan adalah di bidang perkreditan, teknologi produksi,
pemasaran, dll.

KNOWLEDGE MANAGEMENT SERIES : PARTNERSHIP IN AGRIBUSINESS

SARANA DAN PRASANA YANG DIPERLUKAN


VI.

Pengembangan Program Aksi Agribisnis Hortikultura

Pola pengembangan agribisnis melalui pendekatan Pengkajian Sistem


Usaha Pertanian (SUP) berbasis komoditas unggulan yang telah
dikembangkan oleh peneliti/pengkaji BPTP selama ini dapat digunakan
sebagai salah satu acuan pengembangan interface dengan program
pengembangan agribisnis hortikultura oleh Ditjen Bina Produksi
Hortikultura, yang dalam hal ini untuk jeruk.
(Di lapangan, kegiatan ini dapat dilakukan oleh peneliti, penyuluh, dan
petani dalam suatu program pembangunan agribisnis di sentra produksi
jeruk)
Dalam kaitan ini Lolitjeruk berfungsi sebagai sumber informasi teknologi
yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pengembangan agribisnis
jeruk.
Permasalahan di lapangan dapat disampaikan melalui fasilitas
internet/situs/e-mail, dan jika diperlukan, juga diterbitkan melalui sirkulir
yang membahas satu masalah secara rinci atau media cetak lain, sesuai
kebutuhan.
Permasalahan yang tidak dapat dijawab akan dijadikan materi penelitian
bagi Lolitjeruk.

Anda mungkin juga menyukai