Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang

Sistem penyuluhan pertanian seperti yang tertera dalam UU RI No. 16 tahun

2006 merupakan seluruh rangkaian pengembangan kemampuan, pengetahuan,

keterampilan serta sikap pelaku utama (pelaku kegiatan pertanian) dan pelaku

usaha melalui penyuluhan. Disebutkan pula bahwa Penyuluhan Pertanian adalah

suatu proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau

dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi

pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnnya, sebagai upaya untuk

meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya,

serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Menurut Sikhondze (1999) dalam Karsidi (2001) menjelaskan bahwa orientasi

penyuluhan haruslah membantu petani (sasaran) agar mampu mengembangkan diri

atas dasar inovasi-inovasi yang ada, ditetapkan secara partisipatoris, yang

pendekatan metodenya berorientasi pada sasaran penyuluhan dan hal-hal yang

bersifat praktis, baik dalam bentuk pelayanan individu maupun kelompok.

Dengan harapan bersama bahwa fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dinilai

perlu diperkuat kembali yang disertai dengan pengoptimalan peran serta penyuluh

pertanian untuk menyikapi perkembangan dinamika yang dihadapi dalam

penyelenggaraan penyuluhan pada setiap kecamatan secara efektif dan efisien.

Fungsi BPP yang awalnya sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku

utama dan pelaku usaha dalam penyelenggaraan penyuluhan diharapkan dapat

meningkatkan fungsi penyebarluasan informasi dan teknologi pertanian secara

1
cepat, efektif dan efisien, untuk dapat memfasilitasi akses petani sebagai pelaku

utama terhadap sumber-sumber permodalan, pasar, dan teknologi pertanian.

Karena letak BPP sangat strategis bukan hanya sebagai pusat data dan informasi

petanian tetapi juga sebagai tempat wahana pendidikan, pelatihan dan

pengembangan kemitraan.

Salah satu teknologi dapat yang diterapkan dan relatif mudah dilakukan oleh

petani adalah greenhouse. Green house atau yang dikenal dengan rumah kaca saat

ini bukanlah barang baru bagi pelaku agribisnis, terutama agribisnis hortikultura

seperti sayuran dan tanaman hias. Meskipun demikian, hal itu tidak menjamin

bahwa semua petani Indonesia mengerti dan mengetahui tentang green house ini.

Jangankan tahu manfaatnya, bahkan mungkin melihatnya saja belum pernah

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara

untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi

pertumbuhan tanaman. Green house dikembangkan pertama kali dan umum

digunakan di kawasan yang beriklim subtropika. Penggunaan greenhouse terutama

ditujukan untuk melindungi tanaman dari suhu udara yang terlalu rendah pada

musim dingin.

Cahaya yang dibutuhkan oleh tanaman dapat masuk ke

dalam greenhouse sedangkan tanaman terhindar dari kondisi lingkungan yang tidak

menguntungkan,yaitu suhu udara yang terlalu rendah, curah hujan yang terlalu

tinggi, dan tiupan angin yang terlalu kencang. Di dalam greenhouse,parameter

lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuhan yaitu cahaya matahari, suhu

udara, kelembaban udara, pasokan nutrisi, kecepatan angin, dan konsentrasi

karbondiokasida dapat dikendalikan dengan lebih mudah. Penggunaan greenhouse

memungkinkan dilakukannya modifikasi lingkungan yang tidak sesuai bagi

2
pertumbuhan tanaman menjadi lebih mendekati kondisi optimum bagi

pertumbuhan tanaman. Struktur greenhouse berinteraksi dengan parameter iklim di

sekitar greenhouse dan menciptakan iklim mikro di dalamnya yang berbeda dengan

parameter iklim di sekitar greenhouse.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan pembangunan greenhouse di

BPP Tanalili untuk memberikan kondisi yang lebih optimal terhadap pertumbuhan

dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan. Selain itu keberadaan

greenhouse di BPP tanalili diharapkan dapat memberikan contoh nyata serta

motivasi kepada petani tentang penerapan teknologi yang bisa diadaptasi dan

dikembangkan diwilayahnya masing-masing.

1.2. Tujuan

Proposal ini dibuat dalam rangka pengkajian dan penerapan teknologi green

house di BPP Tanalili yang bertujuan untuk :

1. Tempat pembelajaran bagi penyuluh dan petani

2. Pengaturan jadwal produksi tanaman yang dibudidayakan

3. Meningkatkan kualitas produksi tanaman yang dibudidayakan

4. Aset dan permormance BPP Tanalili

1.3. Sasaran

Sasaran dalam kegiatan ini adalah penyuluh pertanian (PNS, THL-TBPP dan

Sukarela) yang berada di BPP Tanalili, Petani serta masyarakat pada umumnya.

3
BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI BPP

2.1. Kedudukan

Balai penyuluhan pertanian (BPP) adalah kelembagaan penyuluhan pertanian

ditingkat kecamatan yang merupakan lembaga non struktural yang berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas Ketahanan Pangan.

2.2. Tugas BPP

Balai penyuluhan pertanian (BPP) mempunyai tugas melaksanakan

penyuluhan dan pelaksanaan kebijakan daerah dibidang penyuluhan pertanian

tingkat kecamatan.

2.3. Fungsi BPP

Didalam melaksanakan tugas Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan

Tanalili menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan programa penyuluhan pertanian ditingkat Kecamatan yang sejalan

dengan program penyuluhan pertanian Kabupaten.

2. Melaksanakan penyuluhan pertanian berdasarkan program penyuluhan.

3. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi,

pembiayaan dan pasar.

4. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan

pelaku usaha.

5. Melaksanakan peningkatan kapasitas PNS, THL–TBPP, Penyuluh Swadaya

melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.

4
6. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan metode penyuluhan

pertanian bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berkelanjutan.

7. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program

penyuluhan pertanian

5
BAB III
PERMASALAHAN

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) belum optimal dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya, dikarenakan adanya permasalahan yang dihadapi. Permasalahan

yang dihadapi antara lain :

1. Lahan BPP belum dimanfaatkan secara maksimal, hal ini disebabkan karena

keterbatasan dana

2. Dukungan operasional yang masih sangat terbatas

3. Kondisi lingkungan yang kurang bersahabat terhadap pengembangan komoditi

hortikultura

6
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BELANJA PEMBUATAN GREEN HOUSE
TAHUN 2019

N Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Total (Rp)


o
1 Rangka besi greenhouse m2 1 unit 3.500.000 3.500.000
ukuran 4x6
2 Streaming/daring hijau Roll 4 300.000 1.200.000
3 Meja tempat bibit Set 3 500.000 1.500.000
4 Belanja benih sayuran
- Terong ungu Sashet 5 45.000 225.000
- Cabai rawit Sashet 6 50.000 300.000
- Tomat Sashet 5 35.000 165.000
- Sawi Sashet 2 50.000 100.000
- Gambas Sashet 2 40.000 80.000
- Pepaya California Sashet 3 35.000 105.000
- Terong hijau Sashet 5 45.000 225.000
- Cabai besar sashet 2 50.000 100.000
Jumlah 7.500.000

Tanalili, Oktober 2018


Koordinator BPP Tanalili

MADE SUDANA, SP
NIP. 19750315 201604 1 020

7
BAB V
PENUTUP

Demikian proposal permohonan bantuan pembangunan greenhouse ini

dibuat, sebagai bahan pertimbangan sekaligus menjadi bahan rujukan inovasi

teknologi serta percontohan kepada petani.

Anda mungkin juga menyukai