Anda di halaman 1dari 57

500 REKOMENDASI KODING

NO

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

KASUS

REKOMENDASI NCC

Peserta BPJS yang di rawat inap akan dilakukan tindakan


operasi bagian Urologi tanggal 13
Agustus 2014, diminta untuk membayar alat
dengan alasan alat tidak disediakan oleh RS
sebesar Rp.8.500.000,Pasien tidak jadi dioperasi karena tidak membayar alat
tersebut.
Pasien dengan diagnosa appendix dan direncanakan untuk
tindakan bedah, namun dikarenakan mati listrik sehingga
tindakan bedah dibatalkan

Verifikator melakukan pencatatan kasus ini sebagai bahan Alat Kesehatan


pertimbangan pada saat dilakukan recredentialing FKRTL

Diagnosa Utama : K359 (Acute


appendicitis,unspecified)Tindakan : 4709 (Other
appendectomy) 9918 (Injection or infusion of electrolytes)
9059 (Other microscopic examination of blood) 9396 (Other
oxygen enrichment)
8952(Electrocardiogram) Group CBGs : K-1-13-I
(Prosedur appendik ringan) Biaya Rp. 4.474.757

Verifikator melakukan cross check kepada laporan operasi Appendik


atau reusme medis, apabila terbukti tidak dilakukan
operasi, verifikator menyampaikan hal tersebut kepada
koder untuk dilakukan koreksi tagihan.

Pada pasien RITL dengan rencana tindakan biopsi, tidak jadi


dilakukan tindakan karena alasan teknis RS (contoh: dokter
tidak berada di tempat), namun tindakan biopsi tetap
ditagihkan ke BPJS.

Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada pasien


yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan
klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya.

Biopsi

Pada pasien RITL dengan rencana tindakan pemasangan


cimino, tidak jadi dilakukan tindakan karena dokter tidak
berada di tempat, namun tindakan pemasangan cimino tetap
ditagihkan ke BPJS.

Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada pasien


yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan
klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya.

Cimino

Rencana tindakan echo untuk kasus jantung tidak jadi


dilakukan namun tetap ditagihkan
Pasien masuk RITL tidak dilakukan tindakan marsupialisasi
namun ditagihkan tindakan marsupialisasi

Verifikator menyampaikan isi rekam medis kepada koder


agar dilakukan koreksi tagihan.
Tindakan yang ditagihkan adalah tindakan yang diberikan
kepada pasien. Jika tidak dilakukan tindakan, maka tidak
dientri. Yang entri hanya diagnosanya saja

Ekokardiografi

Diganosa Sekunder : E722 (Disorder of urea Cycle


metabilism) Tindakan : 3927 (Arteriovenostomy for renal
dialysis)
Pasien didaftarkan masuk ke poli kembali karena obat yang
diambil saat dia datang beberapa hari sebelumnya tidak dapat
diambil karena belum waktunya mengambil obat

Tindakan yang tidak dilakukan tidak dapat ditagihkan.


Klaim tidak dilayakkan.

Ginjal/Hemodialisa

Verifikator memastikan kunjungan konsul pasien apakah


ada komplikasi atau penyakit penyerta, apabila tidak ada
verifikator melakukan konfirmasi agar kunjungan tsb tidak
ditagihkan (disertai lembar konfirmasi).

Obat

Pasien RITL atas nama Arifin Seltia Lubis nokp:


0001201576072 , masuk tgl 28-07-2014 kondisi pasien dalam
ke adaan hamil masuk opname keluhan sakit pingangg tanpa
ada tindakan psn plg
.dua hr kemudian pasien SC

Pada kasus ini jika pasien sudah mendapatkan surat


perintah rawat inap dan memasuki runag rawat, maka
dapat ditagihkan sebagi kasus RITL dengan diagnosa
O47.9 (False labour/persalinan palsu)

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

10

Tindakan atau prosedur yang sudah dilakukan yang di


koding (diinput)

Appendik

Gigi Mulut

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

11

Mengajukan klaim pasien rajal padahal pasien tersebut batal


berobat.

Pelayanan kesehatan yang tidak jadi dilakukan (batal


dilakukan), tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan

Rujukan

12

Pasien RITL Atas Nama : Ria Tio Silitonga Nokp :


0000014522128 masuk tanggal 07-07-2014 pulang tgl 07-072014 dengan diagnosa OMSK rencana operasi ,tenyata di
batal pasien tdk berani dan hari itu juga pasien pulang

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan


melakukan negosiasi dengan FKRTL.

Telinga

13

pasien masuk RITL dengan diagnosa utama Hernia Inguinalis Pada kasus yang pertama, tindakan heniotomy tidak dapat Tindakan Medik/Operatif
dan direncanakan operasi, namun operasi ditunda setelah
ditagihkan krn belum dilakukan.
lebaran atas permintaan keluarga. Pihak Rumah Sakit
menagihkan pelayanan RITL tersebut. Setelah lebaran pasien
masuk RITL kembali untuk melakukan operasi Hernia tersebut
dan pihak Rumah sakit menagihkan kembali. terpisah bukan
sebagai satu periode penyakit

14

Pasien Thalasemia masuk lewat IGD dengan pengantar rawat Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada pasien
inap: pro transfusi, diprosedur ditagihkan transfusi,pada saat
yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan
verifikasi di konfirmasi kepeserta ternyata pasien tidak jadi
klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya.
transfusi karena HB nya normal,tidak jadi dirawat tetapi
ditagihkan sebagai tagihan rawat inap

Transfusi Darah

15

Pasien an. Ny. Eka (21 Thn) masuk RITL melalui UGD, pasien
tdk mempunyai kartu BPJS dan bersedia membayar sebagai
pasien umum. Setelah dipindahkan ke ruang inap, pasien
disarankan oleh perawat RS untuk menggunakan kartu BPJS
milik saudara / tetangga.

Pada kasus ini tidak dapat diterbitkan SEP. kasus tidak


dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Verifikator
membuat catatan sebagai bahan pertimbangan
recredentialing FKRTL. Verifikator meminta tenaga
kesehatan agar menlakukan edukasi kepada pasien untuk
segera melakukan pendaftaran sebagai peserta JKN.

Penggunaan kartu

16

Pasien dirawat dikelas 3 ditagihkan di kelas 1 dengan tarif Rp. Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes
2192494
28 tahun 2014.

Akomodasi

17

Agusman masuk tgl 1-4 juli 2014 dgn dg Sciatica dan arthosis Sudah diakomodir pada PMK 28 Tahun 2014
hakkelas peserta di kelas 1 tetapi di rawat di kelas 2 Diagnose
utama M54.3 Diagnose sekunder M19.9 kelas 1 (2.736.744)
Kelas 2 (
2.345.781).

Akomodasi

18

Zaimah masuk tanggal 23-27 maret 2014 dg Dispepsia dan


Vertigo. Hak kelas di kelas 1 tetapi pasien dirawat dikelas 2.
Diagnosa Utama K30 dan sekunder R42.

Sudah diakomodir pada PMK 28 Tahun 2014

Akomodasi

19

Pasien yang hak nya kelas 1, diletakkan ke kelas 3 karena


penuh tetapi tetap di tagihkan di kelas 1

Sudah diakomodir pada PMK 28 Tahun 2014

Akomodasi

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

20

Pasien PBI masuk RITL dengan kasus Malaria


Tersiana

Verifikator melakukan konfirmasi hak rawat peserta


kepada koder untuk ditagihkan dan dibayarkan sesuai
dengan hak dan kelas yang ditempati peserta mengingat
peserta PBI tidak diperbolehkan untuk naik kelas.

Akomodasi

21

Pasien masuk RITL dengan diagnosa Demam thyfoid. Pasien


mendapat kelas perawatan kelas 3. Diajukan diagnosa utama
A01.0 Thyfoid Fever; Namun diajukan sebagai pasien yang
mendapat kelas perawatan kelas 2.

Verifikator melakukan customer visit kepada pasien


dengan lembar konfirmasi, kemudian melakukan
konfirmasi kelas rawat yang ditempati oleh pasien kepada
koder.

Akomodasi

22

Pasien mendapat kelas rawat di bawah hak kelas rawatnya,


dengan alasan hak kelas rawatnya penuh namun penagihan
sesuai hak kelas sebanyak 468 kss

Sudah diakomodir pada PMK 28 Tahun 2014

Akomodasi

23

Kasus persalinan normal dirawat di ruang kebidanan kelas 2


walaupun hak kelas perawatannya kelas 1, klaim ditagihkan
tetap ditagihkan sesuai hak kelas perawatan peserta, yaitu
kelas 1

Sudah diakomodir pada PMK 28 Tahun 2014

Akomodasi

24

Pasien yang hak kelas rawatnya penuh misalnya kelas


1,namun pasien dititipkan dikelas yang lebih rendah tetapi
ditagihkan sesuai dengan hak kelas peserta yaitu kelas 1

Sudah diakomodir pada PMK 28 Tahun 2014

Akomodasi

25

Pasien RITL dengan dx A09 (diarrhoea) dan anemia. Pasien


dirawat 3 hari di VIP, hak kelas seharusnya kelas I. Pasien di
tagihkan iuran biaya oleh pihak RS, Padahal INAcbg lebih
besar daripada biaya riil rumah sakit.

Pada kasus ini , pengajuan klaim RS sudah sesuai


ketentuan. Untuk pasien yang naik kelas ke VIP dapat
dikenakan selisih biaya. Sedangkan untuk tarif INA CBGs
yang lebih tinggi dari tarif riil RS tidak lagi menjadi
permasalahan apabila sesuai dengan kondisi pasien yang
dilayani.

Akomodasi

500 REKOMENDASI KODING

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

26

Pasien RITL dengan diagnosa nausea and vomiting naik kelas Pilihan kenaikan kelas merupakan hak pilih peserta.
perawatan dari kelas 2 ke kelas 1. Pasien membayar selisih
Apabila peserta naik kelas ke kelas II atau kelas I,
tidak sesuai dengan tagihan yang seharusnya
verifikator menginformasikan sesuai PMK No. 28 selisih
yang ditagihkan adalah tarif INA CBGs kelas yang dipilih
dikurangi tarif INA CBGs yang mnejadi haknya.
Sedangkan apabila peserta memilih kelas VIP maka
selisih biaya yang dikenakan adalah selisih antara Biaya
Tarif RS dikurangi tarif INA CBGs kelas yang menjadi
haknya.

Akomodasi

27

rumah sakit menagihkan sesuai hak kelas rawat pasien


sedangkan pasien menempati kelas perawatan yang lebih
rendah lebih dari 3 hari.

Diakomodir PMK No. 28

Akomodasi

28

Pasien masuk dengan kasus uterovaginal prolaps


, unspecified, pasien naik kelas dari kelas I ke VIP, total
tagihan yang di tujukan kepada pasien sebesarRp. 5.640.000.
Tarif INA Cbg yang tercantum di billing RS Rp. 4.003.665 jd
pasien membayar selisih Rp. 1.636.335,- akan tetapi tagihan
INA Cbg yg RS tagihkan ke BPJS sebesar Rp. 5.676.993

Verifikator melakukan pengecekan hasil groper


Akomodasi
CBG's yang tercantum di dalam billing RS (Rp
4.003.665,-) sudah sesuai kelas rawat dan level
severitynya. Seharusnya tidak ada perbedaan antara hasil
grouper RS dengan hasil grouper yang ditagihkan kepada
BPJS Kesehatan. Jika hasil tidak sesuai, maka verifikator
melakukan pencatatan dan pelaporan kepada Kanit MPKR
untuk dilakukan pembinaan dan sebagai bahan
recredentialing FKRTL.

29

Px dgn hak kelas 1 dirawat dikelas 3 dan ditagihkan kelas 1

Akomodasi

30

Pasien RITL dengan hak kelas II dirawat di kelas III karena


kelas II penuh, Diagnosa utama: Dyspepsia K30 Biaya Ina
CBGs Rp 3.713.095

Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN. Permenkes


28 Tahun 2014
Verif sesuai dengan Permenkes 28 Tahun 2014.

31

Pasien RITL hak kelas 1 tinggal di kelas III (turun kelas)


dicoding kelas 1

Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak


kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai
dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.

Akomodasi

32

Pasien RITL masuk dengan diagnosa E115 , ditagihkan biaya


kelas 2

Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes


28 tahun 2014.

Diabetes Melitus

33

Pasien dengan diagnosa dyspepsia dirawat


dikelas 3, ditagihkan dengan kelas perawatan kls 2

Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes


28 tahun 2014.

Dispepsia

34

Pasien dengan diagnosa utama K.808 Cther Cholelithiasis


dikarenakan ruangan rawat sesuai hak peserta kelas 2 nya
penuh pasien bersedia dirawat dikelas 3(untuk ruang kelas 1
dikonfirmasi juga penuh),akan

Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes


28 tahun 2014.

Empedu

Akomodasi

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

35

Pasien a/n Mardia Hasan, NOKA :


0001261623069 hak kelas rawat kelas II, MRS
pada tgl 06/07/2014 Pulang tgl 08/07/2014; No
SEP 2407R00106140000633. Karena kamar kelas II penuh
maka pasien sampai dengan tgl kepulangan ditempatkan di
kamar kelas III. Pihak RS menangihkan sesuai dengan hak
kelas pasien bukan kelas yang ditempati.

Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak


kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai
dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Akomodasi

36

Pasien dengan persalinan SC dirawat dikelas 3, ditagihkan


dengan kelas perawatan kls 2

Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes


28 tahun 2014.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

37

Merubah biaya total RS (billing) untuk ditagihkan kepada


pasien yang dirawat di VIP

Verifikator melakukan konfirmasi kepada pihak Manajemen Akomodasi


RS agar tarif VIP yang ditagihkan sesuai dengan tarif
Perda yang berlaku.

38

Tagihan Klaim CAPD sebesar


Rp.6.906.000,/pasien

Verifikasi dilakukan sesuai dengan SE Menkes Nomor


HK/Menkes/31/I/2014 tentang pelaksanaan standar tarif
pelayanan kesehatan pada FKTP dan FKRTL. Tarif
Pelayanan CAPD paket rutin Sebesar Rp
5.940.000,00/bulan

Ginjal/Hemodialisa

39

klaim obat bukan memakai harga DPHO tapi harga reguler


Apotik yang harganya lebih tinggi dari harga tarif BPJS misal
lantus harga DPHO Rp.126,800 diklaimkan Rp.212,900

Verifikator memberikan informasi ketentuan klaim obat


kronis mengacu pada SE Menkes No. 32

Obat

40

klaim obat yang seharusnya sudah include dengan tagihan


INA-CBGs misal sediaan sirup atau insulin

Tarif INA CBGS tidak membatasi jumlah pemberian obat.


Obat diresepkan sesuai indikasi medis dan mengacu
kepada Formularium Nasional.

Obat

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

41

Pasien a/n Philipus Lusi , NOKA 0000150702456 memperoleh


resep kronis dengan obat Kutoin caps namun pihak apotek
pelengkap mengentry
dengan sediaan kutoin injeksi. Tagihan obat kutoin
yang seharusnya 11.892,- menjadi Rp 1.325.100,-

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada tugas


Apotek agar dilakukan koreksi entroan data
2. Obat yang dibayar adalah obat yang sesuai dengan
diresepkan dan diberikan kepada pasien.

42

Pasien yang awalnya umum dan ditengah perawatan


Sudah diakomodir PMK No. 28 Tahun 2014
mengurus BPJS,namun di resume medis tanggal pasien
masuk dibuat pada saat dijamin BPJS bukan pada saat pasien
masuk ke rumah sakit dengan biaya umum.Sehingga
verifikator tidak mengetahui bahwa klaim tersebut seharusnya
dibayar proporsional

43

Pasien masuk RITL dengan kasus Cedera sekitar tangan dan


dilakukan eksisi pada luka. Diajukan oleh RS sebagai berikut:
Diagnosa utama: T24,3,Burn third degree hip and
lower limb except ankle and foot
Tindakan : 869.1 Excision of skin for graft. Biaya Rp
21.678.658

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder.


Penanganan Luka
Seharusnya coder melakukan entrian data sesuai dengan
apa yang tercantum di dalam resume medis. Diharapkan
coder dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait
dengna diagnosa utama dan tindakan yang dilakukan.
Verifikator melakukan pencatatan untuk dilaporkan kepada
Tim Audit Medis

44

Pasien RITL dengan kasus: Stroke. Diajukan oleh


RS:
Diagnosa Utama: I63.9 ( Cerebral infarction, unspecified )
Hasil Grouper CBG's: G-4-14-I Kecederaan pembuluh darah
otak dengan infark ringan. Biaya Rp. 2.749.609

Untuk kasus ini, klaim tidak dapat dilayakkan karena


pasien terdaftar sebagai peserta JKN setelah pasien
keluar dari RS.
Penjaminan baru JKN yang dalam kondisi sakit
dan sedang dalam perawatan pada masa sebelum
diberlakukannya PMK 28 Tahun 2014 (25 Juni 2014),
maka verifikasi dilakukan sesuai dengan surat Diryan No.
406/III.2/0114

Penggunaan kartu

45

Pasien RI dengan dx T814 (infection following a procedure,


not elsewhere classified), dx.sek N390
ISK. Pasien tidak memiliki riwayat operasi
sebelumnya d RS.
Pasien masuk RITL dengan kasus riwayat TBC dengan status
pengobatan selasai, meninggal di UGD dalam observasi
kurang dari 6 jam ditagihkan dengan tarif Rp. 4.322.474

Verifkator melakukan konfirmasi kepada koder sesuai


kaidah Sistem INA CBGs apabila tidak terdapat infeksi
kode yang dientrikan cukup N390.

Infeksi

sesuai kaidah koding maka apabila belum bisa ditegakkan


diagnosa yang tepat maka menggunakan kode obsevasi /
suspect/ symptom sebagai kode utama

Paru

46

Obat

Pasien Baru

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

47

pada pelayanan rawat inap dan rawat jalan masih ditemukan resep
obat yang dibebankan kepada peserta.

verifikator melakukan koordinasi dan sosialisasi terkait dengan


pelayanan obat , bahwa ketentuan
pembiayaan obat telah masuk dalam paket biaya INA
CBGs kecuali untuk obat yang termasuk dalam special
CMG mendapatkan top up biaya.

Klaim

48

Pasien RITL dengan keluahan Nyeri perut kanan diagnosa


Utama: Appendicitis acute (K35.9), Dilakukan prosedur
operasi appendiktomy (47.09). Biaya: 2.880.854

Verifikator tidak melayakkan pengajuan klaim dengan


operasi appendektomi. Verifikator mengkomunukasikan
dengan tenaga koder agar mengentri sesuai diagnosa
appendicitis saja.

Appendik

49

Pasien Masuk RITL dengan kasus cellulitis pada bagian


jempol kaki kanan, diagnosa yang diajukan RS sebagai
berikut :
L02.8 Cutaneous abscess, furuncle, and
carbuncle of other sites
tindakan yang diajukan RS adalah :
Prosedur Utama : 86.22 Excisional debridement of wound,
infection, or burn
Prosedur SKunder : 86.89 Other repair and reconstruction of
skin and subcutaneous tissue Group CBGs : L-1-40-I Other
Skin Subcutaneous Tissue And Breast Operations
Biaya : Rp. 4.042.490

Verifikator menyampaikan kode INA CBGs yang sesuai


dengan Juknis Sistem INA CBGs, kode yang tepat untuk
ekstraksi kuku tersebut adalah
86.23

Cellulitis

50

Pasien Ny.R dirawat dengan diagnosa Utama A15.7


Tuberkolusis, A01.0 Thypoid abdominalis, Gastritis A09
dengan biaya Rp.9,353,143,-

1. Verifikator memastikan diagnosa yang di entrikan oleh


koder kepada DPJD (lembar konfirmasi).
2. Apabila pasien hanya menderita TB Paru
unspecified, dientri dengan kode A 16.9 buka
A15.7

Paru

51

Pasien masuk RITL dengan kasus TBC Paru dan


pneumothorax dengan tindakan pasang WSD. Diajukan oleh
RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : A16.2 Tuberculosis of
lung, without mention of bacteriological or histological
confirmation, Diagnosa sekunder: J93.9
Pneumothorax, unspecified. Tindakan: 33.1 Other operations
on lung and bronchus. Group CBGs : J1-30-II PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT
KOMPLEKS SEDANG. Biaya Rp
11.689.801,00

1. Untuk kasus TB dengan pneumothorax, kodenya cukup Paru


1 saja, yaitu A16.2 dan kode J93.9 tidak perlu dicantumkan
2. Kode ICD 9 CM untuk WSD pada kasus TB
adalah 34.04

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

52

3. Px kontrol hamil di code O 66.0, O 33.4, O 34.2


Rp 1.328.996,-

1. Agar verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP


terkait dengan kontrol kehamilan pasien, kehamilan
keberapa dan berisiko atau tidak untuk menentukan Z34
atau Z35
2. Kode O33.4 dapat dijadikan kode utama
apabila kondisi baru pertama kali diketahui pada saat
kontrol. Untuk krontrol selanjutnya dapat digunakan kode
Z34 atau Z35 dengan diagnosa sekunder O33.4

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

53

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.9
Delivery by caesarean section
Diagnosa sekunder: O410 Oligohydramnions,
O662 Obstructed labour due to unussually large fetus, O48
Prolonged Pregnancy
Tindakan : 74.99 Other caesarean section of unspecified type
Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi
Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 6.361.325

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
4. Pada kasus ini, maka O82 yang menjadi kode diagnosa
utama

54

Pasien RJTL dengan kasus pemeriksaan kehamilan normal +


USG Hamil.Diajukan oleh rumah sakit sebagai berikut :
Diagnosa Utama : Z34.0 Diagnosa sekunder :
Tindakan : 88.92 (Magnetic resonace imaging of chest and
myocardium) Group CBGs :Z-3-16-o (Prosedur magnetic
resonance imaging) biaya Rp.603.631

Sesuai Kaidah koding dalam ICD-9 untuk USG Kehamilan


di gunakan Kode 88.78 (Diagnostic ultrasound of gravid
uterus)

55

Pada kasus persalinan normal dengan penyulit ketuban pecah


dini (KPD), pada saat proses coding ditulis kode O42.0
(ketuban pecah dini
dalam waktu 24 jam) sebagai diagnosis utama dan
O80.8 (persalinan bayi tunggal) sebagai diagnosis sekunder.
Tindakan : 73.59 Other manually assisted delivery Grouper :
O-6-13-II Persalinan vaginal sedang

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

56

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Ditagihkan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O62.0
Primary inadequate contractions Diagnosa sekunder : O98.8
Other maternal infectious and parasitic diseases complicating
pregnancy, childbirth and the puerperium, Z35.8 Supervision
of other high-risk pregnancies Tindakan : 75.99 Other
obstetric operations, 74.1 Low cervical cesarean section.
Group CBGs: W-1-20-III PROSEDUR PADA RAHIM &
ADNEKSA BERAT Biaya Rp.
9.299.104,00

1. Persalinan normal maupun tidak normal tidak


diperbolehkan menginput high risk pregnancy (Z35.5,
Z35.6, Z35.7, dan Z35.8)
ke dalam aplikasi INA-CBGs
2. Jika sudah ada tindakan sc, maka tindakan
75.99 tidak perlu dientri lagi
3. Kode O82 harus dicantumkan sebagai diagnosa
sekunder
4. Kode outcome delivery nya, Z37.1 single
stillbirth (bayi lahir mati)

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

57

Pasien masuk RITL dengan diagnosa sebagai berikut:


Diagnosa utama: A41.9 Septicemia, Unspecified
Diagnosa sekunder: J18.9 Pneumonia, Unspecified

1. Jika akan menggunakan kode A40.3, maka harus ada


hasil kultur yang menunjukkan bahwa bakterinya adalah
Streptococcus
2. Jika tidak diketahui hasil kulturnya maka dapat
digunakan kode A41.9 dan ditambahkan diagnosa
sekunder J18.9

Sepsis/Septikemia

58

Semua kasus Stroke Infark Batang Otak


di kode dengan I63.9 (Stroke Infark) dan G46.3 (Syndrome
Stroke Batang Otak)

Pada kasus ini seharusnya kode untuk stoke dengan


pendarahan batang otak adalah I61.3

Stroke

59

Pasien RJTL dengan diagnosa Primary Amenorrhoe. Diajukan Penggunaan kode 70.12 tidak tepat karena Inspekulo
tindakan oleh RS adalah Tindakan : Inspekulo dan petugas
bukan merupakan tindakan melainkan termasuk bagian
kode memberikan kode 70.12 Culdotomy dengan biaya Rp.
dari pemeriksaan dalam.
565.136

Tindakan Medik/Operatif

60

8. Kasus RITL Typhoid pd Ibu hamil RS mengkode


A 01.0 Group CBGs: A-4-14-I..3.884.254

Pada kasus ini Kode utama harus O98.8 (infeksi lain pada
ibu hamil) dan diagnosa sekundernya adalah A01.0

Tiphoid

61

Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama: R104 (Other and


unspecified abdominal pain); Diagnosa sekunder: A010
(Typhoid fever)

Jika diagnosa sudah dapat ditegakkan maka simptom


(R10.4) tidak dapat menjadi kode utama

Tiphoid

62

Pasien masuk dari poli bedah rencana dengan diagnosa


bengkak di leher diagnosa utama : C73 (Malignant neoplasm
of thyroid gland)
diagnosa sekunder : C77.0 (Lymph nodes of head,
face, and neck)
diagnosa skunder 2: T88.2 (Shock due to anaesthesia)
tindakan 1: 68.1( Hysterotomy)
tindakan 2: 4021( Excision of deep cervical lymph node)
E-1-20-III PROSEDUR PADA TIROID, PARATIROID DAN
SALURAN TIROGLOSAL BERAT. Rp 13.941.624

1. Penentuan diagnosa sesuai yang tertera pada resume


Tumor/Kanker
medis
2. terkait dengan diagnosa T88.2 (Shock due to
anaesthesia) harus dipastikan tertera di resume medis dan
konfirmasi kepada DPJP.
3. Kode 68.1 merupakan kode prosedur [ada bidang
kebidanan sehingga tidak relevan untuk kasus ini.
verifikator bisa mengembalikan berkas klaim untuk
konfirmasi.
4. kode tindakan 40.21 membuat grouping mengarah pada
tyroid sedangkan kode tindakan
41.42 mengarahkan ke prosedur limpa.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

63

Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: C20 - Malignant


neoplasm of rectum Diagnosa sekunder
: D649 - Anaemia, unspecified. Tindakan : 99.04
99.18 89.52 87.44 Biaya Rp 14.966.614

1. Pada kasus ini verifikator memastikan apakah Ca recti


Tumor/Kanker
tertera pada rekam medik melakukan konfirmasi kepada
DPJP (lembar konfirmasi). untuk kasus CA bisa dirawat
berulang
2. Jika terbukti terdapat diagnosa CA rekti maka
berlaku aturan tentang asterix
3. Dalam ICD 10 ada aturan menganai asterix dan dagger,
dimana dagger harus menjadi diagnosa utama. Untuk
anemi pada neoplasma kodenya adalah D63.0 * (asterix)
maka anemia menjadi diagnosa sekunder

64

Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: D069 - Carcinoma in


situ cervix, unspecified. Diagnosa sekunder : R633 - Feeding
difficulties and mismanagement.D649 - Anaemia, unspecified
Tindakan : 99.21 99.04 89.52 87.44 Biaya
11.691387

Penggunaan D06.9 sudah tepat sebagai kode utama.


Penggunaan kode D64.9 pada kasus ini kurang tepat,
seharusnya D63.0 (anemia pada carcinoma).

65

Pasien masuk RITL dengan kasus CRF. Diajukan RS sbb: Diagnosa


Utama : N180 (End -Stage rnal disease) Diganosa Sekunder : E722
(Disorder of urea Cycle metabilism) Tindakan : 3927
(Arteriovenostomy for renal dialysis) Biaya untuk kls III
Rp.12.498.845 Biaya untuk Kls II Rp.14.998.614

Verifikator melakukan klarifikasi kepada coder, coder melakukan Ginjal/Hemodialisa


konfirmasi kepada DJP menggunakan lembar konfirmasi. Dalam
hal tetap terjadi dispute, maka verifikator tetap menyetujui
kasus ini. Selanjutnya verifikator membuat catatan dan
dokumentasi ketidaksesuaian antara diagnosa sekunder dengan
resume medis. Catatan ini diajukan kepada Tim Audit Medis.

66

Pasien datang dengan keluhan G1P0A0 H 18-19 minggu dengan


abortus imminens. Diajukan RS diagnosa utama O26.9 pregnancy
related condition ,grup INACBG W-416-I Gangguan antepartum ringan biaya RP.2,104,103

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan
diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

67

Pasien dengan hasil resume nyeri abdomen, ditagihkan dengan


diagnosa dyspepsia

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir

Gastritis/Dispepsia

68

Pasien dengan hasil resume chepalgia, ditagihkan dengan diagnosa


dyspepsia

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir

Gastritis/Dispepsia

Tumor/Kanker

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

69

Pasien dengan hasil resume VE (luka robek), ditagihkan dengan


diagnosa CKR

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir

Trauma Kepala

70

Pasien RITL masuk dengan diagnosa primer I64 (stroke), sekunder


I10, J44. 9 sesuai RM , ditagihkan biaya I10
,diagnosa sekunder I64, J449

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Stroke

71

Pasien X masuk tanggal 8/7/2014 dengan kasus persalinan dengan


diagnosa utama ekstraksi forceps dan ibu mengalami komplikasi
pasca melahirkan, didiagnosa acute respiratory distres syndrome,
anemia, syok hipovolemik, gagal jantung, gagal ginjal akut dan
tindakan intubasi, long ventilator, ETT jadi tidak ada diagnosa untuk
persalinannya

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Jantung
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio
tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode
O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit
dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan
proses grouper
persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai
diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
4. Kode yang tepat untuk ekstraksi forceps adalah O81.3 Other
and unspecified forceps delivery [Extracted from ICD-10 Second
Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the puerperium.]

72

Pasien RITL dengan diagnosa DBD dan menggunakan Infus Pump, RS


memasukan kode 88.06 sehingga tagihan RS menjadi besar dan kode
INA-CBG's yang terbentuk adalah : L-1-40-I (Prosedur pada kulit,
jaringan bawah kulit dan payudara ringan)

1. Sesuai ICD 9, untuk tindakan Infus Pump , kode yang


digunakan adalah 99.18 (Injection or infusion of electrolytes)
2. Sesuai ICD 10 , kode untuk diagnosa DBD adalah
Dengue haemorrhagic fever
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Certain infectious
and parasitic diseases.]
3. Analisa kasus sudah benar

Demam Berdarah/DHF

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

73

Pasien menderita Gangren diabeticum akan dilakukan prosedur


amputasi jari kaki I namun dikoding dengan Amputation of through
foot (84.12) dengan tarif Rp
12.892.041,00

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Diabetes Melitus


kode diagnosa dan prosedur yang disesuaikan diagnosa akhir dan
prosedur yang dilakukan terhadap pasien yang tertera pada
resume medis untuk dilakukan perbaikan kode dengan
memperhatikan daerah tubuh yang dilakukan
prosedur apakah hanya sebagian atau seluruh jari kaki.
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan
diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.

74

Keluhan pasien datang demam dengan kejang,hasil CT- Scan


normal,hasil EEG konvulsi,diagnosa awal yang ditagihkan meningitis

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan
pasien.

75

Pasien RJTL masuk dengan diagnosa Retens Urine. Diajukan oleh RS


dengan tindakan prosedur kateterisasi jantung. Biaya Rp 3.059.817

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan Saluran Kemih


kode diagnosa dan prosedur yang disesuaikan diagnosa akhir dan
prosedur yang dilakukan kepada pasien yang tertera pada
resume medis untuk dilakukan perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan
pasien.
3. Sesuai dengan ICD 10 , diagnosa yang sesuai untuk retensi
urine adalah R33 Retention of urine [Extracted from ICD-10
Second Edition, 2005, Symptoms, signs and abnormal clinical and
laboratory findings.]
4. Sesuai ICD 9 CM , kode untuk pemasangan kateter urine
adalah 57.94 Insertion of indwelling urinary catheter

76

Pasien RITL, Dx utama: S062 Biaya Rp.3366598

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang tertera
pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

Saraf/Kejang

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

77

Pasien RITL, Dx utama: A169, dx sekunder: K746 Biaya


Rp.5049895

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

78

Pasien RITL, Dx utama: I500, dx sekunder: M329 Biaya


Rp.5049664

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

79

Pasien RITL, Dx utama: S327, dx sekunder: T093, L89, G822 / 0302


Biaya Rp.24512623

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

80

Pasien RITL, Dx utama: S062, dx sekunder: G936, S528


Biaya Rp.3505042

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

81

Pasien RITL, Dx utama: H811, dx sekunder:I639 Biaya


Rp.4292377

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

82

Pasien RITL, Dx utama: N209, dx sekunder: N136 / 5511


Biaya Rp.13828560

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

83

Pasien RITL, Dx utama: I259, dx sekunder: R570 Biaya


Rp.3906020

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

84

Pasien RITL, Dx utama: S062, dx sekunder:R402 / 0124


Biaya Rp.9733872

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

85

Pasien RITL, Dx utama: S2201, dx sekunder: G822 / O309 Biaya


Rp.18186142

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

86

Pasien RITL, Dx utama: C710, Dx. Sekunder: G936 Biaya


Rp.6494608

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Klaim


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap
sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis
2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap
pasien.

87

Pasien masuk RITL dengan diagnosa STEMI + COPD +


Bronchopneumonia + Dyspepsia. Diajukan diagnosa utama H15.8
Other disorders of sclera; Diagnosa sekunder J44.9 Chronic
obstructive pulmonary disease
+ J18.0 Bronchopneumonia + K30 Dyspepsia

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan
pasien.

Jantung

88

Group CBGs : GANGGUAN MATA LAIN-LAIN (BERAT) Biaya Rp


5.569.355,00

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan
pasien.

Mata

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

89

Group CBGs : SERANGAN KEJANG RINGAN Biaya Rp


1.568.039,00

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan
pasien.

Saraf/Kejang

90

Pasien ICU dengan menggunakan ventilator dicoding dengan


ventilator >96 hour

verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan


pencantuman penggunaan ventilator dengan lama waktu >96
jam jika keterangan penggunaan ventulator> 96 jam tidak
tertera pada resume medis

Ventilator

91

Pasien RITL masuk dengan diagnosa PPOK dan hipertensi, tetapi


dalam pengcodingan ditukar diagnosanya, diagnosa utama menjadi
hipertensi diagnosa sekunder diisi PPOK, sedangkan DJP nya adalah
dokter paru

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada
DPJP tentang mana diagnosa yang menjadi resouces atau
penyulit terbesar.

Paru

92

Pasien RITL masuk dengan diagnosa utama Appendicitis acute


(K35.8). Dilakukan tindakan Appendiktomi
(47.09) dan other lysis of peritoneal adhesion (54.59)
Group CBGs : K-1-11-I prosedur adhesiolisis peritoneal ringan. Biaya :
Rp. 6.051.528

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Appendik


kode diagnosa dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien
dan disesuaikan diagnosa akhir dan tindakan yang tertera pada
resume medis untuk dilakukan perbaikan kode.
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan pencantuman kode prosedur 54.59 bila tindakan
tersebut tidak tercantum pada resume medis
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan
diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.

93

Pasien RITL dengan diagnosa appendisitis akut dan sepsis


unspecified, tindakan yang dicoding appendectomy

1. Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan pada kriteria Appendik


klinis untuk sepsis
2. Penentuan diagnosa utama dan sekunder
didasarkan pada resume medis dan sumber daya yang paling
banyak diserap

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

94

Pasien masuk RITL dengan kasus luka terbuka pasca laparatomi.


Diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : Z09.0 Follow up
examination after surgery for other conditions
Diagnosa sekunder : T81.3 Disruption of operation
wound, not elsewhere classified.
Prosedur : 86.59 ( closure of skin and subcutaneous tissue of other
sites) Group CBGs : Z-4-12-III ( faktor- faktor yang mempengaruhi
status kesehatan berat)
Biaya : Rp. 4.240.020

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Tindakan Medik/Operatif


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada
DPJP tentang mana diagnosa yang menjadi resouces atau
penyulit terbesar.

95

96

97

98

99

Kasus Efusi Pleura (J90) + Pneumoni (J18.9), dilakukan punksi pleura, 1. Kode IC9 CM untuk tindakan punksi pleura adalah
dientry tindakan 33.93 (puncture of
34.09 Other incision of pleura,
lung), sehingga trbentuk CBGs J-1-30-III Rp 25.597.212,Creation of pleural window for drainage2.
2. verifikasi sudah benar
kasus bayi dilahirkan sehat ditagihkan sebagai bayi sakit, karena
1. Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode diagnosis
kehamilan/persalinan ibu patologis. Biasanya dientri P00.0, P02.7
penyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di lokasi
persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-)
2. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya
yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan
kode P00-P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang
menggunakan kode P03.0 P03.6

Paru

Tindakan pemasangan O2 di entry 96.71 (continous mechanical


ventilation)

Ventilator

1. Kode IC9 CM untuk tindakan pemberian O2 adalah


93.96 Other oxygen enrichment
2. verifikasi sudah benar
Pasien masuk RITL dengan kasus Congestive heart Failure dan
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai
Hepatitis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama I50.0 ( dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
Congestive heart Failure) dan diagnosa Sekunder K75.9 (
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
Inflammantory liver disease). Grouping CBGs: I-4-12-II. Biaya: Rp. Rp. terkait dengan diagnosa akhir yang merujuk pada sumber daya
7.507.024,00
yang paling banyak digunakan.

Bayi lahir SC dirawat di ruang SCN dengan diagnosa P071 (o t h e r


l o w b i r t h w e i g h t ) dengan berat lahir 2000 gram dan
prosedure 9393 (N o n m e ch a n i cal m e t h o d s o f
re s u s c i t a t i o n )

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

Hepatitis

1. verifikator memastikan anak yang lahir masih dalam


Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir
tanggungan ( maks anak ke 3)
2.Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode
diagnosis penyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di
lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-)
3. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu
komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan
kode P03.0 P03.6

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

100

Pada pasien RJTL dengan kasus operasi mata ODS yang dilakukan
prosedur SICE, namun ditagihkan prosedur phacoemulsification
(special CMG) dengan tarif top up
Rp.4.000.000,00

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Mata


kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan diagnosa akhir
dan tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode.
2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada
DPJP tentang prosedur yang diakukan dan dicocokan dengan
yang tertera pada resume medis.

101

Pasien Ny.Y dirawat dengan diagnosa utama Perdarahan Post


Partum O72.0, Perineal laceration during delivery, unspecified O70.9,
R57.1 - Hypovolaemic shock dengan tindakan 75.4 sesar bagian jenis
tertentu lainnya serta tindakan Manual Placenta 75.4 dengan biaya
Rp.3.014.533,-

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengan


tindakan/ prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
2. tindakan dengan kode 75.4 adalah Manual removal
of retained placenta bukan merupakan operasi saecar.

102

Pada pasien RJTL yang dilakukan prosedur CT scan kepala, dilakukan


penagihan Other CT scan yang dapat diinput sebagai special CMG
dengan tarif top up Rp.
400.000,-

1. penulisan prosedur sesuai dengan tindakan yang tertera pada CT Scan


resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan
diagnosa akhir dan tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
3. Kode yang tepat untuk tindakan CT scan kepala adalah
Computerized axial tomography of head ,C.A.T. scan of head
4. Verifikator melaukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Tim
Audit Medis.

103

Pasien RITL dengan keluhan gagal ginjal dengan anemia. Diajukan RS


DU: N18.9 DS: D57.0 Group CBGs N-4-10-III tumor ginjal & saluran
urin & gagal ginjal berat Rp.
5.823.769

1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode


diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
pada resume medis.
2. kode yang tepat untuk anemia yang berhubungan
dengan penyakit kronis adalah D63.8* Anaemia in other chronic
diseases classified elsewhere
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the
blood and blood-forming organs.]

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

Anemia

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

104

Diagnosa Utama : A064 ( Amoebatic liver abscess) Diagnosa


Sekunder : D649 (Anemia,unspecified) A419
(Septicaemia,unspecified) Tindakan : 500 (Hepatotomy)
9918 (Injection or infusion of electrolytes) 8744
(Routine chest x-ray, so described) 9059 (Other microscopic
examination of blood) 9904 (Transfusion of packed cells) 8876
(Diagnostic ultrasound of abdomen and retroperitoneum)
8952(Electrocardiogram) Group CBGs : B-1-10-III (Prosedur hati dan
Pankreas berat) Biaya Rp. 29.131.158

1. Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan pada kriteria Anemia


klinis untuk sepsis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
terkait dengan tindakan/ prosedur yang dilakukan tehadap
pasien. Konfirmasi dilakukan melalui lembar konfirmasi dan
disertai pengecekan pada laporan operasi. jika memang benar
dilakukan operasi maka tindakan prosedur tersebut tertera pada
laporan operasi jika tidak maka termasuk prosedur diagnostik.

105

Rehab medik utk tindakan traksi spinal dikoding 93.42 (traksi tulang
belakang lainnya) padahal hanya menggunakan alat seperti katrol
biasa, tanpa prosedur pemasangan gips Rp. 564.742,-

1. verifikator melakukan konfirmasi dengan bagian rehab medik


terkait tindakan traksi spinal yang disesuaikan dengan diagnosa
akhir yang tertera pada resume medis.
2. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder
terkait kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan dengan
diagnosa akhir yang tertera pada resume medis.

Fisioterapi/Rehabilitasi
Medik

106

Kode R509 (demam) sebagai diagnosa utama, padahal diagnosa


pasien sudah tegak, misal tiphoid (A90)

1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan diagnosa akhir


tertera pada resume medis.
2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama
jika ada diagnosa lain yang lebih tepat
3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII
(R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab
XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di
rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan
diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka
reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.

Tiphoid

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

107

Semua diagnosa penyakit jantung, dikode R55 (sincope)

1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan diagnosa akhir


tertera pada resume medis.
2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama
jika ada diagnosa lain yang lebih tepat
3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII
(R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab
XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di
rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan
diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka
reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.

108

Pasien dengan efusi pleura dengan tindakan punksi dikoding DU TBC, 1. Dasar utama penetapan diagnosa utama dan sekunder adalah Paru
DS penyakit jantung+efusi pleura, dan tindakan PUNKSI --> 35 juta
diagnosa yang tertera pada resume medis yang ditentukan oleh
dokter penanggungjawab pasien
2. diagnosa akhir merupakan diagnosa yang menyerap
sumber daya banyak dan sesuai dengan tindakan yang dilakukan.

109

- Dx acute pharingitis +DHF menjadi sl 3, ditambah ambil darah vena


di kode 39.49 membuat tarif jadi tinggi Rp. 50.835.898,-

1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode


diagnosa dan tindakan yang disesuaikan dengan diagnosa akhir
dan rposedur yang tertera pada resume medis.
2. kode yang tepat untuk pemeriksaan darah adalah
Microscopic examination of blood (parasitology)

Demam Berdarah/DHF

110

-Tindakan pemasangan infus dikode Infus pump 86.06, padahal


seharusnya pemasangan infus pump 99.18 (injeksi/ infus elektrolit)

kode yang tepat untuk pemasangan infus adalah 99.18


Injection or infusion of electrolytes sedangkan kode
86.06 Insertion of totally implantable infusion pump adalah
untuk pemasangan infus permanen (dalam arti implan)

Infud Pump

Jantung

111

* UGD DAN POLI PADA HARI YANG SAMA DENGAN RAWAT INAP
DITAGIHKAN OLEH RUMAH SAKIT

Pelayanan UGD dan RJTL pada hari yang sama dengan RITL
menjadi satu rangkaian episode RITL. (UGD dan RJTL sudah
masuk ke dalam klaim RITL)

UGD/IGD

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

112

1. adanya diagnosa sekunder yang meningkatkan biaya. Contohnya


R633 : Feeding difficulties and mismanagement, E86 : Volume
depletion, dll 2. Kode R menjadi diagnosa utama

1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan diagnosa akhir


tertera pada resume medis.
2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama
jika ada diagnosa lain yang lebih tepat
3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII
(R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab
XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di
rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan
diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka
reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.

Feeding Difficulties

113

Tindakan TACE (Trans arterial Chemo Embolization), menurut koder


RS dan verifikator bahwa kode untuk prosedur tersebut adalah 99.25
(suntikan atau infus zat kanker), namun menurut Dokter yang
mengerjakan tindakan TACE tsb (Spesialis Radiologi) kode tindakan
TACE adalah 38,80 (oklusi bedah lain kapal, situs tidak ditentukan)
karena menurut Dokter tindakan tersebut merupakan embolisasi

1. kode yang tepat untuk tindakan TACE (Trans


Arterial Chemo Embolization) adalah 99.25 Injection or infusion
of cancer chemotherapeutic substance Chemoembolization
Injection or infusion of antineoplastic agent
2. verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait
tindakan TACE dan mengecek laporan hasil tindakan TACE

Jantung

114

pada pasien MRS dengan kondisi Hemiparese, stroke, ditagihkan DU


: HT, dan DS : stroke Rp. 7,333,333,-

Sesuai dengan kaidah koding, diagnosis primer adalah diagnosis


yang memerlukan resource paling banyak. Dalam hal ini, kondisi
yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan/ terapi
adalah stroke, sedangkan hipertensi adalah komorbiditas.

Stroke

115

bayi dengan infeksi keracunan air ketuban dan ikterus, ditagihkan


rumah sakit dengan diagnosa: D.utama:P.59.0 (neonatal jaundice
associate with preterm delivery d.sekunder: P 39.2 (intra amniotic
infection of fetus) kode ina: P-8-17-II TARIF: 4.717.162

1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait kondisi


ikterus pada bayi dan disesuaikan dengan yang tertera pada
resume medis.
2. diagnosis primer adalah diagnosis yang memerlukan
resource paling banyak

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

116

Pasien Masuk RITL Dengan diagosa utama : Episode depresi sedang,


diajukan oleh RS dengan diagnosa: Psichotic epilepi F068. Dengan
biaya Rp. 6.537.362

1. verifikstor memastikan kembali diagnosa akhir yang tertera


pada resume medis
2. kode yang tepat untuk diagnosa episode depresi
sedang adalah F32.1 Moderate depressive episode [Extracted
from ICD-10 Second Edition, 2005, Mental and behavioural
disorders.]

Saraf/Kejang

117

Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: D069 - Carcinoma in situ


cervix, unspecified. Diagnosa sekunder : R633 - Feeding difficulties
and mismanagement.D649 - Anaemia, unspecified Tindakan : 99.21
99.04 89.52 87.44 Biaya 11.691387

1. Verifikator melakuakn konfirmasi terkait dengan kode


diagnosa yang dicantumkan kemudan disesuikan dengan yang
tertera pada resume medis
2.Diagnosa akhir adalah diagnosa yang menyerap
banyak sumber daya.
3. pada kasus ini jika Ca Cervix nya merupakan riwayat maka
menjadi diagnosa sekunder

Tumor/Kanker

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

118

Pasien RITL masuk dengan dengan keluhan sesak. Dikoding dengan


Diagnosa Utamanya I21.9; acute myocardial infarction, unspecified.
Diagnosa sekunder I50.0 CHF (Congestive heart failure)

Kode i21.9 (Acute myocardial infarction, unspecified) tidak dapat Jantung


digabung dengan kode I50.0 (Congestive heart failure
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases
of the circulatory system.]) karena merupakan dua kondisi yang
berbeda

119

Pasien masuk RITL dengan kasus DM. Diajukan RS sebagai berikut:


Diagnosa utama: I63.3 Cerebral infarction due to thrombosis of
cerebral arteries Diagnosa sekunder: (E11.7 Non-insulin-dependent
diabetes mellitus with multiple complications), (I10
Essential (primary) hypertention Tindakan : 8703
computerized axial tomograpy of head, 9059 other microscopic
examination of blood Group CBGs: G-4-14- II kecederaan pembuluh
darah otak dengan infark sedang Biaya Rp 7.463.208

1. verifikator melakukan konfirmasi terkait dengan pencantuman Diabetes Melitus


kode diagnosa E11.7, konfirmasi kepada DPJP tentang multiple
complication pada pasien kemudian dicocokan dengan yang
tertera pada resume medis
2. komorbiditi adalah penyakit penyerta sedangkan
yang dimaksud dengan komplikasi adalah penyakit penyulit.

120

Pasien RITL masuk dengan dengan kasus gangrene yang akan


didebridement, diajukan RS sebagai berikut: Diagnosa utama E11.7
non-insulin dependent diabetes melitus with compc, diagnosa
sekunder A48.0 gas gangrene

sesuai ICD 10, kode yang tepat untuk diabetes non insulin
dengan gangrene
adalah E11.5 (Non-insulin-dependent diabetes mellitus
With peripheral circulatory complications gangrene [Extracted
from ICD-10 Second Edition, 2005, Endocrine, nutritional and
metabolic diseases.]

Diabetes Melitus

121

pasien dengan rencana khemoterapi cancer payudara lanjutan,


diajukan RS sebagai berikut; Diagnosa utamanya C50.8 ; Malignant
neoplasm overlapping lession of breast diagnosa sekunder Z51.1
Chemoteraphy session for neoplasm

1. Berdasarkan aturan kaidah ICD 10, untuk pelayanan


kemoterapi pada neoplasma menggunakan kode Z51.1 sebagai
diagnosa utama jika pasien melakukan kemoterapi
2. Jika pasien direncakan kemoterapi namun karena
kondisi belum memungkinkan sehingga ditunda maka pasien
dirawat atas indikasi pebaikan keadaan umum maka kode Z51.1
boleh tidak digunakan . untuk diagnosa utama menggunakan
diagnosa sesuai keadaan umum yang ditangani

Tumor/Kanker

122

Pasien Masuk dengan fraktur cruris 1/3 tengah tertutup dilakukan


1. verifikator memastikan kembali pada resume medis apakah
tindakan reposisi tertutup dengan pemasangan gips. Pada penagihan benar dilakukan reposisi reposisi tertutup dengan pemasangan
tindakan ditagihkan sebagai Fiksasi Eksternal
gips, jika benar maka kode tindakan yang tepat adalah 93.59
Other immobilization, pressure, and attention to wound

Tulang/Fraktur/Fraktur

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

123

Pasien RITL Atas Nama : Aris Basuki sutrisno nokp:0001322657403


masuk karena stroke dan hipertensi tetapi di pengkodean diagnosa
di balik menjadi Hipertensi dan stroke Rp.5.800.000

1. Sesuai dengan rekam medis paien masuk seharusnya diagnosa Stroke


utama utama adalah I64 karena penyebab pasien masuk rumah
sakit karena Stoke nya, dan hipertensi adalah riwayat penyakit
terdahulu , verifikator melakukan edukasi kepada koder
2. Sesuai dengan kaidah ICD 10 ,hipertensi masuk
dalam kelompok komorbiditi
3. Seharusnya stroke menjadi diagnosa utama merujuk pada
sumber daya yang digunakan. Diagnosa
hipertensi boleh dijadikan diagnosa sekunder

124

Pasien masuk R.inap dengan diagnosa di resume medik batu uretra


proximal bilateral dengan tindakan urs litotripsi dan dinaikan ke
diagnosa utama calculus in urethra (N211) dan di prosedur Release
of urethral stricture dilihat laporan operasi & laporan anestesi tidak
ada. Biaya Diajukan Rp.10.931.328

1. Penulisan kode diagnosa dan prosedur disesuaikan dengan


Saluran Kemih
yang tertera pada resume medis.
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan
coder terkait dengan diagnosa akhir pasien. Apabila terdapat
ketidakcocokan, verifikator mencatat kemudian dilaporkan pada
tim audit medis.
3. kode yang tepat untuk batu uretra adalah N21.1
Calculus in urethra
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the
genitourinary system.]
4. kode yang tepat untuk tindakan URS litotripsi adalah
57.0 Transurethral clearance of bladder, Removal of calculus
from bladder without incision

125

Kasus RITL untuk Vertigo dicode A 88.1 (Epidemic vertigo) Group


CBGs: G-4-26-I dengan bbiaya Rp.3.267.158

kode yang tepat untuk vertigo adalah R42 Dizziness and


giddiness, Light-headedness
Vertigo NOS
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Symptoms, signs
and abnormal clinical and laboratory findings.]

Vertigo

126

Hasil Grouper CBG's: Simple Pneumonia & Whooping


Cough Sedang. Biaya Rp. 5.519.110

Paru

127

Hasil Grouper CBG's: Infark myocard akut berat. Biaya


Rp. 8.388.024

128

Pasien atas nama s.m rawat inap dengan diagnosa malignant


neoplasm of bladder neck. untuk diagnosa utama pada saat
pengkodingan sudah benar tapi pada saat tindakan, untuk tindakan
EKG tidak dilakukan , tapi pada saat pengcodingan tindakan EKG
dimasukkan dalam coding tindakan.

verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode


diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
pada resume medis
verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode
diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
pada resume medis
penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur
atau tindakan yang tertera pada resume medis

Jantung

Tumor/Kanker

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

129

Pasien masuk RITL dengan kasus Malignant neoplasm of breast


(C50.9) untuk dilakukan kemoterapi yang kedua kali.Diajukan oleh RS
sebagai berikut: Diagnosa utama: C50.9, Tindakan: 99.25. Group
CBGs: l-4-11-I Deskripsi Tumor payudara ringan. Biaya Rp 3.059.821

1. Berdasarkan aturan kaidah ICD 10, untuk pelayanan


kemoterapi pada neoplasma menggunakan kode Z51.1 sebagai
diagnosa utama jika pasien melakukan kemoterapi
2. Jika pasien direncakan kemoterapi namun karena
kondisi belum memungkinkan sehingga ditunda maka pasien
dirawat atas indikasi pebaikan keadaan umum maka kode Z51.1
boleh tidak digunakan . untuk diagnosa utama menggunakan
diagnosa sesuai keadaan umum yang ditangani

130

Pasien RITL ditagihkan dengan diagnosa utama dokter O80.0


Spontaneus vertex delivery, diagnosa sekunder D64.9 Anaemia,
biaya Rp. 2.925.204

koding dari RS sudah tepat ditambahkan dengan O99.0 (Anaemia Persalinan/Kehamilan/Bayi


Baru Lahir
complicating pregnancy, childbirth and the puerperium), kode
D649 Anemia bisa tetap dimasukan sebagai diagnosa sekunder

131

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio. di ajukan


oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.0 Delivery by elective
caesarean section. Dignosa sekunder: O69.9 Labour and delivery
complicated by cord complication, unspecified. Tindakan: 74.1 Low
cervical cesarean section. Group CBG's: O-6-10-I / Prosedur operasi
pembedahan caesar ringan. Biaya Rp 4.884.479,00

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio Baru Lahir
tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode
O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit
dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan
proses grouper
persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai
diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

132

Pasien RITL dengan diagnosa Dyspepsia (pada kasus ibu hamil).


Diajukan dignosa utama: Dyspepsia K30. Biaya Rp. 2.812.950

verifikasi sudah tepat, untuk diagnosa dyspepsia yang


berhubungan dengan ibu hamil maka kode yang tepat adalah
O99.6 Diseases of the digestive system complicating pregnancy,
childbirth and the
puerperium
Conditions in K00K93
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy,
childbirth and the puerperium.]

133

Pasien RITL dengan Kasus asphyxia. Diajukan Oleh RS : Diagnosa


verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait kondisi
Utama : P21.9 (Birth aspyxia, unspecified) Diagnosa Sekunder : P37.4 asfiksia pada bayi kemudian dicocokakan dengan yang tertera
(Other Conginetal malaria) Kode ina cbg's : P-8-8-08-III
pada resume medis.
Biaya : Rp. 10.972.944

Gastritis/Dispepsia

Paru

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

134

Pasien RITL dengan Kasus Bronchopneumonia, SOPT, Hemoptisis


Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : J180 (Bronchopneumonia, unspecified)
Diagnosa sekunder : J449 (Chronic obstructive pulmonary disease,
unspecified), R042 (Haemoptysis) Tindakan : 99.18 (Injection or
infusion of electrolytes),
99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic
examination of blood), 97.44 (Routine chest x-ray, so described)
Group cbg's : J-4-16-II (Simple pneumonia & whooping cough sedang)
Biaya : Rp. 7.791.144

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan


kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan
pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan
perbaikan kode.
2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait
dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan
pasien.

Paru

135

Pasien RITL dengan kasus Asphyxia. Diajukan Oleh RS : Diagnosa


Utama : P21.9 (Birth aspyxia, unspecified) Kode ina cbg's : P-8-08-I
(Prosedur neonatal, berat badan lahir group 5)
Biaya : Rp. 3.979.863

1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait kondisi


asfiksia pada bayi kemudian dicocokakan dengan yang tertera
pada resume medis.
2. Klaim disetujui dengan melampirkan lembar
konfirmasi kepada dokter yang merawat. Kemudian kasus
menjadi catatan kepada Tim Audit Medis.

Paru

136

Pasien dengan kasus Corpus alenum pecahan logam. Diajukan Oleh


RS :
Diagnosa Utama : T14.1 (Open wound of unspecified)
Tindakan : 83,02 (Myotomy), 99.18 (Injection or infusion of
electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic),
90.59 (Other microscopic examination of blood), 88.28 (Skeletal x-ray
of ankle and foot) Kode ina cbg's : M-150-I (Prosedur Jaringan Lunak) Biaya : Rp. 7.771.878

1. verifikator melakukan konfirmasi pada coder terkait diagnosa


akhir sesuai pada resume medis.
2. verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP
terkait lokasi organ yang tepat terkait diagnosa tersebut.

Corpus Alineum/Benda
Asing

137

Pasien masuk RITL dengan kasus nyeri perut. Diajukan oleh RS


sebagai berikut:
Diagnosa Utama: R10.4 Other and unspecified
abdominal pain
Diagnosa Sekunder : K76.0 Fatty (change of) liver, not elsewhere
classified Hasil Grouper CBG's: Nyeri abdomen & Gastroenteritis
Lain-lain (sedang). Biaya Rp.
4.029.409

1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan diagnosa akhir


tertera pada resume medis.
2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama
jika ada diagnosa lain yang lebih tepat
3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII
(R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab
XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di
rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan
diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka
reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.

Gastritis/Dispepsia

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

138

pasien a/n X dirawat inap dengan diagnosa CKD + HT , pada saat


pengklaiman diajukkan oleh rumah sakit dengan diagnosa sesuai
resume CKD, HT, Pneumonia dan nilai klaim

verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode


diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
pada resume medis

139

Pasien masuk RITL dengan kasus Asthma. Diajukan oleh


verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode
RS sebagai berikut :
diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
Diagnosa utama : N180 (End-stage renal disease) Diagnosa sekunder pada resume medis
: Z491 (extracorporeal dialysis), N990 (Postprocedural renal failure)
Biaya : Rp.17.550.411,-

Paru

140

Pasien masuk RITL dengan kasus Asthma. Diajukan oleh


RS sebagai berikut :
Diagnosa utama : K801 Calculus of gallbladder with other
cholecystitis Diagnosa sekunder : J459 Asthma, Unspecified
Tindakan : 9394 Respiratory medication administered by nebulizer
Biaya : Rp.6.020.194,-

Paru

141

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan SC. Diajukan oleh RS sbb: 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang
Persalinan/Kehamilan/Bayi
diagnosa utama: O82.1 dan diagnosa sekunder O65.4, tindakan : 74.0 menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio Baru Lahir
tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode
O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit
dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan
proses grouper
persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai
diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

142

Pasien Rawat Jalan melakukan prosedur radiologi foto Thorax namun 1. penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur Radiologi
dientri dengan jenis pemeriksaan Tomography,
atau tindakan yang tertera pada resume medis
2, verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
apakah pasien dilakukan tindakan pemeriksaan tomography jika
tidak maka hanya dimasukan prosedur sesuai yang tertera pada
resume medis

1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan


memastikan kode diagnosa sesuai dengan diagnosa akhir yang
tertera pada resume medis .
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar
3. Prosedur utama biasanya relevan dengan diagnosa utama
sedangkan pada kasus ini tidak relevan

Ginjal/Hemodialisa

500 REKOMENDASI KODING


REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

143

Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: A91


dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan diserahkan
Dengue haemorrhagig fever. Tidak ada dx sekunder tidak ada
pada DPJP untuk menentukan diagnosa akhirnya (ranah klinis)
prosedur. Group CBGs: Q-5-41-0 Penyakit akut besar lain-lain. Biaya
Rp. 181.351,-

Demam Berdarah/DHF

144

Diagnosa utama G510 Bell's Palsy dengan prosedur


verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode
89.13 diganti dengan G513 Clonic hemifacial spasm dengan prosedur diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
EEG
pada resume medis

Saraf/Kejang

145

pasien datang ke UGD dengan DIAre (A09) dengan Dehidrasi


sedang(E86) , pada saat pengklaiman dehidrasi dijadikan diagnosa
primer sedangkan diare sekunder

Diare

1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode


diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera
pada resume medis
2. diagnosa akhir adalah diagnosa dengan penggunaan
sumber daya paling banyak.

146

Pasien dengan diagnosa N20 mendapat tindakan ESWL ditagihkan


dengan ESWL untuk gallblader yang seharusnya ESWL untuk batu
rennal

1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode


Saluran Kemih
diagnosa dan prosedur yang disesuaikan dengan diagnosa akhir
dan prosedur yang tertera pada resume medis
2, kode yang tepat untuk ESWL pada ginjal adalah
98.51 Extracorporeal shockwave lithotripsy [ESWL] of the kidney,
ureter
and/or bladder, sedangkan untuk gallblader adalah
98.52 Extracorporeal shockwave lithotripsy [ESWL] of the
gallbladder
and/or bile duct

147

Pasien masuk RITL dengan kasus Persalinan SC . Diajukan oleh RS


sebagai berikut:
Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency
caesarean section
Diagnosa sekunder: O83.2 Other manipulation-assisted delivery
Tindakan : 727.1 Vacuum extraction with episiotomy
Biaya Rp 5.681.666

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio Baru Lahir
tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode
O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit
dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan
proses grouper
persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai
diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

148

kekeliruan dalam pengkodean diagnosa, dimana diagnosa utama dan


diagnosa sekunder dikode terbalik. Berdasarkan diagnosa DPJP,
diagnosa utama : Stroke dan diagnosa sekunder : Jantung sedangkan
dalam pengkodean Dx utama jantung dan DX sekunder Stroke
menyebabkan tarif Ina CBG's Rp. 6. 898. 267

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Stroke

149

Pasien RJTL.Diajukan oleh rumah sakit sebagai berikut : Diagnosa


Utama : J45.9 Diagnosa sekunder : I10
Tindakan : 39.8 (Operation on carotid body and other
vascular bodies)
Group CBGs : I-2-22-0 (prosedur sedang pada pembulu dara) biaya
Rp.1.259.910

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Jantung

150

Pasien RITL masuk dengan kasus Hypertensi Berat, namun ditagihkan


oleh Pihak RS dengan rincian sebagai berikut : Diagnosa utama: I10
Essential Primary Hypertension
Diagnosa Sekunder : I11.0 Hypertensif Heart Disesase
(Congestif )Heart Failure 150.0 Congestive Heart Failure
J18.9 Penumonia, unspesified
Group CBGs: I-417-III HIPERTENSI BERAT Biaya Rp 7.597.333

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Hipertensi

151

Pasien RJTL dengan kasus kontrol lanjutan pasca persalinan


normal.Diajukan oleh rumah sakit sebagai berikut :
Diagnosa Utama : Z39
Tindakan : 71.71 (Suture of laceration of vulva or perineum)
Group CBGs :W-2-33-0(Prosedur kecil vulvovaginal)
biaya Rp.539.508

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

152

Pasien a/n Theresia Ajipina, NOKA : 0000860548184


MRS tgl 04/07/2014; No SEP : 2407R00107140000341
ditagihkan/dientry dengan kode yang tidak sesuai dengan resume
medisnya. Kode INACBGS yang dientry adalah F-4-19-11 sedangkan
pada resume medis lebih mengarah pada gangguan antepartum
yaitu kode INACBGS W-4-16-II

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

153

KASUS DENGAN DIAGNOSIS UTAMA DYSPNEU (R06.0). DIAGNOSIS


SEKUNDER ASMA (J46), DYSPEPSIA (K30), DEMAM TYPHOID (A01.0),
ISPA (J06.8), NYERI KEPALA (R5I)

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Tiphoid

154

KASUS DENGAN DIAGNOSIS UTAMA DYSPEPSIA (K30) DAN


DIAGNOSIS SEKUNDER DIARE (A09) ,SEPTIKEMIA (A41.9) DAN
VOMITUS (R11)

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Gastritis/Dispepsia

155

Pasien dengan diganosa diare akut disertai dehidrasi, namun pada


saat verifikasi kode yang digunakan adalah kode A09 (Diare Akut)
dan kode D64.9 (Anemia), padahal dalam resume dan status tidak
ada diagnosa anemia.

1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai


dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.

Diare

156

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan normal. Ditagihkan oleh


RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O62.0 Primary inadequate
contractions Diagnosa sekunder : Z35.8 Supervision of other high-risk
pregnancies Tindakan : 73.59 Other manually assisted delivery Group
CBGs: W-4-16-III GANGGUAN ANTEPARTUM BERAT Biaya Rp.
3.915.633,00

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada Coder terkait kode


Persalinan/Kehamilan/Bayi
diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir pada resume Baru Lahir
medis
2. sesuai Permekes 27 Tahun 2014 : Persalinan normal
maupun tidak normal tidak diperbolehkan menginput high risk
pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8) ke dalam aplikasi INACBGs

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

157

Pasien masuk rumah sakit dengan diagnosa utama CHF (I500) dan
diagnosa sekunder Hipertensi (I10)

verifikasi sudah benar

158

Pasien masuk RITL dengan kasus TB. Diajukan RS : diagnosa utama


A.17.8 Other Tuberculosis of nervous system Group CBG's : G-4-18-I,
Infeksi tuberkulosa dan bakteri sistem pernafasan ringan. Biaya : Rp.
2.351.101,-

Permenkes No 27 tahuan 2014 Untuk kasus pasien yang datang Paru


untuk kontrol ulang dengan diagnosis yang sama seperti
kunjungan sebelumnya dan terapi (rehab medik, kemoterapi,
radioterapi) di rawat jalan
dapat menggunakan kode Z sebagai diagnosis utama
dan kondisi penyakitnya sebagai diagnosis sekunder.
2. indikasi rawat inap adalah sesuai pengertian episode rawat
inap, verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6
jam maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka
dibayarkan rawat jalan.

159

1. pasien RITL off gips dengan riwayat fraktur padahal tindakanny


dikerjakan di UGD, selama di rawat inap tdk ada tindakan berarti
dengan tarif RITL Rp. 4.119.069

1. Indikasi rawat inap disesuaikan dengan definisi episode rawat


inap, jika kurang dari 6 jam perawatan maka dibayarkan sebagai
tagihan rawat jalan.
2. Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian
pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta
pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang
diberikan pada hari pelayanan yang sama.

Ginjal/Hemodialisa

Tulang/Fraktur/Fraktur

160

Pasien masuk RITL pada pukul 10.30 Wib, dengan kasus Penyakit
Jantung, diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : I50.1
Left ventricular failure
Diagnosa Skunder :
J81 Pulmonary edema,
I11.9 Hypertensive renal disease without renal failure E11.9 Noninsulin-dependent diabetes mellitus Without complications
N20.0 Calculus of kidney
Group CBGs : I-4-12-II Kegagalan Jantung Sedang
Biaya : Rp. 10.541.081

indikasi rawat inap adalah sesuai pengertian episode rawat inap, Jantung
verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6 jam
maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka
dibayarkan rawat jalan.

161

Pasien masuk RS untuk mendapatkan pelayanan operasi mata


(katarak), pasien/ keluarga pasien di anjurkan untuk mendaftar
pelayanan rawat inap pada pagi/ siang hari, namun pada
kenyataannya pada saat keluarga/ pasien memdaftarkan diri dalam
pelayanan rawat inap pasien belum masuk RS (masuk RS sore/
malam hari).

SEP diterbitkan pada hari pasien mendapatkan pelayanan bukan


sebelumnya.

Katarak

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

162

Pasien masuk RITL pada pukul 10.30 Wib, dengan kasus Penyakit
Jantung, diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : I50.1
Left ventricular failure
Diagnosa Skunder :
J81 Pulmonary edema,
I11.9 Hypertensive renal disease without renal failure E11.9 Noninsulin-dependent diabetes mellitus Without complications
N20.0 Calculus of kidney
Group CBGs : I-4-12-II Kegagalan Jantung Sedang
Biaya : Rp. 10.541.081

indikasi rawat inap adalah sesuai pengertian episode rawat inap, Jantung
verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6 jam
maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka
dibayarkan rawat jalan.

163

Pasien RJTL dengan diagnosa kista endometriosis diberikan injeksi


endrolin (tapros). Klaim ditagihkan dengan jenis pelayanan RITL,
dimana seharusnya termasuk dalam jenis pelayanan RJTL karena
pasien hanya 3 jam berada di Rumah Sakit dan tidak mendapatkan
fasilitas rawat inap.

Indikasi rawat inap disesuaikan dengan definisi episode rawat


inap, jika kurang dari 6 jam perawatan maka dibayarkan sebagai
tagihan rawat jalan.

164

Pasien RITL di RS Jiwa sebenarnya sudah pulang, tetapi secara


administrasi di surat pulang dan rekam medis pasien belum pulang/
masih dirawat sampai LOS melewati fase sub akut (43hari) sehingga
RS mendapatkan top up dari perhitungan ADL. Biaya : Rp.
3.745.402

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan Akomodasi


tanggal masuk dan keluar dan melakukan pengecekan pada
resume medis . Apabila kasus jiwa atau kusta yang hari rawatnya
sudah lebih dari 43 hari, memang harus dibuatkan SEP baru dan
menjadi episode RITL yang baru. Apabila kasus yang diajukan
bukan kasus jiwa dan kusta, setelah pasien pulang dan kembali
masuk ke RS, dibuatkan SEP baru dan menjasi episode RITL yang
baru.
2. Verifikator membuat catatan readmisi kasus RITL
dengan diagnosa yang sama untuk dilaporkan kepada
Tim audit medis.

165

Pasien Ny.A dirawat dengan Illeus paralitik masuk tanggal 15


Februari dan keluar tanggal 15 Februari
2014. Dan tanggal 15 Februari 2014 kembali masuk
Rawat inap dengan diagnosa yang sama dan keluar tanggal 21
Februari 2014 dengan Tarif Rp.10.903.462,-

1. Indikasi rawat inap disesuaikan dengan definisi episode rawat


inap, jika kurang dari 6 jam perawatan maka dibayarkan sebagai
tagihan rawat jalan.
2. verifikator melalukan crosscheck dengan riwayat
pulang pada perawatan sebelumnya, jika pasien telah
dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat
pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit
yang sama.

Tumor/Kanker

Akomodasi

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

166

Pasien dilakukan operasi Pterygium dengan kondisi pasien hanya


dirawat selama 3 Jam, tetapi oleh pihak RS menagihkan sebagai
kasus RITL

analisa kasus sudah tepat , indikasi rawat inap disesuaikan


dengan definisi episode rawat inap, jika kurang dari 6 jam di
bayarkan sebagai rawat jalan

167

pasien masuk UGD dengan keluhan kecelakaan lalu lintas


Pelayanan kesehatan yang atas permintaan sendiri tanpa
kesadaran baik, tidak mual, tidak muntah, tidak pusing tidak
adanya indikasi medis tidak dapat dijamin oleh BPJS
menderita luka robek atau terbuka dan didiagnosa oleh dokter Kesehatan.
Cedera Kepala Ringan dan diarahkan rawat inap

Penanganan Luka

168

Pasien X dirawat di RS X dengan diagnosa utama glaukoma


Verifikator membuat catatan kasus seperti ini untuk
masuk tanggal 26/6/2014 pulang tanggal 01/7/2014 tanpa
dijadikan bahan pertimbangan rekredensialing FKRTL
dilakukan tindakan dikarenakan TIO masih tinggi kemudian
masuk di RS X kembali tanggal 14/7/2014 pulang tgl
16/7/2014 juga tidak dilakukan tindakan kemudian
keesokan harinya masuk ke RS Y tgl 17/7/2014 dan dilakukan
operasi trabeculectomy di RS Y.

Glaukoma

169

Kasus Infertilitas dengan Biaya untuk kls III Rp.12.498.845


Biaya untuk Kls II Rp.14.998.614

Infertilitas

170

hampir semua bayi yang lahir secara SC


ditagihkan dengan diagnosa yang hampir sama

Sesuai dengan Perpres 111 Tahun 2013, salah satu


pelayanan kesehatan yang tidak dijamin JKN adalah
infertilitas.
Klaim disetujui dengan melampirkan lembar konfirmasi
kepada dokter yang merawat. Kemudian kasus menjadi
catatan kepada Tim Audit Medis.

171

Pasien MRS dari IGD dengan kesadaran menurun dan


Respiratory distress suspect ec sepsis. Dilakukan tindakan
invasif pemasangan ventilasi (intubasi endotracheal)

Penggunaan ventilator digunakan sesuai rekomendasi


DPJP. Penggunaan ventilator96.71 juga dapat dilakukan
pada kasus tersebut. Verifikator sebaiknya melakukan
konfirmasi kepada DPJP dengan lembar konfirmasi.

Ventilator

Akomodasi

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

172

Pasien RJTL datang ke RS hanya minta rujukan tanpa


pemeriksaan maupun tindakan.

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder, apakah


Rujukan
pasien mendapatkan konsultasi dokter spesialis atau tidak.
Jika iya, maka konsultasi pasien kepada Dokter spesialis
dapat menjadi satu episode RJTL. Pelayanan kesehatan
diberikan atas indikasi medis mengikuti rujukan berjenjang.

173

Tagihan ambulan tidak dapat disetujui, sesuai PMK 71


Tahun 2013, pelayanan ambulan ditagihkan untuk
ambulan yang digunakan antar faskes bukan pada faskes
yang sama.

Ambulan

174

Pasien berobat jalan dari poli dan mendapat rujukan dari


dokter, kemudian dimasukkan kembali pada catatan laporan
masuk pasien IGD di hari yang sama agar biaya ambulance
dapat
ditagihkan. Biaya Rp 2.226.000
Pasien masuk RITL dengan kasus appendikitis akut. Diajukan
oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K35.9 Acute
Appendicitis
Diagnosa sekunder: K65.9 peritonitis, unpecsified
Tindakan : 47.09 other appendictomy. 54.59 other lysis of
peritonial adhesion dengan tarif grouper Rp. 6.139.390

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder.


Seharusnya coder melakukan entrian data sesuai dengan
apa yang tercantum di dalam resume medis. Diharapkan
coder dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP.
Verifikator melakukan pencatatan untuk
dilaporkan kepada Tim Audit Medis

Appendik

175

bayi dengan diagnosa Asphixia ( 9 kasus )

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan


diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi kepada
DPJP. Verifikator melakukan pencatatan untuk dilaporkan
kepada Tim Audit Medis

Asfiksia

176

Pasien RJTL masuk dengan diagnosa osteomeylitis hanya


konsul, tp ditagihkan biaya Fisiotherapy

Verifikasi melakukan konfirmasi kepada coder, jika hasil


konfirmasi tidak dilakukan fisioterapi maka coder
memperbaiki hasil coding dan entrian INA CBG's.

Fisioterapi/Rehabilitasi
Medik

177

Pasien RJTL masuk dengan heamodoalisa status masih


dalam periode rawat inap(masih dirawat)

Tindakan HD RITL sudah termasuk dalam satu episode


RITL nya sehingga tidak dapat ditagihkan terpisah

Ginjal/Hemodialisa

178

Pasien dirawat inap 2X dalam 5 hari dengan diagnosa yang


sama.
No. SEP
0610R00107140000083 tgl masuk 21 Juli 2014
tgl pulang 23 Juli 2014 dengan diagnosa Hipertensi sedang,
biaya grouping Rp. 6.096.614 kemudian masuk lagi tgl 25 Juli
2014 dan pulang tgl 25 Juli 2014 dengan diagnosa Hipertensi
Sedang, biaya grouping Rp. 6.096.614 total tagihan Rp.
12.193.228,-

Verifikator memastikan lama jam perawatan pasien pada


tanggal 25 Juli 2014, apabila pasien dirawat kurang dari 6
jam, klaim diajukan sebagai tagihan rawat jalan.

Hipertensi

179

Pasien RITL dengan keluhan: Nyeri dada (+), sesak napas


(+). Diajukan oleh RS:
Diagnosa Utama: I21.0 ( Acute transmural
Myocardial infraction of anterior wall.) Diagnosa Sekunder :
J81 Pulmonary oedema

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan


diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi kepada
DPJP terkait dengan diagnosa Pulmonary oedema.
Verifikator melakukan pencatatan kasus ini untuk
dilaporkan kepada
Tim Audit Medis

Jantung

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

180

peserta datang untuk periksa visus mata pada rumah sakit,


namun pihak poli mata mengarahkan pasien untuk melakukan
pemeriksaan visus di optik yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan. Kemudian hasil pemeriksaan visus dibawa ke poli
mata pada hari yang berbeda dan SEP yang berbeda untuk
dilakukan pengkaliam pelayanan pemeriksaan mata oleh poli
mata

1. Pasa kasus ini klaim tidak dilayakkan karena tidak


konsultasi dan tindakan yang dilakukan kepada pasien
2. Pelayanan kacamata pada kota/kab yang tidak
ada Dokter Spesialis Mata dilakukan sesuai dengan Surat
Diryan Nomor 4020/III.2/0514

Mata

181

Pasien RITL masuk dengan diagnosa melena, ditagihkan


biaya diagnosa primer dyspepsia dan diagnosa sekunder
anemia

Diagnosa masuk tidak menjadi dasar verifikasi. Diagnosa


utama adalah diagnosa yang ditentukan pada saat akhir
episode perawatan. Agar dilakukan cross check dengan
resume medis.

Melena

182

Pasien RITL masuk dengan diagnosa Perdarahan Vaginal ec


Myoma Uteri Intramural + Anemia, tidak dilakukan operasi
ataupun transfusi namun ditagihkan prosedur operasi (75.99
Other obstetric operations) dan ISK (tidak ada data)

Verifikator meminta kelengkapan pengajuan klaim apabila


terdapat tindakan medis operatif yang terindikasi tidak
dilakukan.

Mioma Uteri

183

Pasien RITL masuk pada tanggal 20 Agustus


2014, diberikan obat Ferriprox sebanyak 30 tablet untuk 10
hari. Keluarga pasien datang kembali tanggal 3 September
2014 ke RSUD Depati Hamzah untuk mengambil sisa obat 20
hari

Sesuai SE Menkes No. 32 Tahun 2014, Obat Thalassemia Obat


dapat ditagihkan diluar tarif INA CBGs pada
apotek/Instalasi Farmasi yang bekerja sama.

184

Pasien masuk RITL dengan kasus O820 Sectio


Caesarea.
Biaya : Rp.4,477,439,-

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Resume


medis yang kosong tidak dapat dijadikan dasar pengajuan
klaim. Diharapkan coder dapat menyampaikan kepada
DJP untuk segera
mengisi resume medis yang sesuai.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

185

Pasien masuk RITL dengan Kasus: Nyeri ulu hati, BAB Hitam
dan riwayat DM.
Diagnosa Utama: K27.4 Peptic Ulcer, Crhonic or
unspecified with haemmorhage
Diagnosa sekunder : J18.9 Pneumonia, E10.8
Insulin-dependent diabetes mellitus With unspecified
complications, N28.9 Disorder of kidney and ureter,
unspecified Hasil Grouper CBG's: Gastritis dan ulkus
peptikum berat. Biaya Rp. 4.190.660

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Diganosa


yang dientri harus sesuai dengan apa yang tertulis di
dalam resume medis. Diharapkan coder dapat melakukan
konfirmasi ulang kepada DPJP.

Paru

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

186

Pasien a/n Antonius Lorang, NOKA :


0000150821019 berkunjung ke poli bedah (RJTL)
pada tgl 10/06/2014; No SEP
2407R00106140000633 untuk memperoleh
kateter sedangkan pemasangan akan dilakukan di
Puskesmas. Namun pihak RS menanggihkan dengan
prosedur pemasangan kateter sehingga biaya yang ditagihkan
menjadi lebih besar.

1. Seharusnya pemasangan kateter di PKM


sudah termasuk dalam komponen paket kapitasi.
2. Pada kasus ini, tindakan pemasangan kateter tidak
dapat dientri karena tidak dilakukan. Tagihan yang
diajukan adalah episode RJTL dengan konsultasi dokter
spesialis.
3. Verifikator melakukan pencatatan hal ini dan
melaporkan kepada kanit MPKR sebagai bahan pada
forum kemitraan dengan DinKes dan RS.

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Pemasangan Kateter

187

Pasien dengan diagnosa abortus inkomplit disertai tindakan


kuretase, namun pada saat verifikasi kode diagnosa yang
digunakan adalah kode O03.9(Abortus inkomplit) dan kode
tindakan 74.4 (operasi caesar), padahal dalam resume dan
bukti tindakan tidak ada tindakan operasi caesar tetapi
kuretase.

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder.


2. Coder melakukan konfirmasi kepada DPJP
3. Tindakan yang dientri harus sesuai dengan resume
medis. Resume medis harus menggambarkan tindakan
yang benar-benar diberikan kepada pasien.

188

Pelayanan oleh dokter spesialis namun di poli tidak ada


Verifikator memberikan informasi tersebut kepada atasan
dokter yang merawat hanya perawat (bedah), menulis perintah (Kanit) agar didiskusikan dalam forum kemitraan sehingga
untuk pemeriksaan penunjang, bahkan menulis resume rawat dapat dilakukan pembinaan kepada dokter/RS tersebut.
jalan dan merujuk pasien dengan berkas yang sebelumnya
sudah ditandatangani oleh dokter

189

Pasien Rawat Inap belum dilakukan operasi tetapi sudah ada


laporan operasinya yang lengkap dari dokter X

190

Pasien X dirawat inap tanggal 13/8/2014 dituliskan di resume


medis tindakan Tonsilectomy dan eksisi lesi di faring,
sedangkan berdasarkan laporan operasi tindakan yang
dilakukan hanya tonsilectomy.

191

Px dgn dx Close fraktur pd laporan pre-op tertulis fixasi dan


mobilisasi dientry tindakan Orif dan Long- arm cast

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

Rujukan

Laporan operasi yang dipakai adalah laporan operasi yang Tindakan Medik/Operatif
dibuat setelah tindakan operasi dilakukan. Verifikator
melaporkan hal ini kepada Manajemen RS dan Tim audit
medis.
Untuk kasus ini tidak menambah biaya INA CBG's. Kode
Tonsil
hasil grouping INA CBG's tetap U.1.20.I

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder ttg


Tulang/Fraktur/Fraktur
tindakan yang dilakukan. Laporan operasi yang digunakan
adalah laporan operasi post-op, bukan pre-op.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

192

Pasien RJTL dengan Diagnosa Paint in joint. Dilakukan


Tindakan Gentle Massage dan petugas kode memberikan
kode 93.63 Osteopathic manipulative treatment using lowvelocity, high amplitude forces. Biaya : Rp. 457.525

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Apabila


tidak ada tindakan yang menggunakan alat (hanya
massage saja) seharusnya kode IC9
CM nya adalah 93.16 atau 93.27

193

Pasien RJTL diagnosa benjolan pada punggung yang pada


pemeriksaan awal agar dilakukan prosedur pemeriksaan
radiologi dan darah,akan tetapi dianjurkan dari pihak RS agar
pemeriksaan tersebut dilakukan pada 2 hari yang akan datang
dengan menggunakan berkas klaim yang baru.

1) Untuk kasus ini, perintah Pemeriksaan penunjang dasar Tumor/Kanker


(lab dan radiologi) tidak dibuatkan SEP baru
(menggunakan No. SEP lama), pemeriksaan penunjang
tersebut menjadi satu rangkaian episode RTJL dengan
konsultasi dokter sebelumnya. 2) Untuk kasus penyakit
kronis yang memerlukan evaluasi pemeriksaan penunjang
kembali, misal: HDL dan LDL, HBA1C (sebelum konsultasi
dengan dokter), maka diterbitkan SEP baru dan
pemeriksaan penunjang ini menjadi satu rangkaian dengan
konsultasi dokter selanjutnya pada saat konsultasi hasil
pemeriksaan penunjang.

194

Pasien masuk dengan Dx. Ca Rectum, klaim ditagihkan


dilakukan tindakan operasi. Setelah ditelusuri dalam Rekam
Medik tidak ada tindakan operasi.

Tidakan operasi tidak dapat ditagihkan. Verifikator


membuat catatan medis untuk dilaporkan kepada Tim
Audit Medis.

Tumor/Kanker

195

Pasien Rawat Inap dengan diagnosa Appendicitis selalu dilakukan


tindakan bedah explorasi laparatomi

verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait tindakan


prosedur yang dilakukan kepada pasien dan dilakuka
pengecekan terhadap laporan operasi kemudian disesuaikan
dengan yang tertera pada resume medis

Appendik

196

Pasien sudah ditegakkan diagnosa malignant oleh dokter tanpa


dilakukan pemeriksaan Penunjang patologi Anatomi (PA)

verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP mengenai dasar


penetapan diagnosa akhir tersebut melalui lembar konfirmasi

Tumor/Kanker

197

Pasien RITL dengan kasus Appendicitis with peritonitis. Diajukan


pada kasus ini tindakan laparatomy merupakan salah satu
Oleh RS :
rangkaian dalam tindakan Appendectomy maka tidak dikode
Diagnosa Utama : k35.0 (Appendicitis with peritonitis.)
tersendiri.
Tindakan : 54.19 (Other laparatomy), 47.09 (Other Appendectomy),
92.21 (Injection of antibiotic), 96.59 (Other irrigation of wound),
90.59 (Other microscopic, examination of blood) Kode ina cbg's : K-140-I (Prosedur Sistem Pencernaan Lain-Lain (Ringan))
Biaya : Rp. 8.609.878

Tulang/Fraktur/Fraktur

Tindakan Medik/Operatif

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

198

Pasien RITL dengan kasus Gangren dijari I pedis dextra + DM type II.
Tindakan : Debridement + Amputasi jari I pedis d. Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : M86.9 (Osteomyelitis, unspecified),
Diagnosa Sekunder : E10.5 (Insulin-dependent diabetes melitus with
peripheral circulatory complications) Tindakan : 84.01 (Amputation
and disarticulation of finger), 86.28 (Nonexcisional debridement of
wound, infection or burn), 99.18 (Injection or infusion of
electrolytes), 99.17 (Injection of insulin), 99.21
(Injection of antibiotic), 89.53 (Vectorcardiogram (with ECG)) Group
cbg's : M-1-80-II (Prosedur Anggota Tubuh Atas Sedang)
Biaya : Rp. 21.155.348

1. analisa kasus sudah benar , tindakan pembersihan luka sudah


termasuk dalam tindakan utamanya ( amputasi dan diartikulasi)
2. verifikator melakuka konfirmasi kepada coder
terkait pencantuman kode tindakan 86.28 (Nonexcisional
debridement of wound, infection or burn)

Tindakan Medik/Operatif

199

Pasien dengan kasus Abses mamae sinistra, Hypertensi


Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : N61 (Inflammatory disorder of breastI
Diagnosa Sekunder : I10 (Essential (primary)
hypertension)
Tindakan : (Nonexcisional debridement of wound, infection or burn),
850 (Mastotomy), Kode Ina cbg's : L1-50-I (Prosedur Pada Payudara) Biaya : Rp. 6.693.822

1. verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait dengan


tindakan prosedur yang dilakukan kemudian dicocokan dengan
yang tertera pada resume medis.
2. verifikator melakukan pengecekan dengan laporan
tindakan dan dan laporan operasi jika memang dilakukan
tindakan mastotomy ( dicek apakah ada penggunaan ruang
operasi dan anestesi umum)

Tindakan Medik/Operatif

200

Pasien RITL dengan jumlah LOS lama mis 143


hari,dipulangkan karena kondisi pasien sudah stabil,hanya
selang beberapa hari kemudian pasien masuk kembali RITL

Verifikator memastikan kembali kasus ini. Apabila kasus


jiwa atau kusta yang hari rawatnya sudah lebih dari 143
hari, memang harus dibuatkan SEP baru dan menjadi
episode RITL yang baru. Apabila kasus yang diajukan
bukan kasus jiwa dan kusta, setelah pasien pulang dan
kembali masuk ke RS, dibuatkan SEP baru dan menjasi
episode RITL yang baru. Verifikator membuat catatan
readmisi kasus RITL dengan diagnosa yang sama untuk
dilaporkan kepada Tim audit medis.

Akomodasi

201

Pasien baru pulang rawat inap kemudian datang lagi selang 1


hari dan ditagihkan menjadi 2 episode rawat inap

Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode Akomodasi


rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus
kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang
diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya
dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus
ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim
Kendali Mutu RS & Tim Monev KMK- BPJS Kes.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

202

Peserta dirawat inap tgl 10/03-2014, kemudian diberikan


keterangan untuk pulang. Selanjutnya diminta dibuatkan SEP
kembali tgl 27/03-2014 dgn alasan peserta masuk RS
kembali, sementara peserta masih dalam perawatan di Rumah
Sakit

Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari Akomodasi


pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk
konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan
penunjang maupun pemeriksaan lainnya. Pada kasus ini
karena pasien masih dalam masa perawatan, maka masih
dalam satu episode perawatan.

203

Pasienmasuk RITL dengan diagnose utama


:Sincope and collapse (R55), LOS pasien selama
1 hari. Pasien meminta pulang paksa. Biaya: Rp
6.424.375,-

Verifikator memastikan ada tidaknya surat


perintah rawat dari DJP dan apakah pasien sudah masuk
ke ruang rawat. Jika telah sesuai maka dapat ditagihkan
sebagai kasus RITL dengan diagnosa utama sesuai
dengan diagnosa pada saat pulang paksa.

204

Pasien dirawat di ruangan ICU dari tgl 17/02/2014 sampai tgl


03/05/2014, dengan diagnosa masuk I63.9
Cerebral Infarction, unspecified. Pasien dipulangkan
secara administrasi sebanyak 3 kali pada: (1). tgl
17/02/2014 - 02/03/2014, (2). Tgl 06/03/2014 15/03/2014, (3). tgl 20/03/2014 - 30/03/2014, (4). tgl
07/04/2014 - 25/04/2014, (5). tgl 03/05/2014 - meninggal

Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat Stroke


sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang
dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah
pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan
terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun
menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Tim Monev KMKBPJS Kes.

Pulang Paksa

205

Pasien masuk RITL dengan kasus hemofili diajukan RS diagnosa


utama : D66 Hereditary factor VIII deficiency Group CBG's : D-4-11-I
Gangguan Pembekuan Darah Ringan Biaya : Rp. 2.931.775,00

verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6 jam


maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka
dibayarkan rawat jalan.

Hemofili

206

RJTL yang seharusnya satu episode rawat jalan karena pemeriksaan


belum selesai , akhirnya oleh pihak RS dibuat kunjungan beberapa
kali dengan SEP yang berbeda.

Pada kasus ini hanya dibayarkan 1 episode RJTL karena


konsultasi dengan pemeriksaan diagnostik seharusnya masuk
dalam 1 rangkaian walaupun dilakukan pada hari yang berbeda.
Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan
recredentialing FKRTL.

Klaim

207

Pasien berobat jalan dari poli dan mendapat rujukan dari dokter,
kemudian dimasukkan kembali pada catatan laporan masuk pasien
IGD di hari yang sama agar biaya ambulance dapat ditagihkan. Biaya
Rp
2.226.000

1. pelayanan ambulance pada pelayanan rawat jalan diberikan


UGD/IGD
jika dlam kondisi gawat darurat dan antar faskes BPJS Kesehatan
2. biaya ambulance dapat ditagihkan ke BPJS
kesehatan melalui biaya klaim diluar paket INA CBGs dengan
besaran sesuai tarif PERDA dan ditagihkan melalui Aplikasi LUPIS

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

208

M. Azka Pratama masuk tanggal 14/8 sampai 16/8 dengan diagnosis


KDS (R50) dan disertai dengan dx skunder GEAD , kemudian pasien
mask kembali dengan diagnosis yang sama pada tanggal 17/8
dengan dx utam GEAD (A09) dan dx skunder KDS (R50).

Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat Diare


sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang
dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah
pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan
terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun
menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Tim
Monev KMK-BPJS Kes.

209

M.yamin masuk tgl 21-23(pukul 11.00) juli dg acute tubul-interstitial


nepritis dan gastrooesopageal dan masuk kembali tgl 23 (pukul
22.30) -27 juli masukdengan acute tubul-interstitial nepritis,calculus
of kidney, hydronefrosis dan gastrooesopagea setelah
dicekdirekammedik resume medis ada,klaim tgl 27 di layakan

Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat Ginjal/Hemodialisa


sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang
dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah
pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan
terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun
menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Tim Monev KMKBPJS Kes.

210

pada pelayanan rawat inap tingkat lanjutan sering ditemukan pasien analisa kasus sudah benar
kronis seperti (hipertensi, GGK, Asma, DM, dll) yang masuk berulang
(readmisi).

Akomodasi

211

Pasien RITL dengan kasus ISPA, Malaria, Dyspepsia


Diajukan oleh RS :
Diagnosa utama : J06.9 (Acute upper respiratory, unspecified)
Diagnosa sekunder : B54 (Unspecified malaria), K30 (Dyspepsia)
Group cbg's : U-4-13-II (Peradangan Epiglotis, Telinga Tengah, ISPA
dan lain-lain)
Biaya : Rp. 2.775.304

Infeksi

1. pelayanan kesehatan yang dijamin adalah pelayanan


kesehayann yang sesuai dengan prosedur pelayanan.
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui
prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

212

Pasien RITL keluar, kemudian pada hari yang sama pasien tersebut
kembali masuk dengan diagnosa yang sama

1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika


Akomodasi
pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika
pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang
rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi
pasien rawat inap.
2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika
pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check
dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah
pada episode rawat yang
lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam
keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah
dipulangkan dalam keadaan pulang
paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan
dari pembiayaan penyakit yang sama.

213

Pasien dirawat di ruangan ICU dari tgl 17/02/2014 sampai tgl


03/05/2014, dengan diagnosa masuk I63.9
Cerebral Infarction, unspecified. Pasien dipulangkan
secara administrasi sebanyak 3 kali pada: (1). tgl
17/02/2014 - 02/03/2014, (2). Tgl 06/03/2014 15/03/2014, (3). tgl 20/03/2014 - 30/03/2014, (4). tgl
07/04/2014 - 25/04/2014, (5). tgl 03/05/2014 - meninggal

1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika


ICU
pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika
pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang
rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi
pasien rawat inap.
2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika
pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check
dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah
pada episode rawat yang
lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam
keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah
dipulangkan dalam keadaan pulang
paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan
dari pembiayaan penyakit yang sama.

214

Menagihkan RJTL (UGD dan poli), padahal pasien


mendapatkan surat perintah rawat inap dari dokter

Apabila pasien di Rawat inap setelah pemeriksaan di UGD Akomodasi


maupun Poli RJ pada hari yang sama, penagihannya
merupakan paket dengan tagihan rawat inap

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

215

Pasien menjalani 2 jenis perawatan RJTL dan RITL pada hari


yang sama. Pihak RS menagihkan untuk kedua kasus
tersebut. Untuk Kasus RJTL; Kode INA-CBG's Q-5-23-0 Tarif
INA-CBG's : Rp.131.371,-. Untuk Kasus RITL; Kode INACBG's O-6-12-II Tarif INA-CBG's : Rp. 2.395.662,-

Apabila pasien di Rawat inap setelah pemeriksaan di UGD Akomodasi


maupun Poli RJ pada hari yang sama, penagihannya
merupakan paket dengan tagihan rawat inap

216

Pasien Haemodialisa yang membutuhkan obat kronis selama


30 hari tidak diberikan resep pada saat pasien dilakukan
Haemodialisa, akan tetapi pasien tersebut harus kembali ke
Poli Internis pada keesokan harinya, dan diberikan obat untuk
kebutuhan 15 hari

Verifikator memastikan apakah saat dilakukan HD pasien


Ginjal/Hemodialisa
mendapatkan konsultasi dari Dokter Spesialis. Jika pasien
mendapatkan konsultasi dari Dokter pd saat dilakukan HD
maka obat
kronis seharusnya dapat diberikan resep pada
saat haemodialisa. Jika pasien tidak mendapatkan
konsultasi dari Dokter pd saat dilakukan HD, maka obat
diberikan oleh Dokter Spesialis di poliklinik untuk
kebutuhan 30 hari.

217

Pasien gagal ginjal yang dirawat inap dan akan melakukan


melakukan HD, maka HD nya diklaimkan ulang secara
terpisah rawat jalan
Pasien datang tanggal 24/07/2014 untuk operasi ,
dipulangkan oleh dokter pada tanggal 30/07/2014. kemudian
pasien masuk rumah sakit lagi melalui UGD pada tanggal
31/07/2014 karena infeksi luka operasi

Tindakan HD RITL sudah termasuk dalam satu episode


RITL nya sehingga tidak dapat ditagihkan terpisah

219

Pasien RJTL dengan diagnosa CHF diberikan tindakan


echocardiografi, dilakukan 1 kali tindakan, ditagihkan pada 2
tanggal yang berbeda

Pada kasus ini pemeriksaan Echocardiografi merupakan


Jantung
satu episode RJTL dengan konsultasi Dokter sebelumnya.

220

Pasien RJTL dengan mendapatkan pelayanan pada bulan


Juli. Tetapi diajukan kembali klaim pelayanan bulan Agustus
2014. Biaya : Rp.
156.234

Klaim bulan Agustus tidak dilayakan.

218

Ginjal/Hemodialisa

Verifikator melakukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Infeksi


Tim Audit Medis.

Klaim

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

221

Pasien masuk RITL dengan kasus malaria. Diajukan oleh RS


sebagai berikut:
Diagnosa Utama: B51.( (Plasmodium vivax
malaria without complication )Hasil Grouper
CBG's: Penyakit infeksi bakteri dan parasit lain-lain ringan.
Biaya Rp. 2.613.044

Sesuai dengan regulasi, kasus pada RS TNI tingkat IV


perujuk dan Tingkat IV yang menerima rujukan, dapat
dilakukan pembayaran. Agar verifikator melakukan
pencatatan hal ini untuk dilaporkan kepada Tim Audit
Medis terkait kompetensi RS TNI IV perujuk.

Malaria

222

tagihan obat yang melebihi peresepan maksimal. Contohnya,


valsartan, candesartan, novo mix dll.

Verifikator memberikan informasi ketentuan klaim obat


kronis mengacu pada SE Menkes No. 32

Obat

223

Mengajukan klaim rawat jalan yang langsung rawat inap

RJTL pada hari yang sama dengan RITL menjadi satu


rangkaian episode RITL. (RJTL sudah
masuk ke dalam klaim RITL)

Rujukan

224

Pasien a/n I wayan sudarma tanggal 12/08/2014 datang dan


beorbat ke poliklinik , pasien akan dilakukan tindkan operasi
sehingga harus di rawat inap , rumah sakit melakukan 2
pengklaiman rjtl dan ritl

Apabila pasien di Rawat inap setelah pemeriksaan di UGD Tindakan Medik/Operatif


maupun Poli RJ pada hari yang sama, penagihannya
merupakan paket dengan tagihan rawat inap

225

Pasien RITL tanggal 31/08/2014 sampai


04/08/2014 dengan diagnosa Hyperplasia of prostate (N40)
dengan dr.IJ sebelumnya pasien di RI di RSUD tanggal
21/07/2014 sd 25/07/2014 dengan dr yang sama dan dx yang
sama yaitu prostate.

Verifikator melaporkan kasus yang terjadi kepada atasan


langsung (Kanit) agar dilakukan credensialing ulang
terhadap faskes yang merujuk.

226

Pasien diarahkan untuk membeli plester obat pada poli


kandungan dengan alasan plester tersebut memiliki kualitas
yang lebih baik

1. Sesuai dengan pasal 24 Permenkes 71 Tahun


Obat
2014, disebutkan bahwa Pelayanan obat, Alat Kesehatan,
dan bahan medis habis pakai pada Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu komponen
yang dibayarkan dalam paket Indonesian Case Based
Groups (INA-CBGs).
2. Verifikator melakukan pendekatan kepada Manajemen
RS, agar tidak terulang kasus yang sama dikemudian hari.
3. Verifikator melakukan pencatatan sebagai bahan
pertimbangan pada saat dilakukan re- credentialing FKRTL

227

Pasien dengan diagnosis DM dirujuk dari RS tipe


C ke tipe B

Agar verifikator melaporkan hal ini kepada Kanit MPKR


untuk dilakukan pembinaan FKRTL dan didiskusikan
dalam forum kegiatan kemitraan daerah.

Rujukan

228

adanya bidan klinik swasta yang membawa pasien untuk di


lakukan tindakan SC tanpa indikasi medis

Verifikator melaporkan kasus yang terjadi kepada atasan


langsung (Kanit) agar dilakukan credensialing ulang
terhadap bidan klinik swasta yang merujuk.

Rujukan

229

Pasien masuk dengan kasus rencana akan di operasi tetapi


dokter tidak mau mengoperasi di RS tersebut karena jasa
operasi yang didapatkan sedikit sehingga pasien dirujuk ke
RS swasta dimana dokter juga bekerja di RS swasta tersebut

Verifikator memberikan informasi tersebut kepada atasan


(Kanit) agar didiskusikan dalam forum kemitraan sehingga
dapat dilakukan pembinaan kepada dokter/RS tersebut.

Rujukan

Hiperplasia Prostat

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

230

Klinik dokterku sering merujuk px ke Rs (kasus yg harusnya


bisa ditangani diklinik),ex:nebulizer

Verifikator melaporkan kasus ini kepada kanit MPKR untuk Rujukan


dikoodinasikan dengan kanit MPKP. Sebaiknya dilakukan
recredentialing FKTP da FKRTL yang masih dalam satu
yayasan.

231

meningkatnya rujukan dari dokter keluarga yang merupakan


Direktur RS (RS tanpa petugas BPJS Center)

Verifikator melaporkan kasus ini kepada kanit MPKR untuk Rujukan


dikoodinasikan dengan kanit MPKP. Sebaiknya dilakukan
recredentialing FKTP dan FKRTL yang dapat
menimbulakn potensi self referal. Pada dasarnya rujukan
ke FKRTL dilakukan sesuai dengan indikasi medis.

232

Pasien masuk RJTL membutuhkan konsul intern tidak dilayani Pada kasus ini tetap dibayarkan 2 episode RJTLkarena
Obat
pada hari yang sama, karena pembatasan jumlah pasien
konsultasi dengan Dokter Spesialis dilakukan pada hari
berobat.
yang berbeda. Verifikator membuat catatan sebagai bahan
pertimbangan recredentialing FKRTL.

233

Pasien Nn.A dirawat dengan diagnosa Tonsilitis kronis J35.1,


Headche R51, A41 Septicemia. Dengan tindakan 28,2
amandel tanpa adenoidectomy dan 28,7 kontrol perdarahan
setelah tosillectomy dan adenoidectomy, 28.5 eksisi tonsil
lingual dengan biaya Rp.10.561.160,-

Pada kasus ini yang menaikan tagihan adalah diagnosa


septicemia. Untuk prosedur yang ditetapkan lebih dari 1
tidak terlalu mempengaruhi tarif INA CBGs. Hendaknya
verifikator
memastikan diagnosa septikemia kepada DPJP
dengan lembar konfirmasi.

Tonsil

234

Pasien dengan diagnosa utama :H110 Pterygium dengan diagnosa


sekundernya :H269 Cataract diajukan dengan tindakan 1139 Other
excision of Pterygium dan
1371 Insertion of intracular lens prothesis at time of
catarct exctraction ,one stage

penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur


atau tindakan yang tertera pada resume medis

Mata

235

Pasien melakukan pemeriksaan RJTL setalah dilakukan pemeriksaan analisa sudah tepat
dokter menganjurkan untuk dilakukakan Rawat inap. RS mengajukan
2 episode yaitu RJTL dan RITL.

Akomodasi

236

Tagihan rawat jalan dan tagihan rawat inap ditagihkan bersamaan

Sesuai kaidah koding, pasien yang dilayani pada hari yang sama
untuk diagnosa yang berhubungan atau tidak berhubungan
ditagihkan 1 episode

Klaim

237

Pasien X dengan Diagnosa Thalasemia Mayor mendapatkan resep


obat Thalasemia di pelayanan RJTL untuk 30 hari, Pemberian obat
tersebut dipecah untuk kebutuhan 1 minggu dan setiap tagihan
dilakukan top
up sehingga dalam satu bulan ada tagihan rawat inap 4x
yang di top up.

analisa kasus sudah benar

Thalasemia

238

Pasien RJTL yang periksa ke poli dengan dokter spesialis, dan


membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium atau radiologi dilakukan di hari selanjutnya

Pada kasus ini hanya dibayarkan 1 episode RJTL karena


konsultasi dengan pemeriksaan diagnostik seharusnya masuk
dalam 1 rangkaian walaupun dilakukan pada hari yang berbeda.
Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan
recredentialing FKRTL.

Radiologi

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

239

pasien rawat inap yang seharusnya satu episode rawat inap.Masuk


rawat inap kembali dengan diagnosa dan keluhan yang sama seperti
perawatan sebelumnya. Dengan jarak pulang perawatan dengan
masuk kembali kurang dari 3 hari. Ditagihkan beda episode.

Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat Akomodasi


sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang
dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah
pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan
terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun
menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Tim Monev KMKBPJS Kes.

240

Tn Junaedi kelas II dirawat tanggal 25/8 didiagnosis


analisa kasus sudah tepat
HHD dengan CHF. Dientrikan sbb: diagnosis primer
I11.9 Hypertensive heart disease without (conges) heart failure dan
diagnosis sekunder I50.0 - Congestive heart failure. Group CBGs: I-417-III Hipertensi berat. Biaya Rp
6,342,285

Jantung

241

Menagihkan tindakan kontap di luar prosedur SC, tindakan


debridemen terpisah dengan tindakan ortopedi lainnya,tindakan
appendictomy terpisah dengan laparatomy

penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur


atau tindakan yang tertera pada resume medis

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

242

Pasien RJTL dengan diagnosa DM type I, dilakukan pemeriksaan Lab


DLL

Pada kasus ini hanya dibayarkan 1 episode RJTL karena


konsultasi dengan pemeriksaan diagnostik seharusnya masuk
dalam 1 rangkaian walaupun dilakukan pada hari yang berbeda.
Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan
recredentialing FKRTL.

Diabetes Melitus

243

Pasien masuk dengan gejala kejang demam, dan setelah dinyatakan


pulih oleh dokter, pasien diizinkan pulang.Diajukan diagnosa utama
R56.0 Febrile convulsion. Lalu esoknya, pasien masuk lagi RS dengan
gejala kejang demam. Dan diajukan kembali diagnosa utama sebagai
R56.0 Febrile convulsion

Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat Saraf/Kejang


sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang
dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah
pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan
terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun
menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Tim Monev KMKBPJS Kes.

244

Memecah pemeriksaan penunjang sebagai kunjungan episode RJTL


baru sebanyak 312 KSS

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Klaim

500 REKOMENDASI KODING


REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

245

Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL closed fracture tulang penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur
iga dan luka di kepala (GCS 15) dan dirawat dengan thoracotomy dan atau tindakan yang tertera pada resume medis
drainase intercostal melalui kateter. Diajukan oleh RS sebagai
berikut: Diagnosa utama: S06.9 Intracranial injury, unspecified, with
open intracranial wound
Diagnosa sekunder: S29.7 Multiple injuries of thorax ;
S22.40 Multiple fractures of ribs, closed dan S27.2
Traumatic haemopneumothorax, with open wound into thoracic
cavity
Tindakan : 34.02 Exploratory thoracotomy ; 34.04
Insertion of intercostal catheter for drainage ; 99.03
Other transfusion of whole blood ; 87.42 + 87.02 +
90.59 (X-Ray & Lab)
Group CBGs: J-1-30-III PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT
KOMPLEKS BERAT
Biaya Rp 36.266.130,-

Tulang/Fraktur/Fraktur

246

Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL dan dilakukan


Amputasi Lower Leg. Diajukan oleh RS sebagai berikut:
Diagnosa utama: S98.3 Traumatic amputation of other
parts of foot
Diagnosa sekunder: S88.9 Traumatic amputation of lower leg, level
unspecified
Tindakan : 84.12 Amputation through foot ; 99.03
Other transfusion of whole blood ; 90.59 Other microscopic
examination of blood
Group CBGs: M-1-02-III PROSEDUR AMPUTASI BERAT Biaya Rp
21.724.302,-

penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur


atau tindakan yang tertera pada resume medis

Trauma Kepala

247

Pasien RJTL masuk dengan diagnosa katarak dilakukan pemeriksaan


laboratorium 3 hari sebelum dilakukan operasi

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Katarak

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

248

Pasien RJTL berobat dengan diagnosa tonsilitis dan akan dilakukan


tindakan operasi, dan pemeriksaan penunjang ditagihkan terpisah
dari RITL, RITLnya disuruh datang 3 hari lagi.

1. sesuai Permenkes 27 Tahun 2014 jika Pasien yang masuk ke


rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di rawat
jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu
episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di
rawat jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya.
2. Jika konsultasi dan pemeriksaan penunjang
dilakukan pada hari yang sama maka merupakan 1 episode RJ

Infeksi

249

Pasien hemodialisa melakukan tindakan HD pada tanggal 02


September 2014, keesokan harinya pasien datang kembali ke RSUD
untuk mengambil obat. Hari sebelumnya pada saat melakukan
tindakan HD pasien tidak diberikan obat

1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan


adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan
dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan
obat yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.
2. pada kasus ini untuk pengambilan obat pada esoknya tidak
dibuatkan SEP baru.

Ginjal/Hemodialisa

250

Bayi baru lahir dgn kasus BBLR+RDS, langsung dirujuk, namun


ditagihkan biaya rawat inap sebagai bayi sakit, dan dirawat oleh
dokter umum

Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien


mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien
telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat
inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi
pasien rawat inap.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

251

Pasien RJTL dengan indikasi pemeriksaan labor oleh dokter


dikonsulkan kembali 3 hari kemudian untuk pemeriksaan labor
tersebut
Pasien RJTL dengan indikasi untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
ex : USG abdomen, pasien di rawat inapkan dengan alasan budget
RJTL tidak sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

untuk kasus ini masih digolongkan dalam 1 episode walaupun


pemeriksaan penunjang dilakukan beda hari

Laboratorium

1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika


pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika
pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang
rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi
pasien rawat inap.
2. verifikator mencatat kasus ini untuk dilaporka pada tim audit
medis

Akomodasi

252

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

253

Pasien RJTL dengan diagnosa observasi TB Paru, dengan


pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, rontgen thorax dan
tes mantoux yang seharusnya masuk dalam satu episode RJTL
dijadikan dua episode RJTL, sehingga pasien datang hanya untuk
baca hasil labor 2 hari kemudian dijadikan sebagai episode baru.

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Paru

254

Pasien Ny.W dirawat dengan Diagnosa Akut Peritonitis dengan kode


k65.0 dan Akut Vaskuler Disorder of intestine dengan kode k55.0.
Serta tindakan yang dilakukan adalah Laparatomi explorasi dengan
kode
54.11 dan small to small intestin dengan kode 45.91
LOS 5 Hari dengan biaya Inacbg Rp.30.781.182,-

tindakan laparatomi eksplorasi dan tindakan small to small


intestin dapat dilakukan dalam 1 aktivitas sehingga kode yang
digunakan adalah 54.11
Laparatomy exsplorasi.

Tindakan Medik/Operatif

255

Pasien Ny.S dirawat dengan Diagnosa Appendicitis Infiltrat masuk


tanggal 9 Maret 2014 dan pulang tanggal 18 Maret 2014 dengan
biaya Rp.9.204.542,-. Dan kembali masuk tanggal 20 Maret 2014
dengan diagnosa Peritonitis difuse dan keluar tanggal 25Maret
2014 dengan tarif Rp.9.204.542,-

1. pada kasus ini Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Appendik


apakah pasien dilakukan operasi untuk kondisi Appendicitis
Infiltrat kemudian mengecek apakah pasien pulang sembuh atau
pulang paksa
2. Sesuai panduan tehnis verifikasi klaim Jika pasien
telah dipulangkan dalam keadaan pulangpaksa maka episode
rawat pada readmisi merupakan
kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama.

256

Pasien RJTL dengan pemeriksaan dokter dan pemeriksaan


laboratorium atau radiologi. Diajukan RS: pemeriksaan dokter
sendiri, untuk laboratorium dan radiologi dilakukan selang beberapa
hari berikutnya, dan billing pelayanan ada pemeriksaan dokter.

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang
tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung
sebagai episode baru.

Laboratorium

257

penunjang diagnostik (radiologi/laboratorium) dalam satu episode


ditagihkan secara terpisah dikarenakan RSUD membuat kebijakan
SEP berlaku 3 hari.

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Laboratorium

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

258

-Top up thalassemi diberikan pada px yang dapat obat deferiprone,


deferoxamine, deferasirox namun ada bbrp klaim thalassemi yang di
top up kan hanya diberikan obat tdk sampai 1 bulan. Shg mereka
mengentry 2 episode.

1. Pada kasus special drug, verifikator pastikan kesesuaian


antara tagihan dengan resume medis, billing dan
regimen (jadual dan rencana pemberian obat).
2. top up obat thalasemia diberikan 1 kali per episode rawat
jalan.

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Thalasemia

259

Bayi baru lahir infeksi, di MRS kan, setelah KRS bayi kontrol 3 hari
kemudian diMRSkan lagi dengan dx hiperbilirubin (banyak kasus)

1.pada kasus ini bisa dikategorikan 2 episode karena keadaan


bilirubin naik pda hari ke 3
2. verifikator memastikan bayi tersebut merupakan
anak dalam tanggungan yang masiih mendapatkan penjaminan,
kecuali bayi dari PBI maka dipastikan sudah terdaftar dalam
master file.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

260

Dari poli Rawat jalan, diberikan pengantar RITL untuk 13 hari ke depan, dengan alasan harus konsul ke poli anastesi dulu,
sehingga ditagihkan 2 episode

1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan


adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan
dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan
obat yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.
2. pasien yang menjalani rawat jalan dan dilanjutkan dengan
rawat inap pada hari yang sama hanya bisa ditagihkan
sebagai satu episode rawat inap.

Klaim

261

Kasus pasien Ca, yang memerlukan kemoterapi dan transfusi dipecah Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah
menjadi 2 episode, misal hari ini kemoterapi, 2 hari kemudian datang satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
lagi untuk transfusi
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Tumor/Kanker

262

Psien dengan dx Jantung dan dx Paru dengan 2 DPJP, pasien setelah pada kasus ini seharusnya terapi pengobatan kedua penyakit (
terapi jantung dan dipulangkan, esoknya di MRS kan lagi untuk terapi jantung dan paru) bisa dilakukan bersamaan sehingga masuk
Paru
dalam 1 episode kecuali ada kondisi lain yang menyebabkan
pengobatan ntidak bisa bersamaan.

Jantung

263

Kasus rawat jalan : Px di poli dilakukan


pemeriksaan penunjang (laboratorium) akan tetapi pada saat itu
pasien tidak dapat melakukan pemeriksaan laborat karena pasien
belum puasa. Keesokan hari pasien daftar lagi untuk melakukan
pemeriksaan laborat.

Laboratorium

Sesuai PMK 27 tahun 2014 , pemeriksaan penunjang masih


masuk jadi satu dengan episode rawat jalan

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

264

Kasus rawat jalan : pemeriksaan laborat diundur satu minggu


berikutnya.

Sesuai PMK 27 tahun 2014 , pemeriksaan penunjang masih


masuk jadi satu dengan episode rawat jalan

Laboratorium

265

Pasien dengan chalazion dilakukan excision of chalazion dirawat


inapkan 1 hari

1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika


pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika
pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang
rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi
pasien rawat inap.
2. verifikator mencatat kasus ini untuk dilaporka pada tim audit
medis

Mata

266

Klaim RITL pada pasien kelas 1 dengan : Diagnosa utama : H0.01


chalazion Tindakann : 08.21 excision of chalazion Group CBGs : H-120-I prosedur ektraokuler dan mata ringan Tarif INA CBGs : Rp
13.568.530

1. pada kasus ini , verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Mata


perihal SOP RS untuk penanganan chalazion, apakah dapat
dilakukan pada pelayanan tingkat RJ atau RI
2. Verifikator mencatat kasus ini dan melaporkan pada
tim audit medis

267

Atas Nama : Supriadi Nokp : 0001263209084 , masuk tanggal 27-072014 Dengan keluhan mual dan muntah
.diagnosa belum tegak tapi coder sudah menentukan
diagnosa yang begitu banyaknya dan ternyata dokter belum visite
pasien sudah di pulangkan Rp.11.375.000

penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur


atau tindakan yang tertera pada resume medis

268

Tindakan Oesophagografi

Biaya tindakan atau prosedur sudah termasuk dalam nilai


penggantian paket INA CBGs dan tidak ditagihkan terpisah
maupun ditagihkan kepada peserta. Kecuali untuk beberapa
tindakan yang termasuk dalam special CMG mendapatkan top up

Diare

269

Penagihan Alat Kesehatan Dalam Paket

1. Biaya tindakan atau prosedur sudah termasuk dalam nilai


Alat Kesehatan
penggantian paket INA CBGs dan tidak ditagihkan terpisah
maupun ditagihkan kepada peserta. Kecuali untuk beberapa
tindakan yang termasuk dalam special CMG mendapatkan top up
2. untuk alat kesehatan yang tidak disebutkan secara
tersendiri dibayar diluar paket INA CBGS ( Permenkes
59 tahun 2014) maka dibayarkan satu paket dalam INA CBGS

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

270

Pelayanan IGD dgn terapi O2, sedangkan O2 ditagihkan sendiri dgn


code 93.96

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

UGD/IGD

271

Px 26/8/14 pagi melalui IGD-MRS dx retention urine,sore KRS.


26/8/14 malam IGD-MRS dx hematuri

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah


satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Saluran Kemih

272

Bayi lahir dengan Apgar Score 6-9 ditagihkan dgn diagnosa P21.0

1. Resume medis yang ditulis harus sesuai dengan keadaan


pemeriksaan pasien yang sebenarnya.
2. Verifikator melaporkan hal ini kepada Tim Audit
Medis.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

273

Pasien untuk kasus gigi ditindaki dihari yang berbeda untuk diagnosa Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah
yang sama sehingga pasien dibuatkan SEP (tagihan ) yang baru
satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter
serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat
yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.

Gigi Mulut

274

Pasien masuk RITL dengan diagnosa sebagai berikut: Diagnosa


utama: R50.9 Fever, Unspecified
Diagnosa sekunder: A01.0 Typoid fever

Tiphoid

1. untuk kasus ini sesuai dengan kaidah sistem Ina CBGs , yang
menggunakan sumber daya besar adalah Typoid fever
2. Gejala tidak dapat menjadi diagnosa utama apabila
ada diagnosa lebih spesifik yang sudah ditegakkan.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

275

Pasien dengan kasus Vulnus Ictum Regio Thoraks, Abdominal Sinistra.


Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : T14.1 (Open wound of unspecified body region)
Tindakan : 86.28 (Nonexcisional debridement of wound, infection or
burn), 54.0 (Incision of abdominal wall), 99.18 (Injection or infusion
of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other
microscopic examaination of blood) Kode ina cbg's : K-1-30-I
(Prosedur duodenum, esofagus & Lambung non komplikasi)
Biaya : Rp. 9.356.917

verifikator melakukan konfirmasi terkait dengan pencantuman


kode diagnosa T14.1, konfirmasi kepada DPJP tentangOpen
wound of unspecified body region pada pasien kemudian
dicocokan dengan yang tertera pada resume medis

Tindakan Medik/Operatif

276

Pasien dengan diagnosa End Stage renal disease dalam perawatan


rawat inap dengan total gruping senilai Rp.
10.027.304,Namun tindakan pasien extracorporal dialysis ditagihkan terpisah
pada rawat jalan senilai Rp.
994.441,-

Tindakan HD RITL sudah termasuk dalam satu episode


RITL nya sehingga tidak dapat ditagihkan terpisah

Ginjal/Hemodialisa

277

pasien a/n Yohanes De Brito tanggal 18/08/2014 datang ke rumah


sakit hanya untuk melanjutkan pemeriksaan hari sebelumnya
tanggal 16/08/2014 (laboratorium) , ditagihkan oleh rumah sakit
sebagai klaim

pda kasus ini masih merupakan 1 episode maka dibayarkan


hanya pelayanan sebelumnya

278

Pasien a/n I wayan sudarma tanggal 12/08/2014 datang dan beorbat


ke poliklinik , pasien akan dilakukan
tindkan operasi sehingga harus di rawat inap , rumah
sakit melakukan 2 pengklaiman rjtl dan ritl

Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : SPasien yang masuk ke rawat


Klaim
inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan
atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode
rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat
jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya.

279

Bayi yang lahir dari persalinan SC, oleh RS di tagihkan tersendiri

1. bayi yang lahir sehat tagihannya menadi satu dengan


Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir
perawatan ibunya
2. Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode
diagnosis penyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di
lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-)
3. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu
komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan
kode P03.0 P03.6

Laboratorium

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

280

Pasien RITL dengan kasus: Hiperemesis. Diajukan oleh


RS:
Diagnosa Utama: O21.0 ( Mild hyperemesis gravidarum
) Hasil Grouper CBG's: W-4-16-I Gangguan antepartum ringan. Biaya
Rp. 2.749.609

1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika


Persalinan/Kehamilan/Bayi
pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika Baru Lahir
pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang
rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama
perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah
menjadi
pasien rawat inap.
2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika
pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check
dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah
pada episode rawat yang
lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam
keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah
dipulangkan dalam keadaan pulang
paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan
dari pembiayaan penyakit yang sama.

281

Pasien MRS tanggal 12/4 pulang tanggal 17/4. Pada tanggal 16/4 ada 1. Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari
Akomodasi
tagihan rawat jalan atas nama pasien tersebut di RS lain.
pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk
konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang
maupun pemeriksaan lainnya.
2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang
sama, jika pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan
cross check dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu,
apakah pada episode rawat yang
lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam
keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah
dipulangkan dalam keadaan pulang
paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan
dari pembiayaan penyakit yang sama.
3. pada kasus ini tagihan RJ tidak dibayarkan karna pasien masih
dalam status perawatan di RS tersebut

282

Pasien dirawat inap post kecelakaan lalu lintas dengan Diagnosa


primer S52.11 Open Fracture of upper end of radius. Diangnosa
sekunder S53.3 Open fracture ulna Traumatic of Ulnar Ligament,
I77.2 Ruptur artery,
A41.2 Septicemia. Dilakukan tindakan operasi 79.32
Open Reduction with Internal Fixation, 39.31 Suture of Artery , 86,65
Heterograft to skin, 83.49 Other Excision of soft tissue dan 79.62
Debridement.

1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP melalui lembar


konfirmasi terkait dengan tindakan yang dilakukan kepada
pasien.
2. tindakan untuk patah tulang dengan penyambungan
erteri merupakan 2 tindakan yang tidak berhubungan maka
dapat dikode berbeda

Tulang/Fraktur/Fraktur

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

283

pasien RJTL pada hari I, hanya dilakukan pemeriksaan oleh dokter


dan diberikan pengantar ke laboratorium namun belum dilakukan
pemeriksaan lab dikarenakan waktu jam pelayanan sudah selesai.
pada hari berikutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium, dan
ditagihkan sebagai 2 kasus yang berbeda

1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan


adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan
dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan
obat yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.
2. pada kasus ini hanya diterbitkan 1 SEP

Laboratorium

284

Pasien RITL masuk dengan Diagnosa Batu Saluran Kencing. Pihak RS


menagihkan sebagai berikut : Diagnosa Utama : R33 Retensio Urin
Diagnosa Sekunder : N21.1 Calculus in Urethra
Group CBGs: N-4-15-II Gejala, Tanda-tanda pada Ginjal dan Saluran
Urin Sedang
Biaya Rp 3.245.580

1. diagnosa akhir merupakan diagnosa yang menyerap banyak


sumber daya
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada coder
terkait kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir
yang tertera pada resume medis

Saluran Kemih

285

peserta yang datang ke Rumah sakit untuk mendapatkan


pemeriksaan mata dan diagnosa oleh dokter sebagai katarak
kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium guna persiapan
operasi katarak, selang 2 hari pasien datang kembali ke poli mata
dengan membawa hasil laboratorium dan keesokan harinya pasien
menjalani operasi katarak

1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan


Mata
adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan
dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan
obat yang diberikan pada
hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan
penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka
tidak dihitung sebagai episode baru.
2. pada kasus ini hanya diterbitkan 2 SEP, untuk pelayanan
konsultasi dan pemeriksaan penunjang serta operasi kataraknya

286

Pasien lahir di RSUD. Ende tgl 04/06/2014 dan menggunakan SEP no.
kartu ibu dengan diagnosa BBLR dan Gangguan napas sedang. Hari
ini hari perawatan ke
7 dan dibuatkan nota dari ruang perinatal agar
dibuatkan jaminan atas nama pasien, dengan menggunakan
TANGGAL MASUK 11/06/2014, Keterangan dari keluarga pasien
bahwa pasien dari lahir hingga hari ini masih dirawat dan belum
pernah pulang dari RSUD Ende.

1. perawatan bayi masih menjadi satu dengan perawatan Ibunya Persalinan/Kehamilan/Bayi


Baru Lahir
sepanjang bayi belum pulang dan mejadi satu episode dengan
ibunya
2. pada kasus ini hanya diterbitkan 1 SEP

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

287

Pada pasien dengan diagnosa open fraktur multiple os tibia et fibula,


coder RS menggunakan diagnosa T14.2 (fracture of unspesified body
region) sebagai diagnosa utama dan S82.2 (fracture of shaft tibia)
sebagai diagnosa kedua. Padahal diagnosa open fraktur multiple os
tibia et fibula dapat digambarkan hanya dengan satu kode diagnosa,
yaitu S82.71(multiple fractures of lower leg, open).

1. sesuai permenkes 7 tahun 2014 : Kode kondisi multiple : Pada Tulang/Fraktur/Fraktur


suatu episode perawatan dengan kondisi multiple (injury,
sequelae, HIV), kondisi yang nyata lebih berat dan membutuhkan
resources lebih dari yang lain harus dicatat sebagai kondisi
utama. Bila terdapat kondisi Multiple . dan tidak ada kondisi
tunggal yang menonjol, diberi kode multiple..
dan kode sekunder dapat ditambahkan untuk daftar kondisi
individu Kode ini diterapkan terutama pada yang berhubungan
dengan penyakit HIV, Cedera dan Sequelae
2. diagnosa akhir adalah diagnosa yang menyerap banyak
sumber daya , pada kasus ini verifikator melakukan konfirmasi
kepada DPJP terkait dengan kode diagnosa T14.2 yang
menyebutkan bagian tubuh yang belum spesifik

288

Pasien RITL masuk dengan kasus fraktur terbuka dan harus


segera dilakukan tindakan operasi oleh dokter spesialis bedah
tulang, pasien dikenakan iur biaya untuk pemasangan alat
kesehatan pen, karena RS belum bersedia menyediakan alat
tersebut. Jadi setiap pasien orthopedi ditawarkan oleh dokter
spesialis apakah setuju dengan iur biaya tersebut.

Tarif INA CBGs sudah memeperhitungkan biaya tindakan


dan alkes yang digunakan kecuali untuk alkes diluar tarif
INA CBGs seperti :. RS harus menyediakan alkes
tersebut tanpa iur biaya. Verifikator melakukan sosialisasi
kepada koder agar mengikuti ketentuan yang berlaku.
(disertai lembar konfirmasi).

Alat Kesehatan

289

Pasien RITL hak kelas rawatan kelas III tetapi pasien di


informasikan oleh pihak RS bahwa jika pasien mengambil
kelas sesuai dengan hak rawatan didalam ruangan terdapat
banyak pasien dan obat-obat BPJS tidak sama dengan obat
RS, karena obat RS menggunakan obat paten. Pasien yang
tidak tau mengenai obat naik ke kelas II setelah didedukasi
oleh pihak RS.

Pilihan kenaikan kelas merupakan hak pilih peserta.


Apabila peserta naik kelas ke kelas II atau kelas I,
verifikator menginformasikan sesuai PMK No. 28 selisih
yang ditagihkan adalah tarif INA CBGs kelas yang dipilih
dikurangi tarif INA CBGs yang mnejadi haknya.
Sedangkan apabila peserta memilih kelas VIP maka
selisih biaya yang dikenakan adalah selisih antara Biaya
Tarif RS dikurangi tarif INA CBGs kelas yang menjadi
haknya.

Akomodasi

290

Pada pasien RJTL dengan rencana tindakan injeksi di poli RJ, Verifikator mengkonfirmasikan laporan pasien kepada
dilakukan penagihan Bahan Medis Habis Pakai (spuit) oleh
koder.
pihak RS.

Bahan Medis

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

291

pada pelayanan RJTL dan RITL ketika pasien harus dilakukan Memberikan sosialisasi kepada koder bahwa pelayanan ct CT Scan
CT SCAN sesuai indikasi medis masih dilakukan iur biaya.
scan sudah termasuk kedalam tarif INA CBGs untuk RITL
dan kedalam Top Up CBGs untuk RJTL.

292

Pasien dengan Dx. Endometriosis, diberikan obat Endrolin


3,75 mg dan ditagihkan sebagai Fee For Service

Verif sesuai dengan SE Diryan No. 38 tahun 2014 dan


surat Diryan No. 2170/III.2/0314 tanggal 25
Maret 2014. Obat Endrolin untuk kasus
endometriosis sudah termasuk dalam paket INA CBG's.

Endometriosis

293

tindakan operasi katarak yang disertai


pemasangan IOL. Untuk alat kesehatan IOL masih
dibebankan kepada peserta.

Sudah diakomodir pada PMK 59 Tahun 2014 sehingga


tidak diperbolehkan iur biaya atas penggunaan IOL.

Katarak

294

Pasien X mendapatkan permintaan tindakan kolonoskopi di


Agar dilakukan verifikasi sesuai dengan juknis verifikasi.
Kolonoskopi
RJTL tanggal 07/8/2014, namun pasien dirawat inapkan untuk Selama ada surat perintah RITL dari DJP maka dibayarkan
melakukan tindakan tsb pada tanggal 12/8/2014
menjadi episode RITL

295

MRI DENGAN KONTRAS, BIAYA KONTRAS DITAGIHKAN


PESERTA

296

Bayi RITL dengan dx.utama neonatal jaundice, dan procedure Prosedur ultraviolet light terapy sudah sesuai dengan
Neonatal Jaundice
ultraviolet light theraphy
diagnosa pasien. Ultra light therapy merupakan terapi
rawat bayi kuning bukan merupakan pemeriksaan
penunjang. Tarif dijamin sesuai tarif INA CBGs yang
berlaku.
pasien tetap ditarik iur biaya apabila obat yang diberikan
Verifikator meng-infirmasikan berdasarkan PMK No. 28
Obat
diluar fornas
Tahun 2014 penggunaan obat diluar fornas di FKTL hanya
dimungkinkan dapat direkomendasikan dari ketua komite
medik farmasi dan terapi dengan persetujuan komite medik
atau Kepala/Direktur yang biayanya sudah termasuk
dalam tarif INC CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada
peserta

297

REKOMENDASI NCC

Verifikator melakukan sosialisasi kepada Manajemen RS,


bahwa MRI bisa dilakukan pada episode RJTL dan biaya
menjadi Top Up INA CBG's (MRI).

MRI

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

298

Untuk pasien leukemia menggunakan obat kemo vincristin


saja yang bisa dilakukan dirawat jalan,namun dijadikan rawat
inap,dimana hari I pasien pemeriksaan labor,hari II baru
dilakukan kemoterapi (diinapkan di hari I tanpa indikasi medis)

Kemoterapi bisa dilakukan di Rawat inap maupun rawat


Obat
jalan tergantung dari kebutuhan medis pasien. Untuk
kasus ini idealnya dilakukan pada rawat jalan. Namun agar
dilihat kesiapan RS untuk menangani pasien kemo di
rawat jalan. Verifikator juga melakukan konfirmasi indikasi
rawat pasien kepada DPJP.

299

Pasien masuk RITL rujukan dari RS Arifin Achmad dengan


kasus GBS(Guillain Barre Syndrome). Selama di rawat di ICU
dikenakan biaya untuk membeli obat gammaras + Rp
41.700.000. karena obat tidak ada di pekanbaru dan obat
harus dipesan ke distribusi langsung

sesuai PMK No. 28 Tahun 2014 Penggunaan obat di luar


Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan
setelah mendapat rekomendasi dari
Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan
persetujuan Komite
Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya
sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh
dibebankan kepada peserta.

300

Pasien seringkali diresepkan obat untuk beli di luar


RS seperti albumin, citicholin,

Verifikator melakukan edukasi kepada peserta bahwa obat Obat


yang dijamin sudah termasuk kedalam biaya INA CBGs.
Verifikator menyampaikan keluhan pasien kepada
manajemen dengan lembar kronologis pasien.

Obat

301

Pasien mendapatkan obat Exjade 250 mg dan ditagihkan


sebagai Fee For Service

Exjade 250 mg termasuk dalam obat terapi kelasi besi.


Jika obat ini diberikan untuk pasien Thalassemia mayor
pada kasus RJTL (diagnosa utama) maka kasus diinput
sebagai kasus RITL ditambahkan dengan Top Up Special
CMG's.

Obat

302

Untuk operasi besar spt SC pihak RS menjelaskan kepada


pasien dapat dilakukan apabila pasien bersedia naik kelas
dengan alasan biaya yang ditanggung pihak BPJS Kesehatan
kecil

Pilihan kenaikan kelas merupakan hak pilih peserta.


Apabila peserta naik kelas ke kelas II atau kelas I,
verifikator menginformasikan sesuai PMK No. 28 selisih
yang ditagihkan adalah tarif INA CBGs kelas yang dipilih
dikurangi tarif INA CBGs yang mnejadi haknya.
Sedangkan apabila peserta memilih kelas VIP maka
selisih biaya yang dikenakan adalah selisih antara Biaya
Tarif RS dikurangi tarif INA CBGs kelas yang menjadi
haknya.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

303

Mengajukan klaim rawat inap dengan diagnose hypertiroid


tetapi tidak ada hasil laboratium yang menunjang (T3,T4)
layanan tanggal 14-15 juli
2014

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder untuk


penegakkan diagnosa hipertiroid. Penetapan diagnosa
hipertiroid menjadi kewenangan dan tanggung jawab DJP.

Tiroid

304

Untuk transfusi darah Trombosit pasien disuruh membeli


sendiri seharga 3,5 juta perkantong dengan alasan tidak ada
kerjasama dengan PMI

Verifikator menginformasikan kepada manajemen keluhan


pasien tersebut (sertai surat kronologis pasien) dan
menyampaikan kepada peserta bahwa pemenuhan
kebutuhan kantong darah merupakan tanggung jawab RS
yang biayanya sudah masuk kedalam tarif INA CBGs.

Transfusi Darah

500 REKOMENDASI KODING


REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

305

Pasien di rawat inap di ruang perawatan kelas 2 dengan


Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak
status hak kelas peserta ruang perawatan kelas 1, tetapi pihak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai
RS menagihkan dengan hak kelas dari pasien
dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.

Akomodasi

306

Pasien Rawat inap dengan kasus GEA. Dan dirawat di kelas


II. Hak kelas perawatan pasien di kelas I. Diajukan oleh RS :
Perawatan dikelas I (satu) Biaya : Rp. 4.019.428

Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak


kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai
dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.

Akomodasi

307

Pasien dengan hak perawatan kelas 1 namun di rawat kelas


Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak
perawatan kelas 3 kemudian
kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai
ditagihkan kelas 1. Gruping dengan diagnosa yang
dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
sama pada hak kelas perawatan kelas 1 sebesar Rp.
8,314,961,- dan gruping pada hak perawatan kelas 3 yaitu Rp.
5,939,258,-

Akomodasi

308

Pasien dengan hak perawatan kelas 1 namun di rawat kelas


Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak
perawatan kelas 2 kemudian
kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai
ditagihkan kelas 1. Gruping dengan diagnosa yang
dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
sama pada hak kelas perawatan kelas 1 sebesar Rp.
9,257,182,- dan gruping pada hak perawatan kelas 2 yaitu Rp.
7,9343728,-

Akomodasi

309

pasien masuk RITL dan dirawat dikelas 2, Hak perawatan


kelas 2 tetapi di entri oleh coder di kelas 1

Klaim tidak dilayakan. Verifikator melakukan konfirmasi


kepada coder agar coder memperbaiki hari entrian.
Penagihan kelas perawatan sesuai dengan Permenkes 28
Tahun 2014.

Akomodasi

310

Pasien Rawat inap dengan kasus Partus Spontan. Dan


dirawat di kelas II. Hak kelas perawatan pasien di kelas I.
Diajukan oleh RS : Perawatan dikelas I (satu)
Biaya : Rp. 3.212.628

1. Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah


Persalinan/Kehamilan/Bayi
hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan
Baru Lahir
sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

311

Pasien RITL dengan kasus persalinan secara sectio. Dan


dirawat dikelas II (Dua)
Diajukan oleh RS :
Diagnosa utama : O82.0 (Delivery by elective caesarean
section)
Tindakan : (Other cesarean section of unspecified type)
Dientri kelas perawatan kelas I (Sesuai hak kelas peserta)
Kode ina cbg's : O-6-10-I (Prosedur Operasi Pembedahan
Caesar Ringan)
Biaya : Rp. 6.417.072

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder perihal


Persalinan/Kehamilan/Bayi
penyulit nya. Jika diagnosis penyulit menjadi diagnosa
Baru Lahir
utama dan SC menjadi diag sekunder, maka hasil grouper
akan menjadi persalinan vaginal maka SC diubah menjadi
dignosa utama.
2. Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah
hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan
sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.

312

Pasien Tn.S dirawat di dengan diagnosa utama S688 Traumatic amputation of other parts of wrist and hand, A419 Septicaemia dengan tindakan
84.01 amputasi dan disarticulation jari, 86,69 graft
kulit lainnya ke situs lain dengan biaya
Rp.17,955,613.-

Pada kasus ini yang menaikan tagihan adalah diagnosa


septicemia. Untuk prosedur yang ditetapkan lebih dari 1
tidak terlalu mempengaruhi tarif INA CBGs. Hendaknya
verifikator
memastikan diagnosa septikemia kepada DPJP
dengan lembar konfirmasi.

313

Tindakan CT-Scan,FNAB,dan operasi catarac dilakukan RITL


padahal tidak ada indikasi dan hanya dirawat 1 hari

Verifikator melakukan konfirmasi indikasi rawat pasien


CT Scan
tersebut. Apabila dokter yang merawat merekomendasikan
rawat klaim disetujui.

314

pasien a/n suhartawan tanggal 17/7/2014 disarankan untuk ct- Rawat inap dilakukan sesuai dengan indikasi medis.
CT Scan
scan , pihak rumah sakit merawatinapkan pasien
Seharusnya CT Scan dapat dilakukan pada episode RJTL
dan untuk selain CT Scan kepala, RS mendapatkan top up
INA CBG's. Verifikator melaukan pencatatan untuk
dilaporkan kepada Tim Audit Medis.

315

Pasien dengan keluhan dispepsia dirawat inap untuk


dilakukan endoscopy

Verifikator melakukan konfirmasi kepada dokter yang


merawat untuk mengetahui indikasi rawat pasien.

316

Diagnosa Utama : N809 (Endometriosis, unspecified)


Tindakan : 8192 (Injection of theraupetic substance into joint
or ligament) INA- CBG : W-4-12-I ( Gangguan menstruasi dan
sistem reproduksi wanita) Tarif : Rp. 2.351.358

Verifikator melakukan konfirmasi indikasi rawat pasien


Endometriosis
tersebut. Apabila dokter yang merawat merekomendasikan
rawat klaim disetujui. Kasusu tersebut dicatat dan
dilaporkan kepada tim audit medis.

317

REHAB DILAKUKAN BERULANG ULANG TANPA EVALUASI


YANG BERARTI DARI DOKTER SPESIALIS REHAB

318

Pasien RJTL dengan diagnosa gastritis , di entri tindakan


USG dan Diagnosa Kolik Abdomen

Verifikator mengarahkan pasien untuk konsultasi terlebih


Fisioterapi/Rehabilitasi
dahulu kepada DPJP setelah 1 periode terapi rehab medik Medik
selesai.
Untuk kasus ini, apabila tidak ada hasil USG
Gastritis/Dispepsia
dikonfirmasikan kepada koder, kemudian disepakati sesuai
dengan diagnosa akhir pasien.

Amputasi

Dispepsia

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

319

Pasien masuk dengan diagnosa Hearth Failure. Diajukan oleh


RS sebagai berikut: Diagnosa utama: I10.9 I50.9(Hearth
failure, unspecified) Diagnosa sekunder: E 14.5 (Unspecified
diabetes mellitus with peripheral circulatory complications)
Group CBGs: I-4-12-II ( Kegagalan Jantung Sedang ) Biaya:
Rp 7.440.063,- : Biaya real RS Rp
3.215.315,-

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder ttg


Jantung
diagnosa sekunder DM. Jika pasien menderita
DM namun dengan kondisi terkontrol dan tidak
kondisi gangren, maka diagnosa sekundernya seharusnya
E14.9 (DM tanpa komplikasi); Jika pasien memang tidak
menderita DM maka verifikator membuat catatan untuk
dilaporkan kepada Tim audit medis.

320

tindakan IVP, CT-scan, dan colonoscopy dirawat- inapkan

Verifikator menyampaikan isi rekam medis kepada koder


Kolonoskopi
agar dilakukan koreksi tagihan menjadi tagihan rawat jalan.

321

Pasien bayi sehat (di resume tertulis diagnosa utama


NA,SMK) tapi ditagihkan dengan diagnosa lain
(jaundice/infection) pada BBL (diresume tertulis sebagai
diagnosa sekunder) biaya : Rp.2.155.562-Rp.2.384.581

Pada kasus ini diagnosa utama seharusnya adalah


Jaundice pada Bayi sesuai pada resume. Verifikator
melengkapi bukti pelayanan pasien untuk terapi jaundice
kepada koder.

Neonatal Jaundice

322

PENDERITA TB BERKUNJUNG KE POLI PARU LEBIH DARI


DUA KALI DALAM SEBULAN PADAHAL SUDAH
MENDAPATKAN JATAH OBAT KRONIS DARI BPJS
KESEHATAN

Verifikator memastikan kunjungan konsul pasien apakah


ada komplikasi atau penyakit penyerta, apabila tidak ada
verifikator melakukan konfirmasi agar kunjungan tsb tidak
ditagihkan (disertai lembar konfirmasi).

Obat

323

Odontektomi dirawatinapkan, padahal sebelum berlaku tarif


INA-CBG's sebelumnya tarif Askes, cukup di Rawat Jalan

Pada kasus ini umumnya odontektomi yang dirawat adalah Odontektomi


impacted odontektomi. Apabila manajemen RS telah
mengeluarkan SK untuk rawat inap bagi seluruh kasus
odontektomi, verifikator dapat meminta salinan SK tersebut
untuk disampaikan kepada atasan (Kanit) dan tim audit
medis.

324

Pasien RITL dengan kasus diagnosa utama J18.0


bronchopenumonia diagnosa sekunder I10; essential
hypertensi, I51.7; cardiomegali, J01.8; other acute sinusitis
dan kode tindakan 874.4 routine chest x-ray, so described

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder.


Selanjutnya verifikator melakukan pencatatan untuk
dilaporkan kepada Tim audit medis.

Paru

325

Pasien RITL dengan keluhan: Batuk 1 minggu, Panas 1


minggu, sesak napas (+)
Diagnosa Utama: J18.0 Bronchopneumonia
Diagnosa Sekunder : B50.9 Plasmodium Falciparum Malaria,
Unspecified, K56.3 Gallstone Ileus

Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait


dengan diagnosa Malaria dan Gallstobe illeus. Verifikator
melakukan pencatatan kasus ini untuk dilaporkan kepada
Tim Audit Medis

Paru

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

326

Pasien Tn.A dirawat dengan diagnosa T303 - Burn of third


degree, body region unspecified, M245 - Contracture of joint
dengan tindakan 86,22
Excisional debridement luka, infeksi atau
membakar, 86,69 graft kulit lainnya ke situs lain,
80,4 pembagian kapsul sendi dengan biaya
Rp.21.678.658,-

Untuk diagnosa Burn of Third Degree memang


Penanganan Luka
dimungkinkan dilakukan Graft kulit seperti pada koding
RS, sepanjang pada laporan operasi memang dilakukan.
Verifikator dapat memastikan kembali tindakan tersebut
dari laporan operasi dan konfirmasi DPJP. Pada kasus ini
tarif yang mendukung peningkatan biaya adalah graft kulit.

327

RAWAT LUKA POST OP DILAKUKAN BERULANG ULANG


DI POLI BEDAH MELEBIHI STANDAR (DALAM SEBULAN 8
KALI)

Verifikator MELIHAT STATUS REKAM MEDIK APAKAH


RAWAT LUKA ITU BENAR BENAR DILAKUKAN DAN
DIBUTUHKAN OLEH PASIEN DITINJAU DARI KEADAAN
LUKA POST OP-NYA (ADA KOMPLIKASI ATAU TIDAK)

328

Pasien RJTL dengan diagnosa infeksi bekas luka operasi SC


dilakukan pemeriksaan penunjang USG dan ganti perban di
poli. Selang dua hari pasien datang hanya untuk ganti perban.
Namun RS menginput prosedur USG tanpa indikasi (pasien
datang ke poli selang dua atau tiga hari selama lima kali
dengan prosedur yang sama).

Verifikator meminta konfirmasi hasil pemeriksaan USG dari Persalinan/Kehamilan/Bayi


setiap kunjungan kepada koder. Apabila terdapat catatan
Baru Lahir
dan atau hasil pemeriksaan
USG, klaim disetujui.

329

Bayi baru lahir dari persalianan normal dengan PB/BB = 47


cm/3000 gram, bayi lahir langsung menangis, Apgar Score =
8/9 menit, Diagnosa utama : P28.2 Cyanotic attacks of
newborn Diagnosa sekunder : P21.9 Birth asphyxia,
unspecified; P02.7 Fetus and newborn affected by
chorioamnionitis Group CBGs: J-4-21-III GEJALA, TANDA
DAN DIAGNOSIS SISTEM
PERNAFASAN LAIN-LAIN (BERAT) Biaya Rp.
4.607.347,00

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder.


2. Coder melakukan konfirmasi kepada DPJP
3. Verifkator mencatat kasus ini untuk dilaporkan kepada
Tim Audit Medis

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

330

Pasien an Hendrikus Keo (0000151200988) dilakukan


pemeriksaan yang mengarah pada penyakit asam urat, namun
dalam penegakkan diagnosa bukan merupakan diagnosa
asam urat melainkan diagnosa penyakit terdahulunya (riwayat
penyakit)

1. Diagnosa utama adalah diagnosa yang menghabiskan


sumber daya paling banyak
2. Jika penyakit yang menghabiskan resources
terbanyak adalah penyakit yang terdahulu maka code
diagnosa utama adalah Z85 - Z88
3. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan
diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi ulang
kepada DPJP

Rheumatoid/Arthritis

331

Tindakan transfusi darah dilakukan untuk menegakkan


diagnosa anemia,namun berdasar khan hasil lab HB nya
normal
Pasien Rawat Inap dengan diagnosA Limpoma, dilakukan
tindakan pembedahan : radical exsisi dan skin graft

Klaim disetujui karena sudah dilakukan transfusi. Namun


verifikator mencatat untuk didiskusikan kepada tim audit
medis.
Verifikator melakukan konfirmasi kepada
coder/manajemen RS sesuai dengan hasil customer visit.
Verifiaktor dapat melakukan pengecekan pada laporan
operasi. Kasus dibayar sesuai dengan tindakan yang
dilakukan.

Transfusi Darah

332

Penanganan Luka

Tumor/Kanker

500 REKOMENDASI KODING


REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

333

Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama D332 (Benign neoplasm Verifikator mensosialisasikan tentang rujukan parsial.
of brain, unspecified) Prosedur:
Ketentuan sesuai dengan Pemenkes 28 tahun 2014
8703 (Computerized axial tomography of head)

Tumor/Kanker

334

Pasien a/n Saharudin, NOKA : 0000150865187


MRS melalui UGD pada tgl 23/07/2014; pasien pasien
menjalani perawatan di UGD selama kurang dari 6 jam dan
pulang pada hari yang sama ; No SEP
2407R00107140001600. Ditagihkan oleh pihak RS dengan
biaya RITL.

Akomodasi

Verifikasi sesuai dengan Permenkes 27 Tahun


2014 terkait dengan definisi episode.

335

Pasien masuk RITL dengan kasus CRF. Diajukan RS sbb:


Diagnosa Utama : N180 (End -Stage rnal disease) diagnosa
sekunder : anemia
Tindakan : 3927 (Arteriovenostomy for renal
dialysis) Biaya untuk kls III Rp.12.498.845 Biaya untuk Kls II
Rp.14.998.614

Verifikator melakukan klarifikasi kepada coder, coder


melakukan konfirmasi kepada DJP menggunakan lembar
konfirmasi. Dalam hal tetap terjadi dispute, maka
verifikator tetap menyetujui kasus ini. Selanjutnya
verifikator membuat
catatan dan dokumentasi ketidaksesuaian antara
diagnosa sekunder dengan resume medis. Catatan ini
diajukan kepada Tim Audit Medis.

Anemia

336

Pasien masuk RITL dengan kasus Anemia dengan riwayat


cancer nasopharynx. Diajukan oleh RS sebagai berikut:
Diagnosautama: C11.9
(Malignant neoplasm of nasopharynx, unspecified)
Diagnosasekunder: D 64.9 (Anemia) Tindakan :
99.04 (Tranfusion of packed cells)Group CBGs: U4-10-II (Tumor kerongkongan, mulut, hidung dan telinga
sedang ) Biaya: Rp 11.291.276,- : Biaya real RS Rp
1.310.820,-

Kode utama C11.9 sudah sesuai. Namun apabila kondisi


Anemia
pasien benar anemia pada kasus kanker, maka anemianya
dikoding D63.0 sebagai diagnosa sekunder.

337

Pasien RITL dengan kasus ITP, Anemia gravis, Malaria.


Diajukan oleh RS :
Diagnosa Utama : D69.3 (idiopathic
thrombocytopenic purpura)Diagnsoa Sekunder : D64.9
(Anemia, unspecified), B50 (Plasmodium falciparum,
unspecified)
Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21
(Injection of antibiotic), 99.04 (Transpusion of packed cells),
90.59 (Other microscopic examination of blood, 87.44
(Routine chest x-ray, so described), 87.24 (Other x-ray of
lumbosacral spine) Kode ina cbg's : D-4-11-II (Gangguan
Pembekuan Darah Sedang)
Biaya : Rp. 5.094.124

1. Secara kaidah ID 10, tidak ada atauran yang melarang


penambahan anemia pada kasus ITP
2. Pada kasus ini, melihat hasil HB normal, maka
verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan coder.
HB normal tidak menunjukkan kondisi anemia.

Anemia

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

338

Pasien Masuk poli bedah dengan K/U dengan dx susp APP


rencana oprasi hari jumat tgl 27/6/2014
DX UTAMA : K351 (Acute appendicitis with
peritoneal abscess)
dx skunder K565 (Other and unspecified intestinal obstruction)
tindakan 1: 5411 (Exploratory laparotomy)
tindakan 2 : 5459(Other lysis of peritoneal

Jika diresume medis atau di penunjang lainnya ( misal :


foto appendik) tertera ada perlengketan di intestinal maka
diagnosa K565 (Other and unspecified intestinal
obstruction) sesuai.

339

Pasien RITL masuk dengan appendicitis akut tanpa gejala


penyulit dan komplikasi dan kemudian dilakukan operasi
appendectomy ditagihkan dengan tindakan 45.79 (other
partial excision of large intestine). Biaya Rp.13.219.681

Verifikator melihat pada laporan operasi dan resume medis Appendik

340

Pasien dengan diagnosa Appendicitis acute dilakukan


tindakan Appendiktomi dan di laporan operasi dengan
prosedur di entrykan other lysis of peritoneal adhesion

1. Verifikator memeriksa kembali pada resume medis


Appendik
apakah ada indikasi dilakukan lysis of peritoneal adhesion,
jika tidak ada maka tidak dikode
2. Untuk kasus ini tidak sinkro antara diagnosa
dengan prosedur
3. kode yang tepat untuk tindakan Appendictomy adalah
47.09

341

Pasien masuk RITL dengan kasus appendiksitis akut +


gastritis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama:
K29.7 g a s t r i t i s u n s p e c i f i e d Diagnosa sekunder: K359
acute appendicitis unspecified
Tindakan : 88.76 ( d i a g n o s t i c u l t r a s o u n d o f
a b d o m e n a n d r e t r o p e r i t o n e u m ) . 47.09 (o t h e r
appendec t o m y )
Group CBGs: K-1-13-II prosedur appendik sedang
Biaya Rp 6.050.999

Analisa kasus sudah tepat apabila memang kode K35.9


digunakan sebagai diagnosis primer jika ada tindakan
47.09

Appendik

342

Pasien masuk RITL dengan kasus Appendicitis akut dengan


diagnosa komplikasi peritonitis diffus. Diajukan oleh RS
sebagai berikut : Diagnosa Utama : K35.1 Acute appendicitis
with peritoneal abscess. Diagnosa sekunder: K65.0 Acute
peritonitis,. Tindakan: 54.19 Other laparotomy. Group CBGs
:K-1-40-III PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN
(BERAT). Biaya Rp
14.211.748,00

1. Sesuai kaidah koding ICD 10 kode K65.0 acute


peritonitis dipergunakan untuk kasus peritonitis akut tetapi
tidak dapat dipergunakan untuk peritonitis dengan atau
diikuti oleh appendicitis
2. kode untuk kasus appendicitis peritonitis cukup
K35.0

Appendik

Appendik

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

343

Pasien RITL masuk dengan kasus Appendicitis Akut, namun


ditagihkan oleh Pihak RS sebagai Appendicitis + Peritonitis
dengan rincian sebagai berikut : Diagnosa utama: K35.0
Acute Appendicitis with generalized peritonitis
Tindakan : 54.11 Exploratory Laparotomy
Group CBGs: K-1-40-I Prosedur Sistem
Pencernaan Lain-lain Ringan
Biaya Rp 6.627.467

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder,


memastikan apakah ada kondisi peritonitis
2. Jika memang ada kondisi peritonitis maka bisa
ditambahkan tindakan laparatomy eksplorasi jika memang
dilakukan.

Appendik

344

Pasien bayi dengan kasus asfiksia yang diajukan oleh RS


sebagai berikut: Diagnosa utama: asfiksia sedang (P21.1)
Diagnosa sekunder: newborn affected by chorioamnioniti
(P02.7) . CBG P-8-08- III Rp 7.294.521,-

1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP melalui


Asfiksia
lembar konfirmasi dan melihat pada resume medis apakah
memang benar tertera diagnosa sekunder newborn
affected by chorioamnioniti
2. Pada kasus ini, kode P02.7 bisa digunakan
sebagai diagnosa sekunder karena bayi ada kelainan

345

Pasien datang post KLL dengan CKS dengan keluhan sakit


kepala dan pusing (berputar), hasil pemeriksaan CT Scan
ditemukan perdarahan pidural temporal sinistra dan
perdarahan intracerebral lobus frontalis serta odema cerebri.
Diagnosa utama : Vertigo of central origin (H814). Diagnosa
sekunder : Other specified injuries of head (S089), intracranial
haemoragie (I629). Biaya
: Rp. 3.576.981

berdasarkan hasil CT scan maka kodefikasi yang tepat


adalah
DU : S06.4 ( Epidural haemorage)
menurut ICD 10, kode untuk Traumatic
Intracranial Haemoragre adalah S06

CT Scan

346

Pasien RITL dengan diagnosa yang tertulis pada resume


medis dyspepsia + DHF, diajukan oleh pihak RS : D. utama
dyspepsia (K30), d. sekunder Dengue Haemorrhage fever
(A91). Group CBGs : K-4-18-III, Diagnosis sistem
Pencernaan lain-lain (berat), tarif 7.224.796

1. Penentuan diagnosa didasarkan pada diagnosa yang


tertera di resume medis
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar

Dengue Hemorrhagic
Fever

347

- diare+vol depletion+DHF thypoid fever+DHF : sl


3, sering hanya demam dan mual saja sudah disebut Tiphoid
Fever tanpa hasil lab/ pemeriksaan penunjang.

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait


Dengue Hemorrhagic
dengan diagnosa DHF thypoid dan melihat kembali pada Fever
rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika
tercantum maka bisa dimasukan kodenya.
2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
terkait dengan diagnosa yang menyerap sumber daya
banyak, maka diagnosa tersebut yang dijadikan diagnosa
utama.
3. Diagnosa akhir ditegakkan pada akhir perawatan pasien

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

348

- DHF+HHD langsung meningkat tajam levelnya

Pada kasus ini diagnosa HHD dikode I11.9 sebagai


diagnosa sekunder tidak meningkatkan severity level.

349

9. Kasus RITL dgn kasus typhoid (A01.0) dan komplikasi DHF Diagnosa utama adalah diagnosa yang tertera pada
(A91)/diare(A09)/trombositopeni oleh RS dx primer typhoid
resume medis dan menghabiskan sumber daya terbesar
sehingga meningkatkan derajat keparahan saverity lavel III
Group CBGs: A4-14-III..5.724.394

350

Pasien masuk RITL dengan vomitus mepunyai rawayat DM


dan Efusi Fleura diajukan Rs sbb: Dignosa utama : E116 (NonInsulin-dependent- melitus with other spesified complications)
Diganosa sekunder : J90 (pleura Effusion,not elsewhewr
claasified) Tindakan : 3393 (puncture of lung) Biaya
Rp.41.881.755

Merujuk pada ICD 10 maka , verifikasi sudah benar namun Diabetes Melitus
diagnosa sekundernya adalah
E14.9 karena tidak disebutkan secara spesifik DM
tipe apa.

351

Pasien masuk dengan sesak 2 hari, DM dan TB. Diagnosa


yang diajukan RS :
DU :I219 acute myocardial infraction.
DS : E149 unspec diabetes melitus without complications
B909 Sequele of respiratory and unspec TB, Biaya RP
4.407.824

1. Merujuk pada hasil resume medis , maka diagnosa akhir Diabetes Melitus
adalah CAD (I25.1
Atheroscelerotic Heart Disease termasuk
coronary (artery) : Atheroma, Atherosclerosis, disease,
sclerosis)
TB paru kecuali dinyatakan lain dikoding dengan
A16.2 dan DM (E14.9)
2. untuk penetapan I21.9 acute myocardial infraction harus
ditelusuri dasar penetapannya.

Dengue Hemorrhagic
Fever

Dengue Hemorrhagic
Fever

352

Pasien masuk RITL dengan kasus Diajukan oleh


RS sebagai berikut:
Diagnosa utama: E102 Insulin -dependent diabetes melitus
with renal complication+B1
Diagnosa sekunder: N189 (Chronic Renal Failure)

1. dilihat kembali apakah pasien adalah pasien


DM IDDM atau NIDDM
2. jika pasien terbukti IDDM maka koding menjadi
E10.9
3. diagnosa sekundernya adalah N18.9

Diabetes Melitus

353

Pasien datang dengan hiperglikemia dengan gds


312 grDl. Dengan koplikasi selama perawatan HT, ISPA,
Arhritis, GE dan mendapatkan terapi injeksi insulin. Pada
kasus ini diberlakukan pengkodean diagnosa utama I10
(Hipertensi) dengan sekunder E138 (DM Komplikasi), Vertigo
(H814), Ispa (J00), Arthritis (M1399) dan GE (A09) dengan
kode prosedur injeksi insulin ( 9917). Biaya yang timbul
6.096.614,-

1. Dilihat kembali pada diagnosa mana yang menyerap


banyak sumber daya selama episode perawatan.

Diabetes Melitus

354

Pasien masuk RITL dengan kasus Gangren diabeticum


ditagihkan oleh RS dengan kode : Diabetes melitus type II
dengan komplikasi lain (E11.6) sebagai diagnosa utama dan
Gangren (R02) sebagai diagnosa sekunder dengan tarif Rp.
6.000.438

1. Analisa kasus verifikator sudah sesuai , apabila ada 2/ 3 Diabetes Melitus


kondisi yang berhubungan bisa dijadikan satu
2. pada kasus ini kode yang tepat adalah IE11.5

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

355

Pasien dengan diagnosa Gangrene dan DM ditagihkan


dengan kode R02 (Gangrene, not elsewhere classified)
sebagai diagnosa utama dan E11.8 (Non-insulin-dependent
diabetes mellitus With unspecified complications) sebagai
diagnosa kedua dengan tarif Rp. 4.449.092

1. Analisa kasus verifikator sudah sesuai , apabila ada 2/ 3 Diabetes Melitus


kondisi yang berhubungan bisa dijadikan satu
2. pada kasus ini kode yang tepat adalah IE11.5

356

pasien DM dengan ulkus dikoding Du : DM dan Ds


: ulcer seharusnya cukup 1 kode DM dengan poin
5 misal Du : E14.5 ; DS:L97 tarif INA-CBGs
Rp.6,228,729
Pasien RITL dengan kasus DM gangrene. Diajukan RS
sebagai berikut: DU: E11.5 DS: A41.9 Tindakan: 84.15 Group
CBGs: M-1-02-III Prosedur amputasi berat Biaya Rp.
29.330.807

Pada kasus ini verifikasi sudah tepat, bahwa untuk


diagnosa DM dengan komplikasi ulcer dikode dengan
E14.5

Diabetes Melitus

Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait


kondisi sepsis berdasarkan hasil laboraorium , apakah
mengarah ke sepsis atau hanya infeksi

Diabetes Melitus

358

Pasien RITL dengan kasus Kesadaran menurun,


Hypoglycaemia ec DM tipe II, Electrolyte imbalance ec
hypokalemia, NHS Thrid Attack. Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : R40.2 (Coma, unspecified)
Diagnosa Sekunder : E16.2 (Hypoglicaemia, unspecified),
E87.8 (Other disorder of electrolyte and fluid balance, not
elsewhere classified), I64 (Stroke, not specified as
haemorrhage or infarction), E11.9 (Non-insulin-dependent
diabetes mellitus whitout complications)

1. Kode R40.2 (coma) tidak bisa digunakan terpisah jika


pasien menderita DM tipe II. Seharusnya kodenya adalah
E11.0 sebagai diagnosa utama.
2. Jika DM dengan hipoglikemia, maka kodenya
tetap E11.0 sebagai diagnosa utama

Diabetes Melitus

359

Pasien anak masuk RITL dengan diagnosa keluar diare. Oleh


RS coding dengan code diare + kurang gizi

1. Malnutrisi atau kurang gizi harus ditentukan sesuai


dengan standar atau kriteria malnutrisi yang ditetapkan
oleh RS dan kondisi ini harus dicantumkan di dalam
resume medis

Diare

360

Pasien masuk RITL dengan kasus Dyspepsia. Diajukan oleh


RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K30 Dyspepsia .
Diagnosa sekunder: B51.9 Plasmodium vivax malaria without
complication. Tindakan :99.18 Injection or infusion of
electrolytes. Group CBGs: K-4-18-II DIAGNOSIS SISTEM
PENCERNAAN LAIN-LAIN (SEDANG) biaya: Rp 6.047.172

Agar verifikator melakukan konfirmasi kepada Coder,


memastikan kembali resources RS yang digunakan paling
banyak. Diagnosa utama disepakati sebagai diagnosa
yang paling banyak menghabiskan resources.

Dispepsia

357

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

361

Pasien masuk RITL dengan kasus Dyspepsia. Diajukan oleh


RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K30 Dyspepsia .
Diagnosa sekunder: B51.9 Plasmodium vivax malaria without
complication. Tindakan :99.18 Injection or infusion of
electrolytes. Group CBGs: K-4-18-II DIAGNOSIS SISTEM
PENCERNAAN LAIN-LAIN (SEDANG) biaya: Rp 6.047.172

Agar verifikator melakukan konfirmasi kepada Coder,


memastikan kembali resources RS yang digunakan paling
banyak. Diagnosa utama disepakati sebagai diagnosa
yang paling banyak menghabiskan resources.

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Dispepsia

362

Pasien masuk RITL dengan kasus Diajukan oleh


RS sebagai berikut: Diagnosa Utama K30
Dyspepsia dan Diagnosa Sekunder: R160
Hepatomegaly

Hepatomegaly merupakan gejala sehingga tidak bisa


dijadikan sebagai diagnosa utama kalo ada diagnosa lain
yang lebih tepat(pada ICD 10 gejala masuk dalam
kelompok kodefikasi R)

Dispepsia

363

Pasien masuk RITL dengan kasus dyspepsia. Diajukan oleh


oleh RS sbb: Diagnosa utama: K92.0 Haematemesis.
Diagnosa sekunder: D64.9
Anaemia, unspecified, K30 Dyspepsia, E11.9 Noninsulin-dependent diabetes mellitus without complications,
E43 Unspecified severe protein- energy malnutrition.Group
CBGs: K-4-18-III DIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAINLAIN (BERAT), Biaya: Rp. 7.418.126

1. Untuk kriteria pasien dengan kondisi malnutrisi berat


dilihat pada kriteria klinis malnutrisi.
2. untuk penegakan diagnosa Malnutrition-related
diabetes mellitus with unspecified complications adalah
kewenangan DPJP

Dispepsia

364

Pasien masuk RITL dengan keluhan panas dingin menggigil,


Verifikator memastikan kembali pada kepada DPJP,
pusing, demam, riwayat malaria. Diajukan oleh RS sebagai
diagnosa manakah yang menyerap lebih banyak sumber
berikut:
daya
Diagnosa utama: K30 Dyspepsia
Diagnosa sekunder: B51.9 Plasmodium Vivax Malaria Without
Complication. J45.0 Predominantly Allergic Asthma
Tindakan : Group CBGs: K-4-18-II Diagnosis Sistem
Pencernaan Lain - Lain (Sedang) Biaya Rp 3.926.735

Dispepsia

365

Pasien masuk RITL dengan kasus Hepatitis A akut


+ Dispepsia. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa
utama: K30 (dyspepsia)
Diagnosa sekunder: B159(Hepatitis A without hepatic coma)
Group CBGs: K-4-18-II diagnosis sistem pencernaan lain-lain
(sedang)
Biaya Rp 5.048.206

1. Verifikator konfirmasi kepada DPJP terkait diagnosa


mana yang menyerap banyak sumber daya
2. hasil verifikasi sudah tepat

Dispepsia

366

Pasien RITL dirawat 3 hari dengan dx D y s p e p s i a ( K 3 0 )


, Hypertensive heart disease with congestive
heart failure (I110) , cardiomegaly (I517).

1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa


akhir yang tertera pada resume medis dan melakukan
konfirmasi kepada DPJP
2. pada kasus ini seharusnya yang menjadi
diagnosa utama adalah diagnosa yang menyerap banyak
sumber daya

Dispepsia

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

367

Pasien RITL , diajukan diajukan o/RS : DU : K30 (dyspepsia)


DS : J06.9 (acute upper respiratory infection) Tind : 90.59
(other microscopic examination of blood 99.18 (injection or
infusion of electrolytes) INA-CBG : K-4-18-I (diag sist
pencernaan lain2) Tarif : 3.057.555

1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa


akhir yang tertera pada resume medis dan melakukan
konfirmasi kepada DPJP
2. pada kasus ini seharusnya yang menjadi
diagnosa utama adalah diagnosa yang menyerap banyak
sumber daya

Dispepsia

368

Pasien RITL dengan kasus Dyspepsia, Leukesitosis


Diagnosa Utama : K30 (Dyspepsia)
Diagnosa Sekunder : D72.8 (Other specified disorders of
white blood cells)
Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 90.59
(Other microscopic examination of blood)

Diagnosa sekunder D72.8 tidak dapat ditambahkan jika


hasil WBC nya normal.

Dispepsia

369

Pasien masuk RITL dengan kasus dyspepsia. Diajukan oleh


oleh RS sbb: Diagnosa utama: K92.0 Haematemesis.
Diagnosa sekunder: D64.9
Anaemia, unspecified, K30 Dyspepsia, E11.9 Noninsulin-dependent diabetes mellitus without complications,
E43 Unspecified severe protein- energy malnutrition.Group
CBGs: K-4-18-III DIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAINLAIN (BERAT), Biaya: Rp. 7.418.126

1. Diagnosa utama: K92.0


2. Diagnosa sekunder:
a. Anemia dengan kode: D53.9 b. Dispepsia kode K30
3. Dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang
berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode adalah
kondisi DM nya, E11.9 dengan E43 dapat digabung
menjadi E12.8
Hasil akhir Gruper adalah K-4-18-II

Dispepsia

370

Pasien RITL masuk dengan tindakan aff DJ stent ditagihkan


tindakan 55.98 (Removal of mechanical kidney) tidak tepat DJ Stent
dengan tindakan 55.98 (Removal of mechanical kidney). Biaya karena untuk pengangkatan DJ Stent tindakannya 97.64
Rp.13.188.528

371

Pasien masuk RITL dengan kasus


Cholecystitis.diajukan oleh RS sbb:
Diagnosa Utama : K819 (Cholecystitis,Unspesifed) Diagnosa
sekunder : K808 (other cholelithiasis) D648 (other specified
anemias)
Tindakan : 5122(Cholecystektomy) 5411 (Exploratory
lapatomy)
Biaya Rp. 20.439.767.

Verifikator melakukan klarifikasi kepada coder, coder


Empedu
melakukan konfirmasi kepada DJP menggunakan lembar
konfirmasi. Dalam hal tetap terjadi dispute, maka
verifikator tetap menyetujui kasus ini. Selanjutnya
verifikator membuat
catatan dan dokumentasi ketidaksesuaian antara diagnosa
sekunder dengan resume medis. Catatan ini diajukan
kepada Tim Audit Medis.

372

4. Px fisioterapi prosedur streching dikode excersice (93.19)


Rp 247.098,-

Code streching otot dan tendon yang tepat adalah


93.27

Fisioterapi/Rehabilitasi
Medik

373

Pasien RITL masuk dengan kasus gastritis dan ada hipertensi Disesuaikan dengan diagnosa yang tercantum pada
sebagai dx utama hipertensi I159 dan sekunder gastritis K297 resume medik
biaya Rp 4.497.228

Gastritis/Dispepsia

374

Pasien masuk RITL dengan kasus cholic abdomen dan


Dasar penentuan kode diagnosa harus sesuai dengan
anemia, diagnosa akhir oleh DPJP adalah gastritis (K29.7).
diagnosa akhir yang tertera pada resume medis yang
Diajukan oleh RS adalah sebagai berikut: diagnosa utama
dibuat oleh DPJP.
K29.0 ( Acute Haemorrhagic Gastritis) dan diagnosa sekunder
D62 (acute posthaemorrhagie anemia) Group CBGs K-4-11-II
Gastritis dan Ulkus Peptikum Sedang. Biaya 4.457.773,00

Gastritis/Dispepsia

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

375

Pasien RITL dengan diagnosa chronic gastritis


dan prosedur gastroscopy. Prosedur gastroscopy dikode
dengan 4411 (transabdominal gastroscopy), dimana
seharusnya kode yang digunakan adalah 4413 (other
gastroscopy).

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan


Gastritis/Dispepsia
melihat pada resume medis terkait tindakan yang dilakukan
2. Kode tindakan disesuaikan dengan prosedur
yang tertera pada resume medik

376

Pasien masuk RITL. Diagnosa utama K295 (Chronic gastritis,


unspecified); Diagnosa sekunder: J029 (Acute pharyngitis,
unspecified), A419 (Septicaemia, unspecified)

Diagnosa utama adalah diagnosa yang tertera pada


resume medis dan menghabiskan sumber daya terbesar

377

KASUS GIGI PRE DAN POST OPERASI DITAGIHKAN


SEBAGAI KASUS OPERASI GIGI

1. Koding dilakukan pada kasus/ tindakan yang sudah


Gigi Mulut
dilakukan
2. Untuk kasus post operasi maka kodenya Z09.8
(Follow-up examination after other treatment for other
conditions
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors
influencing health status and contact with health services.])

378

Pasien rutih HD stage IV mengalami penurunan kesadaran


dikoding diagnosa utama Hypoglicaemia (E162), End stage
renal (N180), dengan prosedur tindakan ETT (9604). Pasien
meninggal. Biaya : Rp. 10.752.829,-

Kodefikasi RS sudah benar dengan memperhatikan bahwa Ginjal/Hemodialisa


yang paling banyak menyerap sumber daya adalah
Hypoglicaemia sedangkan End stage renal sebagai
penyerta

379

Pasien masuk RITL dengan kasus gagal ginjal. Ditagihkan RS untuk diagnosa septicemia disesuai dengan kriterai
: diagnosa utama N.18.9 Chronic renal failure, unspecified.
septicamia dan merupakan kewenangan dokter
Diagnosa sekunder : A.41.9 Septicaemia, unspecified. Group
CBG's : N4-10-III Tumor Ginjal & Saluran Urin & Gagal Ginjal
Berat. Biaya : Rp. 4.368.389,00

380

Pasien haemodialisa yang membutuhkan transfusi darah


dijadikan pasien rawat inap

381

pasien RITL dengan diagnosa GGK dengan pemasangan AV


SHUNT ditambahkan DS ; HT dan ANEMIA

Gastritis/Dispepsia

Ginjal/Hemodialisa

Pasien haemodialisa yang membutuhkan transfusi darah


Ginjal/Hemodialisa
yang dirawatinapkan maka harus sesuai dengan indikasi
rawat inap
1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa
Ginjal/Hemodialisa
akhir dan tindakan yang tertera pada resume medis
kemudian mencocokkan dengan kode diagnosa dan
melakukan konfirmasi kepada DPJP
2. Jika hanya terbukti diagnosa adalah gagal
ginjal kronik dengan hipertensi maka kode diagnosa yang
tepat adalah I12.0 (Hypertensive renal disease with renal
failure
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of
the circulatory system.] ) dengan tindakan pemasangan AV
SHUNT kode yang tepat adalah 39.27-arteriovenostomy
for renal dialiys (Cimino)

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

382

Pasien masuk dgn diagnosa utama CKD ( N18.0),


Ds:hyperkalaemia ( E875), anaemia ( D649), pneumonia
(J189) dgn CBGs
N-4-10-III biaya Rp 8.492.917,00

Diagnosa dan tindakan yang ditagihkan harus sesuai


dengan yang tertera di dalam resume medis.

Ginjal/Hemodialisa

383

Pasien rawat inap dengan Diagnosa utama N18.0 (end stage


renal disease) dan diagnosa skundernya N20.0 (calculus of
kidney) sedangkan di RM R10.4 (colic abdomen) sebagai
diagnosa sekundernya.

1. Diagnosa dan tindakan yang dientri harus sesuai


dengan yang tertera di dalam resume medis dan benar2
diberikan kepada pasien.

Ginjal/Hemodialisa

384

* POLI GIZI DITAGIHKAN SENDIRI

1. Verifikasi melakukan konfirmasi kepada DPJP apakah


konsultasi Gizi dilakukan pada 1 hari bersamaan dengan
konsultasi pada poli lain
2. konsulatasi ke poli gizi yang dilakukan pada
hari yang berbeda dapat dikode Z71.3 Dietary counselling
and surveillance
Dietary counselling and surveillance (for):
NOS
colitis
diabetes mellitus
food allergies or intolerance
gastritis
hypercholesterolaemia
obesity
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors
influencing health status and contact with health services.]

385

Pasienmasuk RITL dengankasus GBS (Guillain Barre


1. Dalam kaidah koding tidak larangan penambahan kode
Syndrom). Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosautama: G82.3 pada kode G61.0
G 61.0 (Guillain Barre Syndrome) Diagnosasekunder: G 82.3
(Flaccid tetraplegia) Group CBGs: G-4-19-III (Infeksi Non
BakteriSistemPersarafan ) Biaya: Rp 6.717.789,- : Biaya real
RS Rp 869.137,-

Guillain Barre Syndrom

386

Pasien RITL masuk dengan kasus hipertensi I159 sbg dx


uatama dan stroke sebagai dx sekunder
I64 biaya Rp 5.285.238

Hipertensi

387

Pasien RITL masuk dengan kasus N200 sbg dx utama dan HT dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan
sebagai dx sekunder dan pulmonary odem j81 dx sekunder
diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa
biaya Rp
akhirnya
8.129.532

seharusnya stroke menjadi diagnosa utama merujuk pada


sumber daya yang digunakan.

Gizi

Hipertensi

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

388

Pasien RITL masuk dengan dx I10 Hipertensi sbg dx primer


gastritis dx sekunder dan stroke I64 dx sekunder kedua biaya
Rp 5.285.238

seharusnya stroke menjadi diagnosa utama merujuk pada


sumber daya yang digunakan. Diagnosa hipertensi boleh
dijadikan diagnosa sekunder

Hipertensi

389

Pasien masuk dengan keluhan tidak dapat menggerakkan


anggota tubuh , diagnosa utama I10 Essential (primary)
hypertension dan diagnosa Sekunder I64Stroke, not specified
as hemorrhage or infarction kode inacbgs I-4-17-III (
HIPERTENSI BERAT ) dengan biaya RP. 7.421.333

1. analisa verifikator sudah tepat, verifikator melakukan


edukasi kepada koder
2. sesuai dengan kaidah ICD 10 ,hipertensi
masuk dalam kelompok komorbiditi

Hipertensi

390

pasien RITL dengan riwayat Hipertensi, di resume tertera td


140/90 tapi di ajukan dengan diagnosa HHF (hipertensi heart
failur) drngan tarif RP.
10.416.088

1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa


akhir yang tertera pada resume medis kemudian
mencocokkan dengan kode diagnosa dan melakukan
konfirmasi kepada DPJP
2. Jika hanya terbukti hanya diagnosa hipertensi
maka kode yang tepat adalah I10

Hipertensi

391

Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama: G819 (Hemiplegi,


Pada kasus ini, yang menjadi resouces terbesar adalah
unspecified); Diagnosa sekunder: I64 (Stroke, not specified as stoke maka yang menjadi diagnosa utama. Hemiplegi,
aemorrhage or infarction), I10 (Essential hypertention), E785
hipertensi dan hiperlipidemia menjadi diagnosa sekunder
(Hyperlipidemia, unspecified)

Hipertensi

392

Bayi yang lahir dirumah sakit dengan air ketuban hijau dan
afgar score 8/9 dokter mendiagnosa I n f e c t e d b a b y
dengan alasan air ketuban hijau merupakan faktor
predisposisi atau resiko terjadinya Infected baby. Namun pada
catatan medis rumah sakit tidak ada keterangan yang
menyatakan bahwa bayi tersebut mengalami air ketuban hijau
atau K o r i o a m n i o n n i t i s tetapi pihak Rumah Sakit
menagihkan klaim tersebut sebagai Infected baby.

Infeksi

393

Pasien masuk RITL dengan kasus HHD, CRF dan


Merujuk pada ICD 10 maka sebagai kode utama : I13.2
Hyperuricemia. Diajukan oleh RS dengan DU : i500 (CHF) dan dan kode sekunder E79.0 (analisa kasus sudah benar)
DS : N19(CRF) , E790(Hyperuricemia). Biaya : 10.509.833

Jantung

394

Pasien masuk dengan keluhan chest pain diagnosa RS :


diagnosa utama I210 Acute transmural myocardial
infraction of anterioi wall.
Diagnosa sekunder D64.9 anemia
N29 late syphilis kidney.
Grup INACBG I-4-10-II Infark myokard sedang. Biaya :
Rp.6,385,485

Jantung

500 REKOMENDASI KODING

1. Semua penyakit yang diderita oleh bayi ybs harus


tertera di dalam resume medis
2. Jika terdapt ketidaksesuaian antara resume
medis dengan catatn medis yang lain, maka verifikator
melakukan konfirmasi kepada DPJP.
3. Verifikator dapat mecatat kasus ini dan melaporkan
kepada Tim Audit Medis.

1. Kodifikasi mengacu pada resume medis (


verifikasi sudah tepat)
2. hasil EKG sinus aritmia merupakan pembuktian dari
diagnosa Old myocardial infraction

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

395

Pasien masuk dengan nyeri dada , riwayat darah tinggi, nyeri


ulu hati, RS mengajukan
diagnosa utama I10 Essential primary
hipertension,
diagnosa sekunder A160 Tuberculosis of lung, K30 Dyspepsia.
Grup INACBG I-4-17-II Hipertensi sedang dengan biaya RP.
4,354,725

Dasar utama penetapan diagnosa utama dan sekunder


adalah diagnosa yang tertera pada resume medis kecuali
jika ditemukan kejanggalan maka dapat dilihat pada hasil
pemeriksaan penunjang.

396

Pasien Menderita Hipertensi, CHF dan Gagal Ginjal Kronik.


Diagnosa dikoding secara terpisah, dengan diagnosa utama
CHf (I50.0), Hipertensi (I11.9), dan GGK (N18.9) sebagai
diagnosa sekunder dengan tarif Rp. 10.541.081

1. Analisa kasus verifikator sudah sesuai , apabila ada 2/ 3 Jantung


kondisi yang berhubungan bisa dijadikan satu
2. pada kasus ini kode yang tepat adalah I13.0

397

Peserta RJTL TGL 05/08/2014 Kontrol ulang dengan dx CHf


di entri dengan koding I500 (chf) bukan kode Z 099 (follow up
examination after unspecitied tretment for other conditions
)dengan biaya Rp. 326.927

Analisa kasus sudah tepat apabila memang pasien kontrol Jantung


ulang dengan diagnosa yang sama

398

Pasien masuk RITL dengan rencana tindakan kateterisasi


jantung. Diajukan oleh RS sebagai berikut:
Diagnosa utama: I10 (essential primary
hypertension)
Diagnosa sekunder: I21.1 (acute transmural myocardial infarc
inferior wall); E78.2 (mixed hyperlipidemia)
Tindakan : 88.55 (coronary angiography using single catheter)
Group CBGs:I-1-15-III Prosedur kateterisasi jantung berat
Biaya Rp 25.594.219,00

1. Penentuan diagnosa didasarkan pada diagnosa yang


tertera di resume medis
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar

Jantung

399

Pasien masuk RITL


Diagnosa utama: I2.19 - Acute myocardial infarction,
unspecified Diagnosa sekunder : A09 - Diarrhoea and
gastroenteritis of presumed infectious origin K808 E114 - Noninsulin- dependent diabetes mellitus with neuro comps J189 Pneumonia, unspecified D649 - Anaemia, unspecified
Tindakan 87.44 89.52 49.51 39.95
93.96 88.76
Biaya Rp 15.947.874

Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa akhir


yang tertera pada resume medis kemudian mencocokkan
dengan kode diagnosa dan melakukan konfirmasi kepada
DPJP

Jantung

Jantung

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

400

Pasien dirawat inap dengan diagnosa CHF dirawat selama 6


hari, hasil laboratorium ureum, creatinin, Natrium, kalium,
clorida normal, pada INA CBG's dientry pemeriksaan EKG dan
RO ditagihkan dengan kode diagnosa hasil grouping I-4-12-III
biaya Rp. 7.518.759

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan


melihat pada resume medis terkait diagnosa dan tindakan
yang dilakukan (lembar konfirmasi)
2. Kode tindakan disesuaikan dengan prosedur
yang tertera pada resume medik

401

Pasien Ny.Y dirawat dengan Angina pectoris I20.9, hipertensi 1. penyakit jantung yang bisa digabung adalah penyakit
I10, dan Diabetes Militus tipe 2 E11.9 dengan Los 5 hari biaya gagal jantung dengan komplikasi hipertensi sedangkan
inacbgs Rp.4.549.724,pada kasus ini berbeda konteks
2. Kode dari RS sudah tepat

Jantung

402

1. Px jantung diajukan RS dengan dx utama : DC/Heart


diasease (dx tidak spesifik sbg dx primer) (I 51.9), dx
sekunder AF (I 48) grouper I-424-II RS tipe C Rp 8.809.931,- sedangkan riil Rp
3.712.000,-

Jantung

1. Sesuai dengan aturan koding, tidak larangan


penambahan I48 pada kasus dengan diagnosa I51.9
2. Kode I48 harus dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan EKG

Jantung

403
404

5. Px fisioterapi prosedur manipulasi (reposisi)


dikode cardiac retraining (93.36) Rp 247.098,Peserta dijadwalkan atau direncanakan dilakukan
pemeriksaan penunjang diagnostik Echokardiografi. Peserta
merupakan pasien kontrol RS. Tetapi oleh pihak RS, peserta
diberikan pengantar untuk rawat inap

Code manipulasi (traksi manual dan mekanik)


yang lebih tepat untuk adalah 93.21
1. Pemeriksaan Echo bisa dilakukan pada RJTL
2. Rawat inap dilakukan atas indikasi medis

Jantung
Jantung

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

405

1. Pasien RITL dengan Kasus CVA Infark dengan DS


Hemiplegia menaikkan severity level Diajukan oleh RS
sebagai berikut = Diagnosa Utama : I633 (Cerebral Infarction
due to thrombosis of cerebral arteries Diagnosa Sekunder :
G819 (Hemiplegia, unspecified) I11.9 (Hypertensive heart
disease without (congestive) heart failure)Tindakan : 8703
(Computerized axial tomography of head) 9918 (Injection or
infusion of electrolytes) 8744 (Routine chest x-ray, so
described) 9059 (Other
microscopic examination of blood) Group CBGs : G-4-14-II
(Kecederaan Pembuluh darah otak dengan infark sedang)
Biaya Rp. 7.996.295

1. Severity level ditentukan oleh hemiplegi dan hipertensi


untuk diagnosa sekunder.
2. Penambahan diagnosa hemiplegi sebagai dx
sekunder sepanjang tertera dalam resume medis

Jantung

406

Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama I519 (Heart Disease,


unspecified) dengan Diagnosa sekunder J81 (Pulmonary
oedema)
Pasien dilakukan operasi mata katarak di RS, tetapi oleh
pihak RS menagihkan dengan operasi pterygium

Diagnosa yang ditagihkan harus sesuai dengan yang


tertera di dalam resume medis.

Jantung

1. Verifikator memastikan kesesuaian diagnosis dan


prosedur sesuai dengan pelayanan yang telah diberikan
oleh fasilitas kesehatan.

Katarak

407

2. Untuk kasus mata, pasien mencantumkan identitas


lengkap termasuk alamat dan no hp pada saat pembuatan
SEP, agar pasien mudah untuk dikonfirmasi tentang
perawatan yang telah diterima oleh pasien.
3. Verifikator melakukan konfirmasi langsung terhadap
pasien melalui telepon

408

Pasien masuk RS untuk mendapatkan pelayanan operasi


mata (katarak), untuk mendapatkan pelayanan pasien di
anjurkan untuk mendaftar pelayanan rawat inap sehingga
pasien diarahkan untuk mendapatkan pelayanan rawat inap,
namun pada kenyataannya pada pasien tidak menginap dan
kembali pada esok pagi hari untuk dilakukan operasi,
kemudian pasien diijinkan pulang

409

Pasien RITL masuk dengan dx I500 dan dx sekunder k759


biaya Rp 6.005.618

410

Sebenarnya INA CBG's sudah menyediakan Top up di


Katarak
RJTL untuk kasus operasi katarak. Tujuannya agar pasien
yang memerlukan operasi katarak tidak perlu dirawat inap.
Namun hal ini perlu diperhatikan SPM Rumah Sakit untuk
kasus katarak.

dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan


Klaim
diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa
akhirnya serta dilihat sumber daya yang paling banyak
digunakan
Pasien RITL , diajukan diajukan o/RS : DU : L91.0 (keloid
1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali tindakan yang Kulit
scar) Tind : 86.4 (radical excision of skin lesion) INA-CBG : M- tertera pada resume medis dan melakukan konfirmasi
1-50-I (prod jaringan lunak ringan) Tarif : 6.430.126
kepada DPJP
2. Jika tindakan nya terbukti hanya insisi maka
kode yang tepat adalah 86.05

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

411

Pasien RITL dengan kasus Hypotensi, kandidasis, malaise


Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : I95.9 (Hypotension, unspecified)
Diagnosa Sekunder : B37.0 (Candidal stomatitis), R53
(Malaise and fatigue) Kode ina cbg's : I-4-24-II (Diagnosis
Sistem Pembuluh Darah Lain-Lain (Sedang))
Biaya : Rp. 11.408.861

1. Verifikator melakukan konfirmasi mengenai diagnosa


sekunder candidiasis.
2. Diagnosa sekunder R53 tidak perlu
ditambahkan, namun jika ditambahkan tidak
mempengaruhi severity level.
3. Verifikator melaporkan kepada Tim Audit medis
mengenai penetapan candidiasi pada pasien

Kulit

412

Pasien Masuk dengan kasus leukemia akut diajukan RS :


diagnosa primer : Acute Myeloid Leukaemia
(C92.0)
diagnosa sekunder anemia (D649) dengan biaya
Rp. 8.457.537,-

diagnosa utama sudah tepat , namun untuk diagnosa


sekundernya anemia menggunakan kodefikasi D63.0
(anemia in neoplastic disease)

Leukemia

413

Sering dx sekunder ditambah leucositosis D72.8 utk du yang


memiliki potensi meningkatkan leuco.

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait


dengan diagnosa leucositosis dan melihat kembali pada
rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika
tercantum maka bisa dikode
2. Diagnosa ini dapat diajukan ke perhimpunan melalui
Dewan Pertimbangan Medik untuk ditanyakan kriteria
leucositosis

Leukositosis

414

Pasien masuk RITL dengan kasus malaria dan gizi buruk.


Diajukan oleh RS sebagai berikut:
Diagnosa Utama: B50.9 Plasmodium falciparum
malaria, unspecified
Diagnosa Sekunder : E46 Unspecified protein- energy
malnutrition Hasil Grouper CBG's: A-4-14- III Penyakit Infeksi
Bakteri dan parasit lain-lain berat. Biaya Rp. 4.621.146

1. Verifikator melakukan konfirmasi terkait penetapan


kondisi malnutrisi
2. Disarankan agar RS menetapkan SPM untuk
menentukan kondisi malnutrisi.
3. Penetapan kondisi malnutrisi harus sesuai dengan
kriteria atau SPM yang ditetapkan RS

Malaria

415

Pasien RITL ditagihkan RS : diagnosa utama : P.59.9


Neonatal jaundice, unspecified diagnosa sekunder : A.41.9
Septicaemia, unspecified Group CBG's : P-8-17-III Neonatal,
BBL Group-5 Tanpa Prosedur Mayor Berat Biaya : Rp.
5.316.929,00

1. Diagnosa sepsi dilihat kembali pada kriteria klinis


2. kode sepsis pada bayi adalah P36.9

Neonatal Jaundice

416

diagnosa akhir dokter menuliskan Bronchopneumonia dan


efusi pleura. RS mengajukan J180 Bronchopneumonia
diagnosa sekunder j90 pleural effusion Kode INACBG J-416-III Simple pneumonia &whooping cough berat.
Biaya RP. 9,786,379

Dasar utama penetapan diagnosa utama dan sekunder


adalah diagnosa yang tertera pada resume medis yang
ditentukan oleh dokter penanggungjawab pasien

Paru

417

Pasien RITL masuk RS dengan serangan asma (J45.9)


Verifikator melakukan konfirmasi terkait diagnosa kepada
dirawat 3 hari, setelah 2 hari MRS lagi dengan keluhan lemas, DPJP dan memastikan di resume medis tertera.
nyeri ulu hati. Tetapi diagnosa akhir MRS kedua ditambahkan
TB Paru (A16.2) + Infark Miocard (I21.9) tanpa ada data
terlampir + K30 Dyspepsia

Paru

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

418

Pasien masuk RITL, ditagihkan RS diagnosa utama : J.18.9


Pneumonia, unspecified diagnosa sekunder : A.15.0
Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or
without culture dan J.90 Pleural effusion. Group CBG's : J-416-III Simple Penumonia & Whooping Cough Berat. Biaya : Rp
8.155.316,00.

Sesuai kaidah koding maka kodefikasi yang tepat adalah : Paru


diagnosa utama : A15.0
diagnosa sekunder J90,
kode J18 sudah termasuk dalam kode A15.0
Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with
or without culture Tuberculous:
bronchiectasis
fibrosis of lung } confirmed by sputum
microscopy with or without culture
pneumonia
pneumothorax
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Certain
infectious and parasitic diseases.]

419

Kasus Code Creep: Pasien RITL dengan keluhan batuk


darah, memiliki riwayat TB (sembuh). Dengan pengajuan sbb:
Diagnosa Utama :R042 (haemoptysis) dan Diagnosa
Sekunder: J449 (COPD, unspecified). Biaya Rp.
4.440.815,-

1. untuk kasus ini sesuai dengan kaidah sistem Ina CBGs , Paru
yang menggunakan sumber daya besar adalah COPD
2. Gejala tidak dapat menjadi diagnosa utama
apabila ada diagnosa lebih spesifik yang sudah
ditegakkan. (batuk darah dicirikan dengan kode R)

420

Penambahan DS isolation pada setiap pasien morbili dan TBC 1. Pada ICD 10 Isolasi dikode Z29.0 (Need for other
Paru
prophylactic measures
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005,
Factors influencing health status and contact with health
services.]). Jika dilihat sub Blok nya , kode Z29 adalah
untuk Prosedur tindakan prophylacsis.
2. Pada Kode Z29.0 terdapat keterangan tambahan pasien
ditangani diisolasi dengan tujuan untuk pencegahan agar
tidak tertular penyakit setelah kontak dengan penyakit
infeksi.
3. Untuk kasus menular dan infeksi seperti campak, TB,
pasien datang untuk pengobatan penyakit tersebut bukan
untuk pencegahan. pasien dipisahkan ruangannya supaya
tidak menularkan ke pasien lain. maka untuk kondisi ini
kode Z29.0 tidak tepat.

421

- DU: effusi pleura, Ds: pneumoni.Pembuktian pneumoni


sering ditulis efusi+pneumoni. Di rontgen tdk tertulis itu
pneumoni cuman suspect
TB tetapi dokter sdh ttd itu kasus pneumoni. biaya:
Rp 8,5 juta

Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait


dengan diagnosa pneumoni dan melihat kembali pada
rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika
tercantum maka bisa dimasukan kodenya.

Paru

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

422

Pasien RITL dengan kasus Bronchopneumonia, CHF.


Diajukan Oleh RS :
Diagnosa Utama : J18.0 (Bronchopneumonia,
unspecified)
Diagnosa Sekunder : I50.0 ( Congestive heart failure)
Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21
(Injection of antibiotic), 93.96 (Other oxygen enrichment),
90.59 (Other microscopic examination of blood), 87.44
(Routine chest x-ray, so described), 89.53
(vectorcardiogram (with ECG)) Kode ina cbg's : J-4
16-II (Simple Pneumonia & whooping cough
Sedang)
Biaya : Rp. 5.565.103

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan


DPJP mengenai diagnosa sekunder CHF.
2. Verifikator melaporkan hal ini kepdaa Tim Audit
Medis

423

Pasien masuk ke RS dengan kasus open wound of head.


Diajukan oleh RS sbb : diagnosa utama : S01,9 open wound
of head, part unspecified,
DS : G93.6 cerebral oedema,
H11.3 conjunctival haemorrhage tindakan : 86.69 other skin
graft to other sites
INA-CBG L-1-30-II prosedur pemindahan kulit tanpa luka
bakar sedang,
biaya : 12.686.741

1. Untuk Injury mengacu ke kode S


Penanganan Luka
2. Pada kasus ini ,diagnosa sekunder yang tepat adalah
S06.1 (Traumatic cerebral oedema [Extracted from ICD-10
Second Edition, 2005, Injury, poisoning and certain other
consequences of external causes.]) , oedema cerebral
disebabkan oleh cedera.
3. Cedera pada konjuctiva mata kode yang tepat adalah
S05.0 ( Injury of conjunctiva and corneal abrasion without
mention of foreign body [Extracted from ICD-10 Second
Edition, 2005, Injury, poisoning and certain other
consequences of external causes.)

424

Pasien masuk dengan keluhan luka di telapak kaki sebelah


pada kasus ini verifikator memastikan apakah tindakan
kanan di alami pasien lebih kurang 4 hari yang lalu awalnya
Fasciotomy tertera di resume medis , jika tidak tertera
os mengaku kakinya tertusuk paku , jempul kaki kanan juga
dilakukan konfirmasi ke DPJP (lembar konfirmasi)
luka akibat tertusuk paku lebih kurang seminggu yang lalu .
Riwayat sebelumnya sudah amputasi pada interphalang
(3/3/2014) diagnosa utama : E145 (With peripheral circulatory
complications)
Dx skunder : A418(Other septicemia) tindakan 1:
86.22( Excisional debridement of wound, infection, or burn
Removal by excision of)
tindakan 2: 83.14 (Fasciotomy)
M-1-50-III PROSEDUR JARINGAN LUNAK BERAT Rp.
21.211.082

Penanganan Luka

425

Pasien masuk dgn diagnosa utama S67.0 (crushing injury


finger) dilakukan tindakan debridment dgn koding 79.64
grouper CBGs M-180-1 biaya Rp 12.485.355,00

Penanganan Luka

pada kasus ini koding RS sudah lebih spesifik dan dapat


dikoding 79.64 karena debridement dilakukan pada jari
dengan fraktur terbuka

Paru

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

426

Pasien diagnosa luka dibagian jempol kuku kaki diarahkan


oleh dokter untuk mendapatkan pelayanan rawat inap

427

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama:Delivery
by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: prematur ruptur membrane
Tindakan : cesarean section
Biaya Rp 5,356,999

1. Rawat inap dilakukan atas indikasi medis


Penanganan Luka
2. Verifikator dapat melaporkan kasus ini kepada
Tim Audit Medis
1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang
Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada
penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit
seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

428

Pasien masuk RS dengan keluhan: os datang pukul 05.00 wib kodefikasi dari verifikasi sudah tepat.
dengan keluhan keluar air sejak pukul 01.00wib,ku sedang,
TD 153/108mmhg, H
80x/mnt, RR 20x/menit TFU 3 jari, djj 135x/menit,
HIS 3x/10menit lamanya <20dtk,VT 2cm, ketuban (-).th iufd
D5:RL =2:1+induksin 1amp.Diagnosa akhir P1A0 sc a/i KPD
24 jam +PEB. koder mengentri kan : diagnosa utama : O 82.1
(delivery by emergency caesarean section) Diagnosa
sekunder : O42.1 (Premature rupture of membranes :onset of
labour after 24 hours) Diagnosa Sekunder : O14.1 (Severe Pre
Eclamsia) Biaya : Rp. 5.374.020

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

429

Pasien RITL masuk dengan dx primer O429 prematur ruptur


membran dan dx sekunder D649
Anemia dengan tindakan 744 sesar dan 6699
biaya Rp 10.516.281

1. koding dari verifikasi sudah tepat ditambahkan dengan


O99.0 (Anaemia complicating pregnancy, childbirth and
the puerperium), kode D649
Anemia bisa tetap dimasukan sebagai diagnosa
sekunder

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

430

Pasien X dirawat inap pada tanggal 06/08/2014 masuk


dengan diagnosa G2P1A0 Hamil 33 minggu blm inpartu
dengan partus prematurus iminen (PPI), dengan diagnosa
utama O46.9 (Perdarahan ante partum), di cek di resume tidak
ada pendarahan. Semua pasien PPI dikode perdarahan ante
partum

sesuai kaidah koding maka pasien dengan kondisi partus


prematurus iminen (PPI) maka kode nya adalah O60
(Onset (spontaneous) of delivery before 37 completed
weeks of gestation)

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

431

Pasien masuk RITL dengan kasus Abortus incomplit. Diajukan


oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O03.6 . Diagnosa
sekunder: O08.1 Delayed or excessive haemorrhage
following abortion and ectopic and molar pregnancy. Tindakan
: 69.02 Dilation and curettage following delivery or abortion.
Group
CBGs: W-1-11-III PROSEDUR DILATASI, KURET,
INTRAUTERIN & SERVIK BERAT biaya: Rp.
10.480.452

1. Koding dari pihak RS sudah benar sesuai dengan


aturan kaidah ICD 10
2. Kode O008 tidak digunakan sebagai kode
pilihan untuk "kondisi utama", kecuali episode baru dari
perawatan semata-mata untuk pengobatan komplikasi,
misalnya komplikasi saat aborsi sebelumnya. Ini dapat
digunakan sebagai kode tambahan opsional dengan
kategori O00- O02 untuk mengidentifikasi komplikasi
terkait dan dengan kategori O03-O07 untuk memberikan
rincian lengkap dari komplikasi.
[Dikutip dari ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Aturan dan
pedoman untuk mortalitas dan morbiditas coding.]

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

432

Pasien masuk RITL dengan kasus bayi dari persalinan SC.


Ditagihkan RS : diagnosa utama P.03.4 Fetus and newborn
affected by caesarean delivery. Diagnosa sekunder : P.22.0
Respiratory distress syndrome of newborn. Group CBG's : P-817-III Neonatal, BBL grup-5 tanpa prosedur mayor
berat. Biaya : Rp. 9.895.470,00

1. kode P00-P04 tidak tepat menjadi diagnosis utama bila


ada kode diagnosis P lainnya
2. berdasarkan pada kaidah koding maka kode
yang tepat adalah Diagnosa utama P22.0 dan diagnosa
sekundernya P03.4

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

433

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: D64.9 Anaemia, unspecified
Tindakan : 74.1 Low cervical caesarean section Group CBGs:
0-6-10-II Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Sedang
Biaya Rp 4.478.350,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
4.Koding dari verifikasi sudah tepat ditambahkan dengan
O99.0 (Anaemia complicating pregnancy, childbirth and
the puerperium), kode D649
Anemia bisa tetap dimasukan sebagai diagnosa sekunder

434

Pasien masuk ke RS dengan kasus premature ruptur of


membran. Diajukan oleh RS sbb : diagnosa utama : O42.2
premature rupture of membranes, labour delayed by therapy,
Tindakan : 69.3 paracervical uterine denervation ,
INA-CBG :W-1-20-I prosedur pada rahim dan adneksa ringan,
Biaya :5.336.052

1. Denervasi bisa dilakukan untuk pereda rasa nyeri tapi


belum menggambarkan prosedur untku menangani
premature ruptur of membran.
2. verifikator harus memastikan /konfirmasi
kepada DPJP prosedur utama yang dilakukan pada
premature ruptur of membran

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

435

Pasien masuk ke RS dengan kasus abortus. Diajukan oleh RS


sbb : Diagnosa utama : O06.1 unspesified abortion,
incomplete, complicated by delayed or excessive haemoragic,
Diagnosa sekunder :
R57.1 hypovolemic shock,
O08.3 shock following abortion and ectopic and molar
pregnancy,
N93.9 abnormal uterine and vaginal bledding,
unspesified,
Tindakan : 69.09 other dilation and curettage group CBG : W1-11-III, prosedure dilatasi, kuret, intraurine dan servik berat
biaya : 10.2374.661,00

1. Kode O008 tidak digunakan sebagai kode pilihan untuk


"kondisi utama", kecuali episode baru dari perawatan
semata-mata untuk pengobatan komplikasi, misalnya
komplikasi saat aborsi sebelumnya. Ini dapat digunakan
sebagai kode tambahan opsional dengan kategori O00O02 untuk mengidentifikasi komplikasi terkait dan dengan
kategori O03-O07 untuk memberikan rincian lengkap dari
komplikasi.
[Dikutip dari ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Aturan dan
pedoman untuk mortalitas dan morbiditas coding.]
2. berdasarkan kaidah koding maka kodefikasi yang tepat
adalah diagnosa utama : O06.1 unspesified abortion,
incomplete, complicated by delayed or excessive
haemoragic , diagnosa sekundernya : O08.3 shock
following abortion and ectopic and molar pregnancy.
3. Kondisi shock pasca abors , kode yang tepat O.08.3
bukan R57.1 sedangkan perdarahan paca aborsi kode
yang tepat adalah O06.1 bukan
N93.9

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

436

Pasien masuk ke RS dengan kasus cesarian section. Diajukan


oleh RS sbb: diagnosa utama : O82.8 other single delivery by
caesarean section, diagnosa sekunder : N76.8 other specified
inflamation of vagina and vulva, O42.1 premature ruptur of
membranes, onset of labour after 24 hours,
N39.3 stress incontinence,
N31.1 reflux neuropathic bladder, not elsewhere classified,
O25 malnutrition in precnency, O14,1 severe pre eclampsia,
Tindakan : cesarean section of other specified type, INA CBG
: O-6-10-II prosedure operasi pembedahan caesar sedang,
biaya : 4.491.665

1. Tidak ada regulasi dalam ICD 10 untuk menghilangkan Persalinan/Kehamilan/Bayi


diagnosa dengan kode N pada kasus persalinan hanya
Baru Lahir
perlu ditambahkan kode O99.8 (Other specified diseases
and conditions complicating pregnancy, childbirth and the
puerperium
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy,
childbirth and the puerperium.]) untuk menjelaskan kondisi
dengan kode N
2. Untuk pembuktian pemeriksaan penunjang disesuaikan
dengan kriteria klinis ( bisa didapatkan dari perhimpunan
/organisasi profesi atau DPJP)

437

Pasien RITL masuk diagnosa Persalinan Normal dan dalam


Resume Medis dituliskan diagnosa akhir O23.5 Infections of
the genital tract in pregnancy + O80.0 dan tindakan 73.4 +
73.6 +
75.7 + 70.71 dengan kode inacbg W-1-30-II dan
tarif Rp. 5.289.299

Verifikator melakukan konfirmasi terkait infeksi saluran


kencing kepada DPJP dan memastikan di resume medis
tertera.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

438

Pasien masuk ke RS dengan kasus cesarian section. Diajukan


oleh RS sbb: diagnosa utama : O82.8 other single delivery by
caesarean section, diagnosa sekunder : O68.9 labour and
delivery complicated by fetal distress, unspesified,
N31.9 neuromuscular dysfungtion of bladder
O48 prolonged pregnancy, O36.8 maternal care , for other
specified fetal problems,
O62,4 hypertonic, incoordinate, and prolonged
uterine contractions,
tindakan : cesarean section of other specified type INA CBG :
O-6-10-II prosedure operasi pembedahan caesar sedang
,biaya : 4.491.665

1. Tidak ada regulasi dalam ICD 10 untuk menghilangkan Persalinan/Kehamilan/Bayi


diagnosa dengan kode N pada kasus persalinan hanya
Baru Lahir
perlu ditambahkan kode O99.8 (Other specified diseases
and conditions complicating pregnancy, childbirth and the
puerperium
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy,
childbirth and the puerperium.]) untuk menjelaskan kondisi
dengan kode N
2. Untuk pembuktian pemeriksaan penunjang disesuaikan
dengan kriteria klinis ( bisa didapatkan dari perhimpunan
/organisasi profesi atau DPJP)

439

Pasien RITL melahirkan dengan vakum ekstraksi, tanda vital


baik, tidak ada tanda dan gejala syok hipovolemik, namun
ditagihkan RS dengan kode R57.1 (hypovolaemic shock)
sebagai diagnosa sekunder. Biaya Rp.3.055.736

1. pada kasus ini verifikator melihat kembali pada resume


medis, dan riwayat perjalanan penyakit pasien selama
perawatan, apakah syok hipovolemik tertera
2. kode untuk gejala syok hipovolemik pada
kebidanan yang tepat adalah O 75.1 (Shock during or
following labour and delivery [Extracted from ICD-10
Second Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the
puerperium.])
3. Sedangkan kode R57.1 mengarah pada kondisi shock
umum, dan kondisi shock umum tersebut ada pembatasan
luar (exclude) dalam arti dikaitkan pada kondisi spesifik
tertentu ( lihat ketentuan exclude pada kode R57)

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

440

Ny. Della kelas II dirawat tanggal 6/8 dengan diagnosis


G1PoAo hamil posterm inpartu kala II JTH preskep. Diajukan
oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by
emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O48 Prolonged Pregnancy
Tindakan : 74.1 Low cervical cesarean section Group CBGs: 06-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp4,869,999

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

441

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O64.8 Obstructed labour due
to other malposition and malpresentation Tindakan : 74.0
Classical cesarean section Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur
Operasi Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 5.452.565

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

442

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O63.0 Prolonged first stage
(of labour) dan O32.8 Maternal care for other malpresentation
of fetus (tidak ada data malpresentasi)
Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type dan
88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus
Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi
Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 5.698.559,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

443

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O63.9 Long labour, unspecified dan
O32.3 Maternal care for face, brow and chin presentation
(seharusnya tidak ditulis, karena presentasi kepala dbn)
Tindakan : 74.4 Cesarean section of other
specified type dan 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus
Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi
Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 4.070.399,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada
penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit
seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

444

bayi baru lahir dengan ibu HbS Ag (+) dengan kode DU P399 :
infection specific to the perinatal period, unspecified. DS P002
: Fetus and newborn affected by maternal infectious and
paracitic disease dan Z380 : singleton, born in hospital. Biaya
: Rp. 5.112.280

1. Verifikator melakukan konfiemasi kepada DPJP untuk


memperjelas dasar infeksi pada bayi (lembar konfirmasi)
2. Apabila sudah tegak keadaan infeksi pada
bayi, jika sudah dihunakan kode P 399, maka kode P00.2
tidak diperlukan lagi
3. Buat catatan untuk audit medis

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

445

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O66.2 Obstructed labour due
to unusually large fetus dan O99.0 Anaemia complicating
pregnancy, childbirth and the puerperium
Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type ;
88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus dan 90.59 Other
microscopic examination of blood
Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi
Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 4.884.479,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

446

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O64.8 Obstructed labour due
to other malposition and malpresentation Tindakan : 74.4
Cesarean section of other specified type dan 90.59 Other
microscopic examination of blood
Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi
Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 4.884.479,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

447

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8
Delivery by emergency caesarean section
Diagnosa sekunder: O63.1 Prolonged second
stage (of labour)
Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type ;
88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus dan 90.59 Other
microscopic examination of blood
Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi
Pembedahan Caesar Ringan
Biaya Rp 4.884.479,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

448

Pasien RJTL dengan diagnosa P070 (e x t r e m e l y l o w


b i r t h w e i g h t ) dengan berat badan 3000 gr

1. Pada kasus ini tidak dapat dikode karena antara


Persalinan/Kehamilan/Bayi
informasi berat badan dengan diagnosa tidak sesuai
Baru Lahir
namun sebelumnya dipastikan berat badan bayi
2. Jika bayi datang untuk kontrol pasca perawatan
atau lahir dan hasil kontrolnya menyatakan sehata maka
kode yang tepat adalah Z09.8 (Follow-up examination
after other treatment for other conditions
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors
influencing health status and contact with health services.])
3. Jika bayi datang untuk kontrol ( kondisi sehat ketika
lahir) maka kode yangtepat adalah Z00.1(Routine child
health examination [Extracted from ICD-10 Second Edition,
2005,
Factors influencing health status and contact with health
services.])

449

Pasien RITL dengan kasus Persalinan, sesuai kaidah koding


bahwa penyulit hrs dientrikan sbg DU, namun oleh RS untuk
SC penyulit tidak dientrikan sbgai DU krn menurunkan tarif.
Sedangkan untuk persalinan normal, penyulit sbgai DU dapat
meningkatkan tarif sehingga tetap dientri oleh pihak RS.
Diajukan oleh RS sebagai berikut = Diagnosa Utama : O829 (
Delivery by caesarean section , unspecified) Diagnosa
Sekunder : O689 (Labour and delivery complicated by fetal
stress, unspecified) O418 (Other specified disorders of
amniotic fluid and membranes) Tindakan : 744 (Caesarean
section of other specified type) Group CBGs : O-6-10-I
(Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan) Biaya Rp.
6.194.085

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

450

Pasien RITL dengan SC dan komplikasi kala I aktif. Diajukan


RS sebagai berikut: DU: O82.1 DS: O63.0 Tindakan: 74.1.
Group CBGs: O-6-10-I Prosedur operasi pembedahan Caesar
ringan Rp.
5.600.000,-

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

451

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio.


Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1
Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder:
(O46.9
Antepartum haemorrhage, unspecIfied), (O44.1
Placenta praevia with haemorrhage), (O64.9
Obstructed labour due to other malposition and
malpresentation, unspecIfied) Tindakan : 74.4
Cesarean section of other specified type Group
CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan
Caesar Ringan Biaya Rp 4.022.133,00

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
4. berdasarkan PMK 27 tahun 2014 apabila SC bersama
dengan sterilisasi maka tindakan sterilisasi tidak perlu di
input

452

Pasien masuk dgn diagnosa utama O46.9 (Antepartum


Jika kondisi pasien memang mengalami anemia, maka
haemorrhage, unspecified) diagnosa sekunder ditambahkan D Diagnosa sekunder anemia pada kasus kehamilan dapat
64.9 (Anaemia, unspecified) dilakukan tindakan sectio caesar ditambahkan dengan kode O99.0 dan D64.9
dgn koding 74.4 biaya Rp 4.034.912 kondisi medis post
sectio caecar selalu dengan kadar Hb < 10 mmHg dan
merupakan manifestasi klinis dan pasien tidak diberikan
tranfusi darah hanya dengan terapi asam folat dan zat besi.
Hal ini terjadi pada 15-17 kasus

453

7. Proses persalinan dgn dx primer Persalinan penyulit PEB


(O 14.1), dx sekunder kala II (O 63.1) dan persalinan normal
(O 80.9), tindakan Persalinan Normal (73.59) grouper W-4-16II (Prepartum diasease) kls I Rp 3.939.274,-

454

Pasien RITL masuk dengan kasus dx primer p034 dan dx


sekunder p128 dan sekunder kedua p369 atau sepsis biaya
Rp 4.362.982 Kasus ke 2 dx primernya P034 dx sekundernya
sepsis biaya Rp
6.108.175

455

Pemberian injeksi risperidal cons 37,5 mg pada penderita


schizofrenia (F200) selalu masuk ruang perawatan (tidak ada
obat lain atau tindakan lain) Rp. 6.058.171 (kls 1)

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

1. Penyulit dalam persalinan bisa sebelum persalinan atau Persalinan/Kehamilan/Bayi


pada saat persalinan. PEB adalah penyulit sebelum
Baru Lahir
persalinan, dan pada kasus ini bisa dijadikan diagnosa
utama.
2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada
DPJP tentang mana diagnosa yang menjadi resouces atau
penyulit terbesar.
1. Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan pada Sepsis/Septikemia
kriteria klinis untuk sepsis
2. Penentuan diagnosa utama dan sekunder
didasarkan pada resume medis dan sumber daya yang
paling banyak diserap
3. kode P00-P04 tidak tepat menjadi diagnosis utama bila
ada kode diagnosis P lainnya
verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait SPM Psikis
pemberian injeksi risperidal cons 37,5 mg pada penderita
schizofrenia , jika memang termasuk pada kategori rawat
inap maka tindakan bisa dikode 99.18 dengan diagnosa
utama F20.0

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

456

10. Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara


sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama:
O82.1 Delivery by emergency caesarean section. Diagnosa
sekunder: O64.8
Obstructed labour due to other malposition and
malpresentation. Tindakan: 74.0 Classical cesarean section
Group CBGs: O-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan
Caesar Ringan Biaya Rp.
5.452.565

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X,
kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika
ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa
penyulit seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
4. Pada kasus ini, maka O82 yang menjadi kode diagnosa
utama

457

Pasien hamil mendapatkan pelayanan rawat inap dan


disarankan untuk dilakukan operasi cesar, prosedur tindakan
di tagihkan secara terpisah (1) low cervical cesarean section,
2) injection of anesthetic into spinal canal for analgesia, 3)
other oxygen enrichment, 4) aplikasi of other wound dressing).

1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang


Persalinan/Kehamilan/Bayi
menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien
Baru Lahir
Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal
2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada
penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit
seperti O42.0
dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang
menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka
metode SC digunakan sebagai diagnosa utama.
3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.

458

Bayi yang lahir dirumah sakit dengan air ketuban jernih,


R e s p i r a t o r y R a t e ( R R ) : 3 6 x / m e n i t dan A p s g a r
S c o r e 8/9 dokter mendiagnosa asfiksia ringan, setelah
dikonfirmasi berdasarkan kriteria asfiksia menurut I C D 10,
dokter penanggung jawab langsung mengganti nilai A s p g a r
S c o r e yang ada di dalam resume klaim maupun catatan
medik RS, tetapi pihak Rumah Sakit menagihkan klaim
tersebut sebagai asfiksia ringan dengan alasan salah tulis
nilai A p s g a r S c o r e .

1. Resume medis yang ditulis harus sesuai dengan


keadaan pemeriksaan pasien yang sebenarnya.
2. Verifikator melaporkan hal ini kepada Tim Audit
Medis.

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

459

Pasien masuk RITL dengan kasus Abortus incomplit. Diajukan


oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O03.6 . Diagnosa
sekunder: O08.1 Delayed or excessive haemorrhage
following abortion and ectopic and molar pregnancy. Tindakan
: 69.02 Dilation and curettage following delivery or abortion.
Group
CBGs: W-1-11-III PROSEDUR DILATASI, KURET,
INTRAUTERIN & SERVIK BERAT biaya: Rp.
10.480.452

1. Koding dari pihak RS sudah benar sesuai dengan


aturan kaidah ICD 10
2. Kode O008 tidak digunakan sebagai kode
pilihan untuk "kondisi utama", kecuali episode baru dari
perawatan semata-mata untuk pengobatan komplikasi,
misalnya komplikasi saat aborsi sebelumnya. Ini dapat
digunakan sebagai kode tambahan opsional dengan
kategori O00- O02 untuk mengidentifikasi komplikasi
terkait dan dengan kategori O03-O07 untuk memberikan
rincian lengkap dari komplikasi.
[Dikutip dari ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Aturan dan
pedoman untuk mortalitas dan morbiditas coding.]

Persalinan/Kehamilan/Bayi
Baru Lahir

460

Pasien MRS dengan diagnosa hematemesis (K92.0) dan


mengalami gangguan cemas ditagihkan dengan anxiety
(F41.9) sebagai diagnosa utama biaya : Rp.6.655.429

Verifikator melihat kembali ke rekam medis apakah


diagnosa anxiety (F41.9) tertera, jika tertera maka boleh
dikode

Psikis

461

pasien schizofren, dengan berat badan di bawah normal di


diagnosa malnutrisi D.utama: F20.x (schizophrenia) D.
Sekunder: E44.0(moderate protein energi malnutrition) kode
Ina: F-4-10-III Tarif ina: 9.233.857 (RS tipe A kelas 3

Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa akhir


yang tertera pada resume medis kemudian mencocokkan
dengan kode diagnosa dan melakukan konfirmasi kepada
DPJP

Psikis

462

Pasien RITL masuk dengan dx primer N12 dan dx sekunder


septicemia A419 biaya Rp 3.625.258

Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan pada


kriteria klinis untuk sepsis

Sepsis/Septikemia

463

Pasien RITL dengan leukositosis tanpa ada gejala lain yang


menunjukkan tanda-tanda sepsis tetapi ditagihkan A41.9
(Septicaemia) sebagai diagnosa sekunder. Biaya Rp.
9.512.654

untuk diagnosa septicemia disesuai dengan kriteria


septicamia dan merupakan kewenangan dokter

Sepsis/Septikemia

464

465

Pasien Masuk RITL dengan kasus Retensio urine ec stricture Kode R33 tidak mempengaruhi hasil grouping. Bisa
uretra. Diajukan oleh RS :
ditambahkan atau tidak.
Diagnosa Utama : N35.9 (Urethral stricture,
unspecified)
Diagnosa Sekunder : R33 (Retension of urine) Tindakan : 58.0
(Urethrotomy)
Pasien dengan keluhan penurunan kesadaran, masuk dengan hasil koding verifikasi sudah tepat
diagnosis stroke. Pada penagihan, kode yang diajukan
menjadi hipertensi + stroke, severity level III.

Sepsis/Septikemia

Stroke

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

466

Semua Kasus Stroke di coding dengan stroke infark (I63.9)

Harus dipastikan adanya pendarah atau tidak, sampai


dimana pendarahannya intra cerebral atau cerebral saja.

Stroke

467

2. Px dgn dx primer HT ( I 10) dan dx sekunder stroke (I 63.9)


grouper I-4-17-III Rp 7.333.333,-

Pada kasus ini seharunya stroke menjadi diagnosa utama


karena menajadi resouces terbesar

Stroke

468

Pasien masuk RITL dengan kasus thalasemia diajukan oleh


RS sebagai berikut Dx utama: D561 beta thalasemia dx
Sekunder : E831 disorders of iron metabolism tindakan: 9903
other tranfusion of whole blood Biaya: Rp. 2,966,413

1.Dilihat dari hasil pemeriksaan penunjang yang berkaitan


dengan diagnosa sekunder tersebut.
2. Sesuai kaidah ICD 10 bahwa kode E83.1
memang diperkenankan untuk digunakan sebagai
diagnosa sekunder (perhatikan exclude)
3. Ketika tanda atau gejala dari suatu penyakit dijadikan
diagnosa sekunder maka harus dikonfirmasi ke
perhimpunan profesi , sumber daya apa yang digunakan
dan penetapan diagnosa berdasarkan kaidah klinis

Thalasemia

469

Pasien masuk dengan ruptur uretra dilakukan operasi


cystotomy. Diajukan RS sebagai berikut : diagnosa utama
N368 Other spec disorder of urethra, procedure 5674
ureteroneocystostomy grup INACBG N-1-20-I prosedure
saluran urin atas ringan. Biaya Rp.10,181,363

1. verifikasi sudah sesuai , berdasarkan kode untuk


cystotomy pada ICD 9 CM adalah 57.19
2. kode 56.74 digunakan untuk replacement of
ureter with bladder flap atau ureterovesical anastomosis

Tindakan Medik/Operatif

470

Pasien RITL masuk dengan kasus operasi laparatomi dengan


dx primer Z489 dan dx sekunder peritonitis K659 dan ada dx
sekunder lagi septicemia A419 biaya Rp 10.903.462

1. dipastikan kembali apakah pasien pasca operasi


laparatomi atau pasien menjalani operasi laparatomi
2. jika pasien kondisi pasien adalah post operasi
maka kodenya di kodefikasi kelainan post prosedural
3. untuk diagnosa septicemia merupakan kewenangan
dokter

Tindakan Medik/Operatif

471

Pasien RITL masuk dengan dx primer K659 peritonitis dengan Kodefikasi yang tepat adalah
tindakan op 5411 Laparatomy dan app 4709 biaya Rp
dx primer K659 peritonitis dengan tindakan op
15.264.846 dan ksus yang ke 2 biaya 10.903.462
5411 Laparatomy

Tindakan Medik/Operatif

472

Pasien RITL masuk dengan hernia inguinalis tanpa gejala


penyulit dan komplikasi dan kemudian dilakukan operasi
hernioraphy ditagihkan dengan tindakan 46.93 (revision of
anastomosis of small intestine). Biaya Rp.13.219.681

Tindakan Medik/Operatif

pada kasus ini , untuk tindakan hernioraphy dengan


pemasangan mesh , kode yang tepat adalah 53.03 (Other
and open repair of indirect inguinal hernia with graft or
prosthesis)

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

473

Pasien RITL dengan post kecelakaan lalu lintas tanpa adanya Verifikator melihat pada laporan operasi dan keadaan
kehilangan kulit kemudian dilakukan debridement, ditagihkan klinis pasien serta riwayat perjalanan pasien selama
RS dengan tindakan
rawatan
86.70 (Pedicle or flap graft). Biaya Rp.6.970.860

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Tindakan Medik/Operatif

474

Pasien yang awalnya status umum, setelah di lakukan


tindakan operasi baru mengurus BPJS, berubah status BPJS
di pertengahan rawat setelah menyelesaikan biaya umum.
Pada tagihan klaim tindakan operasi tetap dimasukkan di
prosedur

1. Terkait dengan pemberlakukan kartu sesuai pada


Permenkes No. 28 tahun 2014
2. Terkait koding
disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada
resume medis

Tindakan Medik/Operatif

475

Pasien masuk RITL dengan kasus Acute peritonitis. Diajukan


oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K65.0,Acute
peritonitis
Diagnosa sekunder: K63.1 Perforation of intestine
(nontraumatic)
Tindakan : 541.1 Exploratory laparotomy dan
460.4 Resection of exteriorized segment of large intestine.
Biaya Rp 21.986.558

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder,


memastikan apakah ada kondisi peritonitis
2. Jika memang ada kondisi peritonitis maka bisa
ditambahkan tindakan laparatomy eksplorasi jika memang
dilakukan.
3. Pada kasus ini tindakan reseksi tidak tepat karena
sudah termasuk dalam tindakan laparatomy eksplorasi

Tindakan Medik/Operatif

476

Pasien RITL masuk dengan dx primer typoid A010 dengan


biaya Rp 3.359.324

dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan


diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa
akhirnya (ranah klinis)

Tiphoid

477

Pasien RITL masuk dengan dx primer K802 dan dx sekunder dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan
E835 dan dx sekunder kedua A010 dengan biaya Rp4.384.253 diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa
akhirnya (ranah klinis)

Tiphoid

478

Pasien RITL masuk dengan dx primer J189 dan sekunder


A010 Biaya Rp 8.155.316

Tiphoid

dilihat kembali pada resumen medis

500 REKOMENDASI KODING


REKOMENDASI NCC

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

479

Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL dengan GCS Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan
15 namun diagnosa inacbg dimasukkan S09.8 Other specified meliihat pada resume medis terkait kondisi pasien (
injuries of head
apakah memang lukanya dikepala atau dijari tangan)
+ S29.8 Other specified injuries of thorax dan
ditagihkan dengan kode inacbg M-1-50-III dengan tarif Rp.
21.211.082,-

Trauma Kepala

480

Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL dengan luka


1. pada kasus ini , diagnosa yang menyerap sumber daya
di kepala, wajah dan kaki. Diajukan oleh RS sebagai berikut:
banyak adalah cederanya bukan DM
Diagnosa utama: E11.9 Non-insulin-dependent
2. analisa verifikator sudah tepat
diabetes mellitus without complications Diagnosa sekunder:
S02.81 Fractures of other skull and facial bones, open dan
Z98.8 Other specified postsurgical states
Tindakan : 84.12 Amputation through foot dan
79.67 Debridement of open fracture of tarsals and metatarsals
Group CBGs: M-1-02-III PROSEDUR AMPUTASI BERAT
Biaya Rp 21.724.302,-

Trauma Kepala

481

Pasien Nn.N dirawat dengan Diagnosa Cedera Kepala S09,9


Unspecified injury of head, Luka Bakar grade III T21.2 Burn of
second degree of trunk, VL frontalis T14,1 - Open wound of
unspecified body region. Dengan tindakan debridemand 86,22
dan repair luka 78.29 dengan biaya inacbg Rp.26.014.384,-

1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan


memastikan kode diagnosa sesuai dengan diagnosa akhir
yang tertera pada resume medis .
2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar
3. Prosedur utama biasanya relevan dengan diagnosa
utama sedangkan pada kasus ini tidka relevan

Trauma Kepala

482

DHF ditambah dx sekunder trombocytopenia

1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait


dengan diagnosa trombocytopenia dan melihat kembali
pada rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum,
jika tercantum
maka bisa dikode
2. Diagnosa ini dapat diajukan ke perhimpunan melalui
Dewan Pertimbangan Medik untuk ditanyakan kriteria
trombocytopenia

Trombositopeni

483

Pasien datang dengan osteomyelitis dengan riwayat


pengobatan TB dengan hasil rontgen gambaran fraktur radius
dan ulna patologis sinistra
1/3 distal, pasien dirujuk dengan kasus ortopedi.
dikoding diagnosa utama : Osteomyelitis dengan diagnosa
sekunder TB paru (A161). Biaya yang timbul Rp. 5.707.282,-

Koding hasil verifikasi sudah benar ditambahkan dengan


diagnosa sekunder : Z 86.1 Personal history of infectious
and parasitic diseases

Tulang/Fraktur/Fraktur

500 REKOMENDASI KODING


K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)

NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

484

Pasien RITL dengan DPJP Spesialis Bedah dan diagnosa


Utama Fracture seringkali diikuti dengan diagnosa sekunder
Bronchpneumonia padahal dari hasil tindakan penunjang tidak
ada hasil Bronchopneumonia

Dikonfirmasi kembali kepada DPJP perial diagnosa


tersebut terkait dasar penentuan Bronchopneumonia
sebagai diagnosa (lembar konfirmasi) bila memang
diagnosa tersebut tercantum dalam resume medis

Tulang/Fraktur/Fraktur

485

Pasien masuk RS dengan kasus fracture involving multiple


regions of one upper limb,open. Diajukan oleh RS sbb :
diagnosa utama : T02.21 fractures involving multiple regions
of one upper limb, open, diagnosa sekunder : S09.9
Unspesified injury of head,
tindakan : application of external fixation device,
radius and ulna,
INA-CBG : M-1-80-II prosedur anggota tubuh atas sedang,
biaya : 8.293.281

1. Tidak ada regulasi dalam ICD 10 batasan tentang


deskripsi kode S09.9
2. Sehubungan dengan diagnosa utama fractures
involving multiple regions of one upper limb, open.
verifikator mengkonfirmasi kepada DPJP terkait multiple
region yang dimaksud.
3. jika tidak terbukti ada multiple region maka
ditentukankode untuk fracture yang tepat berdasarkan
resume medis

Tulang/Fraktur/Fraktur

486

Pasien masuk RITL dengan kasus fraktur patella, diajukan


oleh RS sebagai berikut :
Diagnosa Utama : S82.0 Fracture Of Patella
Prosedur utama : 79.66 Debridement of open fracture of tibia
and fibula
Prosedur skunder : 93.53 Application of other cast Group
CBGs : M-1-70-I Prosedur Lutut Dan Tungkai Bawah Selain
Kaki
Biaya : Rp. 22.227.105

verifikator memastikan kembali pada resume medis


apakah benar dilakukan reposisi pada fraktur patela, jika
benar maka kode tindakan yang tepat adalah 78.16

Tulang/Fraktur/Fraktur

487

Pasien masuk RITL dengan kasus ca. Diajukan oleh RS


sebagai berikut: dx. Utama : Ca Nasofaring dx. Sekunder :
Non Hodgkin Limfoma hasil PA Non Hodgkin Limfoma Rp.
15.950.057

1. verifikator melihat pada riwayat sebelumnya apakah


memang ada diagnosa tersebut.
2. penetapan kasus CA didasarkan pada hasil
pemeriksaan penunjang ( verifikasi sudah benar)

Tumor/Kanker

488

Pasien masuk RITL dengan kasus Diajukan oleh


RS sebagai berikut: Diagnosa Utama: C76.2
Malignant neoplasm of abdomen
Kasus kemoterapi pada rawat inap di entry Dx Utama : C50.9
(Ca Mammae). dengan tindakan Kemoterapi 99.25 L-4-11-I
Rp 2.506.671

Disesuaikan dengan diagnosa yang tercantum pada


resume medik

Tumor/Kanker

489

1. Berdasarkan aturan kaidah ICD 10, untuk pelayanan


Tumor/Kanker
kemoterapi pada neoplasma menggunakan kode Z51.1
sebagai diagnosa utama jika pasien melakukan kemoterapi
2. Jika pasien direncakan kemoterapi namun
karena kondisi belum memungkinkan sehingga ditunda
maka pasien dirawat atas indikasi pebaikan keadaan
umum maka kode Z51.1 boleh tidak digunakan . untuk
diagnosa utama menggunakan diagnosa sesuai keadaan
umum yang ditangani

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

490

Pasien masuk RITL dengan K/U Nyeri pada buah zakar yang
dialami lebih kurang 10 tahun sebesar bola tenis, keras +
benjolan tidak dapat dimasukkan kembali
Dx utama : K404 (Unilateral or unspecified inguinal
hernia, with gangrene)
Dx sekunder : A418 (Other septicemia) tindakan
1: 4593 (Other small-to-large intestinal anastomosis)
tindakan 2: 5303 (Other and open repair of direct inguinal
hernia with graft or prosthesis )
K-1-20-III ( PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS (BERAT)
Rp 22.051.929,-

1. terkait dengan diagnosa other septicemia , verifikator


memastikan kembali standar pelayanan medis yang
berlaku di RS tersebut terkait dengan kriteria septicemia. (
dengan lembar konfirmasi)
2.Prosedur pada tindakan pertama 45.93
(intestinal anastomosis = merupakan tindakan
penyambungan usus halus) tidak spesifik untuk
penanganan hernia inguinalis sedangkan diagnosa
utamanya adalah hernia , maka verifikator melakukan
konfirmasi kepada coder perihal ketidak sesuai tersebut
(lembar konfirmasi).

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Tumor/Kanker

491

Pasien masuk RITL dengan kasus myelofibrosis. Diajukan


oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama D47.9 (Neoplasm
of uncertain or unknown
behaviour of lymphoid, haematopoieitic and related
tissue, unspecified) dan diagnosa sekunder D 64.9 (anaemia,
unspecified). tindakan 9904 (
transfusion of packed cells), Grouping CBG's C-414-II. biaya: 5.023.376,00

1. Pada kasus ini diagnosa utama nya adalah D47.1 dan


Tumor/Kanker
sebagai diagnosa sekundernya dalah D63.0
2. Pada kasus ini, jika hanya tertulis myelofibrosis
pada resume medis maka kode yang tepat adalah D47.1
(Chronic myeloproliferative disease Myelofibrosis (with
myeloid metaplasia)
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Neoplasms.]
3. Pada kasus ini, diagnosa anemia pada kasus
neoplasma menggunakan kode D63.0 (Anaemia in
neoplastic disease
[Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of
the blood and blood-forming organs.])

492

DU Ca nasopharing , DS anemi, dng HB rendah dan


memerlukan transfusi. Pasien hanya diterapi untuk
anemianya, sedang tidak ada terapi kankernya

Dalam ICD 10 ada aturan menganai asterix dan dagger,


dimana dagger harus menjadi diagnosa utama. Untuk
anemi pada neoplasma kodenya adalah D63.0 * (asterix)
maka anemia menjadi diagnosa sekunder dan Ca
Nasoparing menjadi diagnosa utama

Tumor/Kanker

493

Pasien RITL dengan pasca operasi Ca mammae luka operasi


tidak baik. Diajukan RS sebagai berikut: DU: C50.9 DS: T81.3
Tindakan: 86.69
Group CGBs: L-1-30-III Prosedur pemindahan kulit
tanpa luka bakar berat Biaya Rp. 26.057.105

1. koding hasil verifikasi dan hasil analisa kasus sudah


tepat
2. diagnosa akhir adalah diagnosa yang
menyerap sumberdaya banyak

Tumor/Kanker

494

pasien RITL dengan kasus susp kanker abdomen, diajukan


RS sebagai berikut; diagnosa utamanya K30; dyspepsia,
R19.0; intra abdominal and pelvic swelling mass and lump,
M43.0; spondilosis

Sesuai dengan aturan koding, suspect carcinoma dikoding Tumor/Kanker


dengan Z03.1

500 REKOMENDASI KODING


NO

KASUS

REKOMENDASI NCC

495

Pasien masuk RITL dengan kasus ada benjolan di telinga


yang dirasa terus menerus nyeri Diajukan oleh RS sebagai
berikut:
Diagnosa utama: I10 Essential (primary)
hypertension
Diagnosa sekunder: M72.8 - Other fibroblastic disorders.E149 - Unspecified diabetes mellitus without complications
Tindakan : 87.44 Routine chest x-ray, so described, 18.12
Biopsy of external ear

Pada kasus ini hipertensi merupakan kasus yang sudah


ada sebelumnya maka kedudukannya sebagai diagnosa
sekunder sehingga diagnosa utama adalah M72.8 namun
dengan konfirmasi kepada DPJP

K e y w o r d (Perihal/ Organ/
Diagnosa/ Tindakan)
Tumor/Kanker

Biaya Rp 3.502.018
496

Pasien di diagnosa tumor jinak kemudian dilakukan Customer 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder atau
Visit dan didapatkan hasil bahwa pasien hanya dilakukan
DPJP dengan berpedoman pada Pemenkes nomor 27
anastesi lokal dan pasien dipulangkan pada hari yg sama.oleh tahun 2014 tentang definisi episode
RS ditagihkan sebagai pasien RITL dengan tindakan biopsi

Tumor/Kanker

497

* USG HAMIL DITAGIHKAN USG ABDOMEN

Pada kasus persalinan , Usg Gravid uterus dapat dikode


dengan 88.78 (Diagnostic ultrasound Of Gravid Uterus

USG

498

Pasien masuk RS dengan keluhan badan panas hari ketiga


sebelum masuk RS keluhan disertai kejang 1x,BAB cair
<3x,batuk dan pilek .keadaan umum sakit sedang ,kesadaran
CM, BB 7.2 kg. T
38.5 C.Terapi yang diberikan : IVFD DS 1/4 NS gtt
X tpm (mikro),Inj Ceftriakson
300mg/12jam/iv,Sanmol 4x3,Zink kid syr 1xcth
1pc. Diagnosa akhir : Febris ec morbili Diagnosa utama
:B05.9(measles without Complication).
biaya Rp. 2.352.535.

tetap merujuk diagnosa akhir yang tertulis di resume


medis, kodefikasi dari RS sudah tepat.

Virus

499

Pasien X mendapatkan permintaan BNO-IVP di rawat jalan


tanggal 20/8/2014. Namun dirawat inapkan untuk melakukan
tindakan tsb tanggal
21/8/2014

Agar dilakukan verifikasi sesuai dengan juknis verifikasi.


BNO
Selama ada surat perintah RITL dari DJP maka dibayarkan
menjadi episode RITL. Jika tidak ada indikasi medis untuk
dilakukan RITL, maka verifikator melakukan pencatatan
untuk dilaporkan kepada Tim audit medis.

500

Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan normal.


Ditagihkan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O62.0
Primary inadequate contractions Diagnosa sekunder : Z35.8
Supervision of other high-risk pregnancies
Tindakan : 73.59 Other manually assisted delivery Group
CBGs: W-4-16-III GANGGUAN ANTEPARTUM BERAT Biaya
Rp. 3.915.633,00

Sesuai dengan PMK 27 tahun 2014, bahwa code Z35.8


Persalinan/Kehamilan/Bayi
tidak dapat digunakan sebagai diagnosis pada saat proses Baru Lahir
persalinan. Kode tersebut hanya boleh digunakan pada
kasus ANC. Jadi pada kasus ini, code diagnosa utamanya
O62.0 dengan diagnosa sekunder O80.9; Prosedur
73.59

Anda mungkin juga menyukai