DISUSUN OLEH :
1. Nur Fatjariyah
122210101002
2. Ninda Sukmaningrum
122210101026
3. Mia Riswani
122210101042
4. GaluhSinoarsih
122210101050
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalahini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Kami juga berterimakasih pada Lidya Ameliana selaku Dosen matakuliah
Eksipien yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menya dari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna.Oleh sebab itu, kami berharap dan kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang......................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3
Tujuan...................................................................................................................2
Kesimpulan.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk sediaan farmasi memerlukan bahan tambahan berupa pengawet
yangmana bertujuan agar terhindar dari kontaminasi mikroba. Terdapat berbagai jenis
pengawet , tetapi hanya beberapa saja yang sering digunakan sebagai eksipien
preservative sediaan farmasi karena harus mempertimbangkan terutamanya terkait
keamanan dan indeks aseptable perhari sesuai ketentuan dari FDA.
Setiap jenis pengawet memiliki karakteristik sendiri, dan harus diperhatikan
hal seperti stabililtas, keamanan, inkomptabilitas, dan ADI. Berdasarkan hal diatas ,
maka nantinya mahasiswa dengan dapat
BAB 2
PEMBAHASAN
dianggap
dan mengurangi
maka memperluas
dengan
memperkecil koefisien partisi/ mencegah migrasi pengawet ke fasa minyak dan potensiasi
efek pengawet seperti nipagin + nipasol .
Contoh bahan pengawet dan konsentrasi umum digunakan dalam sediaan farmasi seperti
benzoat acid (0,1% sampai 0,2%), natrium benzoat (0,1% sampai 0,2%), alkohol (15%
sampai 20%), nitrat phenylmercuric dan asetat (0,002% sampai 0,01%), fenol (0,1% sampai
0,5%), kresol (0,1% sampai 0,5%), chlorobutanol (0,5%), benzalkonium klorida (0,002%
menjadi 0,01%), dan kombinasi dari Methylparaben propil paraben (0,1% sampai 0,2%)/
Proporsi yang dibutuhkan bervariasi dengan pH, disosiasi, dan faktor lainnya sudah
ditunjukkan juga dengan kehadiran lainnya bahan formulative dengan kemampuan pengawet
yang melekat. Untuk setiap jenis sediaan harus dipertahankan, apoteker penelitian harus
mempertimbangkan pengaruh pengawet pada kenyamanan pasien. Contohnya, pengawet
dalam sediaan tetes mata harus memiliki konsentrasi yang sangat rendah mencegah iritasi,
yang merupakan karakteristik dari chlorobutanol, benzalkonium klorida, dan nitrat
phenylmercuric, sering digunakan dalam sediaan tetes mata. Dalam semua kasus, sediaan
dengan pengwet harus diuji biologis untuk menentukan keamanan dan kemanjuran serta
stabilitas produk. Berikut tabel dibawah ini terkait jenis pengawet :
(Remington, 2006)
(Ansel, 2015)
Sedangkan dibawah ini penjelasan lengkap beberapa pengawet yang sering digunakan di
Farmasi :
1. Benzoic Acid
a.
hati kronis
asam benzoat dapat mengiritasi lambung, dan iritasi ringan ke Kulit
Penderita asma menjadi terpengaruh oleh asam benzoat yang terkandung di
beberapa obat anti asma
e. ADI
5 mg/kg BB
2. Benzyl Alcohol
a. Aplikasi pada Teknologi dan Aplikasi Farmasi
Antimicrobial
preservative;
disinfectant;
cosmetics,
konsentrasi
sampai
3.0%
preservative.Aktivitas Antimikroba
v/v
solvent.)Penggunaan
yang
boleh
digunakan
pada
sebagai
polisorbat 80.
Aktivitas benzil alkohol juga dapat dikurangi dengan tidak kompatibel dengan
e. ADI
5 mg/kg BB
3.Methylparaben
a. Aplikasi pada Teknologi dan Aplikasi Farmasi
Antimicrobial
preservative
in
cosmetics,food
products,
and
pharmaceutical
formulations. Bisa digunakan sendiri atau kombinasi parabens atau dengan agen
antimikrobial lain. Dalam kosmetik,Methylparaben adalah yang paling sering
digunakan pengawet antimikroba. Paraben efektif pada rentang pH yang luas dan
memiliki spektrum aktivitas antimikroba luas. Khasiat pengawet juga ditingkatkan
c. Inkompatibilitas
dari Methylparaben dan paraben lain jauh berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik, Seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari
micellization.
Namun,Propilen glikol (10%) telah terbukti mempotensiasi aktivitas
antimikroba dari paraben di hadapan nonionik surfaktan dan mencegah
d. Keamanan
Parabens juga telah digunakan sebagai pengawet dalam suntikan dan sediaan mata,
tetapi mereka sekarang umumnya dianggap tidak cocok untuk jenis formulasi tersebut
karena potensi iritasi dari paraben. Parabens
merupakan
non mutagenik,
Pemerian butylparaben : kristal tidak berwarna atau putih, tidak berasa atau hampir tidak
berasa, serbuk hambar. Butylparaben memperlihatkan aktivitas antimikroba dalam rentang
pH 4-8. Aktivitas antimikroba berkurang dengan meningkatnya nilai pH. Paraben lebih aktif
membunuh yeasts dan mold dibandingkan bakteri. Butylparaben juga lebih aktif membunuh
bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif.
Aktivitas paraben meningkat dengan semakin panjangnya rantai alkil, tetapi daya larutnya
makin
berkurang.
Butylparaben
lebih
aktif
sebagai
antimikroba
dibandingkan
Stabilitas : stabil pada larutan berair pH 3-6 (dekomposisi < 10%) selama 4 tahun pada suhu
ruang, larutan pada pH 8 akan lebih cepat terhidrolisis (dekomposisi >10% setelah 60 hari
pada suhu ruang).
Dapat digunakan secara tunggal atau kombinasi dengan paraben ester, atau dengan
antimikroba lainnya. Paling sering digunakan dalam sediaan kosmetik. Paraben efektif pada
pH lebar dan memiliki spektrum luas sebagai antimikroba, lebih efektif untuk membunuh
yeast dan molds. Memiliki kelarutan rendah. Propylparaben (0,02% w/v) digunakan bersama
dengan methylparaben (0,18% w/v) untuk pengewet pada beberapa sediaan parenteral.
Pemerian : berwarna putih, kristal, tidak berasa dan serbuk hambar. Aktivitas antimikroba
dapat bekerja pada pH 4-8, efektifitas propylparaben menurun dengan peningkatan pH. lebih
aktif membunuh yeasts dan mold dibandingkan bakteri. Butylparaben juga lebih aktif
membunuh bakteri gram positif dibandingkan bakteri gram negatif.
Stabilitas: dalam larutan berair pH 3-6 sterilisasi dengan autoclav tidak terjadi
dekomposisi. stabil pada larutan berair pH 3-6 (dekomposisi < 10%) selama 4 tahun pada
suhu ruang, larutan pada pH 8 akan lebih cepat terhidrolisis (dekomposisi >10% setelah 60
hari pada suhu ruang).Inkompabilitas : aktivitas antimikroba propylparaben menurun dengan
adanya surfaktan non ionik. Magnesium aluminum slicilate, magnesium trisilicate, beberapa
pigmen seperti ultramarine biru, dan besi oksida kuning dapat mengabsorbsi butylparaben
dan menurunkan sifat butylparaben sebagai antimikroba.
Safety : butylparaben dan paraben lain digunakan secara luas sebagai antimikroba
dalam sediaan kosmetik, oral, dan topikal.kombinasi propyl dan metylparaben telah
digunakan sebagai pengawet dalam sediaan injeksi dan optalmik,
tidak ad areaksi
merugikan, WHO telah menetapkan dosis intake perhari untuk methyl, ethyl, dan propyl
paraben hingga 10 mg/kg. ADI: 10 mg/kg BB
6. Asam sorbat (HPE hal. 672)
Asam sorbat digunakan sebagai antimicrobial preservative untuk membunuh antibakteri
dan antifungi dalam sediaan farmasetika seperti sediaan parenteral dan kosmetik. Konsentrasi
yang digunakan 0,05-0,2% dalam sediaan oral dan topikal, terutama sediaan yang
mengandung surfaktan nonionik. Asam sorbat juga digunakan dengan protein, enzim, gelatin,
dan vegetabel gum. Aktivitas antibakteri optimum pada pH 4,5 dan praktis tidak aktif diatas
pH 6. Kelarutan asam sorbat :
Stabilitas : asam sorbat sangat sensitif untuk teroksidasi, terutama dengan adanya cahaya,
oksidasi lebih mudah terjadi dalam alrutan berair daripada dalam bentuk padat. Asam sorbat
dapat distabilkan dengan antioksidan fenolik seperti propyl gallate 0,02%.
Inkompatibilitas : asam sorbat inkompatibilitas dengan basa, bahan pengoksidasi, dan
bahan pereduksi. Asam sorbat juga bereaksi dengan asam amino yang mengandung sulfur,
asam askorbat, propyl gallate, dan butylhidroksitoluen.
Safety : asam sorbat dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan alergi hipersensitif pada
kulit. Dapat menyebabkan exfoliative dermatitis pada salep yang mengandung asam sorbat,
alegi konjungtiva yang disebabkan oleh larutan contact lens mengandung asam sorbat. Utuk
sediaan yang ditujukan untuk sistemik tidak menyebabkan reaksi yang merugikan .ADI : 25
mg/kg BB
7. Sodium benzoat
Sodium benzoat adalah salah satu preservatif dengan pemerian kristal atau granul yang
berwarna putih, sedikit higroskopis, dan tidak berbau. Sodium benzoat yang dikonsumsi
secara oral dapat berkonjugasi dengan glisin di hepar menghasilkan asam hippuric, yang akan
diekskresikan di urin. Administrasi oral dari bentuk asam bebasnya dapat menyebabkan iritasi
lambung, sedangkan bentuk garamnya dapat ditoleransi lebih baik dan digunakan sebagai
reagen dalam tes fungsi hati. Efek samping penggunaan yaitu reaksi anafilaksis dan urtikarial.
Sodium benzoat inkompatibel dengan senyawa kuertenary, gelatin, garam kalsium, dan
bentuk garam dari logam berat, seperti merkuri, timbal dan perak. Aktivitas pengawet dapat
berkurang jika berinteraksi dengan kaolin ataupun surfaktan nonionik. Acceptable dayily
intake (ADI) dari sodium benzoat yaitu hingga 5mg/kg berat badan.
Sodium benzoat stabil dalam larutan aqueous yang di filtrasi. Penyimpanannya dalam
wadah tertutup rapat dan kering. Aktivitas sodium benzoat adalah sebagai bakteriostatik dan
antifungi yang efektif pada larutan asam (pH 2-5) dan hampir tidak berefek pada kondisi
alkali. Spesifikasi dan kelarutan sodium benzoat yaitu:
8. Potassium sorbat
Potasium sorbat digunakan sebagai preservatif pada sediaan oral maupun topikal dan
diklaim nontoksik. Meskipun begitu, potasium sorbat memiliki efek samping seperti alergi
maupun kemungkinan muncul hipersensitif. WHO mengestimasikan total acceptable daily
intake (ADI) dari potasium sorbat yaitu hingga 25 mg/kg berat badan. Inkompatibilitas terjadi
ketika direaksikan dengan surfaktan nonionik dan beberapa plastik, menyebabkan penurunan
aktivitas mikrobial.
Potasium sorbat lebih stabil pada larutan aqueous daripada asam sorbat.
Penyimpanannya harus terlindung dari sinar matahari langsung dan suhu penyimpanan tidak
boleh lebih dari 40 oC. Potasium sorbat lebih banyak digunakan sebagai antifungi daripada
sebagai antibakteri. Aktivitas potasium sorbat meningkat dengan peningkatan temperatur dan
peningkatan potasium sorbat.
9. Benzalkonium klorida
Benzalkonium klorida diklaim non iritasi dan non sensitisasi. Benzalkonium klorida
yang digunakan pada sediaan nebulizer dapat menyebabkan bronkokontriksi pada pasien
asma. Benzalkonium klorida yang diaplikasikan di telinga dapat menyebabkan ototoksisitas.
Benzalkonium klorida inkompatibel dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat,
hidrogen peroksida, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, zink oksida, zink sulfat, dan beberapa
campuran plastik. Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan dapat dipengaruhi cahaya,
udara dan logam.
Benzalkonium klorida memiliki aktivitas terhadap bakteri, yeast dan jamur.
Benzalkonium klorida tidak efektif melawan Pseudomonas aeroginosa, Mycobacterium
tuberculosis, T. rubrum, dan Tricophyton interdigitale. Aktivitas antimikrobanya dapat
meningkat dengan penambahan fenilmerkuri asetat, fenilmerkuri borat, klorheksidin,
cetrimide, atau m-kresol. Aktivitas antimikroba muncul oada pH 4-10.
10. Chlorobutanol
a. Nama Kimia: 1,1,1-Trichloro-2-methyl-2-propanol
b. Formula Empiris: C4H7Cl3O
c. Berat Molekul: 177.46
d. Struktur :
Chlorobutanol
banyak
digunakan
sebagai
pengawet
dalam
ini.
Dilaporkanreaksi
negatif
terhadap
chlorobutanol
termasuk:
g.
h. Keterangan: Berwarna atau hampir tidak berwarna, kristalbubuk dengan bau fenolik yang
khas.
i. Properti Khas: Aktivitas antimikroba: chlorocresol memiliki aktivitas bakterisidalterhadap
kedua organisme Gram-positif dan Gram-negatif(termasuk Pseudomonas aeruginosa),
spora, jamur, danragi. Hal ini paling aktif dalam larutan asam, dengan efektivitas
antimikrobamenurun dengan meningkatnya pH; tidak aktifdi atas pH 9. aktivitas
antimikroba juga dapat dikurangi denganhilangnya chlorocresol dari formulasi karena
tidak kompatibeldengan bahan kemasan atau bahan pengisi lainnya, sepertisurfaktan
nonionik. Efeksinergisantimikroba antara chlorocresol dan pengawet antimikroba
lainnya,seperti 2-phenylethanol, telah dilaporkan. Konsentrasi hambat minimum
dilaporkan (MIC) untukchlorocresol ditunjukkan pada Tabel III. Seperti kebanyakan
antimikroba,chlorocresol memiliki respon dosis non-linear. Bakteri: konsentrasi sekitar
0,08%, denganwaktu kontak 10 menit, yang bakterisida. MIC khasyaitu 0,02%.Jamur:
chlorocresol aktif terhadap jamur dan ragi.Konsentrasi fungisida (setelah 24 jam dari
kontak) berada dikisaran 0,01-0,04%.
j. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Chlorocresol stabil pada suhu kamar. Larutan dapat
disterilkan dengan autoklaf. Padapaparan udara dan cahaya, larutan air dapat
menjadiberwarna kuning. Larutan dalam minyak atau gliserin dapat disterilkan
denganpemanasan pada 1600C selama 1 jam. Bahan massal harus disimpandalam wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
0,05%
menghasilkaniritasi
mata
pada
kelinci.
Meskipun
laporan
tersebut,
chlorocresoltelah diuji dalam preparasi tetes mata. Ketika digunakan secara sistemik,
terutama di injeksi hepari diawetkan dengan chlorocresol 0,15%, iritan tertundadanreaksi
hipersensitivitas dikaitkan dengan chlorocresol telahdilaporkan.
n. Tindakan Penanganan: Mengamati tindakan pencegahan normal sesuai dengan
keadaandan kuantitas bahan. Chlorocresol dapat mengiritasipada kulit, mata, dan selaput
lendir. Perlindungan mata,sarung tangan, dan pakaian pelindung yang direkomendasikan.
Chlorocresolmenyajikan bahaya kebakaran sedikit bila terkena panas atau api. Luka bakar
untuk menghasilkan asap beracun yang mengandung fosgen danhidrogen klorida.
o. Status Peraturan: Termasuk dalam FDA aktif Bahan Guide (krim topikaldan emulsi).
Termasuk dalam nonparenteral dan parenteralobat berlisensi di Inggris.
12. Ethylparaben
a. Nama Kimia: Ethyl-4-hydroxybenzoate
b. Formula Empiris:C9H10O3
c. Berat Molekul: 177.46
d. Struktur :
lebih aktif terhadapGram positif daripada terhadap bakteri gram negatif.Aktivitas paraben
meningkat dengan meningkatnyapanjang rantai dari bagian alkil, tapi penurunan
kelarutan.Kegiatan dapat ditingkatkan dengan menggunakan kombinasiparabens sejak
efek sinergis terjadi. Ethylparaben umumnya digunakan dengan Methylparaben dan
propylparaben diformulasi oral dan topikal.
i. Stabilitas dan Kondisi Penyimpanan : Larutan ethylparaben berair pada pH 3-6 dapat
disterilkan olehautoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, berairlarutan yang stabil
(kurang dari 10% dekomposisi) sampaisekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan
pada pH 8 ataudiatas adalah subjek untuk hidrolisis yang cepat (10% atau lebih setelah
sekitar60 hari pada suhu kamar).Ethylparaben harus disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat yang sejuk dan kering.
dengan
reaksihipersensitivitas.
Paraben,
in
vivo,
juga
telah
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abate, M. and Abel, S. K., 2006, Remington: The Science and Practice of Pharmacy 21st
Edition, Lippincott Williams and Wilkins, 772, University of The Sciences, Philadelphia,
(online), (http://books.google.co.id, diakses pada tanggal 18 November 2015)
Ansel, H.C., Popovich, N.G., Allen, L.V., 2015. Pharmaceutical Dosage. Form and Drug
Delivery System. 10th Ed. Philadelphia: Williams &.N
Rowe, R.C., Sheckey, P.J., and Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients,
Sixth Edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, London.