Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI


CORRIGEN

Disusun oleh :
Dina Prarika

(G1F014003)

Sri Putri Wulandari

(G1F014011)

Zidna Akmala Dewi

(G1F014019)

Afifah Dwi Rahmatika

(G1F014027)

Astriana Dian W.

(G1F014035)

Alim Wijaya

(G1F014039)

Raras Ravenisa

(G1F014055)

Siti Sarah Chandriani

(G1F014063)

Alifah Itmi Musthoffa

(G1F014073)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016

CORRIGEN
1. Definisi
Corrigens, adalah bahan atau obat tambahan guna memperbaiki warna,
rasa, dan bau obat utama (Syamsuni, 2006).
2. Peran eksipien
Peran corrigen tergantung pada jenis corrigennya, berikut jenis-jenis
corrigen
beserta fungsinya (Syamsuni, 2006).
a. Corrigens actionis, berfungsi memperbaiki atau menambah efek obat
utama. Misalnya Pulvis Doveri terdiri atas kalii sulfas, Ipecacuanhe Radix,
dan Pulvis Opii. Pulvis Opii sebagai obat khasiat utama menyebabkan
orang sukar buang air besar, kalii sulfas sebagai pencahar sekalius
memperbaiki kerja Pulvis Opii tersebut.
b. Corrigens saporis (memperbaiki rasa), misalnya Sirop Aurantiorum, Tint.
Cinnamomi, aqua menthae piperitae, dan lain-lain.
c. Corrigens odoris (memperbaiki bau), misalnya Oleum Rosarum, Ol.
Bergamotte dan Ol. Cinamomi.
d. Corrigens coloris (memperbaiki warna), misalnya Tint. Croci (kuning),
Caramel (coklat), Carminum (merah), dan lain-lain.
e. Corrigens solubilis untuk memperbaiki kelarutan dari obat utama. Misalnya
: I2 tidak larut dalam air, tetapi dengan penambahan KI menjadi mudah
larut.
3. Contoh zat corrigen
a. Corrigen saporis
1. Sukrosa

RumusMolekul
Berat Molekul
Pemerian

: C11H22O11
: 342,30.
: Hablur putih atau tidak berwarna; masa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih; tidak
berbau, rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral
terhadap lakmus.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air medidih; sukar larut dalam etanol; tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Titik Leleh
: 1600 C 1680 C
Khasiat
: Pemanis dan pengental.
Konsentrasi: 67 % w/w.

OTT

Stabilitas

Penyimpanan
pKa
Bj

: Serbuk sukrosa mungkin saja terkontaminasi


dengan logam berat yang dapat menjadi
inkompatibel dengan bahan penolong seperti asam
askorbat. Sukrosa juga mungkin saja terkontaminasi
sulfit yang pada konsentrasi sulfit tinggi
menyebabkan perubahan warna saat penyalutan
tablet.
: Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada
temperatur ruangan dan kelembaban sedang, dapat
menyerap 1% bau yang dilepaskan ketika
dipanaskan pada suhu 900 C. Membentuk karamel
ketika dipanaskan diatas 1600 C . Bisa disterilkan
dengan autoklaf atau penyaringan. Pada suhu 1100 C
1450 C dapat mengalami inversi menjadi
dekstrosa dan fruktosa. Inversi dipercepat pada suhu
diatas 1300 C dan dengan adanya asam.
: Wadah tertutup baik.
: 12,62.
: 1,2865 1,3471

Dikenal juaga sebagai gula pasir atau Sacharum album. Sebagai bahan
pengisi dalam formula tablet jarang sekali digunakan, lebih sering
digunakan sebagai penyalut pada tablet salut gula (drage) atau sebagai
pengikat Dalam perdagangan terdapat beberapa sukrosa dengan nama
dagang seperti ;Sugartab : mengandung 90-93% sukrosa dan 7-10%
gula invert .Dipac : mengandung 97 sukrosa dan 3% dektrin yang
telah dimodifikasi. NuTab : 95% sukrosa,4% gula invert, 0,1-0,2%
masing-masing terdiri dari Mg-stearat dan amylum jagung.Jenis-jenis
sukrosa ini digunakan dalam formula tablet hisap/kemut yang dibuat
secara cetak lansung.
Kekurangan :
Penggunaannya dalam tablet biasanya dalam jumlah kecil
(terbatas) karena sifat dapat menyerab lembab (air) sehingga dapat
menimbulkan kesulitan pada waktu pencetakan.
Warna sukcrosa cenderung berubah menjadi kecoklatan bila kontak
dengan senyawa yang bersifat asam atau basa
Tablet yang mengandung sukrosa disarankan tidak diberikan pada
pasien penderita penyakit gula.
Membentuk karamel ketika dipanaskan diatas 1600 C
Pada suhu 1100 C 1450 C dapat mengalami inversi menjadi
dekstrosa dan fruktosa. Inversi dipercepat pada suhu diatas 1300 C
dan dengan adanya asam.

Kelebihan :
Sukrosa mempunyai stabilitas yang bagus pada temperatur ruangan
dan kelembaban sedang, dapat menyerap 1% bau yang dilepaskan
ketika dipanaskan pada suhu 900 C.
Bisa disterilkan dengan autoklaf atau penyaringan.
2. Laktosa

Sifat-sifat fisika kimia laktosa sebagai berikut (Depkes RI, 1995):


BM
: 343,4
Titik lebur
: 2880C
Titik didih
: 668,90C
Pemerian
: serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih
krem, tidak berbau dan sedikit manis, stabil diudara,
tetapi mudah menyerap bau.
Kelarutan
: Mudah (dan pelan
pelan) larut dalam air dan lebih mudahlarutdalam air
mendidih; sangat sukar larut dalam etanol;tidak
larutdalam kloroform dan dalam eter.
Kejernihan
: larutkan 3g dalam 10ml air mendidih; terbentuk
larutan jernih; tidak berwarna dan tidak berbau.
Dalam ilmu kesehatan laktosa tidak hanya dikenal dalam bentuk
cairan,namun laktosa dapat membentuk kristal yang memiliki sebuah
molekul air kristal. Selama proses pencernaan, laktosa dhidrolisis
secara enzimatik oleh laktase sehingga membentuk galaktosa dan
glukosa. Laktosa merupakan karbohidrat dari golongan disakarida
yang tersusun dari 2molekul monosakarida terhubungkan oleh ikatan
glikosida. Ikatan glikosidaterbentuk antara atom C 1 suatu
monosakarida dengan atom O dari OHmonosakarida lain. Hidrolisis 1
mol disakarida akan menghasilkan 2 molmonosakarida. dari
karbohidrat yang menjadi bentuk lebih sederhana yaitugalaktosa dan
glukosa. Rumus kimia laktosa adalah C12H22O11 dengan nama
IUPAC -D-galaktopiranosil-(14)-D-glukosa dan nama lainnya
adalah gulasusu (milk sugar ) atau 4-O--D-galaktopiranosil Dglukosa. Laktosa adalah gulayang diperoleh dari susu. Dalam bentuk
anhidrat atau mengandung satu molekulair hidrat (Depkes RI, 1995)

Kekurangan:
Kelarutan laktosa dalam air kurang baik
Bentuk kristal laktosa besar dan rasa laktosa kurang manis jika
dibandingkan dengan rasa sakarosa.
Kelebihan :
Formula laktosa biasanya menunjukkan kecepatan pelepasan zat
aktifdengan baik, mudah dikeringkan dan tidak peka terhadap
variasi moderat dalamkekerasan tablet pada pengempaan.
Laktosa dapat memadatkan massa granul dalam granulasi basah
atau metodekempa langsung.
Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali digunakan dalam
tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena
mudah melakukan pencampuran yang homogen.
Harga laktosa lebih murah daripada banyak pengisilainnya.
3. Fruktosa

Sifat fisik dan kimia dari fruktosa :


Rumus molekul
: C6H12O6
Massa molekul
: 180.16
Titik leleh
: 103oC
Warna
: putih
Fruktosa merupakan monosakarida sederhana yang banyak terdapat
didalam makanan dan merupakan isomer dari glukosa. Fruktosa
berwarna putih dan mudah larut dalam air.. Didalam molase terdapat
fruktosa sekitar 16%.
Keuntungan :
Tidak bersifat korosif
Mudah larut dalam air
Reaktif dengan agen pengoksidasi
Bersifat stabil
Mengandung gugus keton
Kekurangan :

Fruktosa sulit dikristalisasi dalam bentuk larutan

b. Corrigen odoris
Oleum rosalum, oleum bergamottae, dan oleum cinnamomi.
1. Oleum Cinnamomi
Nama Lain
: Minyak kayumanis, Oleum ciaoi
Nama Tanaman Asal
: Cinnamomum zeylanicum ( BI )
Keluarga
: Lauraceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Sinamilaldehida, egenol
Persyaratan Kadar
: Kadar aldehida jumlah dihitung sebagai
sinamilaldehida 60,0 % - 75,0 %
Penggunaan
: Obat gosok, obat mulas, pengawet sirop
Sedian
: - Oleum Iecoris Emulsum ( Form. Nas )
- Balsamum rubrum ( Form. Nas. )
- Oleum Ricini aromaticum ( Form. Nas. )
Pemerian
: Cairan warna kuning atau merah
kecoklatan, bau dan rasa khas
Cara Memperoleh
: Minyak atsiri diperoleh dengan
penyulingan air atau penyulingan uap kulit
batang dan kulit cabang
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat,terisi
penuh,terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk
2. Oleum Rosarum (FI Edisi III, Hal 459)
Nama Resmi
: OLEUM ROSAE
Sinonim
: Minyak Mawar
Pemerian
: Cairan, tidak berwarna atau kuning, bau
menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25o
kental, jika didinginkan perlahan-lahan berubah
menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan
mudah melebur.
Kelarutan
: Larut dalam 1 bagian kloroform P, larutan jernih.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
K/P
: Pengaroma yaitu untuk member aroma bunga
mawar pada serbuk tabor (pulvis).
c. Corrigen coloris
A. Pewarna alami
Adalah zat warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,
hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan
sejak dulu dan umumnya dianggap lebih aman daripada zat warna
sintetis, seperti annato sebagai sumber warna kuning alamiah bagi
berbagai jenis makanan begitu juga karoten dan klorofil. Dalam daftar
FDA pewarna alami dan pewarna identik alami tergolong dalam
uncertified color additives karena tidak memerlukan sertifikat
kemurnian kimiawi(hidayat,2006).
1. KAROTEN

Menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan


untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak
goreng dan margarin. Dapat diperoleh dari wortel, papaya dan
sebagainya(hidayat,2006).
2. BIKSIN
Memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari
biji pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis dan sering
digunakan untuk mewarnai mentega, margarin, minyak jagung dan
salad dressing(hidayat,2006).
Keuntungan Pewarna alami
Pewarna alami sehat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
baik untuk kesehatan dan alat pencernaan(hidayat,2006).
Kekurangan Pewarna Alami
Seringkali memberikan rasa dan flavor khas yang tidak diinginkan,
konsentrasi pigmen rendah, stabilitas pigmen rendah, keseragaman
warna kurang baik dan spektrum warna tidak seluas pewarna
sintetik(hidayat,2006).
B. Pewarna sintetik
Pewarna buatan mempunyai kelebihan yaitu warnanya homogen
dan penggunaannya sangat efisien karena hanya memerlukan jumlah
yang sangat sedikit. Kekurangan pewarna buatan yaitu jika pada saat
proses terkontaminasi logam berat, pewarna ini akan berbahaya untuk
kesehatan manusia. Penyakit yang ditimbulkan oleh pewarna buatan
dalam waktu singkat yaitu, alergi, asma, shok, sakit perut dan muntah
sedangkan dalam jangka waktu yang panjang zat pewarna buatan dapat
menyebabkan penyakit kanker. Pewarna alami mempunyai kelebihan
yaitu lebih aman untuk dikonsumsi, biasanya tidak ada efek samping
dan dapat menambah kandungan zat yang bermanfaat untuk tubuh.
Kelemahan pewarna alami yaitu warnanya yang tidak homogeni dan
ketersediaannya yang terbatas (Riandini, 2008).
Penggunaan zat pemberi warna dalam seidaan farmasi untuk tujuan
estetika, sebagai pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan,
dan untuk tujuan kekhasan dari produk. Umumnya pewarna yang
dipakai harus sinergis dengan rasa yang digunakan pada sediaan. Untuk
obat-obat serbuk yang diberikan sebagai tablet kompresi atau kapsul
umumnya membutuhkan perbandingan zat warna yang lebih besar (
0,1%) untuk mencapai warna yang dikehendaki daripada degan sediaan
cair (Ansel, 1989).
Pewarna yang diizinkan untuk digunakan pada sediaan farmasi
antara lain acid fushin D, amaranth, brilliant blue PCF sodium salt,
canthaxanthin, karamel, karbon hitam, karmin, klorofil, -karoten,

eosin, eritrosin, indigotin, riboflavin, sunset yellow PCF, tartrazin,


quinolin kuning WS, dan titanium dioksida (Swarbrick, 2007).
Contoh pewarna sintetik
1. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam
makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan
hiperaktivitas anak, pada sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang ,
tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria
(ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam)
dan anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih
umum pada penderita asma atau orang yang sensitif terhadap
aspirin(Pedro,1997).

(winarno, 1992).
Tampilan berupa
: tepung berwarna kuning jingga
Kelarutan
: mudah larut dalam air, sedikit larut dalam
alkohol 95%, mudah larut dalam gliserol
dan glikol.Tahan terhadap asam asetat, HCl,
NaOH 10%. NaOH 30% merubah warna
menjadi kemerah-merahan.
Rumus molekul
: C16H9N4Na3O9S2 dan nama IUPAC dari
tartrazine adalah : Trisodium (4E)-5-oxo-1(4-sulfonatophenyl)-4-[(4sulfonatophenyl)hydrazono]-3pyrazolecarboxylate.
Berat molekul
: 534,4 gram/mol.
2. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow S atau Yellow 6)
Sunset Yellow adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam
makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli,
minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil
individu, konsumsi pewarna aditif ini dapat menimbulkan urtikaria,
rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual, dan muntah.

(winarno, 1992)

Sifat Fisik Sunset Yellow


Pemerian
: Sunset Yellow termasuk golongan monoazo,
berupa tepung berwarna jingga,
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan menghasilkan
larutan jingga kekuningan. Sedikit larut dalam
alkohol 95% dan mudah larut dalam glikol dan
gliserol.
Berat molekul : 452,37 gram/mol
Ketahanan terhadap oksidator hampir sama dengan Tarzazine,
sedangkan ketahanan terhadap FeSO4 lebih rendah.
Pemakaian alat-alat yang menyebabkan warna larutan zat warna
menjadi coklat gelap dan keruh. Dengan Al, warna larutan hanya
sedikit berubah menjadi kemerahan.
3.Metanil yellow
Methanyl Yellow / Metanil yellow atau kuning metanil
merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk, padat, berwarna
kuning kecoklatan. Kuning metanil umumnya digunakan
sebagaipewarna tekstil, dan cat. Saat ini banyak kuning metanil
disalahgunakan untuk pangan, beberapa telah ditemukan untuk
beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie,pangan jajanan
berwarna kuning dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu. Ciri
pangan dengan pewarna kuning metanil biasanya, berwarna kuning
menyolok dan cenderung berpendar, banyak memberikantitik-titik
warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk). Berdasarkan
rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut Joint
FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat
digolongkan dalam beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana,
quinolin, xantin, indigoid. Methanyl Yellow ini termasuk ke dalam
zat warna sintetis azo (Hamidani, 2013).
Zat pewarna kuning Metanil yellow, merupakan zat pewarna
industry tekstil yang dilarang untuk produk makanan, yang pada
umumnya menggunakan zat anorganik ataupun mineral alam. Zat
warna anorganik berasal dari persenyawaan logam berat seperti
aluminium,besi, tembaga dan lainnya. Zat warna ini bersifat racun
dan berbahaya karena mengandung residu logam berat. Industri
tekstil menggunakan logam berat sebagai bahan pengikat warn aagar
warna warna yang dihasilkan menjadi lebih terang dan indah.
Bahkan ada beberapa industry tekstil yang menggunakan logam
berat sebagai bahan pewarna. Logam berat yang terkandung di
dalam pewarna tekstil dapat dilihat dari jenis limbah yang dihasilkan
industrytekstil tersebut, terutama arsenic (Ar), Kadmium (Cd), krom

(Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu),zinc/seng (Zn). Proses pembuatan


zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam
sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat
pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui
suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali
tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru
yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan
bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen
dantimbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam
berat lainnnya tidak boleh ada (Hamidani, 2013).
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup,
mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi
dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasipada kulit, iritasi
pada mata, dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih.
Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut,
diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih
lanjutnya yakni menyebabkan kanker pada kandung dan saluran
kemih. Zat warna sintetis yang memiliki rumus kimia
C18H14N3O3SNa dengan penampakan fisik berwarna orange
sampai kuning ini memiliki struktur seperti dibawah ini :Nama lain
atau sinonim/nama dagang dari kuning metanil adalah :Sodium
phenylaminobenzene ,Metaniline Yellow ,CI Acid Yellow 36 ,CI No.
13065 ,Metanilyellow, Monoazo, Amacid Yellow M, Fenazo Yellow
M, Kiton Yellow MS, Acid Golden G,Metanil Yellow C, Metanil
Yellow E, Metanil Yellow F, Metanil Yellow G, Metanil YellowK,
Metanil Yellow M, Metanil Yellow O, Metanil Yellow S, Metanil
Yellow Y, MetanileYellow O, Kiton Orange MNO, Metanil Yellow
PL, Metanil Yellow VS, Metanil Yellow WSNamun zat warna
sintetis ini juga memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat
menghasilkan warna yang lebih kuat, lebih seragam, dan lebih stabil.
Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah
meskipun sudah mengalami proses pengolahan danpemanasan.
Selain itu, penggunaanya sangat efisien karena hanya memerlukan
jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, jika pewarna tersebut
terkontaminasi logam berat, maka akansangat berbahaya (Hamidani,
2013).
4. Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan corrigen
a. Corrigen sapporis

Bahan tambahan, bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi,


tidak boleh mengandung bahan yang ditambahkan, kecuali secara khusus
diperkenankan dalam monografi. Apabila diperkenankan, pada
penandaan harus tertera nama dan jumlah bahan tambahan tersebut.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau dalam ketentuan
umum, bahan bahan yang diperlukan seperti bahan dasar, penyalut,
pewarna, penyedap, pengawet, pemantap dan pembawa ditambahkan ke
dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat atau
penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan. Bahan
tambahantersebut dianggap tidak sesuai dan dilarang digunakan, kecuali
(a) bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan,
(b) tidak melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk memberi efek
yang diharapkan, (c) tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi
atau keamanan dari sediaan resmi, (d) tidak mengganggu dalam
pengujian dan penetapan kadar (Anonim, 1995).
b. Corrigen odoris
- Memudahkan administrasi terhadap target aksi obat melalui rute
pemberian yang telah ditentukan
- Meningkatkan kesesuaian dosis
- Mengaktifkan serta mengendaliakan konsistensi bioavailabilitas obat
- Meningkatkan stabilitas zat aktif obat termasuk perlindungannya
terhadap degradasi
- Untuk memastikan produk fisik yang kuat dan reproduksibel
c. Corrigen coloris
Zat pewarna ditambahkan ke dalam sediaan oral cair untuk
menutupi
penampilan
yang
tidak menarik atau meningkatkan
penerimaan pasien. Zat warna yang ditambahkan harus sesuai dengan
flavour sediaan tersebut. Zat warna harus nontoksik, non-iritan, dan
dapat tersatukan dengan zat aktif serta zat tambahan lainnya. Dalam
pemilihan zat warna harus dipertimbangkan juga masalah:
Kelarutan larut dalam air.
Stabilitas warnanya stabil pada kisaran pH, di bawah cahaya
yang intensif dan masa penyimpanan.
Ketercampuran tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup.
Konsentrasi zat warna dalam sediaan
Stabilitas warna biasanya tergantung pada pH. Contoh : Sunset
yellow FCF, stabil pada pH asam dan berubah warna atau
terjadi pengendapan pada pH basa.
(winarno,
1992)

5. Teknologi penutup rasa


a. Corrigen sapporis
Tablet kunya
Berbagai formulasi dengan beberapa basis matriks dan corrigen diperiksa
untuk pengembangan tablet kunyah yang menekan rasa pahit
acetaminophen, sering digunakan sebagai antipiretik untuk bayi. Pati
jagung / laktosa, kakaomentega dan keras lemak (Witepsol H-15)
digunakan untuk basis matriks, dan sukrosa, coklat bubuk dan
bittermasking komersial yaitu campuran bubuk yang terbuat dari lesitin
(Benecoat BMI-40) digunakan untuk corrigents terhadap rasa pahit.
Intensitas rasa dievaluasi menggunakan relawan dengan perbandingan
sampel uji dengan larutan standar yang mengandung kinapada berbagai
konsentrasi. Untuk tablet terbuat dari bahan dasar matriks dan obat,
Witepsol H-15 menghambat rasa pahitobat, dan kekuatan pahit cenderung
ditekan dengan peningkatan jumlah Witepsol H-15. Ketikaefek
penghambatan pada rasa pahit dari larutan acetaminophen dibandingkan
antara corrigents, masing-masing cenderungmenekan rasa pahit; terutama,
Benecoat BMI-40 menunjukkan efek yang lebih penghambatan.
Selanjutnya, tablet kunyah yangterbuat dari satu dasar matriks dan satu
corrigent, dan satu dasar matriks dan dua jenis corrigents, intensitasrasa
pahitnyadibandingkan setelah mengunyah. Akibatnya, tablet terbuat dari
Witepsol H-15 / Benecoat BMI-40 / sukrosa, dariWitepsol H-15 / coklat
bubuk / sukrosa dan Witepsol H-15 / sukrosa yang terbaik menutupi rasa
pahit sehingga tabletnyacukup untuk dikunyah dan menelan. Bentuk
sediaan terbaik masking rasa pahit menunjukkan rilis yang baik dari
obat,menunjukkan sedikit perubahan dalam bioavailabilitas oleh masking.
b. Corrigen odoris
TABLET SALUT
Tujuan penyalutan tablet :
1. Melindungi zat aktif dari udara, kelembaban, atau cahaya
2. Menutupi rasa dan bau tidak enak
3. Membuat penampilan lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat
dalam saluran cema.
a. TABLET SALUT GULA (TSG)
Tablet disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung
serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau
titanium dioksida, yang disuspensikan dengan gom akasia atau
gelatin, sehingga berat tablet bertambah 30-50%.
Sifat: - Mudah ditelan dibanding tablet biasa

- Bahan aktif lebih stabil dibanding tablet biasa


- Cocok untuk obat yang rasa dan bau tidak menyenangkan
- Dengan penyalutan memperlambat tersedianya obat
diabsorbsi, karena terlambatnya sediaan pecah.
Contoh : Supra livron
b. TABLET SALUT FILM (TSF)
Sediaan ini merupakan tablet kempa cetak yang disalut dengan
bahan yang merupakan derivat cellulose( film ) yang
tipis/transparan, dan hanya menambah berat tablet 2-3%
Sifat :- Bahan aktif lebih stabil dibanding tablet biasa.
-

Cocok untuk bahan obat yang rasa dan bau tidak


menyenangkan.

Contoh : Ferro gradumet


c. TABLET SALUT ENTERIK (TSE)
Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan obat
sampai tablet telah melewati lambung, dilakukan untuk obat yang
rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi
lambung.

Sifat : - Absorbsi obat Baru terjadi didalam usus


- Bentuk ini tepat untuk bahan obat yang iritatif terhadap
lambung, dirusak oleh asam lambung dan enzim
pencernaan.
- Tidak tepat untuk bahan campuran pulveres atau potio
serta pemberian yang dalam bentuk tidak utuh.
Contoh : Dulcolax 5 mg, Voltaren
d. TABLET MULTILAYER
Obat yang dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi
diatas tablet yang dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk
tablet multiplayer.
Contoh : Bodrex
e. TABLET FORTE

Tablet yang mempunyai komposisi sama dengan komponen tablet


biasa tapi mempunyai kekuatan yang berbeda ( Biasanya 2 kali
tablet biasa).
Contoh : Bactrim Forte
f. TABLET PELEPASAN TERKENDALI
Tablet ini dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia
selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan. Sediaan ini
ditelan secara utuh, tidak boleh dikunyah atau digerus. Ada
Sediaan Retard yang devidedose artinya bisa dipotong menjadi
beberapa bagian, contoh Quibron-T
Sifat : - Cukup stabil dalam transportasi dan penyimpanan
-Pelepasan bahan aktif dari sediaan pelepasan terkendali
dapat melalui difusi, dilusi, osmoticpressure atau
ionexchange.
- Mempertahankan efek terapi untuk batas waktu yang
lama, sehingga efek obat lebih seragam, hal tersebut akan
mengurangi frekuensi pemberian sehingga ketaatan pasien
bertambah.
- Harga lebih mahal.
Istilah efek diperpanjang ( prolong action ) ; efek pengulangan
( repeat action) dan pelepasan lambat (sustained action) telah
digunakan untuk menyatakan sediaan tersebut. Istilah lain yang
sering digunakan antara lain retard, time release, sustained
release.
Contoh : Avil retard, Adalat oros
(Suharmi dan Murini,
2009)

c. Corrigen coloris
Tablet hisap kempa
Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu
menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat
suat produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna-warna alami dari tumbuhtumbuhan dibatasi karena warna-warna ini sering kali tidak stabil (Lachman,
1994).
Zat pewarna larut air dan pewarna lakolene dapat digunakan untuk
mewarnai tablet hisap kempa. Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada
campuran serbuk selama pembuatan pembawa granulasi basah sebelum

dilakukan granulasi eksipien dan zat aktif. Selain itu, pewarna dapat dilarutkan
dalam larutan penggranulasi dan ditambahkan pengikat (Siregar, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995,
Jakarta

Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI :

Anonim, 1995,Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.


Anonim.
2008.
Dilema
Pewarna
Makanan.
http://www.halalguide.info/2009/05/25/dilema-pewarna-makanan/.
Diakses pada 5 Januari 2009.Mills, Simon. 2010. Pharmaceutical
excipients an overview including considerations for paediatric dosing.
World Health Organization: Beijing.
Arisman. 2008. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV. Terjemahan dari
Introduction to Pharmaceutical dosage Form oleh Farida Ibrahim. UI
Press. Jakarta.
Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hamidani,
2013,
Bahan
Pewarna
Makanan,http://catatankimia.com/catatan/bahan-pewarna-makanan.html,
Diakses tanggal 20 Mei 2016.
Hamidani,
2013,
Bahan
Pewarna
Makanan,http://catatankimia.com/catatan/bahan-pewarna-makanan.html,
Diakses tanggal 12 Juni 2013.
Hiroyuki Suzuki, Hiraku Onishi, Yuri Takahashi, Masanori Iwata,Yoshiharu
Machida, 2002. Development of oral acetaminophen chewable tablets with
inhibited bitter taste. International Journal of Pharmaceutics.
Lachman, L., Lieberman H.A., dan King, J.L., 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri edisi III. UI press. Jakarta.
Nur Hidayat dan Elfi Anis Saati, 2006. Membuat Pewarna Alami.Trubus
Agrisarana Jakarta.
Pedro, L.L, Leticia LM, Luis IMR, Katarzyna W, Kazimierz W, and Judith A.H.
1997. Extraction of Sunset Yellow and Tartrazine by Ion-pair Frmation
With Adogen-464 and Tfeir Simultaneous Determination by Bivariate
Calibration and Derivative Spectrophotometry. Analyst. 122 : 1575
1579.
Riandini, Nursanti. 2008, Bahan Kimia Dalam Makanan Dan Minuman.
Bandung: Shakti Adiluhung.

Siregar, Charles, J.P., 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-Dasar


praktis. EGC. Jakarta.
Swarbrick, J., 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technolgy Edisi ketiga
Volume I. Pharmaceu Tech. USA.
Syah et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan
Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, BogorSuharmi, Sri. Murini, Tri.
2009. Bentuk Sediaan Obat (BSO) dalam preskripsi. Farmasi Kedokteran
FK UGM: Yogyakarta
Syamsuni, 2005, Farmasetika
KedokteranEGC : Jakarta

Dasar

dan

Hitungan

Farmasi,

Syamsuni, 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.


Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta.

Buku

Anda mungkin juga menyukai