Anda di halaman 1dari 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu: Maisyanah, M. Pd. I

Disusun Oleh
1. Riyanti Afidah
2. Siti Ainur Roiyah
3. Arina Din Aufiani

(1310110429)
(1310110437)
(1310110442)

JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
KUDUS
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Masalah
Manusia adalah makhluk-makhluk hidup yang lebih
sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk
hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada
pada manusia, manusia berkembang dan mengalami
perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam
segi fisologik maupun perubahan-perubahan dalam segi
psikologi.
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa
hereditas tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik individu
diperoleh

melalui

pewarisan

dari

pihak

orangtuanya.

Karakteristik tersebut menyangkut fisik (seperti struktur


tubuh, warna kulit, dan bentuk rambut) dan psikis atau
sifat-sifat mental (seperti emosi, kecerdasan dan bakat).
Hereditas atau keturunan merupakan aspek individu
yang bersifat pembawaan dan memiliki potensi untuk
berkembang. Seberapa jauh perkembangan individu terjadi
dan bagaimana kualitas perkembangannya bergantung
pada

kualitas

hereditas

dan

lingkungan

yang

mempengaruhinya. Lingkungan merupakan factor penting


disamping hereditas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
sajakah
faktor-faktor
perkembangan?
2. Apa sajakah teori-teori

yang

terkait

mempengaruhi

faktor-faktor

yang

mempengaruhi perkembangan?
3. Bagaimanakah pandangan Islam mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
1. Hereditas (Keturunan/Pembawaan)
Hereditas
merupakan
faktor
pertama
yang
mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas

diartikan

sebagai

totalitas

karakteristik

individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau


segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh
sperma) sebagai pewarisan dari pihak orangtua melalui
gen-gen.1
Pewarisan gen diperoleh dari pembuahan. Mengenai
jenis kelamin dari hasil pembuahan, sangat bergantung
pada perpaduan antara kromosom. Pada pria ada
pasangan kromosom xy sedangkan pada wanita
hanya mempunyai kromosom xx. Apabila dalam
pembuahan terjadi pasangan xy (x dari wanita dan y
dari laki-laki) maka anak yang akan lahir laki-laki,
sedangkan apabila xx maka yang lahir adalah wanita.
Adapun yang diturunkan orang tua kepada anaknya
adalah strukturnya bukan tingkah laku yang diperoleh
sebagai hasil dari belajar atau pengalaman. Penurunan
sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip Reproduksi
Sifat-sifat tingkah laku yang diturunka hanyalah bersifat
reproduksi yaitu memunculkan kembali apa yang sudah ada pada
hasil perpaduan benih, penurunan sifat berlangsung dengan melalui
sel benih bukan sel badan. Dengan demikian tingkah laku atau
kecakapan orang tua yang diperoleh melalui hasil pengalaman atau
1 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 31.

belajar tidak akan diturunkan, yang diturunkan adalah sifat-sifat


strukturil, karenanya kecakapan orang tua bukan ukuran untuk
kecakapan anaknya.
b. Prinsip Konformitas (keseragaman)
Setiap proses heriditet akan mengikuti pola-pola keseragaman dari
jenis generasi sebelumnya yakni seorang anak akan memiliki sifatsifat yang diturunkan oleh kelompok rasnya atau suku bangsanya.
Sebagai contoh: keturunan orang-orang Arab akan memiliki cirriciri yang seragam, demikian pula orang Eropa, Gegro dan
sebagainya.
c. Prinsip Variasi
Setiap proses hariditet akan terjadi penurunan yang bervariasi.
Kecuali situasi dan kondisi menyebabkan bervariasinya produksi
benih. Penurunan sifat kepada anak dari orang tua sangat bervariasi
dikarenakan jumlah gen-gen dalam kromosom amat banyak, maka
kombinasi

gen-gen

setiap

pembuahan

akan

mempunyai

kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian untuk setiap


proses heiditet akan terjadi penurunan yang bervariasi. Keculi itu
situasi dan kondisi menyebankan bervariasina produksi benih.
d. Prinsip Regresi Filial
Penurunan sifat cenderung menuju kearah rata-rata dari kedua
orang

tuanya.

Misalkan

orang

tua

yang

cerdas

akan

berkecendrungan memiliki keturunan yang kurang cerdas.


Perlu diketahui pula bahwa faktor keturunan yang diperoleh dari
orang tua tidak hanya aspek fisik saja yang diwariskan seperti warna
rambut, warna kulit, postur tubuh dan sebagainya, tetapi aspek
psikologis juga diwariskan ke anak, misalnya emosi, intelegensi,
motivasi, kepribadian dan sebagainya.2
2. Lingkungan
Urie Bronfrenbrenner dan Ann Crouter (Sigelman &
Shaffer, 1995:86) mengemukakan bahwa lingkungan
2 Muzdalifah M. Rahman, S. Psi., M. Si, Psikologi Perkembangan,
(Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hlm. 32

perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi


atau

kondisi

di

luar

organism

yang

diduga

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan


individu. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik dan
lingkungan

social.

Lingkungan

fisik,

yaitu

meliputi

segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar janin


sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur
suatu rumah. Lingkungan sosial, yaitu meliputi seluruh
manusia yang secara potensial mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh perkembangan individu.3
Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala materiil
dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang
bersifat

fisiologis,

psikologis

(perasaan,

kemauan,

emosi) dan social.4


Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan

perkembangan

adalah

keseluruhan

fenomena (peristiwa, situasi atau kondisi) fisik, psikis


atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
perkembangan individu. Lingkungan tersebut antara
lain:
a. Lingkungan Keluarga
F.J Brown berpendapat bahwa ditinjau dari
sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan
dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti
sempit, keluarga meliputi orang tua dan anak. Dalam
arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada

3 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan


Remaja, hlm. 35
4 Muzdalifah, S. Psi., M. Si, Psikologi, (Kudus:STAIN Kudus, 2009), hlm.
96.

hubungan

darah

atau

keturunan

yang

dapat

dibandingkan dengan clan (marga).5


Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu
utama terhadap perkembangan anak. Faktor faktor lingkungan
keluarga yang dipandang mempengaruhi perkembangan anak
diklasifikasikan dalam tiga faktor, yaitu keberfungsian keluarga,
pola hubungan orang tua-anak dan kelas sosial dan status
ekonomi.6
1) Keberfungsian Keluarga
Keluarga yang fungsional atau ideal menurut Alexssander A.
Schneiders (1960:405) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Minimnya persilisihan antar orang tua atau antar orang tuab)
c)
d)
e)

anak.
Adanya kesempatan untuk menyatakan keinginan.
Penuh kasih sayang.
Menerapkan disiplin dan tidak keras.
Memberikan peluanguntuk bersikap mandiri dalam berfikir,

merasa, dan berperilaku.


f) Saling menghargai atau menghormati (mutual respect) antar
anggota keluarga.
g) Menyelenggarakan

konferensi

(musyawarah)

keluarga

dalam memecahkan masalah.


h) Menjalin kebersamaan antar anggota keluarga.
i) Orangtua memiliki emosi yang stabil.
j) Berkecukupan dalam bidang ekonomi.
k) Mengamalkan nilai nilai moral agama.
Sementara keluarga yang disfungsional menurut Dadang Hawari
(1997:165) ditandai dengan karakteristik sebagai berikut:
a) Kematian salah satu atau kedua orang tua.
b) Kedua orang tua terpisah atau bercerai (divorce).
c) Hubungan kedua orang tua kurang baik (poor marriage).
d) Hubungan orang tua dengan anak tidak baik (poor parentchild relationship).
5 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, hlm. 36
6 Ibid, hlm. 42.

e) Suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan


(high tension and low warmth).
f) Orang tua sibuk dan jarang berada dirumah (parent
absence)
g) Salah satu atau kedua orang tua memiliki kelainan
kepribadian atau gangguan kejiwaan (personality or
pshycological disorder)
2) Pola Hubungan Orang Tua dan Anak
Terdapat beberap pola sikap atau perlakuan orang
tua

terhadap

mempunyai
kepribadian

anak

pengaruh
anak

yang

masing-masing

tersendiri

(Hurlock,

1956:

terhadap
504-512;

Scheneider, 1964: 150-156; Lore, 1970: 145). Polapola tersebut dapat disimak pada tabel berikut:

1.
2.

3.
4.

Pola Overprotection (terlalu melindungi)


Perilaku Orang Tua
Profil Tingkah Laku Anak
Kontak yang berlebihan dengan
1. Perasaan tidak aman
2. Agresif dan dengki
anak
3. Mudah merasa gugup
Perawatan
atau
pemberian
4. Melarikan
diri
dari
bantuan kepada anak yang
kenyataan
terus menerus, meskipun anak
5. Sangat tergantung
6. Ingin
menjadi
pusat
sudah mampu merawat dirinya
perhatian
sendiri
7. Bersikap menyerah
Mengawasi
kegiatan
anak
8. Lemah dalam aspiratif
ecara berlebihan
dan toleransi terhadap
Memecahkan masalah anak
frustasi
9. Kurang
mampu
mengendalikan emosi
10.
Menolak tanggung
jawab
11.
Kurang percaya diri
12.
Mudah terpengaruh
13.
Peka terhadap kritik
14.
Bersikap yes man
15.
Egois

16.
Suka bertengakar
17.
Pembuat onar
18.
Sulit dalam bergaul
Pola Permissiveness (pembolehan)
1. Memberikan
kebebasan
1. Pandai
mencari
jalan
untuk berpikir dan berusaha
2. Menerima
gagasan
atau
pendapat
3. Membuat anak merasa tidak
diterima dan merasa kuat
4. Toleran
dan
memahami
kelemahan anak
5. Cenderung
lebih

keluar
2. Dapat bekerja sama
3. Percaya diri
4. Penuntut
dan
tidak
sabaran

suka

memberi yang diminta anak


daripada menerima
Pola Rejection (penolakan)
1. Bersikap masa bodoh
1. Agresif (mudah marah,
2. Bersikap kaku
gelisah, tidak patuh atau
3. Suka
mempedulikan
keras
kepala,
suka
kesejahteraan anak
4. Menampilkan
sikap
bertengkar dan nakal)
2. Submissive (kurang dapat
permusuhan atau dominasi
mengerjakan
tugas,
terhadap anak
pemalu,
suka
mengasingkan

diri,

mudah tersinggung dan

Pola Acceptance
1. Memberikan perhatian dan
cinta kasih yang tulus kepada
anak
2. Menempatkan

anak

dalam

posisi yang penting di dalam


rumah

penakut)
3. Sulit bergaul
4. Pendiam
5. Sadis
(penerimaan)
1. Mau bekerja sama
2. Bersahabat
3. Loyal
4. Emosinya stabil
5. Ceria
dan
bersikap
optimis
6. Mau menerima tanggung

3. Mengembangkan

hubungan

yang hangat dengan anak


4. Bersikap respect terhadap
anak
5. Mendorong

anak

untuk

jawab
7. Jujur
8. Dapat dipercaya
9. Memiliki
perencanaaan
yang

jelas

untuk

menyatakan rperasaan atau

mencapai masa depan


10.
Bersikap
realistic

pendapatnya
6. Berkomunikasi dengan baik

(memahami kekuatan dan

secara

terbuka

dan

mau

kelemahan dirinya secara

objektif)
mendengarkan masalahnya
Pola Domination (dominasi)
Mendominasi anak
1. Bersikap

sopan

dan

sangat berhati-hati
2. Pemalu, penakut, inferior,
dan mudah bingung
3. Tidak dapat bekerja sama
Pola Submission (penyerahan)
1. Senantiasa
memberikan
1. Tidak patuh
2. Tidak bertanggung jawab
sesuatu yang tidak diminta
3. Agresif dan teledor atau
anak
lalai
2. Membiarkana
anak
4. Bersikap otoriter
berperilaku
semaunya
di
5. Terlalu percaya diri
rumah
Pola Punitiveness/Overdiscipline (terlalu disiplin)
1. Mudah
memberikan
1. Impulsif
2. Tidak dapat mengambil
hukuman
2. Menanamkan
kedisiplinan
keputusan
3. Nakal
secara keras
4. Sikap bermusuhan atau
agresif
3) Kelas social dan status ekonomi
Rand Conger (Sigelman & Shaffer, 1995:397)
mengemukakan bahwa orangtua yang mengalami
tekanan ekonomi atau perasaan tidak mampu
mengatasi

masalah

finansialnya,

cenderung

menjadi depresi dan mengalami konflik keluarga


yang akhirnya mempengaruhi masalah remaja,
seperti kurang harga diri, prestasi belajar rendah,
kurang dapat bergaul dengan teman, dan depresi.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran,
dan atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu
mengembangkan

potensinya

secara

optimal,

baik

yang

menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial,


maupun fisik-motoriknya.
Hurlock (1986:322)

mengemukakan

bahwa

sekolah

merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadiananak,


baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah
berperan sebagai subtitusi keluarga dan guru berperan sebagai
subtitusi orang tua. Michael Rutter (Sigelman & Shaffer, 1995:426)
mengemukakan definisi sekolah yang efektif, yaitu yang
mengembangkan prestasi akademik, keterampilan sosial, sopan
santun, sikap positif terhadap belajar, angka absen siswa yang
rendah, melatih keterampilan sebagai bekal bagi siswa untuk dapat
bekerja. Sekolah yang efektif juga didukung oleh kualitas guru,
baik menyangkut karakteristik pribadi maupun kompetensinya.
Karakteristik pribadi dan kompetensi guru ini sangat berpengaruh
terhadap kualitas kelas, proses pembelajaran di kelas, hubungan
guru

dengan

siswa

di

kelas

yang

pada

akhirnya

akan

mempengaruhi pada keberhasilan belajar siswa.7


c. Kelompok Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi
anak mempunyai peranan cukup penting bagi perkembangan
dirinya. Melalui kelompok teman sebaya, anak dapat memenuhi
kebutuhannya untuk belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan
7 Ibid, hlm. 54-56.

bekerja sama), belajar menyatakan pendapat perasaan orang lain,


belajar

tentang

norma-norma

kelompok

dan

memperoleh

pengakuan dan penerimaan sosial.


Pengaruh teman sebaya terhadap anak bisa positif atau
negatif. Berpengaruh positif, apabila para anggota kelompok itu
memiliki sikap dan perilakunya positif, atau berakhlak mulia.
Sementara yang negative, apabila para anggota kelompoknya
berperilaku

menyimpang,

kurang

memiliki

tatakrama

dan

berakhlak buruk.
B. Teori-Teori Perkembangan Manusia.
Ada beberapa teori mengenai factor-faktor yang
mempengaruhi

perkembangan

manusia.

Teori-teori

tersebut adalah sebagai berikut:8


1. Aliran Nativisme.
Para ahli yang mengikuti aliran nativisme berpendapat bahwa
perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir. Natus berarti lahir, perkembangan individu
semata-mata tergantung dari pembawaannya. Menurut teori ini,
pengalaman dan pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Teori ini
dikemukakan oleh Schopenhauer.
2. Aliran Empirisme
Aliran ini bertentangan dengan aliran narivisme. Pengikut aliran
empiris berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata berasal
dari faktor lingkungan. Tokoh utama aliran ini adalah John Locke
(1632-1704). Doktrin aliran ini terkenal dengan teori tabula rasa.
Doktrin tabula rasa ini menekankan pentingnya arti pengalaman,
lingkungan, dan pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu
semata-mata

tergantung

dari

lingkungan

dan

pengalaman

pendidikanya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap


tidak ada pengaruhnya.
3. Aliran Konvergensi
8 Muzdalifah, S. Psi., M. Si, Psikologi, hlm. 83.

10

Aliran ini merupakan gabungan antara aliran empirisme dan aliran


nativisme yang mengabungkan arti hereditas (pembawaan) dengan
lingkungan

sebagai

faktor-faktor

yang

berpengaruh

terhadap

perkembangan. Tokoh utama konvergensi Louis William Stem (18711938) menganggap bakat sebagai kemungkinan yang telah ada pada
masing-masing individu dapat dikembangkan apabila di tunjang
dengan pengaruh lingkunganya.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan dalam Perspektif
Islam
Dalam pandangan ajaran Islam, manusia dilahirkan
dalam

keadaan

kosong,

dalam

arti

tidak

memiliki

pengetahuan apapun. Hal ini dinyatakan dalam Al-Quran


secara eksplisit dengan ungkapan


Meskipun demikian, Allah memberi
berupa

potensi

untuk

mengembangkan

bekal-bekal
diri

menjadi

pemegang wewenang di muka bumi yang dalam Al-Quran


disebut Khalifatullah fil ardh (khalifah Allah di muka bumi)
dalam rangka beribadah atau mengabdi kepada-Nya.
Bekal-bekal potensial itu, menurut firman-Nya berupa
indera pendengaran atau telinga dan indera penglihatan
atau mata serta daya nalar (af-idah). Af-idah menurut Ibnu
Katsir sebagaimana yang telah disinggung di muka, adalah
kalbu atau akal. Berdasarkan kajian psikologis kognitif, qalb
dapat

diasumsikan

sebagai

potensi

sistem

memori

manusia.
Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah Saw bersabda ;


) )








Artinya :
Tiap-tiap anak dilahirkan menurut fitrohnya (bakatnya
orang tualah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau
Majusi). (H.R Muslim)

11

Hadits di atas menyatakan, bahwa setiap manusia


dilahirkan

dalam

keadaan

fitrah

atau

memiliki

sifat

pembawaan yang ada sejak lahir. Fitrah atau sifat bawaan


dipahami oleh para ahli antara lain sebagai : Pertama
kesucian, Kedua kecenderungan beragama atau memeluk
Islam. Arti kecenderungan memeluk Islam ini tampak
mengacu

pada

kemungkinan

berkembangnya

anak

manusia tersebut menjadi Yahudi atau Nasrani atau Majusi,


bergantung pada kedua orangtua dan lingkungannya. Pada
dasarnya setiap manusia berpotensi menjadi seorang
Muslim, dan potensi ini akan menjadi kenyataan apabila
kedua orangtua dan lingkungan mendidiknya secara Islami.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa
bakat dan pembawaan atau hereditas berperan sangat
penting dalam menentukan perkembangan dan masa
depan manusia. Namun, peran penting hereditas tersebut
kurang

berarti

lingkungannya

atau
tidak

bahkan
memberi

tidak

akan

dukungan

berarti
yang

jika

sesuai

dengan potensi bakat dan kemampuan yang dibawa sejak


lahir.9

9 Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:


Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 23.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor yang mempengaruhi perkembangan ada dua, yaitu hereditas
dan lingkungan. Sifat berasal dari gen yang diturunkan oleh orang tua.
Factor keturunan tidak hanya aspek fisik saja yang diwariskan seperti
warna rambut, warna kulit, postur tubuh dan sebagainya, tetapi aspek
psikologis juga diwariskan ke anak, misalnya emosi, intelegensi,
motivasi, kepribadian dan sebagainya. Sedangkan factor lingkungan
terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan teman sebaya/social.
2. Teori-teori mengenai factor yang mempengaruhi
perkembangan,

diantaranya:

a.

Aliran

Nativisme,

berpendapat bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan


oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, b. Aliran Empirisme,
berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata berasal dari faktor
lingkungan, c. Aliran Konvergensi, merupakan gabungan antara aliran
empirisme dan aliran nativisme yang mengabungkan arti nereditas
(pembawaan)

dengan

lingkungan

sebagai

faktor-faktor

yang

berpengaruh terhadap perkembangan.


3. Dalam pandangan Islam, setiap manusia dilahirkan
dalam keadaan fitrah atau memiliki sifat pembawaan
yang ada sejak lahir. Bakat dan pembawaan atau
hereditas berperan sangat penting dalam menentukan
perkembangan dan masa depan manusia. Namun,
peran penting hereditas tersebut kurang berarti atau
bahkan tidak akan berarti jika lingkungannya tidak
memberi dukungan yang sesuai dengan potensi bakat
dan kemampuan yang dibawa sejak lahir.

13

DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rahman, Muzdalifah. 2011. Psikologi Perkembangan. Kudus: Nora
Media Enterprise.
Muzdalifah. 2009. Psikologi. Kudus: STAIN Kudus.
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta
Didik, (Jakarta: Raja Grafindo Persada.

14

Anda mungkin juga menyukai