Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Meniran (Phyllanthus niruri L.)


2.1.1 Morfologi
Habitus berupa semak semusim setinggi 30-100 cm. Batang berupa batang
masif, bulat, licin, tak berambut, berdiameter 3 mm, berwarna hijau. Daun majemuk
dan saling berseling. Anak daun berjumlah 15-24, berbentuk bulat telur, ujung daun
tumpul dan pangkalnya membulat. Panjang daun 1,5 cm, lebar 7 mm, bertepi rata,
dan berwarna hijau. Bunga berupa bunga tunggal, terletak di dekat tangkai anak daun,
menggantung, berwarna putih. Daun kelopak berbentuk bintang. Benang sari dan
putik tidak tampak jelas. Mahkota kecil dan berwarna putih. Buah bulat, pipih,
berdiameter 2 mm dan berwarna hijau keunguan. Biji kecil, keras, berbentuk ginjal,
dan berwarna coklat. Akar tunggang berwarna putih kotor (BPOM RI, 2010).
Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Tanaman meniran
berakar tunggang, batang tegak, tinggi mencapai 40-100 cm, batang bulat berkayu,
permukaan kasar dan bercabang. Daun tersusun majemuk, duduk melingkar pada
batang, anakan daun mengkilap, bentuk bulat telur dengan panjang 1,5-3 cm, lebar
1 1,5 cm, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi rata, daun berwarna hijau.
Bakal buah beruang enam, mahkota berbentuk tabung, ujung membulat berwarna
7

kuning. Buahnya bulat, mempunyai 5-6 ruang, diameter 5-10 mm. Apabila masih
muda buah berwarna hijau setelah tua menjadi coklat. Biji buah berbentuk ginjal,
pipih berwarna coklat (Dalimartha, 2000).
Meniran tumbuh liar di tempat yang lembap dan berbau, seperti disepanjang
saluran air, semak-semak, dan tanah terlantar di antara rerumputan. Tumbuhan ini
bisa ditemukan di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl. Terna,
semusim, tumbuh egak, tinggi 30-50 cm, bercabang-cabang. Batang berwarna hijau
pucat (P.niruri) atau hijau kemerahan (P.urinaria). daun tunggal, letak berseling.
Helaian daun bundar telur sampai bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal
membulat, permukaan bawah berbintik kelenjar, tepi rata, panjang sekitar 1,5 cm,
lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau. Dalam 1 tanaman ada bunga betina dan bunga
jantan. Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di
atas ketiak daun. Buahnya buah kotak, buah pipih, licin, bergaris tengah 2-2,5 mm.
bijinya kecil, keras, berbentuk ginjal, berwarna coklat (Dalimartha, 2000).

Gambar 2.1 Meniran Hijau (BPOM RI, 2010)


8

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi meniran adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Euphorbiales

Suku

: Euphorbiaceae

Marga

: Phyllanthus

Jenis

: Phyllanthus niruri L.

Nama umum

: Meniran

Nama daerah : Meniran (Jawa)


(BPOM RI, 2010)

2.1.3 Sifat dan Khasiat

Herba ini rasanya agak pahit, manis, sifatnya sejuk, astringen. Berkhasiat
membersihkan hati, antiradang, pereda demam (antipiretik), peluruh kencing
(diuretik), peluruh dahak, peluruh haid, menerangkan penglihatan dan penambah
nafsu makan (Dalimartha, 2000). Selain itu, herba meniran berkhasiat sebagai
antibakteri (Elva, 1991), dan antidiare (Sugiharti, 1992).

2.1.4 Kandungan Kimia


Meniran mengandung filantin, hipofilantin, kalium, damar, dan tanin. Filantin
dan hipofilantin berkhasiat melindungi sel hati dari zat toksik (hepatoprotektor)
(Dalimartha, 2000).

2.2 Hewan Uji Mencit


2.2.1 Morfologi
Mencit merupakan hewan mamalia yang tergolong ovulator spontan. Pada
golongan ini ovulasi terjadi pada pertengahan siklus estrus yang dipengaruhi oleh
adanya lonjakan LH (Luteinizing Hormone). Mencit termasuk hewan yang bersifat
poliestrus, memiliki siklus reproduksi yang sangat pendek. Setiap siklus lamanya
berkisar antara 4 sampai 5 hari. Ovulasi sendiri berlangsung 8 sampai 11 jam sesudah
dimulainya tahap estrus. Folikel yang sudah kehilangan telur akibat ovulasi akan
berubah menjadi LH. Progesteron bertanggung jawab dalam menyiapkan
endometrium agar reseptis terhadap implantasi embrio (Akbar, 2010).
Klasifikasi mencit putih sebagai berikut :
Filum

: Chordata

Subfilum

: Vertebrata

Kelas

: Mammalia

Ordo

: Rodentia

Familia

: Muridae
10

Genus

: Mus

Spesies

: Mus musculus

Gambar 2.2 Mencit Putih Betina

2.3 Reproduksi Mencit Betina


Mencit dan tikus memiliki banyak kemiripan dalam sistem maupun siklus
reproduksi. Secara umum sistem reproduksi betina terdiri atas ovarium dan sistem
duktus. Sistem tersebut tidak hanya menerima telur yang diovulasikan dan membawa
ke tempat fertilitas yaitu oviduk. Pertumbuhan, fungsi otot dan epitel saluran betina
ada di bawah pengaruh hormon dan ditentukan oleh pergeseran progresif dalam
sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium selama siklus ovarium (Akbar, 2010).

11

2.3.1 Organ Reproduksi Mencit Betina


a. Ovarium
Bentuk ovarium sangat bervariasi sesuai dengan spesies dan tergantung pada
hewannya, apakah ia termasuk golongan politikus ataupun monotokus (hewan yang
melahirkan lebih dari satu). Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji, terletak di kanan
dan kiri uterus di bawah tuba uterin dan terikat di sebelah belakang oleh mesovarium.
Ovarium merupakan pabrik penghasil telur dan hormon kelamin yaitu estrogen dan
progesteron. Ovarium tempat berkembangnya folikel telur yaitu, folikel primer,
folikel sekunder, folikel tersier, folikel de Graaf, korpus rubrum, korpus luteum, dan
korpus albikan. Folikel telur adalah sel telur yang dilingkupi oleh sel-sel granulose
(sel

folikel)

dengan

kekebalan

yang

bervariasi

sesuai

dengan

tingkat

perkembangannya.
b. Oviduk
Saluran ini terdapat sepasang dan merupakan penghubung antara ovarium
dengan uterus. Oviduk terdiri dari bagian iterstisialis, bagian ismika, bagian
ampularis dan infundibulum yang berfimbria. Oviduk berfungsi pada saat ovulasi
dimana ovum disapu ke dalam ujung oviduk yang berfimbria. Fungsi lain dari oviduk
adalah kapasitasi sperma, fertilisasi, dan pembelahan embrio yang terjadi di bagian
ampula. Pengangkutan sperma ke tempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus
diatur oleh kontraksi muskuler yang dikoordinir oleh hormon ovarial, estrogen dan
progresteron.
c. Uterus
12

Uterus adalah suatu struktur saluran muskuler dan diperlukan untuk


penerimaan ovum yang dibuahi, penyediaan nutrisi dan perlindungan fetus, serta
stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran. Dinding uterus terdiri dari 3
lapisan yaitu membran serosa (perimetrium) merupakan lapisan telur yang
membungkus uterus yang terdiri dari jaringan ikat. Miometrium merupakan lapisan
kedua yang terdiri dari otot polos yang mengandung pembuluh darah dan limpa.
Sedangkan lapisan ketiga adalah endometrium merupakan tempat nidasi atau
implantasi serta perkembangan embrio bagi mencit yang bunting. Bagi mencit yang
tidak bunting endometrium merupakan selaput lendir yang mengandung kelenjar dan
pembuluh darah. Ketebalan selaput lendir dan vaskularisasi pada endometrium
bervariasi sesuai dengan perubahan-perubahan hormon ovarium yaitu estrogen,
progresteron, dan kehamilan. Variasi kepadatan atau jarak satu kelenjar dengan
lainnya selama siklus estrus adalah sebagai berikut:
Pada

fase

proestrus,

selama

pertumbuhan

folikel

ovarium,

terjadi

pertumbuhan dan perubahan dalam endometrium, kelenjar-kelenjar uterus tumbuh


memanjang. Pada fase estrus, sebagai akibat dari perubahan di dalam ovarium yakni
terjadi ovulasi, kelenjar uterus sederhana dan lurus. Selama fase metestrus,
progresteron beraksi terhadap uterus, hal ini membuat endometrium bertambah tebal
secara mencolok. Diameter dan panjang kelenjar meningkat secara cepat, menjadi
bercabang-cabang dan berkelok-kelok. Pada permulaan fase diestrus endometrium
masih memperlihatkan kegiatan yaitu, pertumbuhan kelenjar-kelenjar dari panjang
hingga berkelok-kelok dan membentuk spiral. Tetapi pada akhir fase diestrus
13

endometrium yang tadinya tebal semakin mengkerut, dengan kelenjar-kelenjar yang


bertambah kecil. Pada saat perkawinan kerja kontraksi uterus mempermudah
pengangkutan sperma ke oviduk. Sebelum implantasi, uterus mengandung cairan
yang menjadi medium bersifat suspense bagi blastosis dan sesudah implantasi, uterus
menjadi tempat pembentukan plasenta dan perkembangan fetus.
d. Vagina
Vagina terbagi menjadi dua bagian yaitu, vertibulum (bagian luar vagina) dari
vagina posterior (dari muara uterus sampai serviks). Dinding vagina terdiri dari
mukosa, muskularis, sel-sel epitelium yang membatasi vagina mengalami perubahan
secara periodik yang dikontrol oleh hormon yang disekresikan oleh ovarium. Vagina
merupakan saluran panjang yang terletak dorsal terhadap uretra dan ventral terhadap
rektum, sebagai tempat penumpahan semen dari individu jantan.

2.3 Siklus Estrus


2.3.1 Pengertian Siklus Estrus
Pada beberapa mamalia siklus reproduksi disebut juga sebagai siklus estrus.
Estrus atau birahi adalah suatu periode secara psikologis maupun fisiologis yang
bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Periode atau masa dari permulaan
periode birahi ke periode birahi berikutnya disebut dengan siklus estrus. Siklus estrus
adalah siklus seksual pada mamalia bukan primate yang tidak menstruasi. Siklus
estrus merupakan cerminan dari berbagai aktivitas yang saling berkaitan antara
14

hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Selama siklus estrus terjadi berbagai perunaham
baik pada organ reproduksi maupun pada perubahan tingkah laku seksual
(Akbar,2010).
Siklus adalah proses berulang yang menggambarkan perubahan kadar hormon
reproduksi yang disebabkan oleh aktivitas ovarium di bawah pengaruh hormon
pituitari. Perubahan kadar hormon reproduksi selanjutnya menyebabkan perubahan
struktur pada jaringan penyusun saluran reproduksi. Siklus estrus ditandai dengan
adanya birahi pada hewan betina, sehingga akan bersifat reseptif terhadap hewan
jantan pada saat estrus. Hal tersebut dikarenakan, di dalam ovarium terjadi
pematangan sel telur dan uterus berada pada fase yang tepat untuk implantasi.
Panjang siklus estrus pada tikus adalah 4-5 hari (Marcondes et al., 2002).

2.3.2 Proses Siklus Estrus


Seperti telah disampaikan di muka, tikus dan mencit termasuk hewan
poliestrus. Artinya, dalam periode satu tahun terjadi siklus reproduksi yang berulangulang. Daur estrus kedua jenis hewan ini dibedakan menjadi lima fase yaitu Proestrus,
Estrus, Metestrus I, Metestrus II dan Diestrus. Siklus estrus mencit berlangsung 4-5
hari, sedangkan tikus satu siklus bisa selesai dalam 6 hari. Meskipun pemilihan waktu
siklus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksteroseptif seperti cahaya, suhu, status
nutrisi dan hubungan sosial. Setiap fase dari daur estrus dapat dikenali melalui
pemeriksaan apus vagina. Apus vagina merupakan cara yang sampai kini dianggap
15

relatif paling mudah dan murah untuk mempelajari kegiatan fungsional ovarium.
Melalui apus vagina dapat dipelajari berbagai tingkat diferensiasi sel epitel vagina
yang secara tidak langsung mencerminkan perubahan fungsional ovarium (Akbar,
2010).

2.3.3 Hormon Pengendali Siklus Estrus


Hormon merupakan bahan ang dihasilkan oleh organ tubuh yang memiliki
efek regulatorik spesifik terhadap aktivitas organ tertentu. Hormon yang dihasilkan
dapat berupa satu macam hormon (hormon tunggal) dan lebih dari satu (hormon
ganda). Hormon adalah penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel
khusus ke dalam aliran darah dan selanjutnya dibawa oleh sel-sel tanggap (responsive
cells) tempat terjadinya khasiat tersebut (menurut Starling) (Syaifuddin, 2011).
GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) merupakan yang disintesis
dihipotalamus dan disekresikan ke hipofisis anterior melalui vena porta hipotalamohipofisis. GnRH ini akan mempengaruhi sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone)
dan LH (Luitinizing Hormone) dari hipofisis anterior. FSH dan LH akan merangsang
ovarium untuk merangsang ovarium untuk mensekresikan hormon estrogen dan
progesterone yang akan mempengaruhi siklus estrus.
Hormon reproduksi yang berasal dari ovarium adalah hormon steroid.
Hormon steroid berperan penting dalam pengendali siklus estrus. Hormon steroid
merupakan lipid, turunan dari kolesterol, dan diekskresikan oleh gonad, korteks
16

adrenal, dan plasenta. Secara umum, fungsi hormon adalah mempertahankan


keseimbangan atau homeostatis tubuh, membantu tubuh bereaksi secara tepat
terhadap stress (bekerja sama dengan sistem saraf), mengatur pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, dan mengontrol perkembangan seksual dan reproduksi (Akbar,
2010).
Hormon steroid yang terlihat dalam siklus estrus yang dihasilkan ovarium,
yaitu:
a. Estrogen
Estrogen berperan untuk merangsang pertumbuhan epitel vagina dan folikel
ovarium sehingga menjadi matang dan siap untuk ovalasi. Folikel yang matang akan
terus memproduksi estrogen, akibatnya estrogen dalam darah menjadi tinggi. Kadar
estrogen yang tinggi dalam darah menandakan mencit sedang dalam fase estrus dan
estrogen ini akan merangsang GnRH untuk memproduksi LH (Akbar, 2010).
Disekresi oleh sel-sel Trache intrafolikel ovarium, korpus luteum, dan plasenta
kecil oleh korteks adrenal, estrogen mempermudah pertumbuhan folikel dan
meningkatkan tuba uterus, jumlah otot uterus, dan kadar protein. Estrogen
mempengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi , estrogen menghambat
sekresi LH . estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus pada kelenjar
mamae dan merupakan hormon feminisme wanita terutama hormon androgen. Kerja
estrogen pada uterus, vagina, dan beberapa jaringan yang berhubungan dengan
interaksi dan reseptor protein dalam sitoplasma sel. Pengaruh terhadap organ seksual
antara lain pembesaran ukuran tuba falopi, vagina, pengendapan lemak pada mons
17

veneris, pubis, dan labia, serta pertumbuhan mamae. Selain itu, pengaruh lainnya
adalah kelenjar mamae banyak menghasilkan susu, tubuh berkembang dengan cepat,
tumbuh rambut dan aksila, serta kulit menjadi lembut (Syaifuddin, 2011).
b. Progesteron
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta. Hormon ini bertanggung jawab
sebagai perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks dan vagina
(Syaifuddin, 2011).
Progesteron menyebabkan perubahan-perubahan endometrium berupa perubahan
lapisan endometrium. Lapisan endometrium ini dipersiapkan untuk terjadinya
implantasi. Fase pembentukan lapisan ini terjadi pada lapisan metestrus. Pada fse
berikutnya yaitu diestrus, jika terjadi implantasi peningkatan kadar progesterone
penting untuk pertumbuhan plasenta. Plasenta dapat membentuk gonadotropin yang
pada manusia HcG (Human Chorionic Gonadothropin) untuk mempertahankan
korpus luteum. Korpus luteum akan mampu memproduksi estrogen dan progesterone
sendiri. Jika tidak terjadi implantasi maka tidak terbentuk plasenta sehingga kadar
estrogen dan progesteron akan menurun. Menurunnya kadar progesterone
menyebabkan terjadinya pengelupasan lapisan endometrium (Akbar, 2010).

2.4 Fase Siklus Estrus


2.4.1 Fase Proestrus
18

Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel de graaf
dibawah pengaruh FSH. Fase ini berlangsung 12 jam. Setiap folikel mengalami
pertumbuhan yang cepat selama 2-3 hari sebelum estrus system reproduksi memulai
persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Akibatnya sekresi estrogen
dalam darah semakin meningkat sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan
fisiologis dan saraf, disertai kelakuan birahi pada hewan-hewan betina peliharan.
Perubahan

fisiologis

tersebut

meliputi

pertumbuhan

folikel,

meningkatnya

pertumbuhan endometrium, uteri dan serviks serta peningkatan vaskularisasi dan


keratinisasi epitel vagina pada fase proestrus ditandai akan tampak jumlah sel epitel
berinti dan sel darah putih berkurang, digantikan dengan sel epitel bertanduk, dan
terdapat lender yang banyak (Akbar, 2010).

Gambar 2.5 Fase Proestrus (Laili dan Nofianti, 2014)


2.4.2

Fase Estrus

19

Estrus adalah fase yang ditandai oleh penerimaan pejantan oleh hewan betina
untuk berkopulasi, fase ini berlangsung selama 12 jam. Folikel de graaf membesar
dan menjadi matang serta ovum mengalami perubahan-perubahan kearah
pematangan. Pada fase ini pengaruh kadar estrogen meningkat sehingga aktivitas
hewan menjadi tinggi, telinganya selalu bergerak-gerak dan punggung lordosis.
Ovulasi hanya terjadi pada fase ini dan terjadi menjelang akhir siklus estrus. Pada
preparat apus vagina ditandai dengan menghilangnya leukosit dan epitel berinti, yang
ada hanya epitel bertanduk dengan bentuk tidak beraturan dan berukuran besar
(Akbar, 2010).

Gambar 2.6 Fase Estrus (Laili dan Nofianti, 2014)

2.4.3

Fase Metestrus

20

Metestrus adalah periode segera sesudah estrus dimana korpus luteum


bertumbuh cepat dari sel granulose folikel yang telah pecah di bawah pengaruh LH
dan adenohypophysa. Metestrus sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron
yang dihasilkan oleh corpus luteum. Progesterone menghambat sekresi FSH oleh
adenhypophysa sehingga menghambat pembentukan folikel de graaf yang lain dan
mencegah terjadinya estrus. Selama metestrus uterus mengadakan persiapanpersiapan seperlunya untuk menerima dan member makan pada embrio. Menjelang
pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunak karena pengendoran
otot uterus. Fase ini berlangsung selama 21 jam. Pada preparat apus vagina cirri yang
tampak yaitu epitel berinti dan leukosit terlihat lagi dan jumlah epitel menanduk
makin lama makin sedikit (Akbar, 2010).

Gambar 2.7 Fase Metestrus (Laili dan Nofianti, 2014)

2.4.4

Fase Diestrus
21

Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus birahi pada ternak-ternak
dan mamalia. Fase ini berlangsug selama 48 jam. Korpus luteum menjadi matang dan
pengaruh progesterone terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Endometrium
lebih menebal dan kelenjar-kelenjar berhypertrophy. Serviks menutup dan lender
vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mukosa vagina pucat dan otot uterus
mengendor. Pada akhirnya periode ini corpus luteum memperlihatkan perubahanperubahan retrogresif dan vakualisasi secara gradual. Endometrium dan kelenjarkelenjarnya beratrofi atau beregresi ke ukuran semula. Mulai terjadi perkembangan
folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus. Pada preparat
apus vagina dijumpai banyal sel darah putih dan epitel berinti yang letaknya tersebar
dan homogeny (Akbar, 2010).

Gambar 2.8 Fase Diestrus (Laili dan Nofianti, 2014)

2.5 Etinil Estradiol

22

Etinil estradiol meruoakan estrogen sintetik paling poten (Suherman, 1991). Etinil
estradiol merupakan estrogen steroid sintetik dimana terdapat penambahan gugus
etinil pada atom C 17 pada estradiol.

OH

Gambar 2.9 Struktur Etinil Estradiol


2.6 Ekstraksi
2.6.1 Cara Dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan pengadukan pada temperatur kamar.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna,
umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu pengembangan bahan, maserasi antara, dan perkolasi sebenarnya
(penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat.
23

2.6.2 Cara Panas


a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan menggunakan alat khusus, sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang
lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu 40-50 oC.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana
infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 oC) selama
waktu tertentu biasanya 15-20 menit.
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 30 menit) dan temperatur
sampai titik didih air.
2.7 Kerangka Pemikiran

24

Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tanaman berakar tunggang, batang


tegak, tinggi mencapai 40-100 cm, batang bulat berkayu, permukaan kasar dan
bercabang. Daun tersusun majemuk, duduk melingkar pada batang, anakan daun
mengkilap, ujung daun runcing, pangkal tumpul, tepi rata, daun berwarna hijau
(Soerjani et al. 1987, De Padua et al. 1999, Dalimartha 2000). Bakal buah beruang
enam, mahkota berbentuk tabung, ujung membulat berwarna kuning. Buahnya
bulat, mempunyai 5-6 ruang, diameter 5-10 mm. Apabila masih muda buah berwarna
hijau setelah tua menjadi coklat. Biji buah berbentuk ginjal, pipih berwarna coklat
(De Padua et al., 1999). Dari hasil skrining fitokimia infus herba meniran
(Phyllanthus niruri L.) diketahui mengandung senyawa alkaloid, triterpen atau
steroid, flavonoid, dan polifenol (Dhalimartha, 2004). Selain itu juga meniran
(Phyllanthus niruri L.) telah diteliti sebagai obat kontrasepsi pada pria. Dari data
tersebut kemungkinan dapat dilihat dari kandungan senyawa metabolit sekundernya
yaitu alkaloid, steroid dan flavonoid yang memiliki efek antifertilitas.

2.8 Hipotesa
Adanya pengaruh infusa herba meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap aktivitas
estrogenik pada siklus estrus mencit putih betina.

25

Anda mungkin juga menyukai