Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

KEHAMILAN EKTOPIK
TERGANGGU

OLEH :
LAILI KHAIRANI
H1A 007 033
PEMBIMBING :
dr. Dewi Wijayanti, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


DI LAB/SMF KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM/RSUD PRAYA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan dimana kantung gestasi berada diluar
kavum uteri. Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan
besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan salah satu
penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan.
Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi normal.
Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan
pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang
mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya
risiko yang ditanggungnya.
Prinsip dasarnya jika pada wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah, perlu difikirkan kehamilan
ektopik terganggu. Gambaran klinik kehamilan ektopik yang terganggu amat beragam. Sekitar
10 29% pasien yang pernah mengalami kehamilan ektopik, mempunyai kemungkinan untuk
terjadi lagi. Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik
mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Definisi
Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri,
yaitu bila sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri.
Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars
interstitialis tuba dan kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus tetapi jelas bersifat
ektopik.1
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya buah
kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim. Sedangkan yang disebut
sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus
ruptur pada dinding tuba.1,3

2. 2. Epidemiologi
Frekuensi dari kehamilan ektopik dan kehamilan intrauteri dalam satu konsepsi yang
spontan terjadi dalam 1 dalam 30.000 atau kurang. Angka kehamilan ektopik per 1000 diagnosis
konsepsi, kehamilan atau kelahiran hidup telah dilaporkan berkisar antara 2,7 hingga 12,9.
Angka kejadian kehamilan ektopik dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Diantara faktorfaktor yang terlibat adalah meningkatnya pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim, penyakit
radang panggul, usia ibu yang lanjut, pembedahan pada tuba, dan pengobatan infertilitas dengan
terapi induksi superovulasi.
Angka kejadian kehamilan ektopik di Amerika Serikat meningkat dalam dekade terakhir
yaitu dari 4,5 per 1000 kehamilan pada tahun 1970 menjadi 19,7 per 1000 kehamilan pada tahun
1992. Kehamilan ektopik masih menjadi penyebab kematian utama pada ibu hamil di Kanada
yaitu berkisar 4% dari 20 kematian ibu pertahun. Sebagian besar wanita yang mengalami
kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6%.1
Didapatkan 2% dari keseluruhan kehamilan merupakan kehamilan ektopik. Pada kehamilan
ektopik ini merupakan penyebab utama kematian pada trimester pertama, serta bertanggung
jawab atas 9% dari seluruh kematian yang terjadi pada ibu hamil.6
2. 3. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam bukunya menjelaskan beberapa faktor yang
berhubungan dengan penyebab kehamilan ektopik terganggu.
1. Faktor Mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:

Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia lipatan


mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan kantong-kantong buntu.
Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga menyebabkan implantasi
hasil zigot pada tuba falopii.

Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas, apendisitis, atau
endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau penyempitan lumen

Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan hipoplasi.


Namun ini jarang terjadi

Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan usaha untuk
memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi

Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan pada
adneksia

Penggunaan IUD.

2. Factor Fungsional
o Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri yang
abnormal
o Refluks menstruasi
o Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron
3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi
4. Hal lainnya, seperti riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya. 4
Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang terjadi implantasi pada
ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter, dan divertikel
pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars
interstisialis tuba, kehamilan pars ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba dan kehamilan
infundibulum tuba.
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya
tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan
dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba,
atau nidasinya di tuba dipermudah.
Beberapa pembagian yang berbeda mengenai factor-faktor yang memegang peranan
dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1. Factor dalam lumen tuba
a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba
menyempit atau membentuk kantong buntu.
5

b. Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk dan hal ini sering disertai
gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen
tuba menyempit.
2. Faktor pada dinding tuba
a. Endometriosis tuba dapat mempermudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam
tuba;
b. Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang
dibuahi di tempat ini.
3. Factor di luar dinding tuba
a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan
telur.
b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
4. Factor lain
a. migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya
dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur
yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
b. Fertilisasi in vitro.
2. 4. Faktor Resiko
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun kehamilan
ektopik juga dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Lebih dari setengah kehamilan ektopik
yang berhasil diidentifikasi ditemukan pada wanita tanpa ada faktor resiko. Faktor risiko
kehamilan ektopik adalah:
a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Merupakan faktor risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15%
setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik
kedua.
b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
6

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil masih menggunakan kontrasepsi spiral (34%). Pil yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena
dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang
sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
c. Kerusakan dari saluran tuba
2. 5. Patofisiologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Implantasi
secara kolumner yaitu telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan
telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
kemudian diresorpsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot
endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan
jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan
desidua di tuba tidak sempurna, dengan mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk
ke dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan
janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya dinding
tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Di bawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum graviditas dan
trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek. Endometrium dapat pula berubah menjadi desidua.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi dan kemudian dikeluarkan
berkeping-keping atau dilepaskan secara utuh. Perdarahan pervaginam yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua yang
degenerative.
Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Terdapat beberapa kemungkinan mengenai nasib
kehamilan dalam tuba yaitu:

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi


Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh
apa-apa dan haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2. Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut
bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau
seluruhnya. Bila pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba
dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale. Perdarahan yang
berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan kebiru-biruan (Hematosalping) dan
selanjutnya darah mengalir ke rongga perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas
dan akan membentuk hematokel retrouterina.

3. Ruptur dinding tuba


Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada kehamilan yang lebih
lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan
muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
ringan. Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba abdominale. Bila
ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi. Dalam hal ini, dinding tuba yang telah
menipis oleh invasi trofoblas, pecah karena tekanan darah dalam tuba. Kadang-kadang ruptur
terjadi di arah ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan
ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan intraligamenter.
Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila robekan tuba
kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari tuba. Nasib janin bergantung pada
tuanya kehamilan dan kerusakan yang diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi
seluruhnya, dan bila besar dapat diubah menjadi litopedion.
8

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong amnion dan
dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam rongga perut, sehingga terjadi
kehamilan ektopik lanjut atau kehamilan abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan
makanan bagi janin, plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya
misalnya ke sebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.1,2

2. 6. Jenis Kehamilan Ektopik


1) Kehamilan Pars Interstisialis Tuba
Kehamilan ektopik ini terjadi bila ovum bernidasi pada pars interstisialis tuba. Keadaan
ini jarang terjadi dan hanya satu persen dari semua kehamilan tuba. Rupture pada keadaan ini
terjadi pada kehamilan lebih tua, dapat mencapai akhir bulan keempat. Perdarahan yang terjadi
sangat banyak dan bila tidak segera dioperasi akan menyebabkan kematian.
Tindakan operasi yang dilakukan adalah laparatomi untuk membersihkan isi kavum
abdomen dari darah dan sisa jaringan konsepsi serta menutup sumber perdarahan dengan
melakukan irisan baji (wegde resection) pada kornu uteri dimana tuba pars interstisialis berada.

2) Kehamilan ektopik ganda


Sangat jarang kehamilan ektopik berlangsung bersamaan dengan kehamilan intrauterine.
Keadaan ini disebut kehamilan ektopik ganda (combined ectopic pregnancy). Frekuensinya
berkisar 1 di antara 15.000 40.000 persalinan. Di Indonesia sudah dilaporkan beberapa kasus.
Pada umumnya diagnosis kehamilan dibuat pada waktu operasi kehamilan ektopik yang
terganggu. Pada laparotomi ditemukan uterus yang membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
dan 2 korpora lutea.

3) Kehamilan Ovarial
Kehamilan ovarial primer sangat jarang terjadi. Diagnosis kehamilan tersebut ditegakkan
atas dasar 4 kriteria dari Spiegelberg, yakni :
a. Tuba pada sisi kehamilan harus normal
9

b. Kantong janin harus berlokasi pada ovarium


c. Kantong janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovary proprium
d. Jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantong janin
Diagnosis yang pasti diperoleh bila kantong janin kecil dikelilingi oleh jaringan ovarium
dengan trofoblas memasuki alat tersebut. Pada kehamilan ovarial biasanya terjadi rupture pada
kehamilan muda dengan akibat perdarahan dalam perut. Hasil konsepsi dapat pula mengalami
kematian sebelumnya sehingga tidak terjadi rupture, ditemukan benjolan dengan berbagai ukuran
yang terdiri atas ovarium yang mengandung darah, vili korialis dan mungkin juga selaput
mudigah.
4) Kehamilan servikal
Kehamilan servikal juga sangat jarang terjadi. Bila ovum berimplantasi dalam kavum
servikalis, maka akan terjadi perdarahan tanpa nyeri pada kehamilan muda. Jika kehamilan
berlangsung terus, serviks membesar dengan ostium uteri eksternum terbuka sebagian.
Kehamilan servikal jarang melampaui 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif oleh
karena perdarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan banyak
perdarahan, sehingga untuk menghentikan perdarahan diperlukan histerektomi totalis.
Paalman dan Mc ellin (1959) membuat kriteria klinik sebagai berikut:
a. Ostium uteri internum tertutup
b. Ostium uteri eksternum terbuka sebagian
c. Seluruh hasil konsepsi terletak dalam endoservik
d. Perdarahan uterus setelah fase amenore tanpa disertai rasa nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar dari fundus uteri, sehingga terbentuk hourglass uterus

10

5) Kehamilan ektopik lanjut


Merupakan kehamilan ektopik dimana janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup
zat-zat makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitar
misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul, usus dan sebagainya. Dalam keadaan
demikian, anatomi sudah kabur. Kehamilan ektopik lanjut biasanya terjadi sekunder dari
kehamilan tuba yang mengalami abortus atau ruptur dan janin dikeluarkan dari tuba dalam
keadaan masih diselubungi oleh kantung ketuban dengan plasenta yang masih utuh yang akan
terus tumbuh terus di tempat implantasinya yang baru.1

2. 7. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum tergantung dari lokasi terjadinya. Tanda dan gejalanya sangat
bervariasi tergantung pada ruptur atau tidaknya kehamilan tersebut. Adapun gejala dan hasil
pemeriksaan laboratorium antara lain4 :
a. Keluhan gastrointestinal
Keluhan yang paling sering dikemukakan oleh pasien kehamilan ektopik terganggu adalah nyeri
pelvis. Dorfman menekankan pentingnya keluhan gastrointestinal dan vertigo atau rasa pening.
Semua keluhan tersebut mempunyai keragaman dalam hal insiden terjadinya akibat kecepatan
dan taraf perdarahannya di samping keterlambatan diagnosis.
b. Nyeri tekan abdomen dan pelvis
Nyeri tekan yang timbul pada palpasi abdomen dan pemeriksaan, khususnya dengan
menggerakkan servik, dijumpai pada lebih dari tiga per empat kasus kehamilan ektopik sudah
atau sedang mengalami ruptur, tetapi kadang-kadang tidak terlihat sebelum rupture terjadinya.

c. Amenore
Riwayat amenore tidak ditemukan pada seperempat kasus atau lebih. Salah satu sebabnya adalah
karena pasien menganggap perdarahan pervaginam yang lazim pada kehamilan ektopik sebagai
periode haid yang normal, dengan demikian memberikan tanggal haid terakhir yang keliru.
11

d. Spotting atau perdarahan vaginal


Selama fungsi endokrin plasenta masih bertahan, perdarahan uterus biasanya tidak ditemukan,
namun bila dukungan endokrin dari endometrium sudah tidak memadai lagi, mukosa uterus akan
mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut biasanya sedikit-sedikit, bewarna cokelat gelap dan
dapat terputus-putus atau terus-menerus.
e. Perubahan Uterus
Uterus pada kehamilan etopik dapat terdorong ke salah satu sisi oleh masa ektopik tersebut. Pada
kehamilan ligamentum latum atau ligamentum latum terisi darah, uterus dapat mengalami
pergeseran hebat. Uterine cast akan dieksresikan oleh sebagian kecil pasien, mungkin 5% atau
10% pasien. Eksresi uterine cast ini dapat disertai oleh gejala kram yang serupa dengan peristiwa
ekspulsi spontan jaringan abortus dari kavum uteri.
f. Tekanan darah dan denyut nadi
Reaksi awal pada perdarahan sedang tidak menunjukkan perubahan pada denyut nadi dan
tekanan darah, atau reaksinya kadang-kadang sama seperti yang terlihat pada tindakan flebotomi
untuk menjadi donor darah yaitu kenaikan ringan tekanan darah atau respon vasovagal disertai
bradikardi serta hipotensi.
g. Hipovolemi
Penurunan nyata tekanan darah dan kenaikan denyut nadi dalam posisi duduk merupakan tanda
yang paling sering menunjukkan adanya penurunan volume darah yang cukup banyak. Semua
perubahan tersebut mungkin baru terjadi setelah timbul hipovolemi yang serius.

h. Suhu tubuh
Setelah terjadi perdarahan akut, suhu tubuh dapat tetap normal atau bahkan menurun. Suhu yang
lebih tinggi jarang dijumpai dalam keadaan tanpa adanya infeksi. Karena itu panas merupakan

12

gambaran yang penting untuk membedakan antara kehamilan tuba yang mengalami ruptura
dengan salpingitis akut, dimana pada keadaan ini suhu tubuh umumnya diatas 38 C.
i. Masa pelvis
Masa pelvis dapat teraba pada 20% pasien. Masa tersebut mempunyai ukuran, konsistensi serta
posisi yang bervariasi. Biasanya masa ini berukuran 5-15 cm, sering teraba lunak dan elastis.
Akan tetapi dengan terjadinya infiltrasi dinding tuba yang luas oleh darah masa tersebut dapat
teraba keras. Hampir selalu masa pelvis ditemukan di sebelah posterior atau lateral uterus.
Keluhan nyeri dan nyeri tekan kerap kali mendahului terabanya masa pelvis dalam tindakan
palpasi.
j. Hematokel pelvik
Pada kehamilan tuba, kerusakan dinding tuba yang terjadi bertahap akan diukuti oleh
perembesan darah secara perlahan-lahan ke dalam lumen tuba, kavum peritonium atau keduanya.
Gejala perdarahan aktif tidak terdapat dan bahkan keluhan yang ringan dapat mereda, namun
darah yang terus merembes akan berkumpul dalam panggul, kurang lebih terbungkus dengan
adanya perlekatan dan akhirnya membentuk hematokel pelvis.4
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan
ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat diagnosis.1
Gambaran klinik kehamilan tuba yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan, sampai terjadinya abortus
tuba atau ruptur tuba.
1. Kehamilan ektopik belum terganggu
Kehamilan ektopik yang belum terganggu atau belum mengalami ruptur sulit untuk
diketahui, karena penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas. Amenorea atau gangguan
haid dilaporkan oleh 75-95% penderita. Lamanya amenore tergantung pada kehidupan janin,
13

sehingga dapat bervariasi. Sebagian penderita tidak mengalami amenore karena kematian janin
terjadi sebelum haid berikutnya. Tanda-tanda kehamilan muda seperti nausea dilaporkan oleh 1025% kasus.3
Di samping gangguan haid, keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri di perut
bawah yang tidak khas, walaupun kehamilan ektopik belum mengalami ruptur. Kadang-kadang
teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini juga masih
harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain seperti ultrasonografi (USG) dan
laparoskopi.3
Mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan abortus atau ruptur
yang disertai perdarahan dalam rongga perut, maka pada setiap wanita dengan gangguan haid
dan setelah diperiksa dicurigai adanya kehamilan ektopik harus ditangani dengan sungguhsungguh menggunakan alat diagnostik yang ada sampai diperoleh kepastian diagnostik
kehamilan ektopik karena jika terlambat diatasi dapat membahayakan jiwa penderita.3
2. Kehamilan ektopik terganggu
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak
yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas. Gejala dan tanda
bergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya
kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.1
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis yang mendadak atau akut biasanya
tidak sulit. Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu (KET). Pada
ruptur tuba, nyeri perut bagian bawah terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan, tekanan darah dapat menurun dan nadi
meningkat serta perdarahan yang lebih banyak dapat menimbulkan syok, ujung ekstremitas
pucat, basah dan dingin. Rasa nyeri mula-mula terdapat dalam satu sisi, tetapi setelah darah
masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar ke bagian tengah atau keseluruh perut bawah
dan bila membentuk hematokel retrouterina menyebabkan defekasi nyeri.1
Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik
terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin dan berasal dari kavum uteri karena pelepasan
desidua. Perdarahan dari uterus biasanya tidak banyak dan berwarna coklat tua. Frekuensi
14

perdarahan ditemukan dari 51-93%. Perdarahan berarti gangguan pembentukan Hcg (human
chorionic gonadotropin).1
Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada pemeriksaan ditemukan
tanda-tanda syok serta perdarahan rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik ditemukan
serviks yang nyeri bila digerakkan dan kavum Douglas yang menonjol dan nyeri raba.5 Pada
abortus tubabiasanya teraba dengan jelas suatu tumor di samping uterus dalam berbagai ukuran
dengan konsistensi agak lunak. Hematokel retouterina dapat diraba sebagai tumor di kavum
Douglas.1,2
Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis atipik atau
menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas, demikian
pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi
apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat. Dalam keadaan
yang demikian, alat bantu diagnostik sangat diperlukan untuk memastikan diagnosis.3

2. 8. Diagnosis
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian
besarnya sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau ruptur ruba sebelum
keadaan menjadi jelas. Alat bantu diagnostik yang dapat digunakan ialah ultrasonografi (USG),
laparoskopi atau kuldoskopi.1
Anamnesis : haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, dan kadang-kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda.1 Nyeri abdominal terutama bagian bawah dan perdarahan
pervaginam pada trimester pertama kehamilan merupakan tanda dan gejala klinis yang mengarah
ke diagnosis kehamilan ektopik. Gejala-gejala nyeri abdominal dan perdarahan pervaginam tidak
terlalu spesifik atau juga sensitif.
Pemeriksaan umum : penderita tampak kesakitan dan pucat. Pada perdarahan dalam rongga perut
tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit
menggembung dan nyeri tekan.1 Kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak dapat
didiagnosis secara tepat semata-mata atas adanya gejala-gejala klinis dan pemeriksaan fisik.
15

Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks


menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Kavum
Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu
kadang-kadang naik sehingga menyukarkan perbedaan dengan infeksi pelvik. (Ilmu kebidanan)
Hampir semua kehamilan ektopik didiagnosis antara kehamilan 5 dan 12 minggu. Identifikasi
dari tempat implantasi embrio lebih awal dari pada kehamilan 5 minggu melampaui kemampuan
teknik-teknik diagnostik yang ada. Pada usia kehamilan 12 minggu, kehamilan ektopik telah
memperlihatkan gejala-gejala sekunder terhadap terjadinya ruptur atau uterus pada wanita
dengan kehamilan intrauteri yang normal telah mengalami pembesaran yang berbeda dengan
bentuk dari kehamilan ektopik.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna
dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik. terganggu, terutama bila ada tanda-tanda
perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi
harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.1 Perhitungan leukosit
secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukosit meningkat (leukositosis). Untuk
membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik dapat diperhaikan jumlah leukosit. Jumlah
leukosit yang lebih dari 20.000 biasanya menunjukkan infeksi pelvik.1
Penting untuk mendiagnosis ada tidaknya kehamilan. Cara yang paling mudah ialah dengan
melakukan pemeriksaan konsentrasi hormon human chorionic gonadotropin (-hCG) dalam
urin atau serum. Hormon ini dapat dideteksi paling awal pada satu minggu sebelum tanggal
menstruasi berikutnya. Konsentrasi serum yang sudah dapat dideteksi ialah 5 IU/L, sedangkan
pada urin ialah 2050 IU/L. Tes kehamilan negatif tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan human
chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negatif.1 Tes kehamilan positif juga tidak
dapat mengidentifikasi lokasi kantung gestasional. Meskipun demikian, wanita dengan
kehamilan ektopik cenderung memiliki level -hCG yang rendah dibandingkan kehamilan
intrauterin.

16

Kuldosentesis : ialah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah terdapat darah dalam
kavum Douglas. Cara ini sangat berguna untuk membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu.
Teknik kuldosentesis yaitu :
- Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi.
- Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptik
- Spekulum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian dilakukan
traksi ke depan sehingga forniks posterior ditampakkan
- Jarum spinal no. 18 ditusukkan ke dalam kavum douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan
pengisapan.

Hasil positif bila dikeluarkan darah berwarna coklat sampai hitam yang tdak membeku atau
berupa bekuan-bekuan kecil.
Hasil negatif bila cairan yang dihisap berupa :
- Cairan jernih yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang
pecah.
- Nanah yang mungkin berasal dari penyakit radang pelvis atau radang appendiks yang pecah
(nanah harus dikultur).
- Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari
arteri atau vena yang tertusuk.
Ultrasonografi : Cara yang paling efisien untuk mengeluarkan adanya kehamilan ektopik adalah
mendiagnosis suatu kehamilan intrauteri. Cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi satu
kehamilan intrauteri adalah dengan menggunakan ultrasonografi. Sensitivitas dan spesifisitas
dari diagnosis kehamilan intrauteri dengan menggunakan modalitas ini mencapai 100% pada
kehamilan diatas 5,5 minggu. Sebaliknya identifikasi kehamilan ektopik dengan ultrasonografi
lebih sulit (kurang sensitif) dan kurang spesifik.

17

Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik
apabila hasil penilaian prosedur diagnostik yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik,
alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium,
tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mempersulit
visualisasi alat kandungan tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi.

2. 9. Tatalaksana
Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa
penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi.
Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga
abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi
(pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan
perlekatan perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun
salpingoooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba
tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum
mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba
berfungsi.1
Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum
uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin
dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan
umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan.
Serta memberikan transfusi darah.1
Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan
dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi
ataupun oovorektomi.4 Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang
sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin
sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif.1
2. 10. Prognosis
18

Angka kematian ibu yang disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun sejalan
dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah yang cukup. Kehamilan ektopik
terganggu yang berlokasi di tuba pada umumnya bersifat bilateral. Sebagian ibu menjadi steril
(tidak dapat mempunyai keturunan) setelah mengalami keadaan tersebut diatas, namun dapat
juga mengalami kehamilan ektopik terganggu lagi pada tuba yang lain.1
Ibu yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu, mempunyai resiko 10% untuk
terjadinya kehamilan ektopik terganggu berulang. Ibu yang sudah mengalami kehamilan ektopik
terganggu sebanyak dua kali terdapat kemungkinan 50% mengalami kehamilan ektopik
terganggu berulang.5
Ruptur dengan perdarahan intraabdominal dapat mempengaruhi fertilitas wanita. Dalam
kasus-kasus kehamilan ektopik terganggu terdapat 50-60% kemungkinan wanita steril. Dari
sebanyak itu yang menjadi hamil kurang lebih 10% mengalami kehamilan ektopik berulang.2

19

BAB III
LAPORAN KASUS

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. Selamin

Umur

: 30 tahun

Agama

: Islam

Suku/ Bangsa

: Sasak/ WNI

Alamat

: Grupuk/Kuta

Pekerjaan

: IRT

Rekam Medik

: 290400

Tgl MRS

: 18/09/2012

ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari Puskesmas Kuta dengan Abdominal Pain et causa Suspek KET. Pasien
mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit, dan
semakin memberat sampai pasien tidak dapat beraktivitas sejak kemarin pukul 16.00 WITA
(18/09/2012). Nyeri dirasakan pada seluruh perut bagian bawah. Selain itu pasien juga
mengeluhkan merasa mual dan muntah-muntah sebanyak 4 kali. Dan sejak 1 bulan yang lalu
pasien mengalami terlambat haid.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat hipertensi, dibetes
mellitus, asma, disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:

20

Didalam keluarga tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Dari dalam keluarga riwayat
hipertensi, asma, diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
Riwayat Obstetri:
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 13 tahun, Lama haid 7
hari. Pasien memiliki siklus haid yang teratur (28 hari).
HPHT: 22 Juli 2012.
Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai berikut :
I. Laki-laki, 8 tahun, di Puskesmas, Bidan, Hidup
II. Laki-laki, 8 tahun, di Puskesmas, Bidan, Hidup
III. ini

Riwayat KB : Menggunakan suntik 3 bulan


Kronologis :
18/09/2012 (Pukul 23.45)
Pasien atas nama Kati, usia 30 tahun. Datang ke Puskesmas dengan mengeluhkan nyeri perut
sejak tadi sore, mual (+), muntah 2 kali, BAB (-), BAK (+) nyeri saat BAK, flatus (+).
Dilakukan tes Kehamilan, hasilnya (+).
Keadaan umum

: lemah

Kesadaran

: E4M6V5

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 96 x/menit

Frekuensi respirasi

: 24 x/menit

Temperatur

: 36, 4oC

Status generalis:
Kepala

: Normocephali

Mata

: Anemis (+/+), ikterik (-/-)

Thorak

: Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)


Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/21

Abdomen

: Distensi (+), defans muscular di keempat kuadran abdomen, nyeri tekan


pada semua dinding abdomen.

Ekstremitas

III.

: Edema -/-, akral hangat +/+

STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :

Tek. Darah : 110/70 mmHg


N : 88 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 36,8 C

Kepala Leher

Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Leher

:
:
:
:

bentuk simetris, deformitas (-)


:
anemis +/+, ikterik -/tidak ada kelainan
tidak ada kelainan
pembesaran KGB (-), massa (-)

Thorax-Cardiovascular

Inspeksi :
dinding simetris, gerak simetris, retraksi (-)
Palpasi
:
fremitus vokalis (+/+)
Perkusi :
paru (sonor), jantung (sulit dievaluasi)
Auskultasi :
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), luka bekas operasi (-), striae gravidarum (-)
Auskultasi : bising usus (+) N
22

Palpasi : nyeri tekan (+).


Perkusi : timpani

Ekstremitas atas
deformitas (-), edema (-), pembesaran KGB(-), akral hangat
IV.

STATUS GYNECOLOGY
Abdomen :
Inspeksi

bentuknya normal, tidak tampak adanya pembesaran, tidak ada tanda-

tanda peradangan, bekas operasi (-).


Palpasi
defense muscular (-), nyeri tekan (+), TFU tidak teraba.

Pemeriksaan Dalam (VT) :


Dinding vagina normal, massa (-)
Porsio licin, nyeri goyang porsio (+).
Penonjolan kavun douglas, nyeri perabaan (+).
V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium:
WBC : 13,9
RBC : 2,84
Hb : 8,7
HCT : 24,4
MCV : 86,0
MCH : 30,7
MCHC : 35,6

23

VI.

DIAGNOSIS
Kehamilan Ektopik Terganggu dengan Anemia sedang

VII.

RENCANA TINDAKAN
pro cito laparatomi
pro transfusi whole blood 1 kolf

VIII. FOLLOW UP
Jam
14.00

S
Pasien

O
KU :sedang

A
Post

19/09/2012

mengeluhkan

Kes:

Laparotomi

ec
+

masih

nyeri composmentis

Laparotomi

pada

bekas TD : 110/70

Anemia

operasi

N : 88/ menit

P
- Observasi
keadaan
umum

dan

vital sign
- Tranfusi WB 1
kolf

RR: 24/menit
T:36oC
Mata: anemis +/
20/09/2012

+
KU :sedang

Kes:
composmentis
TD : 110/70
N : 88/ menit
RR: 24/menit
T:36oC

24

BAB IV
PEMBAHASAN

Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain
cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Kehamilan ektopik pada
dasarnya disebabkan oleh segala hal yang menghambat perjalanan zigot menuju kavum uteri(6).
Pada kasus ini kehamilan terjadi di pars fimbrae sehingga secara rasional sesuai dengan etiologis
umum seperti yang disebutkan diatas, namun secara lebih mendetail faktor resiko yang melatar
25

belakangi terjadinya hal tersebut belum jelas karena dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
penunjang yang dilakukan tidak menunjukan tendensi ke faktor resiko tertentu.
Dari gejala subjektif dan temuan objektif pada kasus ini di peroleh manifestasi klinis
berupa nyeri perut yang terjadi secara tiba-tiba, lemas, anemis, nyeri tekan seluruh lapang
abdomen, nyeri goyang porsio dan cavum douglas menonjol. Manifestasi klinis tersebut terjadi
akibat komplikasi dari pendarahan intra abdominal yang terjadi secara terus-menerus. Darah
yang masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum, sehingga pada pasien akan
ditemukan tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense
musculaire). Bila perdarahan berlangsung lamban dan gradual, dapat dijumpai tanda anemia
pada pasien dan bila pendarahan yang terjadi banyak maka akan timbul gejala gangguan
hemodinamik yaitu syok hipovolemik akibat kehilangan darah yang berlebihan. Selanjutnya
akan timbul Hematosalping yang teraba sebagai tumor di sebelah uterus dan adanya Hematokel
Retrouterina sehingga kavum Douglas teraba menonjol dan nyeri pada pergerakan (nyeri goyang
porsio).
Pada saat laparotomi di temukan asal kehamilan dari fimbrae tuba sinistra dengan ukuran
janin yang cukup besar dan terjadi pendarahan yang sifatnya aktif sehingga tindakan operasi
yang sesuai ialah menghentikan pendarahan dan dilakukan

fimbraektomi. Fimbraektomi

dikerjakan karena massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi
dengan cairan bertekanan. Tindakan tambahan yang dikerjakan adalah pemasangan drainase
dengan tujuan untuk memantau pendarahan dalam rongga abdomen apakah masih berlangsung
atau tidak. Jika tidak ada pendarahan dapat diindikasikan oleh berkurang atau tidak ada residu
dalam botol penampung residu drain tersebut.

26

Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo, S., 2007, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat :
Yayasan Bina Pustaka.
2. Prawirohardjo S, Hanifa W. Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam: Ilmu
Kandungan, edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005;
250-8.
3. Rachimhadhi T. Kehamilan Ektopik. Dalam : Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi I. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 2005; 198-10.

27

4. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF. Kehamilan Ektopik. Dalam: Obstetri
William (Williams Obstetri). Edisi XVIII. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2005; 599-26.
5. Schwart SI, Shires TS. Kehamilan Ektopik. Dalam: Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah. Edisi VI. Editor: Spencer FC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000;
599-06.
6. Fortner, Kimberly B.; et al_2007_THE JOHNS HOPKINS MANUAL OF
GYNECOLOGY AND OBSTETRICS_3rd EDITON_Lippincott Williams & Wilkins
Philadelphia.

28

Anda mungkin juga menyukai