Modul Fisika Sma (Pendalaman Materi)
Modul Fisika Sma (Pendalaman Materi)
FISIKA
Oleh :
Muhammad fachrurrozy, S.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas Rahmat dan Kurnia
yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat
terlaksana dengan baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat
kerja keras penulis dan partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ketua
Panitia
Sertifikasi
Guru
Rayon
113
yang
telah
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
ii
13
28
50
............ 61
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan kemampuan
untuk mengelola dan memanfaatkannya, dan kemampuan ini membutuhkan
pemikiran yang cerdas, sistematis, dan kritis yang kesemuannya membutuhkan
kesiapan dari para pengelola atau praktisi pendidikan untuk menyambutnya.
Fisika merupakan pelajaran yang mempersiapkan anak didik untuk dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau bahkan Fisika
merupakan bagian dari perkembangan itu sendiri. Sementara di lain pihak tidak
sedikit siswa bahkan orang tua yang menganggap Fisika itu pelajaran momok
yang susah dipelajari. Oleh karena itu para guru dan praktisi pendidikan harus
mencari jalan keluar agar Fisika dapat disajikan dengan mudah dan menarik,
sehingga peserta didik dengan senang belajar Fisika. Ruang lingkup materi pada
standar kompetensi Fisika di SMA memang luas dan padat, maka pada modul ini
hanya disajikan 6 pokok bahasan yang dianggap sulit di sekolah, yaitu konsep
tentang mekanika, suhu dan kalor, konsep tentang muatan dan listrik statis, listrik
dinamis dan fisika modern.
A. Tujuan Pelatihan
Peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk bidang studi
FIisika diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar tentang mekanika, suhu dan kalor
2. Menjelaskan sifat-sifat muatan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan konsep arus listrik dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan konsep dasar tentang fisika modern
B. Manfaat Pelatihan
Manfaat umum Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk bidang
studi Fisika adalah memberikan bekal kepada peserta PLPG tentang materi dasar
Fisika dan permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran
serta beberapa alternatif penyelesainnya. Sedangkan manfaat khusus dari kegiatan
PLPG bidang studi Fisika yaitu peserta PLPG mempunyai ketrampilan :
1. Menjelaskan konsep dasar tentang mekanika, suhu dan kalor.
2. Menjelaskan sifat-sifat muatan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan konsep-konsep konsep arus listrik dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan konsep dasar tentang fiika modern
C. Strategi Pelatihan
Pelatihan disajikan dengan strategi mendiskusikan beberapa permasalahan
yang sering muncul dalam proses pembelajaran Fisika, khususnya pada pokok
materi gerak, dinamika gerak, suhu dan kalor, listrik statis, dan listrik dinamis,
serta fisika modern dipadu dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
eksperimentasi, untuk memantapkan konsep yang sedang dipelajari. Selanjutnya
peserta diharapkan dapat mempraktekkan proses pembelajaran (peer teaching).
D. Hasil yang Diharapkan
Dengan berakhirnya PLPG bidang studi Fisika, peserta pelatihan diharapkan
dapat meningkat kompetensi profesionalnya dalam membelajarkan Fisika kepada
peserta didiknya.
BAB II
GERAK
STANDAR KOPETENSI :
memahami konsep gerak beserta kaitan antara besaran besaran fisis yang terlibat
dalam melukiskan gerak benda.
KOMPETENSI DASAR :
Menjelaskan konsep gerak dalam 1 dimensi dan 2 dimensi.
INDIKATOR :
1. Menjelaskan perbedaan antara kecepatan dan kelajuan dengan benar.
2. Menjelaskan gerak lurus beraturan dengan benar.
3. Menjelaskan gerak lurus berubah beraturan dengan benar.
4. Menganalisa gerak parabola dengan benar.
5. Menganalisa gerak melingkar dengan benar.
Fenomena gerak bukanlah suatu yang asing bagi kita. Kita sendiri hampir
setiap saat melakukan gerakan, baik gerakan - gerakan yang yang kita sadari
maupun yang bersifat reflek. Meskipun demikian jika ditanyakan apakah yang
dimaksud dengan gerak? Tentunya kita akan berfikir hati hati untuk
mendefinisikan. Jika kita mengatakan bahwa suatu benda dikatakan bergerak
apabila benda tersebut mengalami perubahan kedudukan, ini juga akan
menimbulkan permasalahan. Apakah seseorang yang duduk dikursi yang sama
selama mengikuti kuliah dapat dikatakan diam ?, apakah orang yang tidur di
dalam kereta api yang sedang berjalan dikatakan bergerak ?. ini merupakan
pertanyaan yang tidak sederhana, karena memerlukan pertimbangan
pertimbangan untuk menjawabnya. Sebenarnya selain mengalami perubahan
kedudukan, suatu benda dikatakan bergerak atau tidak itu juga ditentukan oleh
pengamatnya. Bagi pengamat dikereta api yang sedang bergerak, orang yang tidur
disampingnya dikatakan tidak bergerak, tapi bagi pengamat di luar kereta api
orang tersebut dikatakan bergerak. Oleh karena itu dapatlah didefinisikan bahwa
suatu benda dikatakan bergerak apabila benda tersebut mengalami perubahan
kedudukan terhadap variabel waktu diukur relatif terhadap pengamatnya.
Gerakan benda sediri kalau diamati bentuk lintasannya bermacammacam, ada yang lurus, ada yang melingkar, ada yang parabola dan lain-lain. Hal
ini digunakan untuk mengelompokan jenis jenis gerak. Gerak yang lintasannya
lurus disebut gerak lurus, gerak yang lintasannya lingkaran disebut gerak
melingkar, dan gerak yang lintasannya parabola disebut gerak parabola. Ketiga
jenis gerak tersebut akan kita bahas pada bab ini.
LAJU DAN KECEPATAN
Dalam pergaulan sehari hari jarang sekali kita mendengar kata laju
digunakan untuk menggambarkan gerakan suatu benda. Seringkali kita
mengatakan kecepatan motor saya bisa mencapai sekian puluh kilometer per jam
untuk melukiskan seberapa cepat kita mengendarai motor. Istilah kecepatan yang
digunakan disini sebenarnya kurang tepat, karena kecepatan merupakan besaran
vektor sehingga harus disertakan arahnya dalam menyebutnya. Jika kita tidak
tertarik untuk menyebutkan arahnya lebih tepat kalau kita menggunakan kata
laju atau besar kecepatan.
Dalam fisika kata laju dihubungkan dengan jarak tempuh yang merupakan
besaran skalar, sedangkan kecepatan dihubungkan dengan perpindahan yang
merupakan besaran verktor. Untuk memahami konsep ini marilah kita
memperhatikan gambar 1.
y ( . 102 km )
4
x ( . 102 km )
5
O
1
Gambar 1 : Grafik yang melukiskan lintasan yang dilalui seseorang
dalam perjalanan dari A ke C.
Gambar 1, melukiskan lintasan yang dilalui seseorang ketika melakukan
perjalanan dari kota A ke kota C. Jarak total yang ditempuh orang tersebut adalah
= jarak AB + jarak BC yaitu 400 km + 500 km = 900 km, sedangkan besar
perpindahan (perubahan kedudukan atau perubahan posisi) orang tersebut relatif
terhadap kedudukan semula hanya sepanjang jarak AC yaitu 300 km dan tidak
tergantung pada lintasan yang dilaluinya. Jika waktu yang digunakan orang
jarak tempuh
................................................... (1.1)
waktu tempuh
Kecepatan rata-rata =
Jika Kecepatan rata-rata diberi simbol vrata rata , rC rA diberi simbol r dan
waktu tempuh diberi simbul , t maka rumus (1.3) dapat dituliskan sebagai
r
vrata rata
........................................................................... (1.4)
t
Jadi jelaslah disini bahwa ada perbedaan yang mendasar antara kelajuan
dan kecepatan. Akan tetapi dalam pembicaraan sehari-hari yang kita maksud
sebagai kelajuan atau kecepatan seringkali bukanlah kelajuan rata-rata dan
kecepatan rata-rata, melainkan kelajuan dan kecepatan saat tertentu yang dalam
fisika disebut dengan kelajuan sesaat dan kecepatan sesaat.
Kelajuan sesaat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh suatu obyek
tiap satuan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran dilakukan selama periode
waktu t 0. Sedangkan kecepatan sesaat didefinisikan sebagai perpindahan
kedudukan suatu obyek tiap satuan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran
dilakukan selama periode waktu t 0. Dalam buku ini kelajuan sesaat atau
kecepatan sesaat selanjutnya akan sering disebut sebagai kelajuan atau kecepatan.
Andaikata seseorang menempuh perjalanan dengan lintasan seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 2, dari waktu ke waktu arah perpindahan orang tersebut
diukur dari titik A selalu mengalami perubahan arah. Perubahan arah tersebut
r
........................................................................... (1.5)
vsesaat lim
t 0 t
dapat dituliskan sebagai
dr
........................................................................... (1.6)
v sesaat v
dt
dan besarnya dituliskan sebagai
dr
........................................................................... (1.7)
v
dt
yang juga merupakan kelajuan (sesaat) orang tersebut.
y
t1
A
t0
t2
t3
r
x
Gambar 2 : Grafik yang melukiskan perubahan posisi seseorang
yang bergerak dengan lintasan kontinu.
GERAK LURUS
Seperti telah disinggung sebelumnya, gerak lurus merupakan gerak yang
mempunyai lintasan berupa garis lurus. Gerak ini juga dapat diperlakukan sebagai
gerak dalam 1 dimensi karena lintasannya dapat dilukiskan dalam salah satu
variable ruang pada koordinat kartesius. Dalam buku ini sebagian besar akan
menggunakan simbol x untuk melukiskan jarak maupun perpindahan benda dalam
1 dimensi. Selain itu gerak lurus yang akan dibahas pada buku ini adalah gerak
lurus dengan kecepatan tetap yang biasa disebut gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus dengan percepatan tetap yang biasa disebut gerak lurus berubah
beraturan (GLBB).
kecepatan tetap. Karena v kons tan maka jika seseorang menempuh perjalanan
selama waktu t, maka jarak yang ditempuh orang tersebut dituliskan sebagai
x=v.t
.......................................................................... (1.8)
v
a rata rata
t
.......................................................................... (1.9)
v
a lim
t 0 t
dv
a
......................................................................... (1.10)
dt
Pada gerak lurus ini selain lintasannya berupa garis lurus, besar
kecepatannya juga berubah dari waktu ke waktu secara beraturan atau perubahan
kecepatannya tiap satuan waktu tetap.
Hal ini berarti
dv
a = tetap
dt
. (1.11)
dv a dt
v0
t0
1
d
v
a dt
. (1.12)
v1 v 0 a (t1 t 0 ) . (1.13)
Grafik hubungan antara v dan t untuk GLBB dapat dilukiskan seperti pada
gambar 3. Pada grafik tersebut besar kemiringan grafik menunjukkan besar
percepatannya yaitu a. Pada persamaan (1.13), karena t1 t 0 adalah waktu yang
diperlukan untuk menempuh perjalanan dari kedudukan awal ke kedudukan akhir,
maka variabelnya dapat diganti dengan variabel waktu tempuh t. Dengan
demikian persamaan (1.13) menjadi
v1 v 0 a t
atau
. (1.14)
v1 v 0 a t
v
v1
v0
t
t1
t0
Gambar 3 : Grafik hubungan antara kecepatan dan waktu pada
gerak lurus dengan percepatan tetap (GLBB)
dr
v0 a t
dt
dr v 0 a t dt
......................................................................... (1.16)
......................................................................... (1.17)
Pada gerak lurus vektor r dapat diganti dengan salah satu variabel ruang
dalam koordinat kartesius, dan pada buku ini variabel yang digunakan adalah x.
Sehingga persamaan (1.17) dapat dituliskan sebagai
dx v 0 a t dt
......................................................................... (1.18)
Pada rumus (1.18) semua simbol vektor diganti dengan simbol skalar
karena lintasannya dapat dibuat pada 1 variabel ruang saja. Lalu dengan
mengintegrasikan dari x0 (sebagai kedudukan awal saat t = 0) sampai x1 (sebagai
kedudukan akhir saat t > 0 )
r1
r0
dx v 0 a t dt
diperoleh x1 x 0 v 0 t 12 a t 2
................................................. (1.19)
......................................................................... (1.20)
dv
a
dt
dv
dx a dx
dt
dx
dv
a dx
dt
. (1.21)
dv v a dx
Perkalian dot 2 buah vektor pada persamaan (1.21) menghasilkan
perkalian scalar karena arah dv sama dengan arah a dan arah v sama dengan
v dv a dx
. (1.22)
x1
v0
x0
v dv a dx
diperoleh
1
2
v2
1
2
v1
v0
a x x1
x
v0
a x x
v v
1
x1 x 0
1
2
. (1.23)
jika diinginkan rumus kecepatan sebagai fungsi posisi maka rumus (1.23)
dituliskan sebagai
v1 v 0 2 a x1 x 0
2
atau
v v0 2 a x
2
Keterangan :
v0 = kecepatan akhir
x0 = kedudukan awal
a = percepatan
. (1.24)
. (1.25)
v = v1 = kecepatan akhir
x1 = kedudukan akhir
x = jarak tempuh.
GERAK PARABOLA
Seperti sudah disinggung sebelumnya, gerak parabola adalah gerak dengan
litasan berupa parabola. Salah satu contoh dari gerak ini adalah gerak peluru yang
ditembakkan ke udara, asal saja gaya gesek antara peluru dengan angin dapat
diabaikan. Meskipun gerakan ini berada dalam ruang 3 dimensi namun dapat
diberlakukan sebagai gerakan dalam bidang 2 dimensi.
Sekarang marilah kita tinjau gambar 4.
y
ymaks
v0
v0 sin
x
xmaks
v0 cos
Gambar 4 : Grafik yang melukiskan lintasan bola yang ditendang dengan
kecepatan awal v0 membentuk sudut terhadap garis horisontalnya.
vx v0 cos
......................................................................... (1.26)
............................................................. (1.27)
vy v0 y a t v0 sin g t
..................................... (1.28)
y v 0 y t a t v0 sin t 12 g t
..................................... (1.29)
Bola pada gambar 4 akan mencapai tinggi maksimum apabila kecepatan
1
2
arah y (vy) nol, oleh karena itu pada keadaan ini berlaku persamaan
0 v0 sin g t1/ 2
............................................................. (1.30)
t1/2 adalah waktu untuk menempuh tinggi maksimum, yaitu setengah perjalanan
kembali ke tanah. Selanjutnya pers (1.30) dapat dituliskan sebagai
t1/ 2
v0 sin
g
............................................................. (1.31)
v sin 1 v0 sin
2 g
ymaks v0 sin 0
g
g
2
2
2
v0 sin 2 1 v0 sin 2 1 v0 sin 2
........................................... (1.32)
2
2
g
g
g
Sedangkan jarak maksimum yang ditempuh bola dapat dicari dengan
mensubstitusikan 2 t1/2 ke dalam persamaan (1.31).
2 v0 sin
g
Sehingga diperoleh persamaan
tmaks 2 t1/ 2
xmaks v0 cos
........................................................ (1.33)
2 v0 sin
g
g
g
2
............................................. (1.33)
10
Selain itu dapat dibuktikan bahwa gerak seperti ini mempunyai lintasan
berupa parabola. Dari persamaan (1.27)
x v0 cos t
......................................................................... (1.34)
x
............................................................. (1.35)
v0 cos
Substitusi persamaan (1.35) ke dalam persamaan (1.29)
dihasilkan
y v0 sin t
1
2
x
g t v0 sin
v0 cos
2
1
2
x
g
v0 cos
Menghasilkan persamaan
sin
g
x 12 2
y
x2
................................................. (1.36)
2
v0 cos
cos
yang merupakan persamaan parabola
......................................................................... (1.37)
y a x b x2
Keterangan :
sin
g
tan dan b 12 2
a
v0 cos 2
cos
PERCEPATAN SENTRIPETAL
Gerak melingkar beraturan, selain mempunyai lintasan berupa lingkaran
atau bagian dari sebuah lingkaran juga mempunyai kelajuan tetap. Gerak
melingkar ini dapat dianggap sebagai gerak dalam 2 dimensi, dan untuk
memahaminya marilah kita tinjau gambar 5.
P1
v1
r1
v2
s
v1
P2
r2
v2
11
v1 v 2 v
........................................................................ (1.41)
untuk t 0 , berlaku
s v
......................................................................... (1.42)
r
v
karena
s v t
maka persamann (1.42) menjadi
v t v
r
v
v v 2
......................................................................... (1.43)
t
r
karena t 0 maka percepatannya dapat dituliskan sebagai
v v 2
a lim
......................................................................... (1.44)
t 0 t
r
ini merupakan besar percepatan sentripetalnya.
Soal :
Gambarkan grafik hubungan antara v (kecepatan) dan t (waktu tempuh), x (jarak
tempuh) dan t serta x dan v dalam :
a. Gerak Lurus Beraturan.
b. Gerak lurus berubah beraturan.
c. Gerak parabola.
d. Gerak melingkar beraturan.
12
BAB III
DINAMIKA GERAK
STANDAR KOPETENSI : Memahami hubungan antara gerak dan penyebabnya.
KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan hukum Newton tentang gerak beserta
implementasinya.
INDIKATOR :
1. Menjelaskan Hukum Newton I dengan benar.
2. Menjelaskan Hukum Newton II dengan benar.
3. Menjelaskan Hukum Newton III dengan benar.
4. Menjelaskan konsep usaha dengan benar.
5. Menjelaskan konsep energi dengan benar.
6. Menganalisis hukum kekekalan energi.
5. Menganalisis hukum kekekalan momentum.
GAYA
Gaya merupakan besaran fisika yang mempunyai peran penting dalam
mempelajai gerakan obyek. Sebuah satelit dapat bergerak mengelilingi bumi,
sebuah benda yang dilempar ke atas akan kembali jatuh ke bumi, serpihan besi
dapat ditarik oleh magnet dan masih banyak contoh ain yang menunjukkan
keberadaan gaya.
Dalam fisika, gaya diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Jika sebuah benda
mengalami dorongan atau tarikan dikatakan bahwa pada benda tersebut bekerja
gaya, entah benda tersebut diam ataupun bergerak. Hubungan antara gaya dan
gerak benda diatur berdasarkan hukum Newton.
Hukum Newton I
Hukum Newton I yang disebut juga dengan hukum kelembaman
menjelaskan keadaan benda jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Menurut hukum Newton I : Sebuah benda akan senantiasa diam atau bergerak
lurus beraturan jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Hukum
Newton ini mengandung implikasi sebagai berikut : Sebuah benda yang mula
mula diam, akan memerlukan gaya untuk menggerakkannya. Sebaliknya jika
benda mula mula bergerak akan memerlukan gaya untuk menghentikannya.
Sifat yang demikin disebut dengan sifat kelembaman benda, yatu sifat benda yang
cenderung mempertahankan keadaannya.
13
Gambar 6 : Sebuah kelereng diletakkan di atas kertas yang ada di atas meja .
Hukum Newton II
Pada hukum Newton I telah dijelaskan sifat benda jika tidak ada resultan
gaya yang bekerja pada benda tersebut, tetapi tidak dijelaskan bagaimanakah
hubungan antara gaya dengan gerak benda yang mengalami gaya tersebut.
Hubungan antara gerak dan gaya dinyatakan dalam hukum Newton II. Hukum
Newton II menyatakan bahwa adanya resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda akan menghasilkan percepatan, besar percepatan benda berbanding lurus
dengan besar resultan gayanya dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut, sedangkan arahnya searah dengan arah resultan gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
Jika gaya diberi simbol F dan massa benda diberi simbol m maka
percepatan benda secara matematis dapat dituliskan sebagai
F
a
......................................................................... (2.1)
m
Hukum Newton III
Jika kita membicarakan masalah kesetimbangan pada benda, maka secara
tidak langsung kita membicarakan hukum Newton III. karena hukum Newton III
ini menjelaskan munculnya gaya - gaya reaksi suatu benda sebagai akibat
bekerjanya gaya pada benda tersebut. Karena itu hukum Newton III dikenal
14
sebagai hukum aksi reaksi. Hukum ini menjelaskan bahwa apabila benda pertama
melakukan gaya ( yang disebut gaya aksi ) pada benda kedua maka benda kedua
juga akan melakukan gaya ( yang disebut gaya reaksi ) pada benda pertama yang
besarnya sama dengan besar gaya aksi tetapi arahnya berlawanan.
Untuk memahami hukum ini marilah kita memperhatikan gambar 7.
Falmari
Fanak
Gambar 7 : Seorang anak sedang mendorong almari diatas permukaan lantai yang
kasar tetapi almari tetap tidak bergerak.
Gambar 7, melukiskan seseorang yang sedang mendorong almari yang
terletak diatas permukaan lantai yang kasar tetapi almari tetap tidak bergerak.
Gaya dorong anak diberi simbol Fanak, dalam keadaan diam (setimbang) mestinya
resultan gayanya nol (0), oleh karena itu pastilah ada gaya yang melawan gaya
dorong anak tersebut yang besarnya sama dengan gaya dorong anak tetapi
arahnya berlawanan. Gaya inilah yang disebut gaya reaksi, dan pada kejadian ini
diberi simbol Falmari untuk menunjukkan gaya yang berasal dari almari bekerja di
telapak tangan orang tersebut.
USAHA DAN ENERGI
Usaha dan energi dalam fisika merupakan 2 buah konsep yang saling
berkaitan erat, karena disamping energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan usaha atau kerja juga dalam rumusan matematisnya energi
diturunkan dari usaha. Oleh karena itu pembahasan energi tidak bisa dipisahkan
dari usaha.
Usaha
Seperti sudah disinggung di sebelumnya, adanya gaya pada suatu benda
tidak menjamin bahwa benda tersebut bergerak. Bergerak atau tidaknya benda
ditentukan oleh resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Jika benda tidak
bergerak meskipun diberi gaya dikatakan bahwa tidak ada usaha yang dilakukan
oleh gaya tersebut, sebaliknya jika benda itu bergerak maka ada usaha yang
dilakukan gaya.
15
t=0
t = t1
Gambar 8 : Sebuah balok bergerak diatas lantai garena adanya gaya F yang sejajar
lantai.
Usaha merupakan besaran skalar dan didefinisikan sebagai hasil kali
antara komponen gaya yang sejajar lintasannya dengan panjang lintasannya. Jika
gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan lintasannya seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 8, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F untuk memindahkan
benda sejauh x dituliskan sebagai
......................................................................... (2.2)
w F x
sedangkan jika gaya yang bekerja pada benda membentuk sudut seperti yang
t = t1
x
Gambar 9 : Sebuah balok bergerak diatas lantai garena adanya gaya F yang
membentuk sudut dengan lantai.
Pada ruang 2 atau 3 dimensi bisa saja lintasan benda tidaklah lurus dan
gayannya juga tidak tetap, sehingga rumus (2.4) tidak bisa lagi digunakan. Pada
16
kondisi seperti ini langkah yang kita ambil adalah membagi lintasan tersebut
rf
dr
F
ri
z
pengaruh gaya F . ri adalah vector posisi kedudukan awal benda dan r f adalah
vector posisi kedudukan akhir benda. Usaha yang dilakukan gaya untuk
w F dr
......................................................................... (2.6)
ri
Energi kinetik
Jika kita membicarakan energi tidaklah bisa dilepaskan dari konsep usaha.
Memang dalam masalah praktis pembicaraan tentang energi seringkali tidak
berhubungan sama sekali dengan usaha, akan tetapi jika kita ingin memahami
konsepnya dengan benar kita harus mempelajari kaitan antara keduanya..
Energi kinetik yang diberi simbol
Ek
berhubungan dengan gerak benda, bila sebuah benda melakukan gerak (sedang
17
rf
dr
ri
z
gaya F yang arahnya sejajar dengan sumbu x positip. ri adalah vector posisi
kedudukan awal benda dan r f adalah vector posisi kedudukan akhir benda.
Usaha yang dilakukan benda untuk menempuh lintasannya menurut
persamaan (2.7) dituliskan sebagai
rf
rf
dr
ri
a dr
ri
rf
m a dr
......................................................................... (2.8)
ri
karena gaya yang bekerja pada benda searah dengan sumbu x positip maka dapat
dituliskan
F Fx x F x
sehingga percepatannya menjadi
a a x x a x
18
dv x
dx
dengan a x a
oleh karena
dr dx x dy y dz z
maka berlaku
a dr a x dx
dengan mengabaikan batas integrasi persamaan (2.8) dapat dituliskan sebagai
dv
w m ax dx m x dx
dt
dv x dx
m
dx ......................................................................... (2.9)
dx dt
dx
karena
v x yaitu komponen kecepatan arah x maka persamaan (2.9) menjadi
dt
dv
w m
vx m
Jika kecepatan awal arah x diberi simbul v ix dan kecepatan akhir arah x
diberi symbol v fx maka persamaan (2.10) dapat dituliskan sebagai
v fx
fx
1
1
1 2
2
2
w m vx dvx m vx m v fx m vix ............................ (2.11)
2
2 vix 2
vix
pada kejadian ini selain mampunyai komponen kecepatan arah x benda juga
mempunyai komponen kecepatan arah y dan z. jika pada kedudukan awal
komponen kecepatan arah y diberi simbol v iy dan ke arah z diberi simbul v iz ,
sedangkan pada kedudukan akhir komponen kecepatan arah y diberi simbol v fy
ke arah z diberi simbul v fz maka berlaku persamaan
v f v fx v fy v fz
2
atau
v fx v f v fy v fz
............................................................. (2.12)
substitusi persamaan (2.12) kedalam persamaan (2.11) dihasilkan
1
1
2
2
2
2
2
2
w m v f v fy v fz m vi viy viz
2
2
1
1
1
2
2
2
2
2
2
m v f v i m v fy v iy m v fz v iz
2
2
2
karena gaya yang bekerja mempunyai arah sejajar dengan arah sumbu x positip
2
......................................................................... (2.13)
19
1
1
2
2
m v f m vi
2
2
............................................................. (2.14)
yang berarti bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya besarnya sama dengan
perubahan energi kinetik benda.
Persamaan (2.14) secara sederhana dapat dituliskan sebagai
w E k
Keterangan :
E k adalah perubahan energi kinetik benda.
Energi Potensial Gravitasi
Berbeda dengan energi kinetik, energi potensial ini tidak brhubungan
secara langsung dengan gerakan benda. Benda yang berada dalam keadaan diam
bisa jadi mempunyai energi potensial, hal itu ditentukan oleh kedudukannya
dalam sistem. Seperti namanya, setiap benda yang mempunyai energi potensial
tentu saja mempunyai potensi (kemampuan) untuk melakukan usaha.
y
y2
dr
Fg
y1
r2
F
r1
dr
r2
dr ........................................................... (2.14)
r1
karena gaya yang bekerja pada benda searah dengan sumbu y negatip maka dapat
dituliskan
20
Fg Fg y
dr dx x dy y dz z
dan
maka
Fg dr Fg dy
......................................................................... (2.15)
sehingga persamaan (2.14) menjadi
y2
w Fg dy
......................................................................... (2.16)
y1
dengan Fg adalah besar gaya gravitasi bumi (sama dengan berat benda) yang
besarnya adalah m g, sehingga persamaan (2.16) menjadi
y2
w m g dy
......................................................................... (2.17)
y1
w m g y 2 y1
......................................................................... (2.18)
Nilai m g y ini yang disebut dengan energi potensial gravitasi dan diberi
simbol Ep. Energi potensial gravitasi ini diberi nilai nol ( 0 ) apabila benda berada
di permukaan bumi, sehingga y merupakan ketinggian tempat relative terhadap
permukaan bumi dan biasanya diganti dengan h. sehingga energi potensial yang
dimiliki oleh benda pada ketinggian h relatif terhadap permukaan bumi dituliskan
sebagai
Ep m g h
......................................................................... (2.19)
g y2 m g y1
E p
p2
E p1
......................................................................... (2.20)
dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi
sama dengan negatip perubahan energi potensial bendanya.
Hukum Kekekalan Energi
Pada pembahasan sebelumnya telah ditunjukkan bagaimana hubungan
antara usaha dan energi kinetik, juga antara usaha dengan energi potensial.
Namun demikian khusus energi potensial yang dibahas barulah energi potensial
21
gravitasi yaitu energi yang berhubungan dengan gaya gravitasi. Besarnya usaha
yang dilakukan oleh gaya gravitasi menurut rumus (2.20) adalah
w m g y 2 m g y1
Hal ini berarti bahwa apabila benda bergerak menempuh lintasan tertutup
sembarang (seperti yang terlihat pada gambar 13) dan kembali keposisi semula
besarnya usaha yang dilakukan gaya gravitasi pasti sama dengan nol ( 0 ). Gaya
yang mempunyai sifat seperti ini disebut dengan gaya konservatif dan diberi
y
simbol Fc.
dr
Fg
y 2 y1
x
x 2 x1
Gambar 13 : Lintasan tertutup sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh
gaya Fg .
Di alam ini banyak ditemui gaya gaya yang tidak mempunyai sifat
seperti itu, misalkan saja gaya gesek. Jika gaya yang bekerja pada benda
menempuh lintasan tertutup seperti yang dilukiskan pada gambar 13, adalah gaya
gesek maka usaha yang dilakukan oleh gaya tidaklah sama dengan nol. Hal ini
dapat dimengerti apabila kita mengambil potongan potongan kecil elemen
lintasan, menafsirkan hasilnya secara kasar besarnya usaha tiap potongan kecil
tersebut, lalu menjumlahkan meliputi seluruh lintasan tertutup tersebut. Kita
mendapatkan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gesek selalu bernilai negatip
oleh karena itu kalau dijumlahkan tidak mungkin bernilai nol ( 0 ). Gaya seperti
ini disebut gaya non konservatif dan diberi simbol Fnc.
Jika sebuah benda bergerak karena adanya gaya konservatif dan
nonkonservatif maka usaha yang dilakukan benda tersebut dituliskan sebagai
rf
rf
dr
ri
Fnc
dr
ri
rf
rf
Fc dr Fnc dr
ri
............................................................. (2.21)
ri
untuk gaya konservatif berlaku rumus (2.20) sehingga persamaan (2.21) menjadi
22
rf
w E p Fnc dr
............................................................. (2.22)
ri
E k E p Fnc dr
ri
atau
rf
Fnc dr E p E k
ri
m g y 2 m g y1
1
1
2
2
m v 2 m v1
2
2
1
1
2
2
m g y 2 m v 2 m g y1 m v1
2
2
E p 2 E k 2 E p1 E k1
..................................... (2.23)
nilai E p E k disebut dengan energi mekanik benda dan biasanya diberi simbol
E. Karena itu persamaan (2.23) dapat dituliskan sebagai
rf
ri
Hal ini berarti bahwa usaha oleh gaya nonkonservatif besarnya sama
dengan selisih antara energi mekanik awal dengan energi mekanik akhir.
Jika tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja pada benda atau gaya
konservatifnya diabaikan, rumus (2.24).menjadi
.................................... (2.25)
0 E 2 E1 atau
E1 E 2
dengan demikian selama tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja pada benda
energi mekanik benda bersifat kekal.
IMPULS DAN MOMENTUM
Pada bab sebelumnya telah disinggung bahwa setiap benda di alam ini
selalu berusaha untuk mempertahankan keadaannya (Hukum Newton I). Apabila
kita ingin mengubah keadaan benda diperlukan energi. Besarnya energi yang
diperlukan untuk mengubah keadaan benda tergantung dengan massa benda dan
seberapa besar perubahan keadaan yang kita inginkan. Sebagai contoh misalkan
23
kita ingin menghentikan sebuah troli yang bergerak, energi yang diperlukan untuk
menghentikannya ditentukan oleh besar kecepatan dan massa troli, makin besar
massanya energi yang diperlukan makin besar, demikian juga makin besar
kecepatannya energi yang diperlukan makin besar.
Dalam fisika, besaran yang berhubungan dengan keadaan benda tersebut
disebut momentum. Dan khusus dalam bab ini yang akan dibahas adalah
momentum linear yaitu momentum yang berhubungan dengan gerak translasi.
Momentum Linear
Seperti telah disinggung di depan bahwa momentum benda ditentukan
oleh massa benda dan kecepatannya. Karena nilainya sebanding dengan kedua
besaran tersebut maka didefinisikan momentum sebagai massa benda dikalikan
dengan kecepatannya. Atau secara matematis dituliskan dengan
......................................................................... (2.26)
pmv
dengan p adalah momentum linear benda dan merupakan besaran vector yang
arahnya sama dengan arah kecepatannya, sedangkan satuannya dalam SI adalah
24
m1
m2
v1
v2
x
x1
x2
Gambar 14 : 2 buah partikel dalam system partikel yang masing masing berturut
turut mempunyai massa m1 dan m2 pisisi dalam sumbu x adalah x1
dan x2 serta mempunyai kecepatan v1 dan v2.
Gambar 14, melukiskan 2 buah partikel dalam system partikel yang masing
masing berturut turut mempunyai massa m1 dan m2, pisisi dalam sumbu x adalah
x1 dan x2 serta mempunyai kecepatan v1 dan v2. titik pusat massa system partikel
tersebut pada sumbu x didefinisikan sebagai
x cm
m1 x1 m 2 x 2
m1 m 2
......................................................................... (2.29)
25
karena m1 m2 adalah massa total system partikel maka dapat diganti dengan
simbol M sehingga persamaan (2.29) dapat dituliskan sebagai
m1 x1 m 2 x 2
1
x cm
atau
M
M
dan kecepatan titik pusat massanya adalah
dx cm 1 2
dx
mi i
dt
M i 1
dt
x cm
m
i 1
xi
........................ (2.30)
1 2
mi vi ......................................................................... (2.31)
M i 1
karena kecepatan merupakan besaran vektor, maka dapat dituliskan sebagai
v cm
1 2
1
.............................. (2.32)
vcm
mi vi
m1 v1 m2 v2
M i 1
M
sedangkan percepatan pusat massanya dapat dituliskan sebagai
dv cm 1 2
dv i
mi dt
dt
M i 1
1 2
1
mi ai
m1 a1 m2 a2 ................................. (2.33)
M i 1
M
Rumus (2.31), rumus (2.32) dan rumus (2.33) dapat diperluas untuk sistem
acm
partikel yang tersusun dari N buah partikel dan terdistribusi dalam ruang. Pada
kejadian ini posisi partikel dinyatakan oleh vektor posisi r1 , r2 , r3 , ... , rN sehingga
rumus (2.31) menjadi
1
rcm
M
ri
m
i 1
1
v cm
M
M v cm
m
i 1
......................................................................... (2.34)
vi
m
i 1
v i ................................................. (2.35)
......................................................................... (2.36)
1 N
a cm
mi a i
M i 1
sedangkan momentum total system partikel
dan rumus (2.33) menjadi
p m1 v1 m2 v2
..................................... (2.37)
i 1
............................................... (2.38)
vi
p M vcm
......................................................................... (2.39)
yang berarti bahwa momentum total system partikel sama dengan massa total
system dikalikan dengan kecepatan pusat massanya.
26
Tumbukan
Peristiwa tumbukan bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Tumbukan
antara bola bola boling ketika melakukan permainan, tumbukan antara kaki
dengan bola waktu menendang bola dan tumbukan antara tangan dengan bola
pada waktu mengoper bola dalam permainan bola voli, merupakan contoh
terjadinya tumbukan. Jika kita perhatikan lebih cermat ada beberapa kejadian
yang spesifik ketika terjadi tumbukan. Misalkan saja tumbukan antara 2 buah bola
boling, setelah tumbukan ada kemungkinan bola boling yang menumbuk
dibelokkan, dipantulkan berbalik arah atau berhenti demikian juga dengan bola
boling yang di tumbuk, setelah tumbukan arah gerakannya tergantung arah bola
boling yang menumbuknya. Kecepatan bola boling setelah tumbukan, baik
kecepatan bola boling yang manumbuk maupun yang ditumbuk tidak bisa
sembarangan tetapi mengikuti suatu hukum tertentu.
Sekarang marilah kita tinjau system partikel seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 14. Jika v1 v 2 pastilah suatu saat kedua benda tersebut akan
bertumbukkan. Karena tidak ada gaya eksternal yang bekerja maka berlaku
dp
......................................................................... (2.40)
F
0
dt
adalah v1 ' dan kecepatan partikel dengan m 2 adalah v 2 ' maka rumus (2.41) dapat
dituliskan sebagai
m1 v1 m2 v 2 m1 v1 ' m2 v 2 '
inilah yang disebut dengan hukum kekekalan momentum.
Soal :
1. Sebuah bom yang beratnya 2 kg yang dilepaskan dari sebuah pesawat meledak
menjadi 2 bagian ketika menyentuh tanah. Pesawat tersebut terbang sejajar
permukaan bumi pada ketinggian 100 m dan kecepatan 500 km/jam. Jika salah
satu pecahan bom tersebut bergerak vertikal, hitung :
a. Energi kinetiknya ketika bom tersebut menyentuh tanah.
b. Ketinggian maksimum pecahan bom.
Catatan : - Anggap pada ledakan tersebut tidak ada energi yang hilang dan gaya
gesek udara diabaikan.
27
BAB IV
KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT
STANDAR KOPETENSI : Memahami konsep kalor dalam hubungannya dengan
suhu benda beserta perambatannya.
KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan konsep kalor, suhu dan perambatan kalor.
INDIKATOR : 1. Menjelaskan hubungan antara perubahan suhu dan kalor.
2. Menjelaskan terjadinya perambatan kalor.
3. Menjelaskan hubungan antara kalor dan perubahan bentuk.
4. Menganalisis perubahan suhu pada campuran beberapa bahan.
Panas merupakan salah satu bentuk energi yang berhubungan dengan suhu
benda. Bentuk energi ini dapat dideteksi oleh tubuh kita meskipun tidak dapat kita
lihat, misalkan saja panas sinar matahari, panasnya api atau uap air yang
mendidih, panasnya udara pada siang hari di musim kemarau dll. Energi ini
sangat kita perlukan hampir pada setiap bidang kehidupan kita, bahkan ini
merupakan salah satu kebutuhan utama kita antara lain sebagai penghangat tubuh,
memasak
makanan,
mengeringkan
pakaian
dan
bahkan
sampai
pada
penerapannya dalam teknologi tinggi. Akan tetapi energi ini juga dapat merugikan
kita apabila tidak kita kendalikan, misalkan saja terjadinya kebakaran hutan,
penyebab ledakan pada tabung gas, dan bahkan bisa menyebabkan kerusakan
pada jaringan tubuh. Selain itu energi panas juga mempunyai pengaruh yang
signifikan pada sifat fisis benda yang dikenainya, bahkan pada tingkat tertentu
dapat merubah fasa (wujud) zat. Es berubah menjadi cair apabila dipanaskan
demikian juga air bisa berubah menjadi uap apabila dipanaskan hingga titik
didihnya.
Kapasitas Panas dan Panas Jenis
Apabila suatu benda diberi panas, suhunya akan naik jika tidak terjadi
perubahan wujud. Suhu akhir benda selain ditentukan oleh volumenya (dalam hal
ini berarti massanya) juga ditentukan oleh jenis benda tersebut. Besi dengan kayu
jika beri panas yang sama, suhunya akan berbeda meskipun massanya sama.
Demikian juga air, minyak dan kaca akan berbeda suhunya apabila diberi panas
yang sama.
28
Jenis benda yang dimaksud oleh alinea diatas diwakili oleh apa yang disebut
dengan panas jenis yang biasa diberi simbul c. Apabila suatu benda yang
bermassa m diberi panas sebesar Q sehingga suhunya berubah sebesar T, maka
hubungannya dengan panas jenis dapat dituliskan sebagai
Q = m c T
......................................................................... (3.1)
........................................................................... (3.2)
........................................................................... (3.3)
Dengan demikian kapasitas panas zat adalah energi panas yang diperlukan untuk
menaikan suhu zat sebesar 1 derajat. Satuan C dalam SI adalah J/K.
Perambatan Panas
Panas dapat merambat melalui medium padat, cair maupun gas, bahkan
pada gelombang elektromagnetik panas dapat dihantarkan sekalipun tidak ada
medium/zat perantaranya. . Perambatan panas ini ditandai oleh kenaikan suhu
benda sekalipun benda tersebut tidak bersentuhan langsung dengan sumber panas.
Kita dapat merasakan panas jika berada disekitar api unggun sekalipun kita tidak
menyentuh api unggun tersebut, kita juga dapat merasakan panas ketika
menyentuh ujung logam yang ujung lainnya bersentuhan dengan sumber panas,
kita juga dapat merasakan panas ketika kita mencelupkan tangan kita ke
29
permukaan air yang sedang direbus. Ini merupakan bukti bahwa panas merambat
baik melalui medium gas, padat maupun cair.
Konduksi (hantaran) Panas
Konduksi panas merupakan peristiwa perambatan panas yang tidak
disertai oleh perpindahan atom atau molekul zat perantaranya. Peristiwa
perambatan panas seperti ini terjadi pada zat padat dimana atom atau molekul zat
mempunyai ikatan yang kuat sehingga posisinya relatif tetap dalam strukturnya.
Jika sebatang
memiliki luas
Q
........................................................................... (3.4)
T
dapat pula dinyatakan sebagai
T
H = kA
........................................................................... (3.5)
T
R
........................................................................... (3.6)
dengan R
mempunyai luas penampang sama A saling disambungkan maka pada suatu saat
sambungan kedua logam tersebut akan mencapai suhu kesetimbangan T diman T1
< T < T2. Pada keadaan ini terdapat 2 aliran panas yang terjadi yaitu pada lapisan
1 terjadi aliran panas dari suhu T ke T1 dan pada lapisan 2 terjadi aliran panas dari
suhu T2 ke T. Menurut hukum kekekalan energi haruslah dipenuhi H1 = H2. Pada
lapisan 1 aliran panasnya berasal dari T ke T1 dituliskan sebagai :
T T1
H1 = k1 A
1
atau
T T1 = H1 1
k1 A
........................................................................... (3.7)
30
H2 = k2 A 2
2
atau
T2 T = H2 2 ........................................................................... (3.8)
k2 A
Lalu dengan menjumlahkan persamaan (3.7) dan persamaan (3.8) diperoleh
T2 T1 = H1 1 + H2
k1 A
k2 A
................................................... (3.9)
T2 T1 = H 1 2 ................................................................ (3.10)
k1 A k 2 A
Sehingga aliran panasnya dapat dituliskan sebagai
T2 T1
T T1
T
2
H=
.............................. (3.11)
R
R
R
R
1
2
1
2
1
2
k1 A
k2 A
Dengan demikian jika n buah batang logam dengan suhu berturut turut
T1, T2, T3, ...... Tn disambungkan secara berurutan maka aliran panas yang terjadi
dapat dituliskan sebagai
H=
T
................................................................... (3.12)
R1 R2 R3 ... Rn
sangat rumit. Hal tersebut disebabkan karena adanya energi (panas) yang hilang,
ataupun berhubungan dengan sifat-sifat fluida itu sendiri antara lain :bentuk
permukaan, jenis fluida, karakteristik fluida, aliran fluida dan keadaan fluida
31
B
......................................................................... (3.14)
T
Persamaan (3.14) B tetapan nilai 2,898 .10-3 mK, T suhu mutlak dan panjang
menurut
Josef Stefan
......................................................................... (3.15)
......................................................................... (3,16)
32
Jika zat pertama massa m1, suhu t 1o dan kapasitas jenisnya c1, dan zat kedua
massa m2 bersuhu t 2o dan berkapasitas jenis c2 (dengan nilai t 1o < t 2o ), maka suhu
akhir akan sama yaitu to dengan rumus.
m1 c1 (to - t 1o ) = m2 c2 ( t 2o - to)
................................................. (3.17)
T (oC)
100
gas / uap
0 Padat
cair
Q1
Q3
Q2
Q4
Q (kkal)
Gambar 15 : Grafik hubungan antara suhu dan panas pada sebagian besar zat.
Soal
1. Sebuah ruangan bersuhu 10 0C mempunyai 2 buah jendela kaca berukuran 40 x
60 cm2. Suhu diluar ruangan adalah 30 0C, dan aliran kalor antara ruangan
dengan bagian luar terjadi hanya melalui kedua jendela tersebut. Hitung laju
aliran kalor yang terjadi.
2. Hitung banyaknya air yang bersuhu 50 0C yang diperlukan untuk mencairkan
400 gr es bersuhu 5 0C.
3. 200 gr es bersuhu 10 0C dicampur dengan 500 gr air bersuhu 27 0C. Hitung
suhu akhir campuran! Jelaskan juga keadaan akhir campuran.
33
BAB V
LISTRIK STATIS
Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan produk teknologi
Kompetensi Dasar :
Memformulasikan gaya listrik, kuat medan listrik, fluks, potensial listrik,
energi potensial listrik serta penerapannya pada keping sejajar.
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat
- Mendeskripsikan muatan listrik
- Mendeskripsikan sifat-sifat muatan listrik
- Mendeskripsikan cara membuat benda bermuatan listrik
- Mendeskripsikan hukum gaya Coulomb
- Menuliskan rumus gaya Coulomb
- Mendeskripsikan medan Listrik
- Menuliskan rumus medan Listrik
- Mendeskripsikan hukum Gauss
- Menuliskan rumus hukum Gauss
- Mendeskripsikan Energi Potensial Listrik
- Menuliskan rumus Energi Potensial Listrik
- Mendeskripsikan Potensial Listrik
- Menuliskan rumus Potensial Listrik
- Menerapkan Listrik Statik
Listrik statis merupakan suatu cabang pengetahuan yang mempelajari
segala aspek tentang muatan listrik yang dalam keadaan diam dan interaksi
muatan listrik dengan lingkungan di sekitarnya.
5.1 Muatan Listrik
Konsep muatan listrik dalam teori Elektromagnet (teori Listrik dan
Magnet) mirip dengan konsep massa dalam teori Mekanika. Di dalam teori
Elektromagnet klasik hanya ditunjukkan bagaimana muatan bertingkah laku dan
tidak pernah menjelaskan apa sebenarnya muatan itu. Untuk menjelaskan apa
sebenarnya muatan diperlukan teori yang lain yaitu teori Kuantum.
Setiap benda tersusun atas sejumlah besar atom yang membentuk pola
susunan tertentu. Sebuah atom tersusun atas inti atom dan elektron (untuk atom
Hidrogen hanya ada satu proton dan satu elektron). Proton bermuatan positif,
elektron bermuatan negatif dan neutron tidak bermuatan (netral). Umumnya atom
tidak bermuatan atau netral, jika jumlah muatan positif (proton) dan muatan
negatif (elektron) sama. Atom dapat juga tidak netral, jika jumlah muatan positif
34
dan muatan negatif tidak sama dan jika atom mengalami gangguan sehingga
elektron terlepas dari atom. Atom yang kehilangan satu elektron maka jumlah
muatan positif dan muatan negatif tidak sama lagi sehingga kelebihan muatan
positif disebut ion bermuatan positif. Jika jumlah muatan negatif lebih banyak
dari pada muatan positif, maka disebut ion bermuatan negatif.
Benyamin Fraklin (17061790) melalui eksperimen menunjukkan
terdapat 2 jenis muatan listrik yaitu muatan listrik positif dan muatan listrik
negatif. Menurut konvensi yang disarankan oleh Benyamin Franklin jika batang
plastik digosok kain wool maka batang plastik akan bermuatan negatif, dan jika
batang kaca digosok kain sutra maka batang kaca bermuatan positif. Batang
plastik yang digosok kain wool, muatan negatif (elektron) di kain wool pindah ke
batang plastik, sehingga batang plastik menjadi bermuatan negatif. Sedangkan
pada batang kaca yang digosok kain sutra, muatan negatif (elektron) yang ada di
batang kaca pindah ke kain sutra, sehingga batang kaca kekurangan elektron dan
menjadi bermuatan positif. Untuk membuat suatu benda menjadi bermuatan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : Cara Konduksi dan Cara Induksi.
Cara Konduksi yaitu
a. Benda subjek bermuatan (misal bermuatan negatif) didekatkan pada benda
objek netral, maka benda objek netral akan mengalami polarisasi muatan, yaitu
muatan positif terpisah mendekat benda subjek sedangkan muatan negatif
menjauhi benda subjek.
b. Benda subjek bermuatan negatif lalu disentuhkan ke benda objek sehingga
elektron dari benda subjek mengalir ke benda objek untuk menetralkan muatan
positif lokal dan yang tersisa pada benda objek hanya muatan negatif.
c. Benda subjek lalu dijauhkan dari benda objek, sehingga benda objek yang
tadinya netral kini telah menjadi bermuatan negatif seperti benda subjek.
Cara Induksi yaitu
a. Benda subjek bermuatan (misal bermuatan negatif) didekatkan pada benda
objek netral, maka benda objek netral akan mengalami polarisasi muatan, yaitu
muatan positif lokal terpisah mendekat benda subjek sedangkan muatan negatif
lokal menjauhi benda subjek.
b. Pada benda objek, muatan negatif lokal lalu dihubungkan ke bumi (ground)
sehingga elektron dari benda objek mengalir ke bumi dan pada benda objek
tersisa muatan positif lokal.
c. Benda subjek lalu dijauhkan dari benda objek, sehingga benda objek yang
tadinya netral kini telah menjadi bermuatan positif.
Pada cara konduksi, benda objek yang tadinya netral, berubah menjadi
bermuatan negatif yang sama dengan muatan benda subjek. Sedangkan pada cara
35
induksi, benda objek yang tadinya netral, berubah menjadi bermuatan positif yang
berbeda dengan muatan benda subjek.
5.2 Gaya Coulomb
Besar kecilnya muatan listrik dari suatu benda diukur dalam satuan
coulomb, misal besar muatan listrik dari satu partikel elementer elektron yaitu
1,6.1019 coulomb dan besar muatan satu partikel elementer proton yaitu 1,6.1019
coulomb. Jadi besarnya muatan satu partikel elektron sama besarnya dengan
muatan satu partikel proton, tetapi hanya berbeda jenis muatannya. Coulomb pada
tahun 1785 melakukan percobaan dengan menggunakan alat ukur yang sangat
peka yaitu neraca puntir. Dari hasil kesimpulan percobaannya, Coulomb
kemudian merumuskan hukum Coulomb yaitu Besarnya gaya tarik menarik atau
tolak menolak antara dua bauh benda bermuatan sebanding dengan besarnya
masing-masing muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua
benda tersebut. Secara matematis hukum coulomb dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut :
Fk
dan
q1q 2
r2
r 12 (4.1)
F = gaya coulomb,
1
9.109 Nm2C 2
4 0
F21
F23
36
q2
F2 F23 F12
F21
q q q q
F2 k 22 3 22 1
r21
r23
F23
F2
q1
q3
q2
F23
4m
q3
3m 5m
+ q1
q q
2.10 5.10
F23 k 2 3 9.109
r23
42
9
a.
F23x 6,57.109 N
q1 q3
6.10 5.10
9.109
r13
52
9
b. F13 k
6,57.10
10,8.10
4
F23x 10,8.109 N 8, 64.109 N
10
3
F23y 10,8.109 N 6, 48.109 N
5
c. Fx 6,57.109 N 8,64.109 N 2,07.109 N
F Fx2 Fy2
tan = tan
Fy
Fx
2, 07.10 6, 48.10
9 2
6, 48
3,13
2, 07
9 2
dan
6,8.109 N
dan 72,335
37
dan
F
q0
qq
F
q
k 02 k 2
q0
q0r
r
E = besar kuat medan listrik di suatu titik
q = muatan sumber
r = jarak antara titik dengan muatan sumber
E
(4.2)
Arah kuat medan listrik di suatu titik ditentukan oleh jenis muatan sumber.
Jika muatan sumber positif, maka arah kuat medan listrik di suatu titik
menjauhi muatan sumber.
Jika muatan sumber negatif, maka arah kuat medan listrik di suatu titik
mendekati muatan sumber.
q1
q2
A
E1
r1
E2
r2
EA E1 E2
E1
EA
E2
q q
E A k 21 22
r1 r2
q1
q2
38
.. (4.3)
n
bidang
Gambar 5.4 Fluks listrik yang menembus luasan A
Sudut adalah sudut antara arah vektor E dengan vektor n normal bidang. Jika
tegak lurus permukaan bidang, maka = 0o atau cos = 1, sehingga = E A
39
q
1
q
4
+
Arah E dan n di titik a adalah radial ke luar,
o
r
maka = 0 atau cos = 1.
a
sehingga
q
q
q
atau E 4r 2
maka E
EA
0
0
4r 2 0
b. Kuat medan listrik E di dekat bidang muatan tak berhingga.
Ea
q
+
+
A
En
En
+
Permukaan tertutup berbentuk silindris dengan
+
luas penampang A melingkupi muatan q
+
Menurut hukum Gauss
q
total E n A E n A
0
A
2E n A
maka E n
0
2 0
E n adalah kuat medan listrik dalam arah normal penampang silinder
40
2 0 2 0 0
Dengan arah ke kanan tegak lurus bidang keping. Kuat medan listrik di luar
keping oleh keping bermuatan positif dan keping bermuatan negatif arah
berlawanan, sehingga resultannya nol.
d. Kuat medan listrik E di dalam dan di luar konduktor bola berongga. dengan
jari-jari R.
Untuk permukaan Gauss 1 (r < R), muatan yang dilingkupi oleh permukaan 1
sama dengan nol, sebab di dalam bola tidak ada muatan.
Menurut hukum Gauss :
q
q
atau E
dan E 0 untuk q = 0
0
0 A cos
Untuk permukaan Gauss 2 (r > R), muatan yang
EA cos
EA cos
q
0
q
2
0 4r cos 0
+
+ 1
+
+
q
4r 2 0
+ + +
R +
+ r>R
+
r<
+
R +
+ + +
4 3
R
3
+ +R
4 3
r
r3
q
q
3 q
4
3
V
R
R
3
41
r <+
+
+ R+
r>R
EA cos 0o
q'
q'
atau E 4r 2
dengan A 4r 2 dan cos 00
0
0
1 q
r untuk r R
4 0 R 3
Untuk medan listrik di luar bola, permukaan Gauss 2, muatan yang dilingkupi
1 q
adalah q. Menurut hukum Gauss :
E
r
4 0 R 3
q'
EA cos 0o
1 q
0
E
E
2
E
4 0 r
R
R
r
medan
gravitasi
q'
Bumi,
(1
)
r1
q +
r2
(2
) muatan
Dari gambar di atas, usaha yang diperlukan untuk memindahkan
uji q' dari titik (1) ke titik (2) dalam medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan
sumber q dirumuskan sebagai berikut :
1 1
W1.2 kqq'
r2 r1
Karena medan listrik statis bersifat konservatif, maka usaha yang dilakukan
tersebut merupakan penambahan energi potensial muatan uji q' , sehingga
q'
q'
W1.2 kq kq
r2
r1
Dari kedua persamaan di atas, diperoleh rumus energi potensial (besaran skalar)
sebagai berikut :
qq'
EP k
... (4.4)
r
q = muatan sumber
q' = muatan uji
42
EP
q
k ... (4.5)
q'
r
V = potensial listrik pada jarak r dari muatan sumber q
r = jarak titik terhadap muatan sumber
q = muatan sumber
dan q' = muatan uji
V
Potensial listrik termasuk besaran skalar. Oleh karena itu potensial listrik
di sebuah titik yang ditimbulkan oleh banyak muatan cukup dijumlahkan secara
aljabar biasa (tanda + dan pada muatan sumber diikutsertakan).
Misal : Potensial listrik di titik P yang ditimbulkan oleh 4 muatan sumber q 1, q2,
dan q3 ditulis :
r1
VP V1 V2 V3
q1 +
r2
q q
q
q
q1
q
k 2 k 3 k 1 2 3
r1
r2
r3
r1 r2 r3
Beda Potensial Listrik
VP k
r3
q3
q2 +
Beda potensial listrik antara dua titik di dalam medan listrik homogen
sama dengan besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan uji
positif q' dari titik yang potensialnya lebih tinggi dibagi dengan muatan uji itu
sendiri.
W q ' VQ VP q ' V
A
Kuat medan listrik pada konduktor keping sejajar
V
E
(0 < r d)
d
E0
(r > d)
Potensial listrik antara kedua keping
V=Er
(0 < r d)
Potensial listrik di luar keping sejajar
V=Ed
(r > d)
43
VQ
q'
+q
+
+
+
+
d
Grafik antara E r
V
Grafik antara V r
Ed
0
V=Er
E
k
q
Ek 2
r
q
r2
Vk
q
R
q
r
Potensial di dalam bola adalah serba sama, yaitu setiap titik pada bidang
tersebut memiliki potensial listrik yang sama, sehingga bidang di dalam bola
disebut bidang ekipotensial. Jadi untuk memindahkan muatan listrik dari suatu
titik ke titik lain pada bidang ekipotensial tidak memerlukan usaha.
5.7 Kapasitor
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan
muatan listrik. Kapasitor terdiri dari dua penghantar atau konduktor yang terpisah
oleh udara atau bahan dielektrik. Dua penghantar (keping konduktor) dalam
kapasitor mempunyai jenis muatan yang berbeda. Salah keping konduktor
dihubungakan dengan kutub positif sumber tegangan, sedangkan keping
konduktor yang lain dihibungkan dengan kutub negatif sumber tegangan.
Besarnya kapasitas C kapasitor dinyatakan sebagai perbandingan antara
besar muatan Q pada tiap keping penghantar dengan beda potensial V antara
44
kedua keping penghantar dan besar muatan Q pada tiap-tiap keping penghantar
berbanding lurus dengan beda potensial V antara kedua keping penghantar. Jika
dirumuskan dalam bentuk persamaan, maka hubungan antara C, Q, dan V yaitu
Q
C
V
Nilai C suatu kapasitor bergantung pada struktur dan jenis bahan
penyekat antara kedua keping penghantar, yaitu :
a. Luas keping penghantar (A). Semakin luas keping penghantar maka semakin
besar kapasitas kapasitor.
b. Jarak antara kedua keping penghantar (d). Semakin kecil jarak antara kedua
keping penghantar maka semakin besar kapasitas kapasitor.
c. Permitivitas zat dielektrik () bahan penyekat antara kedua keping. Semakin
besar permitivitas dari bahan penyekat maka semakin besar kapasitas kapasitor
Kapasitor Keping Sejajar
Dua keping penghantar dengan luas masing-masing A disusun sejajar
dengan jarak antar keping satu dengan lain yaitu d, maka merupakan sebuah
kapasitor keping sejajar. Karena kedua keping disusun berdekatan, maka dianggap
kuat medan listriknya homogen dan besarnya kuat medan yaitu :
Q
0A
dan beda potensial antara dua keping
Qd
VEd
0A
Kapasitas kapasitor keping sejajar yaitu
Q
A
atau C0 0
C
V
d
E
+Q
+
+
+
+
d
C2
Nm 2
C0 = kapasitas kapasitor keping sejajar ketika berisi udara
45
R1 R 2
R R1
V kQ 2
R1R 2
Kapasitas kapasitor dapat C dirumuskan :
4 0 R1R 2
R1R 2
Q
1
C
dan
k R 2 R 1 R 2 R1
V
R R1
k 2
R1R 2
Pengaruh Zat Dielektrik
a. Kedua keping tidak dihubungkan baterai
Q0
+Q0
+
+
+
+
+Q
+
+
+
+
V
V0
Gambar kiri, sebuah kapasitor dengan muatan tiap kepingnya Q0 dan beda
potensial antar kepingnya V0
Gambar kanan, sebuah kapasitor disisipi zat dielektrik yang memiliki tetapan
dielektrik K dengan muatan tiap keping Q dan beda potensial antar keping V.
46
+Q
+
+
+
+
disisipi zat
C0 1
C K
bahwa beda
lebih kecil
V
V0
Gambar kiri, sebuah kapasitor dengan muatan tiap kepingnya Q dan beda
potensial antar kepingnya V0
Gambar kanan, sebuah kapasitor disisipi zat dielektrik dengan muatan tiap
kepingnya Q dan beda potensial antar kepingnya V
Karena kedua keping dihubungkan oleh baterai yang sama, maka beda
potensial antar keping tidak berubah, yaitu sama dengan beda potensial baterai.
V0 V
Q0 Q
C
atau Q
Q0 maka Q KQ0
C0 C
C0
nilai K > 1 jika ada sisipan bahan dielektrik, maka Q > Q0 artinya bahwa
muatan pada masing-masing keping sesudah disisipi zat dielektrik menjadi
lebih besar daripada sebelum disisipi.
Kuat medan listrik dalam ruangan antar keping dirumuskan
V
E
d
47
Karena jarak antara keping kapasitor (d) dan beda potensial antar kepingnya
(V) adalah tetap, maka E = E0.
Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor dirumuskan
1
W QV
2
Karena Q > Q0 dan V tetap, maka W > W0
W0 = Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor tanpa zat dielektrik
W0 = Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor dengan zat dielektrik
Q0 = muatan pada masing-masing keping sebelum disisipi zat dielektrik
Q0 = muatan pada masing-masing keping setelah disisipi zat dielektrik
Susunan Kapasitor
Susunan Seri
Dalam susunan seri, keping negatif dari salah satu kapasitor dihubungkan
dengan keping positif kapasitor yang lain, dan seterusnya. Sebagai hasilnya,
semua kapasitor memiliki muatan Q yang sama, positif atau negatif, pada tiap-tiap
kepingnya.
dengan menerapkan hubungan rumus Q = CV pada
C1 C2 C3
Cn
setiap kapasitor, maka
+
+ + +
Q
Q
Q
Q
, V2
, V3
, . . . Vn
V1
V
C1
C2
C3
Cn
Beda potensial total yaitu
1
1
1
1
...
V V1 V2 V3 ... Vn atau V Q
Cn
C1 C2 C3
Kapasitas kapasitor ekivalennya yaitu
Q
1
1 1
1
1
1
C
...
atau
V 1
C C1 C2 C3
Cn
1
1
1
...
Cn
C1 C2 C3
Susunan Paralel
Dalam susunan paralel, semua keping positif dihubungkan ke satu titik
dan semua keping negatif juga dihubungkan ke satu titik yang lain, sehingga beda
potensial V sama untuk semua kapasitor.
V
C1
C2
C3
Cn
48
Q
0
V0 V
C Q
V
2
2
2C
Usaha yang diperlukan untuk memberi muatan Q adalah hasil kali antara
muatan Q dengan beda potensial rata-rata, yaitu :
1 Q2
Q
W QV
di mana
atau C
Q CV
2 C
V
1
1
maka
W CV 2 atau
W QV
2
2
Rapat energi dalam medan listrik
+
+ +
+
+ +
Kapasitas kapasitor keping sejajar dengan dengan
d
Kuat medan listrik dalam ruang di antara kedua keping adalah :
q
E
0
Hubungan beda potensial antar keping dengan kuat medan listrik yaitu :
V=Ed
Energi yang tersimpan di dalam kapasitor keping sejajar yaitu :
E2
1
1 A
2
W CV 2 0 E d 0 A d
2
2 d
2
Hasil bagi antara W dengan volume (V) disebut rapat energi listrik (ue)
W 0E2
Ad
2
W 1
ue
0E2
V 2
Latihan soal-soal
1. Dua muatan listrik masing-masing sebesar 0,05 C dipisahkan pada jarak 10
cm. Tentukan (a) besar gaya yang dilakukan oleh satu muatan terhadap muatan
lainnya dan (b) energi potensial dari sistem tersebut.
2. Dua buah muatan masing-masing +2q dan +5q yang terpisah sejauh r
mengalami gaya tolak menolak sebesar F. Jika gaya tarik menarik antara
muatan +2,5q dan -q adalah F juga tentukan jarak antar kedua muatan tersebut
dinyatakan dalam r.
49
BAB VI
LISTRIK DINAMIS
Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan
berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar :
- Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana.
- Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari.
- Menggunakan alat ukur listrik.
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat
- Mendeskripsikan konsep Arus Listrik
- Mendeskripsikan konsep hukum Ohm
- Mendeskripsikan konsep hukum Kirchoff
- Menyusun rangkaian resistor seri atau paralel
- Menyusun rangkaian resistor jembatan wheatstone
- Mendeskripsikan konsep energi listrik
- Mendeskripsikan konsep daya listrik
- Mengetahui konsep alat ukur arus listrik
- Mengetahui konsep alat ukur voltase listrik
6.1 Arus Listrik
Elektron-elektron
mengalir
dalam
suatu
penghantar
dari
ujung
50
Penjelasannya yaitu, pada suatu penghantar logam ketika belum diberi beda
potensial, atom-atom dalam kondisi netral yaitu jumlah muatan negatif (elektron)
dan jumlah muatan positif (proton) adalah sama. Ketika diberi beda potensial,
atom-atom dalam suatu penghantar sebagian menjadi tidak netral, terutama yang
dekat kutub positif atau beda potensial tinggi, karena beberapa elektron pada
atom-atom dekat kutub positif terlepas bergerak menuju kutub positif, akibatnya
atom-atom tersebut menjadi bermuatan positif karena kekurangan elektron.
Akibat dari beda potensial, elektron-elektron pada atom-atom netral yang berada
pada di sebelahnya bergerak menuju atom-atom yang bermuatan positif dan
mengubahnya menjadi netral. Sebaliknya atom-atom yang kehilangan elektron
akan menjadi bermuatan positif, begitu seterusnya sehingga seolah-olah muatan
positif bergerak dari beda potensial tinggi ke beda potensial rendah yang
digambarkan sebagai berikut:
belum diberi beda potensial (atom-atom masih netral)
jika diberi
begitu seterusnya dan jika diperhatikan maka muatan negatif (elektron) bergerak
ke kutub positif atau ke potensial tinggi sedangkan label muatan positif (yang
melekat di atom) bergerak ke kutub negatif atau ke potensial rendah. Jadi yang
bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah adalah label muatan positif yang
51
melekat pada atom akibat kekurangan elektron dan atom itu sendiri maupun
proton yang bermuatan positif tidak bergerak. Sehingga arus listrik adalah
gerak label muatan positif yang melekat pada atom dari potensial tinggi ke
potensial rendah akibat gerak elektron. Pada penghantar berbentuk cairan, atom
atau ion positif yang bergerak seperti pada cara kerja accu.
Gerak elektron dalam penghantar logam juga dapat menimbulkan
kenaikan suhu pada logam tersebut, ini dikarenakan tumbukan elektron-elektron
pada kisi atom-atom pada logam yang menyebabkan getaran atom meningkat
sehingga resistivitas logam penghantar meningkat. Perbedaan suhu antara ujungujung penghantar logam juga dapat membuat elektron bergerak dari ujung
penghantar bersuhu tinggi ke ujung penghantar bersuhu rendah. Ketika ujung
logam bersuhu tinggi, atom-atom akan mudah melepaskan elektron, sehingga
terjadi kelebihan elektron.
Rata-rata arus listrik mengalir diukur dengan menggunakan satuan
ampere. Satu amper adalah aliran muatan satu qoulomb per detik dan satuan baku
1 qoulomb adalah muatan listrik dari 6,25.1018 elektron, sehingga jika sebuah
kawat mengalirkan arus 1 ampere, maka ada 6,25.1018 elektron yang bergerak
melintasi kawat tiap detiknya. Untuk menyatakan besarnya arus listrik, digunakan
konsep kuat arus listrik, yang didefinisikan sebagai muatan listrik yang mengalir
melalui penampang lintang suatu penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu
t terdapat n partikel yang masing-masing bermuatan q dan mengalir melalui
penampang lintang suatu penghantar, maka besar muatan yang mengalir yaitu Q
= nq dan kuat arus listriknya yaitu :
nq Q
t
t
I = kuat arus listrik (A)
Q = besar muatan (C)
I
52
konduktor
yang terdapat
kesetimbangan statik, maka medan listrik dalam konduktor tersebut bernilai nol.
Tetapi jika muatan-muatan di konduktor tidak berada dalam kesetimbangan statik,
maka medan listrik dalam konduktor tersebut tidak nol, dan pembahasan berikut
untuk muatan-muatan di konduktor tidak berada dalam kesetimbangan statik.
Tinjau sebuah konduktor berpenampang lintang A dan membawa arus I,
maka rapat arus J dalam konduktor tersebut yaitu arus yang melewati konduktor
tersebut per satuan luas
I
nqvd
A
vd = laju hanyut elektron (electron drift speed)
Rapat arus dan medan listrik akan muncul dalam konduktor jika terdapat
beda potensial antara ujung-ujung konduktor, di beberapa material (konduktor)
rapat arus (J) sebanding dengan medan listrik (E)
J=E
= konduktivitas konduktor
J
J E
maka
atau
I
V
dan
dan
V = Vb - Va
53
Hambatan (R) dari suatu konduktor dinyatakan sebagai rasio beda potensial (V)
antara ujung-ujung konduktor dengan arus (I) dalam konduktor tersebut.
V
R
I
A
I
E
Satu ohm adalah satu volt per amper
Vb
Va
1 = 1 V/A
Komponen elektronika yang digunakan untuk mengatur arus listrik pada suatu
rangkaian disebut resistor
A
adalah resistivitas bahan penghantar yang karakteristiknya bergantung pada
sifat bahan dan suhu bahan tersebut.
Jika kurva antara arus I dan V suatu bahan penghantar berbentuk lurus dan
kemiringannya sebanding 1/R, maka dikatakan bahan ohmic atau mematuhi
hukum Ohm. Jika kurva antara arus I dan V suatu bahan penghantar berbentuk
tidak lurus dan kemiringannya tidak sebanding 1/R, maka dikatakan bahan non
ohmic atau tidak mematuhi hukum Ohm.
Hubungan antara resistansi dan suhu (dalam jangkauan terbatas) suatu
bahan dapat dianggap linier serta dapat dirumuskan sebagai berikut :
0 1 T T0
0 T
T = T T0
0
0
54
material
yang
sangat
mudah
menghantarkan
muatan
listrik.
Superkonduktor memiliki sifat resistivitas nol pada suhu di bawah suhu kritis dan
diamagnetisme sempurna di bawah suhu kritis. Resistivitas nol pada suhu di
bawah suhu kritis artinya elektron yang bergerak dalam bahan superkonduktor
(akibat beda potensial antara ujung-ujung) tidak mengalami hambatan sama
sekali. Diamagnetisme sempurna di bawah suhu kritis yaitu bahan superkonduktor
dapat menolak fluks magnet yang mengenainya, pada suhu di bawah suhu kritis.
55
potensial
meningkat
Jika gerak kita mengikuti arah loop bertemu kutub positif sumber tegangan
terlebih dahulu, maka VGGL = (potensial menurun)
arah loop
potensial menurun
d. Mulai bergerak mengikuti arah loop untuk menentukan arus listrik pada resistor
Jika gerak kita mengikuti arah loop bertemu kutub negatif resistor terlebih
dahulu, maka potensial meningkat atau VR = + i R
arah loop
potensial
mengikutimeningkat
arah loop
potensial menurun
56
R2
R
R2
R 1 2
R R1 R 2
R 2 R1
Dalam bentuk umum
1
1
1
1
1
...
R R1 R 2 R 3
Rn
R1R 2 R 3 ...R n
1 R1 R 2 R 3 ... R n
dan
R
R
R1R 2 R 3...R n
R1 R 2 R 3 ... R n
Rangkaian Jembatan Wheatstone
Untuk memudahkan perhitungan, maka diperlukan hambatan pengganti yaitu
Ra
R1
R1R 3
R1 R 3 R 5
Rb
R1R 5
R1 R 3 R 5
Rc
R 3R 5
R1 R 3 R 5
R2
R5
R3
R4
Rb
R1
Ra
R5
R3
Rc
Rb R2 Rc R4
R Ra
Rb R2 Rc R4
R Ra
R b R c R b R 4 R cR 2 R 2R 4
Rb Rc R2 R4
57
Rb
R2
Rc
R4
Ra
58
tagangan yang lebih kecil dari 220 volt, maka lampu tersebut menyerap daya
listrik kurang dari 60 watt dan lampu menyala lebih redup. Jika bola lampu
tersebut dipasang pada sumber tagangan yang lebih besar dari 220 volt, maka
lampu tersebut menyerap daya listrik lebih dari 60 watt dan lampu menyala lebih
terang. Kondisi kedua terakhir ini tidak normal.
6.6 Pengukur Kuat Arus, Tegangan, dan Hambatan
Ampere Meter (Ammeter)
Ammeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik, untuk mengukur
kuat arus listrik yang melalui resistor dalam suatu rangkaian, ammeter perlu
R
dipasang seri dengan hambatan R.
Ammeter mempunyai hambatan dalam
A
yang sangat kecil, sehingga kuat arus yang
i
terukur oleh ammeter A, sama dengan kuat
arus yang melewati hambatan R.
, r
Karena hambatan dalam ammeter sangat kecil, maka ammeter harus
dipasang seri dengan hambatan yang akan diukur, karena jika dipasang paralel
dengan hambatan yang diukur, maka arus dari rangkaian akan banyak melewati
ammeter sehingga dapat merusak alat ammeter.
Batas ukur ammeter dapat diperbesar dengan menambahkan suatu
hambatan paralel (hambatan shunt)
b
i a iA
A
Dari rangkaian di samping, misal batas ukur
ish
ammerter i A, jika ingin dipakai untuk
mengukur n i A, maka
Rsh
1
R sh
RA
n 1
RA = hambatan dalam ammeter dan Rsh = hambatan shunt
Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik, untuk mengukur
tegangan listrik pada resistor dalam suatu rangkaian, voltmeter perlu dipasang
paralel dengan hambatan R.
R
Voltmeter mempunyai hambatan dalam yang
sangat besar, sehingga jika dipasang paralel
V
dengan hambatan yang akan diukur, maka nilai i
tegangan yang terukur oleh Voltmeter V, sama
dengan tegangan pada hambatan R
Karena hambatan dalam voltmeter sangat besar, maka voltmeter harus
dipasang paralel dengan hambatan yang akan diukur, karena jika dipasang seri
59
dengan hambatan yang diukur, maka voltmeter mengukur hambatan R dan baterai
sehingga pengukuran menggunakan alat voltmeter menjadi tidak akurat.
Batas ukur voltmeter dapat diperbesar dengan menambahkan suatu
hambatan seri (hambatan depan Rp )
Rp
RV
V
i
Dari rangkaian di samping, misal batas ukur maksimum voltmeter Vv volt, jika
R p n 1 R v
ingin dipakai untuk mengukur n Vv volt, maka
RV = hambatan dalam voltmeter dan
Rp = hambatan depan
Jembatan Wheatstone
Rangkaian
jembatan
Wheatstone
R1
G
R3
R2
R4
D
R1R 4 R 2 R 3
mengukur
kapasitor
perlu
kapasitansi
digunakan
suatu
sumber
R4
D
tegangan AC.
C3
R2
R
C1 2 C3
R4
, r
Latihan soal-soal
1. Beda potensial 100 V menghasilkan arus 3 A dalam suatu resistor. (a) Berapakah resistansinya? (b) berapakah arusnya ketika beda potensialnya 25 V?
2. Sebuah batang karbon memiliki panjang 3 cm dan penampang lintang bujur
sangkar dengan sisi-sisi 0,5 cm. Beda potensial 8,4 V diberikan sepanjang
batang. (a) Berapakah resistansi pada batang tersebut? (b) Berapakah arus
dalam resistor ini?
3. Berapakah daya yang didisipasikan dalam sebuah resistor 10,0 jika diberi
beda potensial sebesar 50 V?.
60
BAB VII
FISIKA MODERN
Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip Relativitas serta Teori
Kuantum dalam paradigma Fisika Modern
Kompetensi Dasar :
1. Menganalisis secara kualitatif teori Relativitas
2. Menganalisis secara kualitatif berbagai fenomena kuantum
3. Menganalisis secara kualitatif berbagai model atom sebagai penyusun materi
4. Menganalisis secara kualitatif peristiwa radioaktivitas
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat
merumuskan transformasi Galileo
menganalisis proses interferometer Michelson Morley
merumuskan transformasi Lorentz
mendeskripsikan postulat Einstein
merumuskan konsekuensi-konsekuensi dari postulat Einstein
merumuskan hubungan massa-energi berdasarkan relativitas khusus Einstein
merumuskan efek Doppler relativistik dari cahaya
merumuskan radiasi benda hitam
merumuskan konsep efek fotolistrik
merumuskan efek Compton
merumuskan konsep gelombang materi de Broglie
merumuskan ketidakpastian posisi dan momentum Heisenberg
mendeskripsikan model atom Bohr
menghitung perubahan energi dari eksitasi elektron pada model atom Bohr
mendeskripkan peluruhan unsur radioaktif
merumuskan umur paruh waktu unsur radioaktif
merumuskan umur rata-rata unsur radioaktif
Pada awal abad ke 20 muncul teori relativitas khusus Einstein dan
terdapat beberapa eksperimen yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmuwan fisika
klasik (fisikawan yang merujuk sepenuhnya pada mekanika Newton dan teori
gelombang elektromagnet Maxwell) yaitu : radiasi benda hitam, efek fotolistrik,
efek Compton, dan garis terang pada spektrum optik. Peristiwa-peristiwa tersebut
semuanya melibatkan interaksi antara radiasi dengan materi.
7.1 Relativitas
Posisi suatu benda ditentukan oleh ukuran jaraknya dari suatu benda lain
sebagai titik acuan, di mana titik acuan yang menentukan posisi benda-benda lain
ini juga dapat berupa sumbu-sumbu koordinat. Sekumpulan sumbu koordinat
sebagai acuan/referensi di mana posisi dan waktu sebuah benda/obyek diukur atau
ditentukan disebut kerangka acuan/referensi. Terdapat beberapa jenis sistem
61
koordinat kerangka acuan yaitu sistem koordinat kartesian, sistem koordinat bola,
sistem koordinat silinder, sistem koordinat kurvilinier, dan lain-lain. Hubungan
antara suatu sistem koordinat kerangka acuan dengan sistem koordinat kerangka
acuan lain disebut transformasi koordinat.
Kerangka acuan juga dapat bergerak relatif terhadap kerangka acuan lain.
Misal pengamat di dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan v menjatuhkan
bola di dalam mobil, oleh pengamat di dalam mobil, bola tersebut terlihat jatuh
lurus ke lantai mobil dan memantul lurus ke atas, tetapi oleh pengamat yang
berada di pinggir jalan, bola tersebut terlihat jatuh dan memantul menurut lintasan
parabola. Dua kerangka acuan yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap satu
sama lain adalah ekuivalen dan hukum gerak Newton sama-sama dapat
diterapkan pada kedua kerangka acuan tersebut.
Transformasi Galileo
Posisi suatu peristiwa sering kali perlu ditentukan berdasarkan suatu
kerangka acuan. Persamaan transformasi koordinat suatu peristiwa di kerangka
diam O menurut pengamat di kerangka bergerak O' yaitu
x' = x vt
y' = y
.. (7.01)
z' = z
t' = t
persamaan transformasi koordinat suatu peristiwa di kerangka bergerak O'
menurut pengamat di kerangka diam O yaitu
x = x' + vt'
y = y'
... (7.02)
z = z'
t = t'
Hubungan transformasi di atas dikenal sebagai persamaan transformasi
koordinat Galileo. Persamaan transformasi koordinat (7.02) biasanya disebut
transformasi koordinat invers. Jika persamaan tersebut didiferensialkan terhadap
waktu, maka akan didapatkan persamaan transformasi kecepatan Galileo yaitu
u'x = u x v
u'y = u y
...(7.03)
u'z = u z
62
di mana u'x =
dx' dx' dt d x vt
dx
=
=
v
=
dt
dt
dt
dt dt'
dengan t = t' dan v = tetap, jika persamaan di atas didiferensialkan sekali lagi,
maka akan didapatkan persamaan transformasi percepatan Galileo, yaitu
a'x = a x
a'y = a y
..(7.04)
a'z = a z
Kerangka acuan yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap relatif terhadap
kerangka acuan yang lain disebut kerangka inersial. Kesetaraan kerangka inersial
terhadap hukum mekanika klasik dikenal sebagai relativitas Newton.
Newton beranggapan bahwa alam semesta merupakan ruang
absolut/mutlak dan dalam keadaan diam (tidak bergerak), sehingga hukum gerak
Newton tetap berlaku baik di kerangka acuan diam maupun di kerangka acuan
bergerak (dengan kecepatan tetap v) terhadap ruang absolut ini. Jadi hukum gerak
Newton tetap sama di semua kerangka-kerangka inersial.
Contoh :
Seorang anak berenang bolak-balik dengan kecepatan c menyeberangi sungai
yang kecepatan arusnya v di mana lebar sungai yaitu L. Kemudian ia mencoba
berenang searah aliran sungai sejauh L dan kembali (menentang arus) sejauh L.
Tentukan waktu tempuh anak tersebut ketika bolak-balik menyeberangi sungai
dan tentukan juga waktu ketika ia berenang searah dan berlawanan arus sungai.
Jawab :
v
1+
...(7.05)
c 2c2
c2 v2
Waktu berenang searah dan berlawanan arus sungai
2Lc
2L v 2
tB = 2
1+ .. ....(7.06)
c c2
c v2
dengan deret binomial :
1+x
= 1+ nx +
63
n n 1 2
x + ggg
2!
juga
gelombang
elastik
yang
memerlukan
medium
untuk
di mana
S = sumber cahaya
M = cermin semi transparan
M1 & M2 = cermin datar
v = kecepatan rotasi bumi
LA = jarak M ke M1
LB = jarak M ke M2
P = pengamat
LA
S
LB
M
M2
P
Gambar 7.2. Interferometer Michelson-Morley
Dari gambar 7.2. didapatkan selisih waktu antara waktu tempuh cahaya dari M ke
M1 dan dari M ke M2 yaitu t dan setelah alat diputar 900 yaitu t'
v2
2
t' t LA + LB 2
c
2c
LA + LB v2
c3
Selisih ini menghasilkan perubahan fase antara 2 cahaya yang masuk pengamat
atau pada layar. Jika periode getaran sumber cahaya monokromatik yaitu T, maka
pergeseran lingkaran yang teramati diharapkan menjadi
N =
L + LB v 2
t' t
= A
2 .........(7.07)
T
Jika terjadi selisih lintasan 1 panjang gelombang () antara 2 cahaya, maka akan
menghasilkan pergeseran 1 lingkaran (fringe). Selisih lintasan cahaya sebelum
dan sesudah alat diputar 900 (jika LA = LB = L) yaitu
Lv2 2Lv2
Lv2
2 =
c2
c2
c
...(7.08)
64
v2
108 dan jika L = 12,5
2
c
2
perputaran alat 900 yaitu 2Lv = 2 12,5 108 m = 2500 A
2
2Lv2
c2
2 22,5 30000
3.10
8 2
2 22,5 9.108
16
9.10
m 4,5.107 m
4500
maka persentase pergeseran fringe
x100% 75%
6000
65
4500 A
x' = x vt
..... (7.09)
y' = y
..... (7.10)
z' = z
..... (7.11)
vx
t' t 2
c
dan
..... (7.12)
1
v2
1 2
c
..... (7.14)
z = z'
..... (7.15)
vx'
u'x =
u'y =
ux v
v ux
1 2
c
uy
vu
1 2 x
c
uz
u'z =
vu
1 2 x
c
..... (7.17)
..... (7.18)
..... (7.19)
66
ux =
uy
uz
u'x + v
v
1 + 2 u'x
c
..... (7.20)
u'y
..... (7.21)
v u'
1 2 x
c
u'z
v u'
1 2 x
c
..... (7.22)
Contoh :
Dalam kerangka S, 2 elektron mendekat dalam arah sumbu x satu sama lain,
masing-masing mempunyai laju v = 0,5 c. Berapakah laju relatif kedua elektron?
Jawab :
Laju relatif 2 elektron adalah laju salah satu elektron dalam kerangka di mana
elektronnya diam. Misal kerangka O' sebagai pengamat bergerak dengan laju
0,5c arah sumbu x (negatif). Elektron lain bergerak dengan laju 0,5c dalam arah
sumbu x+ (positif).
u'x
0,5c 0,5c
ux v
c
c
4c
0,8c
v
0,5c
1 0, 25 1,25 5
1 2 u x 1 2 0,5c
c
c
di mana ux = gerak elektron (arah sumbu x+) dan v = gerak kerangka O' (arah x )
Transformasi Percepatan Lorentz
Persamaan transformasi percepatan Lorentz untuk kerangka acuan
yang bergerak dengan kecepatan tetap v searah sumbu x. yaitu
a'x
a'y
a'z
ax
3
vu
1 2 x
c
ay
vu
2 1 2 x
c
az
vu
2 1 2 x
c
..... (7.23)
vu y a x
2
..... (7.24)
..... (7.25)
vu
c 1 2 x
c
vu z a x
vu
c 1 2 x
c
67
t1 =
L
cv
dan
t2 =
L
c+v
sehingga
t1 t2
v
68
Dua kejadian pada lokasi berbeda yang nampak serempak di suatu kerangka
acuan, tidak serempak pada kerangka acuan inersial lain. Ini menunjukkan
bahwa keserempakan itu relatif dan koordinat waktu tidak sama pada kerangka
acuan inersial yang berbeda.
Dilatasi Waktu
Peristiwa dilatasi waktu (pemuluran waktu) merupakan salah satu
implikasi dari teori relativitas khusus Einstein yang dapat dibuktikan secara
eksperimen. Pemahaman tentang dilatasi waktu dapat dirumuskan sebagai berikut,
..... (7.26)
t' = t
t' adalah selisih waktu benda bergerak yang diamati oleh pengamat diam dan t
adalah selisih waktu benda dalam kondisi diam.
Efek dilatasi waktu adalah efek yang nyata dan telah dibuktikan secara
eksperimen di laboratorium, di mana waktu hidup partikel muon di laboratorium
yaitu 2.106 detik. Partikel muon tercipta secara alami pada ketinggian beberapa
kilometer di atas permukaan laut (di atmosfir bumi) dan ternyata banyak
terdeteksi partikel muon yang sampai di permukaan laut padahal jarak tempuh
muon kalau dihitung diperkirakan hanya x = vt = (3.108)(2.106) = 600 m.
Banyaknya muon yang sampai di permukaan bumi secara nyata dapat terdeteksi,
Contoh :
Sebuah partikel muon (meson) tercipta di ketinggian atmosfir dan mempunyai
kecepatan 0,9c. Muon akan meluruh setelah menempuh perjalanan 5,4 km.
Berapa waktu muon meluruh jika diukur
(i)
(ii)
(iii) berapa jarak yang ditempuh muon menurut kerangka acuan muon?
Jawab :
(i)
(ii)
t' =
5,4.103
0,9 3.10
t' t
= 2.105 s
v2
dan t t' 1 2 2.105
c
1 0,9
69
Paradox Kembar
A dan B berteman, mempunyai usia yang sama yaitu 20 tahun. B
kemudian pergi ke planet X naik pesawat dengan kecepatan 0,8 c. Setelah sampai
di planet X, B lalu kembali ke Bumi dengan kecepatan pesawat 0,8c. Setelah
sampai di bumi, B bertemu lagi dengan A yang telah menunggu 10 tahun dan
saling membicarakan usia mereka.
Menurut A
70
x 2 x1 = x'2 x'1
L = L0 1
v2
c2
..... (7.27)
Ini menunjukkan bahwa benda terlihat lebih pendek oleh pengamat yang
bergerak.
Contoh :
Sebuah batang kayu 2 m di luar angkasa, kemudian melintas pesawat ruang
angkasa di dekat dan sejajar batang kayu dengan kecepatan 0,6 c relatif terhadap
batang kayu tersebut. Tentukan panjang kayu menurut orang pesawat angkasa.
Jawab :
L = L0
v2
1 2 =2 1
c
0,6c
c2
= 2 1 0,36 2 0, 64 1, 6 m
Relativitas Massa
Suatu benda yang bergerak dapat mengalami peningkatan massa yang
bergantung pada kecepatan benda tersebut. Persamaan relativitas massa yaitu
m = m0
... (7.28)
Contoh :
Berapakah panjang 2 meter tongkat yang bergerak sejajar panjangnya jika massa
tongkat 3 massa diamnya.
2
Jawab :
m = m0
m m0
L
L
v2
m0
2 4
= 0 1 2 dan L L0
L0
2 1,33 m
m
m0
c
3 3
m
m0 m
Persamaan Transformasi Momentum dan Energi
Hubungan Momentum dan Energi suatu benda pada kecepatan tinggi
dapat berupa Persamaan Transformasi Momentum dan Energi sebagai berikut
Ev
E' = E vpx
..... (7.30)
2
71
2 2
v
dS
dE k = F.dS = F dt = Fvdt= vd mv = vd m0 v 1 2
c
dt
vm 0 dv
m 0 vdv
m0
dE k =
di mana m =
dan dm =
3
3
2
2 2
v
v2 2
v
1 2
c2 1 2
1 2
c
c
c
maka dE k = c2dm
dan E k = c2
2
2
m dm = c m m = mc m c
2
v2
v 2 9,1.1031
2
m0
1
= 0,5055
=
1
maka
2
2
31
c 1,8.10
c
m
v
= 0,7445
c
maka
v
= 0,863
c
72
~ vtscos (~)
~ 900
vts
vt s cos
v
t s 1 cos
c
c
. (7.34)
Selisih waktu teramati yaitu tp dan selisih waktu sumber cahaya yaitu ts.
Periode sumber Ts adalah interval waktu antara pemancaran dua muka gelombang
cahaya berturut-turut dari posisi 1 dan posisi 2 dalam kerangka acuan S. Karena
muka gelombang dihasilkan pada tempat sama dalam kerangka acuan S, maka
interval waktu antara pemancaran muka gelombang menurut kerangka acuan S
adalah lebih lama atau mengalami dilatasi waktu yaitu ts = Ts. Hubungan
antara periode waktu cahaya teramati (tp Tp) dengan periode sumber cahaya
v
Tp Ts 1 cos dan
c
fp
fs
v
1 cos
c
..... (7.35)
v2
c2 f
f p fs
s
v
1
c
1
v v
1 1
c c
fs
v v
1 1
c c
73
v
1
cv
c
fs
dan f p fs
cv
v
1
c
v2
c2 f
f p fs
s
v
1
c
1
v v
1 1
c c
fs
v v
1 1
c c
v
1
cv
c
fs
dan f p fs
cv
v
1
c
v2
di mana f p fs
f p fs 1 2
c
Pada bintang bergerak menjauh secara tegak lurus pengamat bumi, frekuensi
cahaya yang diamati oleh pengamat di Bumi lebih kecil dari frekuensi sumber
cahaya bintang yang memancarkan cahaya dengan frekuensi khas. Spektrum
bintang menunjukkan garis-garis diskrit dari frekuensi khas cahaya yang
dipancarkan suatu bintang. Frekuesi khas ini berasal dari materi yang menyususn
suatu bintang. Telah teramati bahwa garis-garis spektrum dari galaksi-galaksi
bergeser ke arah frekuensi merah (red shift). Ini menunjukkan bahwa galaksigalaksi bergerak menjauhi bumi.
7.2 Radiasi Benda Hitam
Suatu benda jika dipanaskan akan memancarkan radiasi gelombang
elektromagnetik dengan rentang frekuensi yang lebar. Benda yang dapat
memancarkan seluruh frekuensi radiasi maupun menyerap seluruh frekuensi
radiasi gelombang elektromagnetik yang mengenai benda tersebut disebut benda
hitam. Dinding dalam sebuah rongga yang dipanaskan juga dapat memancarkan
radiasi gelombang elektromagnet dengan rentang panjang gelombang yang lebar
melalui sebuah lubang kecil. Rongga ini mewakili karakteristik benda hitam.
I
T1 < T2 < T3 < T4
T4
T3
T2
T1
m1 m3
m2 m4
Gambar 7.6 Distribusi radiasi benda hitam
74
r dr
jumlah
titik-titik
antara
dua
lingkaran
r 2fl
dan
2 f df l
dalam kuadrant pertama. Kuadrant pertama dipilih karena n1
c
dan n2 dianggap hanya bernilai positif. Jumlah titik-titik tersebut Nfdf sama
dengan volume kulit bola pada kuadrant pertama dibagi volume masing-masing
satuan kubus, yaitu
2
Nf df
1
1
2fl 2l df
4r 2dr 4
8
8
c c
3 2
4l f df
c3
n2
n2
n1
n1
n3
Gambar 7.7 Mode-mode getaran
Nf df
4Vf 2df
c3
n3
Gambar 7.8 Satu mode getaran
di mana V l 3
maka jumlah mode-mode getaran per satuan volume selubung untuk frekuensi
antara f dan f + df yaitu
n f df =
2Nf df
8f 2df
=
V
c3
.... (7.36)
n d =
8d
4
..... (7.37)
75
.. (7.38)
hf
=
e
hf
kT
..... (7.39)
hf
sehingga <> = kT (seperti pada fisika
kT
klasik), maka kerapatan energi radiasi benda hitam menurut Planck yaitu
hf 8f 2df 8hf 3
df
.. (7.40)
u f df = < >n f df = hf
=
3
3
hf
kT
c
kT
1 c
e
e
1
jika hf << kT, maka e
hf
kT
1+
u d =
8hc
d
5
hc
e kT 1
..... (7.41)
hc
kT
1 e
hc
kT ,
misal
hc
= b dan 8hc = a
k
76
maka
lim u =
0
a
b
exp
maka
hc
hc
hc
1 = 1+
1 =
kT
lim u =
kT
kT
8kT
4
du
= 0 , sehingga
d
hc
hc
hc
= 5 1 e mkT dan
= 4,965 ,
m kT
m kT
hc
sehingga mT =
= 2,898.103 mK ,
4,965k
maka
8hc
d
5
hc
e kT 1
u=
di mana
x=
hc
hc
hc
; =
; d =
dx ;
kT
xkT
kTx 2
jika
=0 x=
maka
kTx
u= 8hc
hc
I=
4 4
hc
8k T
dx
=
ex 1 kTx 2 h3c3
x3
0 ex 1
dx=
8k 4T 4 4
h 3c3 15
c
25k 4 4
u=
T T 4
4
15h 3c2
di mana
25k 4
= 5,67.108 m2 K 4
3 2
15h c
77
Contoh-contoh soal :
a) Energi rata-rata <> dari foton sama dengan energi total per satuan volume
dibagi dengan banyaknya foton per satuan volume.
0 u f df
0 n f df
aT 4 4VT 4
4VT 4
c 2 h 3T
3
N
Nc
2,405 2k 3
kT
V
8cV
2
1,2025
hc
2. Tentukan daya energi radiasi dari 1 cm2 permukaan bintang yang menpunyai
m = 3500 .
Jawab :
mT = 2,898.103 mK
E = T 4 = 5,67.108 W
dan
m2 K 4
T=
2,898.103 mK
= 8300 K
3500.1010 m
8300 K 27,1 KW cm
78
..... (7.42)
dan kecepatan elektron lepas dari permukaan logam juga akan maksimum
..... (7.43)
79
vacum
I3
I2
I1 < I2 < I3
I1
V
A
-V s
Gambar 7.10 Skema efek fotolistrik
katoda disinari
f1 < f2 < f3
A
K
V
f3
f2
f1
V
80
cesium
calsium
0
f0(Ce)
f0(Ca)
Kesimpulan yang dapat ditarik dari eksperimen efek fotolistrik di atas yaitu
1. Arus fotolistrik tergantung pada intensitas cahaya datang dan tidak tergantung
panjang gelombang cahaya datang.
2. Kecepatan elektron yang terlontar dari permukaan logam tergantung pada
frekuensi cahaya datang dan tidak tergantung intensitas cahaya datang. Energi
kinetik maksimum elektron yang dipancarkan meningkat secara linier terhadap
frekuensi cahaya datang.
3. Pelontaran/pemancaran elektron adalah peristiwa spontan. Tidak ada selisih
waktu antara cahaya datang dengan pelontaran elektron.
4. Terdapat frekuensi ambang (f0) atau frekuensi minimum cahaya datang agar
elektron dapat terlontar dari permukaan logam. Frekuensi ambang ini nilainya
tergantung pada jenis material yang digunakan.
Contoh-contoh soal dan jawaban
1. Berapa panjang gelombang cahaya datang yang seharusnya untuk permukaan
Tungsten (Wolfram) yang mempunyai fungsi kerja 4,0 eV.
Jawab :
W = 4,0 eV = 6,4.1019 joule
o
6,626.1034 3.108
hc
hc
7
=
9,64.10
m
=
9640
A
; 0 = =
W = hf 0 =
W
0
4,5 1,6.1019
2. Permukaan sebuah fotolistrik mempunyai fungsi kerja 4 eV. Jika cahaya yang
menumbuk permukaan mempunyai frekuensi 1015 Hertz, berapakah kecepatan
maksimum fotoelektron yang dilontarkan ?
Jawab :
W = 4 eV = 4 (1,6.1019) joule
1 2
mvm hf W = 6,626.1034 1015 6,4.1019 = 0,2.1019 joule
2
vm =
2 0,2.1019
= 2,11.10 m
31
s
9.10
3. Hitung energi fotoelektron dari permukaan Tungsten (dalam eV), jika diradiasi
dengan cahaya = 1800 , misal panjang gelombang ambang (0) pancaran
fotolistrik yaitu 2300 .
Jawab :
1 1
E = h f f 0 = hc = hc 0
0
0
23.108 18.108
E = 6,626.1034 3.108
18.108 23.108
19
2,4.10
eV = 1,5 eV (energi masing-masing elektron)
E = 2,4.1019 joule =
1,6.1019
81
B
I
0 = 0,0709 nm
1 = 0,0715 nm
2 = 0,0732 nm
3 = 0,0749 nm
90
135
82
hf
elektron
hf
1
1
v2
c2
x
Ek
hf
hf '
=
cos + m0 v cos
c
c
Pada sumbu y,
0=
hf '
sin m0 v sin
c
..... (7.46)
. (7.47)
+ 2m0c = m02c2 2 1
2
2
'
'
'
..... (7.48)
cos = 2 m02 v 2
2
2
'
'
..... (7.49)
h
1 cos
m0 c
..... (7.50)
h
h
disebut panjang gelombang Compton;
= 0,0242
m0c
m0c
Kesimpulan dari hasil eksperimen hamburan Compton yaitu :
83
h
= 2,42.1012 m , c = 3.108 m/s
m0 c
dan =
h
1 cos 2,42.1012m
m0 c
1 2,42.1012
1
1 1
19
+
' c + 2,42.1012m dan
8
19 0, 41.10
f'
3.10
3.10
f' f
f ' 2, 43.1019 Hz
2. Sinar gamma 60 KeV dihamburkan oleh elektron bebas, anggap elektron mulamula diam, tentukan energi maksimum elektron terhambur ?
Jawab :
Energi sinar datang E = hf = 60 KeV = 9,6.1015 Joule
3.108 6, 626.1034
c ch
0, 2184.1010 m
15
f E
9, 6.10
=
h
1 cos
m0c
9,1.1016
' hc
16
E hc
9,1.10
Joule
5, 69.103 eV
19
'
1, 6.10
'
84
y1
y2
y
Gambar 7.18. Superposisi 2 gelombang bidang harmonik sederhana
k1x
a sin 2 t k 2 x
y1 a sin 1t
y2
superposisi kedua gelombang tersebut yaitu
y(x,t) y1 y2 a sin 1t
k1x a sin 2t k 2x
k k
2
y(x,t) = A sin 1 2 x 1
t ..... (7.51)
2
2
Faktor sinus menyatakan sebuah gelombang pembawa yang menjalar dengan
kecepatan fase v p dan amplitudo superposisi gelombang yaitu
85
k k 2
2
2
A = 2a cos 1
x 1
t
dan k =
2
kecepatan fase yaitu kecepatan penjalaran atau kecepatan sebuah gelombang di
mana perpindahan suatu fase bergerak ke depan.
2
..... (7.52)
vp lim 1
1
2 1 k k
k
k
1
2
1
2
d
. (7.53)
vg lim 1
2 1 k k
dk
1
2
jika kecepatan fase didiferensialkan terhadap k
dvp 1 d 1 d 1
2
vg vp dan dk d
2
dk k dk k 2 k dk k k
dvp
dvp
.. (7.54)
vg v p k
vp
dk
d
Untuk gelombang cahaya dalam ruang hampa udara tidak terdapat dispersi
dv p
dk
gelombang elektromagnetik. Hal ini juga dapat terjadi pada gelombang elastik
dalam medium homogen (medium non dispersif) di mana dari persamaan (7.51)
didapatkan vg < vp . Louis de Broglie mengusulkan bahwa kecepatan grup v g
sama dengan kecepatan partikel (v), maka berdasarkan persamaan Einstein
E = mc2 dan E = hf =
m0c2
dan vp =
=
=
1
k
2 2
1
misal p 1 2
dvp
dk
, p' =
vp
k
m0c2
k 1 2
m0c
1
2
k 1
dengan
= v
dp
dp d
=
dan q = k 1 maka, pq ' pq ' p ' q
dk
d dk
v c vg v p k
dk =
m0c2
dvp
dk
d
dk
m0c2
1 2
d
2
86
d
dk
m0c
dan p = k =
=
2
h 1 2 h h
h
h
sebagai persamaan gelombang materi de Broglie
= =
p
mv
Hubungan antara kecepatan fase dengan kecepatan grup
m0 c2
m c
E
;
; p k 0
vp =
k
1 2
1 2
E c2
=
=
p
v
k
vp =
c2
;
vg
, menurut de Broglie v = vg
v p vg = c 2
87
Contoh-contoh soal :
1. Jika panjang gelombang de Broglie sebuah elektron 9.1010 m, hitung energi
kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
1
h
E k = mv 2 ; p =
= mv
2
6, 626.1034
h2
Ek =
=
= 2,955.1019 joule
2
2
2m
2 9,1.1031 9.1010
= 1,234 A
mv
2mE k
2 9.1031 1, 6.1017
4.107 3.107
1 1
E k hc 6,626.1034 3.108
3.107 4.107
0
34 2
6,
626.10
h
h
=
=
mv 2mE k
2 9,1.1031 1, 656.1019
= 1, 656.1019 joule
2
0
1,2.109 m = 12 A
150 2
melalui voltase V volt diberikan oleh =
V
Jawab :
1
1
2 2
1
2eV 2
2
h
h
h
eV = mv ; v =
; =
=
1
2
m
mv
2eV 2 2meV
m
m
6,629.1034
=
2 9,1.1034 1, 6.1019 V
150
88
1010 m
x
Gambar 7.19. Bentuk gelombang Gaussian
(x) = g k cos kx dk
. (7.55)
xk
1
2
k=
2
2p
=
dan
k =
2p
h
. (7.56)
2pp
pp
p2
=
dan E =
2m
m
2m
p
mv
Et = p t = p
t = px
m
m
Et
. (7.57)
89
Contoh-contoh soal :
1. Sebuah elektron mempunyai laju 600 m/s dengan ketelitian 0,005%. Hitung
kepastian di mana kita dapat menemukan posisi elektron.
Jawab :
0,005
31
p =
600
9,1.10
100
h
4p
dan
6, 626.1034
4 5.10
xp
9,1.10 600
34
0,001923 m 1,923.103 m
xp
h
p
h
4
h
4
mv
x =
mv
;
4
p
4
p = mv ; p = mv
v
4
p =
h
4x
6, 626.1034
4 10
10
= 5, 276.1023 kg m/s
90
Soal-soal latihan
1. Permukaan suatu logam mempunyai fungsi kerja W = 4 eV. Berapa kecepatan
maksimum elektron yang dipancarkan permukaan logam ketika disinari cahaya
frekuensi 1015 Hz.
2. Hitung energi (dalam eV) elektron dari permukaan Tungsten (panjang
gelombang ambang 0 = 2300 ) jika diradiasi dengan cahaya = 1800 .
3. Cahaya = 4300 mengenai permukaan logam Kalium yang mempunyai
fungsi kerja W = 2,3 eV. Hitung kecepatan maksimum elektron dipancarkan.
4. Dari eksperimen efek fotolistrik suatu logam di peroleh data sebagai berikut :
No sinar datang
Voltase penghenti (Vs)
1
4000
4 volt
2
3000
5 volt
-19
Tentukan tetapan Planck (h) dari hasil eksperimen tersebut. (e = 1,6.10 C)
Jawaban soal-soal latihan
1. W = 4 eV = 4(1,6.10-19) = 6,4.10-19 joule
1
mv2 hf W 6, 626.1034 1015 6, 4.1019 0, 2.1019
2
v
2.
3.
2 0, 2.1019
9,1.10
31
2,107.105 m/s
E h f f 0 hc 0
0
23.108 18.108
2, 4.1019 joule 1,5 eV
E 6, 626.1034 3.108
18.108 23.108
permukaan Kalium
34
8
0
hc 6, 626.10 3.10
10
0
5400.10
m
5400
A
W
2,3 1, 6.1019
karena 0 > , maka elektron dipancarkan dari permukaan logam Kalium.
1
mv2max h f f 0 hc 0
2
0
4.
2hc 0
v max
m 0
vmax = 4,55.105 m/s
Fotolistrik
hc hc
eV2
dan
2 0
43.108 54.108
9,1.1031
hc hc
hc hc
eV1 maka
e V2 V1
1 0
2 1
dan hc 1 2 e V2 V1
1 2
h
maka h
e
V2 V1 1 2
c
1 2
19
1,6.1019
400nm 300nm 1,6.10
5
3.108
108
400nm 300nm
91
1
1
R
f Ra 2 2
di mana R a 3, 29163.1015 hertz dan R a
n
c
f ni
di mana R adalah tetapan Rydberg dan
nf = 2 dan ni = 3, 4, 5,
Tabel 7.2 Empat Frekuensi hasil eksperimen Angstrom dan perhitungan Balmer.
6
no
1
2
3
4
92
n=
dari
postulat
menurunkan
tersebut,
rumus-rumus
Bohr
dapat
diskrit
yang
n=
n=
h
f
h
f
dan r
mvr n
atau
1
mkZe2
9.109 Nm2 /C2
di mana k
2 2
4 0
m v
m2 v 2 r 2 n 2
sehingga rn
n2 2
mkZe2
6,626.1034
r1 2
0,529411.1010 m
2
2
2
31
9
19
4 mke
4 22 9,11.10 9.10 1,6.10
h2
rn 0,53 n 2 A
2
kZe2
n
n mkZe
2 2
vn
dan
mr m n
n
; v
mvr n
v1
2ke
2 22 9.109 1, 6.1019
7 6, 626.10
34
vn
2, 2.106 m/s
2,2.106
m/s
n
v
1 kZe2 mkZe2
mk 2 Z2e4
f
dan
fn
2 2
2 2r 2 n n
2 n 3 3
93
31
9.109 1, 6.1019
4 2 mk 2e4 4 22 9,11.10
f1
3
2
h3
7 6, 626.1031
2
6,568.106 Hz
6,568.106
fn
Hertz (putaran per detik)
n3
1
1 kZe2
mk 2 Z2e4
E k mv2 m
2
2 n
2 n2 2
Energi potensial elektron (Ep)
kQ kZe
di mana V = potensial pada suatu titik jarak r dari inti.
V
r
r
2
kZe2
mk 2 Z2e4
2 mkZe
E p V(e)
kZe 2 2
r
n2 2
n
mk 2 Z2e4
mk 2 Z2e4 mk 2 Z2e4
E
maka
n
n2 2
2n 2 2
2n 2 2
Dari perumusan energi orbital elektron dapat dijelaskan keadaan atom Hidrogen
En
1. Jika elektron berada pada orbit n = 1, maka atom Hidrogen dikatakan dalam
keadaan normal. Elektron dalam keadaan energi terendah (n = 1 atau kulit K)
yang disebut ground state (keadaan dasar).
2. Jika elektron berada pada orbit selain n = 1 dan masih berada dalam orbit,
maka atom Hidrogen dikatakan dalam keadaan tereksitasi.
3. Jika elektron secara penuh keluar dari orbit (tidak berada dalam orbit), maka
atom Hidrogen dikatakan dalam keadaan terionisasi.
Pada keadaan ground state, elektron stabil dan mengelilingi inti tanpa menyerap
atau memancarkan energi. Pada postulat ke dua Bohr, transisi elektron dinyatakan
mk 2 Z2e4 mk 2 Z2e4
hf Ei E f
2n 2 2
2n i2 2
2 2 4
hc mk Z e
1
1
di mana h 2
2 2 n f2 n i2
1
1
1
RZ2 2 2 = bilangan gelombang, R = tetapan Rydberg
n
f ni
mk 2e4
me4
di mana R
atau
dan R 1,097374.107 m1
R
3
2 3
4 c
8 0 h c
94
i
Deret Balmer (terletak di daerah cahaya tampak)
1
1
1
R 2 2 ; di mana n f 2 ; ni 3, 4,5...
2
n i
i
Deret Brackett (terletak di daerah infra merah)
1
1
1
R 2 2 ; di mana n f 4 ; ni 5,6,7...
4
n i
n i
hcRZ2
di mana n 1, 2,3,...
n2
untuk n = 1 maka E1 13,6 eV , sehingga energi elektron pada orbit ke n adalah
13, 6 eV
En
n2
maka E2 3, 4 eV
; E3 1,5 eV dan E 0 eV
radius elektron dari inti pada orbit ke n yaitu
n2 2
rn
n 2 r1 untuk n = 1 maka r1 0,53.1010 m
mkZe2
di mana k 9.109 Nm2 /C2 ; m 9,1.1031 kg dan
1,05459.1034 J.s
sehingga radius elektron pada orbit ke n adalah
En
rn 0,53A n 2
95
7.8 RADIOAKTIVITAS
Pada Tahun 1896 Henry Becquerel menemukan bahwa garam Uranium
memancarkan radiasi yang dapat menembus kertas maupun selaput tipis perak.
Peristiwa yang ditemukan oleh Henry Becquerel tersebut dikenal sebagai
radioaktivitas. Tahun 1898 Pierri Curie dan Marie Curie menemukan unsur
radioaktivitas yaitu Radium dan Polonium.
Peluruhan Radioaktif
Beberapa inti suatu unsur menunjukkan ketidakstabilan, walaupun
mempunyai gaya inti yang kuat. Sebuah inti yang tidak stabil akan menjadi pecah/
untuk mencapai sebuah konfigurasi yang lebih stabil. Misal jumlah inti yang tidak
meluruh dari unsur radioaktif pada suatu saat adalah N, maka kecepatan di mana
N berubah terhadap waktu berbanding lurus N, jadi
dN
N (7.58)
dt
dimana merupakan tetapan peluruhan dan tanda () menunjukkan selama t
meningkat N akan berkurang. Jika diintegralkan terhadap N dan t maka akan
menjadi
ln N = t + C
Misal jumlah inti yang belum meluruh (N) pada t = 0 adalah N0 (jumlah inti awal)
sehingga
dan
ln N = -t + ln N0
N = N0et .. (7.59)
waktu T sebelumnya.
Interval waktu T ini disebut Umur Paruh
N0
N0/2
N0/4
N0/8
t
0
T
2T
3T
Gambar 7.21 Peluruhan unsur radioaktif
96
dan medan magnet. Jika umur paruh waktu suatu unsur adalah T, ketika waktu
peluruhan suatu unsur radioaktif (t) menjadi T, maka N = N0/2 ketika t = T
ln
N 0 /2
= -T
N0
T=
ln2
0,693
.. (7.60)
=
N = N0e
0,693
t
T
... (7.61)
Umur Rata-Rata
Umur rata-rata suatu unsur radioaktif adalah perbandingan jumlah umur
semua inti saat sekarang dalam suatu sampel dengan jumlah total inti.
N t dt
t=
N dt
.... (7.62)
Misal suatu saat sampel mengandung hanya unsur A, jadi pada t = 0 jumlah inti A
adalah N0. Pada waktu t jumlah inti A dalam bentuk campuran menjadi N1, maka
97
N1 = N0e
-1t
.... (7.63)
dN 2
= 1N1 - 2 N 2 ..... (7.64)
dt
dari substitusi persamaan (7.63) didapatkan
dN 2
- t
+ 2 N 2 = 1N0e 1
dt
kedua sisi dikalikan e
2 t
d
t
t
N 2e 2 = 1N0e 2 1
dt
N 2e
2 t
... (7.65)
1
- t
N 0e 2 1 + C
2 -1
C=-
1N 0
2 -1
N2 =
dan
N2 =
N - t
1
- t
N0e 1 - 1 0 e 2
2 -1
2 -1
N0 1 -1t -2t
e -e
2 -1
..... (7.66)
Jika umur paruh waktu induk (TA) lebih besar umur paruh waktu anak (TB),
sehingga 1 << 2 dan setelah beberapa interval waktu e
- 2 -1 t
0 , maka
- t
Ne 1
N
N2 = 1 0
= 1 1
2 -1
2 -1
.... (7.67)
...... (7.68)
98
Oleh karena itu pada kecepatan di mana atom-atom anak meluruh sama
dengan kecepatan di mana atom anak terbentuk, sehingga jumlah atom-atom anak
tetap. Jenis kesetimbangan ini disebut kesetimbangan secular.
Hukum Pergeseran Radioaktif
hukum I :
Ketika sebuah inti radioaktif disintegrasi memancarkan sebuah partikel , maka
posisi atom tersebut dalam tabel periodik akan berpindah dua tempat ke kiri.
Misal :
Bentuk Umum :
226
88
Ra
A
ZL
222
86
A-4
Z-2 M
Rn + 24 He (partikel )
+ 42 He
241
94 Pu
A
ZX
241
95 Am
A
Z+1Y
+ -10 e (partikel )
+ -10 e
Soal-soal latihan :
1. Umur paruh waktu Thorium X adalah 3,64 hari. Setelah berapa hari massanya
tinggal 0,1 massa awal ?
2. Uranium 238 dan Uranium 235 terjadi/terdapat di alam dalam perbandingan
140 : 1. Anggap bahwa saat pembentukan bumi, dua isotop tersebut berada
dalam jumlah yang sama. Hitunglah usia bumi ? (di mana umur waktu paruh
U-238 = 4,5.109 tahun dan umur waktu paruh U-235 = 7,13.108 tahun).
3. Sepotong kayu ditemukan dalam suatu piramida, mempunyai massa 50 gram
dan menunjukkan aktivitas C14 dengan 320 disintegrasi per menit. Sedangkan
pohon yang masih hidup menunjukkan aktivitas C14 dengan 12 disintegrasi per
menit per gram. Waktu paruh hidup unsur C14 yaitu 5730 tahun. Hitung usia
kayu yang ditemukan di piramida tersebut ?
4. Aktivitas sebuah sampel radioaktif turun menjadi 1/16-nya dari nilai awal
dalam waktu 1 jam 20 menit, hitung umur paruh waktunya?
5. Umur paruh waktu U-238 = 4,5.109 tahun. Hitung aktivitas 1 gm U-238.
6. Perbandingan massa Pb-208 dengan massa U-238 dalam suatu batu yaitu 0,5.
Anggap bahwa batu tersebut tidak mengandung Pb. Perkirakan umur batu
tersebut? (di mana umur paruh waktu U-238 = 4,5.109 tahun).
99
dan
2 =
0,693
; N2 = N0 e-0,693t/T2
T2
N1
e-0,693t/T1
140
0,693t/T2 -0,693t/T1
= -0,693t/T =
=e
2
N2
1
e
t=
=
= 6,04.109 tahun
9
8
T
-T
0,693
4,5.10
-7,13.10
0,693
1 2
3. Usia kayu yang ditemukan di dalam piramida
dN
N
50
dt
N
12
N
1,875
e t 1,875
N N0et atau
dan
N0 6, 4
N0
ln 140 =
0, 693
0, 693
5730 maka
5730
5730
t
0, 6286 5197,5 tahun
0, 693
4.
5.
6.
0, 693
n 1,875
t 0, 6286 maka
5730
N0
N0
= T dan
4T 1 jam 20 menit = 80 menit = 4800 detik
2
16
4T = 4800
T = 1200 detik = 20 menit
0,693
0,693
(238 gm = 6,023.1023 atom)
=
=
9
T
4,5.10
6,023.1023
Aktivitas = N ,
(1 gm = N =
)
238
0,693
6,023.1023
=
x
238
4,5.109
11
Aktivitas = 3,89.10 disintegrasi per tahun
1 N Pb +N U 4,5.109 N Pb
t = ln
ln
+1
=
NU
0,693 N U
4,5.109 N Pb 4,5.109
ln
+1 =
ln 0,5+1
0,693 N U
0,693
t = 2,63.109 tahun
t=
100
DAFTAR PUSTAKA
Bresnick, Stephen. D., 2002. Intisari Fisika. Terjemahan oleh J.F. Gabriel.
Jakarta : Hipokrates
Gonick, Larry dan Huffman, D.A., 2001. Kartun Fisika, Terjemahan oleh
Christiana M Udiani., Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia).
Hewitt, P.G. ,2006. Conceptual Physics 10 th editions, New York : Adison
Wesley
Nurul Huda, dkk, 2010. Mahir Fisika SMA Cara Bimbel Kelas 1,2,3 Surabaya
: Linguakata P.T Kawan Pustaka
Serway, R.A., 2009. Physics for Scientists and Engineers with Modern
Physics, 8 th editition, California : Brooks/Cole.
101