Anda di halaman 1dari 16

MINI RISET

MK. FISIKA SMA

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

Skor Nilai:

MISKONSEPSI FISKA PADA MATERI POKOK ANALISIS VEKTOR


UNTUK GERAK PARABOLA DAN GERAK MELINGKAR
SMA N 1 SUNGGAL

KELOMPOK V:

David Manuel Sihombing (4183121064)


Syarif Maulana Harahap (4183321016)
Yuwita C Timorensia Sinaga (4183321014)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan YME atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan tugas mini riset pada mata kuliah Fisika SMA.

Penulis tentu menyadari bahwa pada tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, supaya saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan lebih baik lagi. Kemudian saya juga meminta maaf jika terdapat banyak kesalahan
dalam penulisan tugas ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Ibu
Dra. Ida Wahyuni., M.Pd. selaku dosen Fisika SMA yang telah membimbing kami dalam
menulis tugas ini.

Demikian tugas ini kami buat, semoga tugas ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Medan, 27 November 2019

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORITIS..........................................................................................3
BAB III METODE MINI RISET..........................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................9
BAB V PENUTUP
..................................................................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA
..................................................................................................................................................
13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan
dalam pembangunan bangsa khususnya pembangunan di bidang pendidikan. Dalam era
globalisasi ini, sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama agar
suatu bangsa dapat berkompetisi. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal
merupakan salah satu wahana dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.
Pendidikan IPA (fisika) sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya ikut memberi
kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Fisika
sebagai salah satu cabang IPA yang pada dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan
menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan sifat zat serta
penerapannya. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan bahwa fisika merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang ada
di dalamnya. Ilmu fisika membantu kita untuk menguak dan memahami tabir misteri
alam semesta ini.
Penyebab universal atas masih rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum
diterima oleh para pendidik IPA adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran
yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa. Penyebabnya mungkin
karena para guru fisika mengajar berdasarkan asumsi tersembunyi bahwa pengetahuan
dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Jadi, kami pun melakukan mini riset miskonsepsi pada materi gerak parabola di SMA
Negeri 1 Sunggal. Dengan adanya mini riset, diharapkan masalah miskonsepsi pada
materi gerak parabola dapat diperbaiki kedepannya.

b. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, maka kami mengidentifikasi masalah yang terjadi
adalah siswa yang ada di SMA Negeri 1 Sunggal mengalami miskonsepsi pada materi
gerak parabola

c. Rumusan Masalah
1. Apakah siswa-siswi sudah mempelajari materi gerak parabola?
2. Apakah siswa-siswi sudah mendalami materi gerak parabola?
1
3. Apakah siswa mengalami miskonsepsi pada materi gerak parabola?

d. Tujuan
1. Mengetahui siswa-siswi sudah mempelajari materi gerak parabola
2. Mengetahui siswa-siswi sudah mendalami materi gerak parabola
3. Mengetahui miskonsepsi siswa pada materi gerak parabola

e. Manfaat
1. Kami sebagai mahasiswa dapat menyelesaikan Tugas berupa Mini Riset mata kuliah
Fisika SMA
2. Sebagai mahasiswa dapat mengetahui miskonsepsi siswa pada materi gerak parabola.
3. Dapat menjadi referensi kepada mahasiswa yang lain.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 Fisika

Menurut Supriyono Koes (2003:4) membicarakan hakikat fisika sama halnya dengan
membicarakan hakikat sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sains.
Oleh karena itu, karakteristik fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada
umumnya. Kaitannya dalam pembelajaran fisika, objek yang diajarkan adalah fisika.
Sedangkan fisika pada dasarnya sama dengan karakteristik sains pada umumnya, maka dalam
belajar fisika tidak terlepas dari penguasaan konsep konsep dasar fisika, teori, atau masalah
baru yang memerlukan jawaban melalui pemahaman sehingga ada perubahan dalam diri
siswa.

Untuk mendapatkan suatu konsep maka diperlukan suatu cara yaitu metode ilmiah atau
scientific methods. Menurut Percy Bridgman’s (dalam Supriyadi, 2010: 5) menyatakan
bahwa scientific methods lebih dari sekedar metode biasa dimana dengan metode ilmiah ini
kita dapat mengerjakan lebih dari satu pengertian dan tanpa adanya rintangan untuk dapat
menyelesaikan segala permasalahan yang timbul. Adanya masalah akan muncul jawaban
sementara atau hipotesis setelah adanya pemikiran-pemikiran dari kajianteori atau
pengalaman lainnya. Dengan melakukan percobaan atau observasi, dan meneliti tentang
fenomena maka akan mendapatkan fakta yangakurat.

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa karakteristik fisika tidak terlepas dari
adanya karakteristik sains pada umumnya. Karakteristik sains itu sendiri adalah penyelidikan
berdasarkan masalah untuk memahami suatu gejala alam sehingga didapatkan sebuah
hukum, teori, konsep atau masalah baru untuk diteliti lebih lanjut. Sedangkan untuk
mendapatkan suatu konsep maka diperlukan adanya scientific methods atau metode ilmiah.

Posisi, Kecepatan, dan Percepatan Sudut pada Gerak Melingkar

Pada gerak lurus, anda telah mengenal bahwa ada 3 besaran dasar, yaitu posisi x,
kecepatan v, dan percepatan a. Analogi dengan gerak lurus, pada gerak melingkar juga
ada tiga besaran dasar, yaitu posisi sudut 𝜃 , kecepatan sudut 𝜔, dan percepatan sudut 𝛼.

1. Kecepatan Sudut

Kecepatan sudut rata-rata dan sesaat.

3
Kecepatan sudut rata-rata (𝜔̅) didefenisikan sebagai hasil bagi perpindahansudut (∆𝜃)
dengan selang waktu tempuhnya (∆𝑡).

Δ θ θ2−θ 1
ώ= =
Δt t 2−t 1

Kecepatan sudut sesaat (𝜔) didefenisikan sebagai turunan pertama dari fungsiposisi
sudut 𝜃 terhadap waktu t.


ω=
dt

2. Percepatan sudut

Percepatan sudut sebagai turunan dari fungsi kecepatan sudut

Pada gerak lurus, percepatan linear a adalah turunan pertama dari fungsi
kecepatan terhadap waktu atau turunan kedua dari fungsi posisi terhadap waktu,

dv d2 r
a= =
dt d t 2

pada gerak melingkar, percepatan sudut 𝛼 adalah turunan pertama dari fungsi
kecepatan sudut terhadap waktu atau turunan kedua dari fungsi posisi sudut terhadap
waktu,

dω d 2 θ
a= =
dt d t 2

3.Gerak Melingkar

Adalah partikel yang bergerak melingkar dengan laju konstan, arah vector kecepatan
berubah terus menerus, tetapi besarnya tidak.

Besar Sudut (𝜃)

4
Besar sudut 𝜃 dinyatakan dalam derajat tetapi pada gerak melingkar beraturan
ini dinyatakan dalam radian.Satu radian (rad) adalah sudut dimana panjang busur
lingkaran sama dengan jari-jari lingkaran tersebut (r). Jika s = r, bernilai 1 rad.

4.Percepatan Sentripetal

Pada saat anda mempelajari gerak lurus beraturan sudah mengetahui


bahwa percepatan benda sama dengan nol. Benarkah kalau kita juga
mengatakan percepatan benda dalam gerak melingkar beraturan sama
dengan nol? Dari gambar di atas diketahui bahwa arah kecepatan
linear pada gerak melingkar beraturan selalu menyinggung lingkaran.
Karena itu, kecepatan linear disebut juga kecepatan tangensial.

Sekarang kita akan mempelajari apakah vektor percepatan pada benda


yangbergerak melingkar beraturan nol atau tidak.Dari gambar di atas tampak bahwa
vektor kecepatan linear memiliki besar sama tetapi arah berbeda-beda. Oleh karena
itu kecepatan linear selalu berubah sehingga harus ada percepatan. Dari gambar di
atas tampak bahwa arah percepatan selalu mengarah ke pusat lingkaran dan selalu
tegak lurus dengan kecepatan linearnya. Percepatan yang selalu tegak lurus terhadap
kecepatan linearnya dan mengarah ke pusat lingkaran ini disebut percepatan
sentripetal.

Percepatan sentripetal pada gerak melingkar beraturan dirumuskan :

v2 2
a s= =a R
R

5.Gerak Parabola

Gerak parabola dapat dianalisis dengan meninjau gerak lurus beraturan pada
sumbu X dan gerak lurus berubah beraturan pada sumbu Y secara terpisah.

Pada sumbu X berlaku persamaan gerak lurus beraturan

v=v 0 =tetap dan x=v 0 t

Jika pada sumbu X, kecepatan awal adalah v 0 x , kecepatan pada saat t adalah v x , dan
posisi adalah x, maka persamaannya menjadi v x =v 0 x

5
x=v 0 x t

pada sumbu Y berlaku persamaan umum gerak lurus berubah beraturan, yaitu

1
v=v 0 + at dan x=v 0 t+ a t 2
2

 Miskonsepsi

Menurut Suparno (dalam Nurul Fitrianingrum, 2013:74), miskonsepsi menunjuk pada


suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh
pakar dalam bidang itu. Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti Fisika,
Kimia, Biologi, dan Bumi Antariksa. Dalam bidang Fisika, semua sub bidang juga dapat
mengalami miskonsepsi seperti Mekanika, Termodinamika, Bunyi dan Gelombang, Optik,
Listrik dan Magnet dan Fisika Modern. Faktor penyebab miskonsepsi Fisika dibagi menjadi
lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa, pengajar, buku ajar, konteks, dan cara mengajar.

Menurut Thompson (2006):

Misconceptions, on the otjer hand can be described as ideas thah provide anincorrect
understanding of such ideas, objects or events that are constructured based on person’s
experience

Miskonsepsi dapat dideskripsikan sebagai pemahaman gagasan yang salah mengenai ide,
benda atau peristiwa yang dibangun berdasarkan pengalaman seseorang.

Menurut Halim, Yong dan Meerah (2014):

Ideas developed by students which differ fromscientific explanation are known as


misconceptionsand these misconceptions are too strong to overcome and can inhibit the
process of teaching and learning. Initial ideas held by students are very difficult to change
by teacher despite being presentedwith scientific concepts. Teachers should identify
students’ misconceptionbefore conducting formal teaching so that their misconception can
be changed to scientific concept after theformal teaching and learning process

Gagasan yang dibangun oleh siswa yang berbeda dengan penjelsanan ilmiah dikenal
sebagai miskonsepsi dan miskonsepsi ini terlalu kuat untuk diatasi dan dapat menghambat

6
proses belajar mengajar. Gagasan awal yang dimiliki oleh siswa sangat sulit untuk dirubah
oleh guru meski pun disajikan dengan konsep-konsep ilmiah. Guru harus mengidentifikasi
moskonsepsi siswa sebelum melakukan pengajaran formal sehingga miskonsepsi mereka
dapat dirubah menjadi konsep ilmiah setelah pengajaran formal dan proses pembelajaran.

7
BAB III
METODE MINI RISET
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yakni penelitian yang dilakukan
dengan pengamatan secara langsung terhadaap objek yang diteliti guna mendapatkan data yang
relevan.
Adapun objek penelitian yaitu pemahaman siswa mengenai gerak parabola
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode angket (Kuesioner). Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memeberikan beberapa pertanyaan
dan pertanyaan tertulis kepada responden untuk di jawab. Kusioner yang digunakan oleh peniliti
sebagai instrument penelitian berupa lima (5) pertanyaan. Adapun jenis kuesioner yang digunakan
oleh peneliti adalah berbentuk pilihan berganda. Alasan kami menggunakan jenis kuesioner ini adalah
agar subjek atau siswa dapat dengan mudah memilih pendapat atau pemikiran-pemikiran mengenai
gerak parabola
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Siswa SMA NEGERI 1 SUNGGAL. Adapun alasan kami memeilih
siswa tersebut sebagai subjek penelitian adalah,karena salah satu dari teman kami,menyarankan agar
meneliti siwa SMA NEGERI 1 SUNGGAL,yang dimana Sekolah tersebut adalah sekolah alumni, dan
kami ingin melihat seberapa dalam Siswa itu mempelajari tentang Gerak Parabola.
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA NEGERI 1 SUNGGAL. Waktu penelitian pada tanggal 22
November 2019

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
Laki – laki : 6 Orang
Perempuan : 14 Orang
No Pertanyaan Angket Nama Siswa No 1 No 2 No 3 No 4 No 5 Total
1 1. Contoh gerak parabola dalam Sarah olivia 20 20 20 20 100
20
kehidupan sehari-hari, kecuali
…. Tiara 20 0 0 0 40
20
a. Bola yang sedang ditendang monisca
Putri aulia 20 0 0 20 0 40
b. Peluru yang ditembakkan
dari senapan Putrid rotua 20 0 0 0 40
20
c. Bola basket dilempar menuju silaban
alvaro 20 20 0 0 0 40
ring
Avrillia 20 0 0 20 60
e. Bom yang dilempar dari 20
2 wijaya
pesawat yang sedang terbang Ranti widia 20 0 0 0 40
20
d. Buah jatuh dari pohon Rani widia. 20 0 0 0 40
20
Irfan menembakkan peluru Johanes k 20 0 0 0 40
dengankecepatan awal 120 m/s 20
nainggolan
membentuk sudut elevasi 30° Ahyunda 20 20 0 0 60
20
terhadap permukaan tanah. Jika trisnadiyah
Amelia 20 20 0 0 60
g = 10 m/s2, peluru mencapai 20
dwinta sari
titik tertinggi setelah ….
Daniel 20 20 0 20 80
a. 4 s 20
sihotang
3
b. 5 s zihan syakilla 20 20 0 0 0 40
c. 6 s Richo p 20 0 20 0 60
20
e. 7 s sembiring
d. 8 s No name 20 0 20 20 60
0
Apabila besar sudut antara arah
Theresia netti 20 0 0 0 40
horizontal dan arah tembak 20
simbolon
suatu peluru adalah 53°, Ayret akbar 20 20 0 0 60
20
perbandingan antara
jarak nasution
tembak dalam arah mendatar Aderia 20 20 0 0 0 40
4 Roy anggi p 20 20 0 0 40
dengan tinggi maksimum 0
sianturi
peluru adalah .... (sin 53° =
Mutia 20 0 0 0 40
4/5 ) 0
rahmah

9
a. 2 : 3
b. 3 : 2
c. 3 : 1
d. 1 : 3
e. 2 : 1

Ketika benda bergerak


menempuh lintasan parabola,
5. besaran manakah dari di bawah
ini yang konstan (tetap)?
ditanya:
a. Kelajuan
b. Percepatan
c.Komponen horizontal
kecepatan
d.Komponen vertical kecepatan

a. A dan B
b. B dan C
c. C dan D
d. D dan A

Dalam penyerangan Markas


Pentagon, pesawat tempur
Indonesia terbang bergerak
mendatar dengan kecepatan 100
m/s melepas bom atom dari
ketinggian 500m. Jika bom
atom jatuh di B, maka jarak AB
a.500 m
b.1000 m
c.1500 m
d.1750 m

4.2 Pembahasan

10
Skor penelitian di atas menyimpulkan bahwa siswa masih kurang memiliki pengetahuan
mengenai parabola. Melalui hasil penelitian tersebut banyak siswa yang keliru dalam menjawab
angket soal miskonsepsi. Bebarapa siswa dapat menjawab dengan benar untuk soal tipe C1 dan C2
mungkin dikarenakan pada soal ini hanya dibutuhkan pemahaman konsep saja sedangkan untuk tipe
soal C3 dan C4 masih banyak siswa yang belum dapat memahami dan menganalisis soal tersebut,
beberapa kendala tersebut mungkin dikarenakan kurangnya latihan siswa dalam mengerjakan soal-
soal seperti itu. Juga mungkin dikarenakan bingungnya siswa dalam penggunaan rumus atau
persamaaan untuk soal yang disajikan. Karena masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam
menganalisis soal fisika terkhusus untuk gerak parabola, kesulitan yang paling umum adalah
penggabung beberapa persamaan atau rumus sehingga dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam
lagi pada saat mengerjakan soal- soal fisika. Dari hasil penilaian yang telah kami dapatkan bahwa
pemahaman secara menyeluruh dalam materi gerak parabola belum sepenuhnya dipahami, oleh sebab
itu dibutuhkan pembelajaaran yang lebih untuk menguoas tuntas mengenai materi parabola tersebut
dan juga pemberian konsep yang benar dari pengajar akan mempengaruhi bagaimana cara berpikir
siswa tersebut dalam mengerjakan soal-soal fisika sehingga sisiwa tersebut dapat dengan mudah
menguasai materi-materi fisika terkhusus untuk materi gerak parabola.

11
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakteristik fisika tidak terlepas dari adanya karakteristik sains pada umumnya.
Karakteristik sains itu sendiri adalah penyelidikan berdasarkan masalah untuk memahami suatu
gejala alam sehingga didapatkan sebuah hukum, teori, konsep atau masalah baru untuk diteliti
lebih lanjut. Sedangkan untuk mendapatkan suatu konsep maka diperlukan adanya scientific
methods atau metode ilmiah.
Miskonsepsi dapat dideskripsikan sebagai pemahaman gagasan yang salah mengenai ide,
benda atau peristiwa yang dibangun berdasarkan pengalaman seseorang. Gagasan yang dibangun
oleh siswa yang berbeda dengan penjelsanan ilmiah
dikelansebagaimiskonsepsidanmiskonsepsiiniterlalukuatuntukdiatasidan dapat menghambat
proses belajar mengajar. Gagasan awal yang dimiliki oleh siswa sangat sulit untuk dirubah oleh
guru meskipun disajikan dengan konsep- konsep ilmiah. Guru harus mengidentifikasi
moskonsepsi siswa sebelum melakukan pengajaran formal sehingga miskonsepsi mereka dapat
dirubah menjadi konsep ilmiah setelah pengajaran formal dan proses pembelajaran.
B. Saran
Sebaiknya kepada guru pengajar lebih mengaplikasikan model dan metode pembelajaran yang
sesuai pada mteri pembelajaran. Skaligus menyediakan media pembelajaran yang lebih memudahkan
siswa untuk memahami pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fitrianingrum, Nurul, dkk. 2013. Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah
Elektronik (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester 1. Jurnal Pendidikan Fisika Vol 1.No 1 halaman
73 ISNN 2228-0691
Halim, L., Yong, T. K., & Meerah, T. S. M. 2014. Overcoming Students’ Misconceptions on Forces
inEquilibrium: An Action Research Study. Creative Education, 5, 1032-1042.
Supriyadi.(2010).TeknologiPembelajaanFisika.Yogyakarta:FMIPAUniversitas NegeriYogyakarta.
Supriyono, Koes H. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Malang : Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang.
Thompson,Fiona. 2006. An Exploration of Common Student Misconceptions in Science. School of
Education, Universiti of Adelaide. International Education Journal, 2006 page 553-55

13

Anda mungkin juga menyukai