Anda di halaman 1dari 41

TUGAS MK PERENCANAAN PEMBELAJARAN FISIKA

ANALISIS MATERI ESENSIAL


“DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR”
DITINJAU DARI TAKSONOMI BLOOM REVISI UNTUK
PEMBELAJARAN FISIKA SMA

Diajukan guna memenuhi tugas individual dalam


dalam mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Fisika”Semeester Juli Desember 2021

Disusun oleh

INDAH ANNISA
NIM 19033028

Program Studi
Pendidikan Fisika
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

1
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap pembelajaran di sekolah, pada umumnya bertujuan agar pada diri siswa
terjadi perubahan kemampuan, sikap dan keterampilannya sejalan dengan pertambahan
pengetahuannya. Dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut, diperlukan berbagai
komponen, yang saling terkait satu sama lain yang membentuk sistem dalam pendidikan.
Secara bersama-sama setiap komponen tersebut berfungsi untuk mencapai tujuan
pendidikan pada umumnya, dan tujuan pembelajaran pada khususnya, termasuk tujuan
pembelajaran fisika
Tujuan pembelajaran fisika pada Kurikulum 2013 tentang pengetahuan, terdapat
pada Kompetensi Inti 3 (KI-3), yang mengamanatkan agar melalui pembelajaran di
sekolah siswa mampu menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah, terkait dengan materi
fisika. Dalam kata menerapkan pada KI-3, tersirat kemampuan prasarat yang harus
dimiliki siswa agar dapat menerapkan pengetahuan fisika dengan benar, yaitu
kemampuan mengingat, dan memahami. Sedangkan kemampuan menganalisis dan
mengevaluasi merupakan kemampuan-kemampuan untuk membangun kemampuan
mencipta/mengkreasi. Dengan demikian, berarti proses kognitif yang harus dilatihkan
terdiri dari 6 dari tingkatan, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi mencakup
kemampuan-kemampuan: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi dan mengkreasi. Sedangkan variasi pengetahuan yang dibahas dalam
pembelajaran terdiri dari 4 Dimensi Pengetahuan, yaitu pengetahuan-pengetahuan ;
faktual, konseptual, prosedural dan metakonitif. Kombinasi antara dimensi-dimensi
pengetahuan dengan tingkatan proses kognitif yang terdapat dalam kurikulum tersebut
merujuk pada taksonomi Bloom revisi.

2
Salah satu wadah untuk membahas ke 4 dimensi pengetahuan dan
melatihkan 6 tingkatan proses kognitif adalah bahan ajar, baik berupa bahan ajar
cetak maupun dalam bentuk elektronik. Banyak variasi bentuk bahan ajar yang
kita kenal, seperti dalam bentuk Buku Teks/Buku Pelajaran, LKS/LDS, Modul,
Hand Out dan sebagainya. Agar bahan ajar yang diterapkan guru memenuhi
syarat tersebut, maka guru perlu melakukan analisis KI dan KD, yang
dijabarkan menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), Tujuan
Pembelajaran (TP), sehingga diperoleh materi esensial yang berisi ke empat
dimensi pengetahuan, dan 6 tingkatan proses kognitif yang dimaksud.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang
hendak dibahas pada tulisan ini dikemukakan dalam beberapa rumusan masalah
yaitu : Bagaimana langkah-langkah analisis kompetensi pembelajaran fisika
SMA ditinjau dari taksonomi Bloom revisi. untuk menghasilkan :
1. Indikator Pencapaian Tujuan Pembelajaran (IPK)
2. Tujuan Pembelajaran (TP)
3. Materi Esensial Pembelajaran (MEP)
4. Instrumen Evaluasi Pembelajaran (IEP)

C. Pembatasan Masalah
Agar pengkajian lebih terfokus, diadakan pembataan masalah yang akan
dibahas yaitu berkenaan dengan materi Fisika SMA kelas XI KD 3.1 dan 4.1
yaitu tentang “Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar”

D. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, pembehasan ini
bertujuanuntuk menghasilkan
1. Indikator Pencapaian Tujuan Pembelajaran (IPK)
2. Tujuan Pembelajaran (TP)

3
3. Materi Esensial Pembelajaran (MEP)
4. Instrumen Evaluasi Pembelajaran (IEP) dan Kunci Jawaban/ Penyelesaian

4
E. Kegunaaan Pembahasan
Diharapkan hasil pembahasan ini berguna/bermanfaat :
1. Bagi Penulis,
a. sebagai sarana untuk melatih menulis Karya Ilmiah berdasarkan hasil hasil
pengkajian literatur
b. guna memenuhi tugas dalam mengikuti mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Fisika
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran
Fisika

5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Tentang Materi “Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda


Tegar”
Tangkai lampu gantung umumnya terbuat dari logam yang dibentuk menyerupai
rantai. Hal itu bertujuan untuk menjaga keseimbangan lampu karena tali penopangnya
kuat dan kokoh. Posisi lampu akan tetap seimbang jika tidak dikenai gaya dari luar,
misalnya gaya sentuh. Keseimbangan yang dialami lampu gantung tersebut ternyata
menggunakan prinsip keseimbangan benda tegar yang ada di Fisika.
Benda tegar adalah suatu benda yang bentuknya tidak berubah saat diberi gaya dari
luar. Benda dianggap sebagai suatu titik materi yang ukurannya bisa diabaikan. Hal itu
berlaku jika benda dimasukkan dalam sistem partikel. Itulah mengapa, semua gaya yang
bekerja pada benda tersebut hanya dianggap bekerja pada titik materi yang menyebabkan
terjadinya gerak translasi (∑F = 0). Keseimbangan benda tegar adalah kondisi di mana
momentum suatu benda bernilai nol. Artinya, jika awalnya suatu benda diam, benda
tersebut akan cenderung untuk diam. Jika ditinjau dari sistem partikel, syarat
keseimbangan yang berlaku pada benda hanya syarat keseimbangan translasi. Hal itu
berbeda dengan syarat keseimbangan benda tegar. Dimana syaratnya adalah total gaya
yang bekerja pada benda sama dengan nol, dan total momen gaya yang bekerja pada
benda sama dengan nol.
Dinamika rotasi adalah ilmu yang mempelajari tentang gerak rotasi (berputar)
dengan memperhatikan aspek penyebabnya, yaitu momen gaya.
Coba bayangkan pintu yang ada di kamar. Ketika ditarik atau didorong gagang
pintu dengan gaya F, pintu akan mengayun terbuka atau tertutup. Ayunan terbuka atau
tertutup ini menandakan kalau pintu mengalami gerak rotasi (bergerak pada lintasan
melingkar) dan memiliki sumbu putar (poros) yang terletak pada engselnya. Nah, saat
melakukan kegiatan tersebut, tanpa sadar telah mengaplikasikan torsi.
Momen gaya (torsi) adalah seberapa besar gaya yang diberikan untuk memutar
suatu benda terhadap suatu poros tertentu (kecenderungan gaya dalam memutar suatu
benda). Momen gaya (torsi) dilambangkan dengan τ (dibaca tau) dan merupakan besaran
vektor, sehingga dapat bernilai positif maupun negatif. Torsi akan bernilai positif jika arah

6
putarannya berlawanan jarum jam dan akan bernilai negatif jika arah putarannya searah
jarum jam. Jika gaya yang bekerja pada lengan gaya tegak lurus dirumuskan dengan 𝑟 =
𝐹. 𝑟 dan jika gaya yang bekerja pada lengan gaya membentuk sudut dirumuskan dengan
𝑟 = 𝐹. 𝑟. 𝑠𝑖𝑛𝜃.
Hubungan momen gaya dengan letak gagang pintu adalah Jika kita anggap engsel
pintu adalah sumbu putar (poros), maka jarak gagang pintu dengan engsel merupakan
lengan momen (d). Kemudian, kalau kamu perhatikan rumus di atas, momen gaya (torsi)
akan sebanding dengan lengan momen (d) dan gaya (F). Artinya, semakin besar lengan
momen (d) dan gaya yang dikeluarkan, semakin besar pula momen gaya yang dihasilkan.
Hal ini yang memudahkan kita untuk membuka atau menutup pintu.
Sekarang coba bayangkan ada beberapa benda diletakkan di atas ramp. Benda-
benda yang akan diluncurkan pada lintasan yang sama itu punya bentuk yang berbeda-
beda. Mulai dari kotak, bola pejal (padat), bola berongga, silinder pejal, maupun silinder
berongga (cincin). Jika kita asumsikan semua benda punya massa dan jari-jari yang sama,
dan semuanya dilepaskan secara bersamaan dari atas, benda mana yang pertama kali
sampai bawah? untuk mencari tahu jawabannya, kita perlu memahami konsep Momen
Inersia.
inersia adalah kelembaman untuk gerak translasi (pergerakan yang sifatnya
lurus/linier), Momen Inersia merupakan kelembaman untuk gerak rotasi (pergerakan yang
sifatnya muter dari poros).
Sekarang kita kembali ke pertanyaan awal kalau semua benda yang berada di atas
ramp itu kita lepaskan, mana yang akan sampai bawah duluan?
Pertama-tama kita perlu tahu konsep Momen Inersia terhadap benda-benda. Secara
fisika, benda-benda seperti ini dianggap terdiri dari partikel-partikel super kecil yang
membentuknya. Setiap partikel di benda ini punya momen inersianya masing-masing.
Penghitungannya adalah dengan mengalikan massa partikel dengan kuadrat jari-jari
partikel terhadap poros benda. Secara sistematis dapat dirumuskan 𝐼 = ∑ 𝑚𝑛𝑅𝑛2. Momen
Inersia benda adalah penjumlahan seluruh momen inersia dari partikel benda tersebut.
Berhubung tiap benda punya bentuk yang berbeda, maka muncullah konstanta bentuk
2
untuk setiap benda, dan rumus umumnya yaitu 𝐼 = 𝑘𝑚𝑅2. Pada bola pejal 𝐼 = 𝑚𝑅2 ,
5

7
2
pada bola berongga 𝐼 = 𝑚𝑅2, pada silinder berongga (cincin) 𝐼 = 𝑚𝑅2, dan pada
3
1
silinder pejal 𝐼 = 𝑚𝑅2. Dari sini kita jadi tahu bahwa massa dan jarak berpengaruh
2

terhadap momen inersia. Semakin jauh jarak massa benda terhadap poros, makin besar
momen inersianya.
Kedua, benda yang duluan sampai ke bawah berarti punya kecepatan (v) paling
besar. Itu artinya, kita perlu mengecek kondisi energi dari setiap benda. Secara matematis,
kita tahu bahwa seluruh energi kinetik dari benda yang bergerak lurus merupakan energi
1
kinetik translasi. Maka arti dari segala arti, kita bisa menuliskanya dengan: 𝐸𝐾 = 𝑚𝑣2.
2

Di sisi lain, benda-benda tersebut setelah kita lepaskan, akan turun dengan menggelinding.
Artinya, sebagian energi kinetiknya akan digunakan untuk gerak rotasi. Dan dapat
1
digunakan rumus 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝜔2.
2

Saat semua benda dilepaskan semua benda tentu lama-kelamaan akan berotasi. Itu
artinya, benda-benda ini mengalami dua jenis gerak: gerak translasi (saat si benda turun),
dan gerak rotasi (benda berputar saat menggelinding). Ini akan mengubah energi
potensialnya menjadi energi kinetik translasi (energi untuk membuat benda meluncur
turun) plus energi kinetik rotasi (energi untuk membuat benda berotasi). Jadi yang sampai
paling bawah duluan adalah bola pejal. Setelah bola bejal siapa yang sampai bawah
duluan? Kita tinggal cek benda apa yang paling kecil mengubah energi potensialnya
menjadi energi kinetik rotasi. Dengan cara cek momen inersia setiap benda. Kita tinggal
lihat dari konstanta bentuk di rumus momen inersia di atas. Benda mana yang punya
konstanta bentuk paling kecil, itu lah yang punya kecepatan (v) paling besar. Jadi
2 1
urutannya: (1) Bola pejal (𝐼 = 𝑚𝑅2); (2) Silinder pejal (𝐼 = 𝑚𝑅2); (3) Bola berongga
5 2
2
(𝐼 = 𝑚𝑅2); (4) Silinder berongga (cincin) (𝐼 = 𝑚𝑅2).
3

Suatu benda tegar dianggap tersusun dari banyak partikel karenanya gaya gravitasi
bekerja pada tiap-tiap partikel tersebut. Dengan kata lain, setiap partikel mempunyai
beratnya masing-masing. Titik berat suatu benda adalah suatu titik pada benda tersebut
atau di sekitar benda tersebut di mana berat semua bagian benda terpusat pada titik
tersebut.

8
Apabila suatu benda homogen (kerapatan sebagian benda sama atau benda tersusun
dari bahan sejenis) dan bentuk benda simetris (misalnya persegi, persegi panjang,
lingkaran) maka pusat gravitasi benda berhimpit dengan pusat massa benda yang terletak
di tengah-tengah benda tersebut. Untuk segitiga, pusat massa terletak pada 1/3 h, di mana
h = tinggi segitiga. Jika bentuk benda simetris dan benda homogen maka pusat gravitasi
berhimpit dengan pusat massa benda, di mana pusat gravitasi dan pusat massa terletak di
tengah-tengah benda tersebut. Sebaliknya jika benda homogen tetapi tidak simetris maka
posisi pusat gravitasi benda dapat ditentukan menggunakan rumus berikut : koordinat titik
𝑥1𝐴1+𝑥2𝐴2+𝑥3𝐴3
berat benda pada sumbu x adalah 𝑋 = , dan pada koordinat titik berat
𝐴1+𝐴2+𝐴3
𝑦1𝐴1+𝑦2𝐴2+𝑦3𝐴3
benda pada sumbu y adalah 𝑋 = .
𝐴1+𝐴2+𝐴3

Momentum sudut merupakan besaran vektor. Momentum sudut didefinisikan


sebagai hasil perkalian silang antara vektor r dan momentum linearnya. Arah momentum
sudut dari suatu benda yang berotasi dapat ditentukan dengan kaidah putaran sekrup atau
dengan aturan tangan kanan. Jika keempat jari menyatakan arah gerak rotasi, maka ibu jari
menyatakan arah momentum sudut. Pada gerak translasi benda memiliki momentum linier
sedangkan pada gerak rotasi ada momentum sudut.
Dalam gerak rotasi, besaran yang analog dengan momentum linier adalah
momentum sudut. Untuk benda yang berotasi di sekitar sumbu yang tetap, besarnya
momentum sudut dinyatakan : 𝐿 = 𝐼. 𝜔 . Jika benda bermassa m bergerak rotasi pada jarak
r dari sumbu rotasi dengan kecepatan linier v, maka persamaan dapat dinyatakan sebagai
berikut : 𝐿 = 𝑚. 𝑟. 𝑣
Sebagai contoh seorang penari balet berputar dengan kecepatan sudut w, momen
inersianya Im. Bila dia kemudian merentangkan kedua tangannya sehingga momen
inersianya menjadi Ia, berapa kecepatan sudut penari sekarang? Kita bisa menyelesaikan
dengan menggunakan hukum kekekalan momentum sudut. Pada penari tidak ada gaya dari
luar maka tidak ada torsi dari luar, sehingga momentum sudut kekal : 𝐿𝑚 = 𝐿𝑎dapat
ditulis 𝐼𝑚𝜔𝑚 = 𝐼𝑎𝜔𝑎. Penari merentangkan kedua tangannya maka momen inersianya
𝐼𝑚𝜔𝑚
menjadi bertambah. Ia > Im maka kecepatan sudut penari menjadi berkurang. 𝜔𝑎 =
𝐼𝑎

Prinsip ini juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan papan
memiliki laju sudut ωo, terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat massanya, sehingga

9
dia dapat memutar sebagian tubuhnya setengah lingkaran. Jika ia ingin membuat putaran 3
kali setengah putaran, maka ia harus mempercepat laju sudut sehingga menjadi 3 kali
kelajuan sudut semula. Gaya yang bekerja pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya
gravitasi tidak menyumbang torsi terhadap pusat massanya, maka berlaku kekekalan
momentum sudut. Agar laju sudutnya bertambah maka dia harus memperkecil momen
inersia menjadi 1/3 momen inersia mula-mula dengan cara menekuk tangan dan kakinya
ke arah pusat tubuhnya sehingga terbantu dengan adanya momentum sudut dari
gerakannya.

B. Kerangka Konseptual “Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar“

Pembahasan tentang materi dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar diawali
dengan penjelasan pengertian dinamika rotasi, kemudian syarat dan jenis kesetimbangan
benda tegar, dan titik berat. Pada dinamika rotasi ada tiga sub tema yaitu momen inersia,
momen gaya, dan hukum kekekalan momentum sudut.
Pada sub materi titik berat benda terbagi menjadi 3 yaitu dimensi satu, dimensi dua,
dan dimensi tiga. Pada dinamika rotasi ada benda meluncur dan benda menggelinding,
pada benda menggelinding terbagi dua yaitu menggelinding pada bidang datar dan
menggelinding pada bidang miring.
Bahagian yang paling penting dari pembahasan adalah bagaimana
mengimplementasikan pemahaman siswa dalam bentuk pembahasan soal-soal dan
permaalahan yang relevan dengan konsep dan prinsip pada materi dinamika rotasi dan
kesetimbangan benda tegar.
Secara lengkap dasar pemikiran dan sekuaensi pemahasan ini disajikan pada Gambar 1

10
Gambar 1. Kerangka Konseptual Materi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda
Tegar

C. Taksonomi Untuk Pembelajaran dan Penilaian


Istilah taksonomi dalam bidang pendidikan, diartikan sebagai klasifikasi tujuan
pembelajaran pengelompokan menurut 3 ranah umum kognitif, afektif dan psikomotor.
Taksonomi Bloom merupakan hasil karya Benjmin Samuel Bloom dkk. pada tahun 1956
dalam buku The Taxonomy of Educational Objectives The Classification of Educational
Goals: “Handbook I: Cognitive Domain”, yang berisikan enam kategori pokok dengan
urutan mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yakni:
pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) penerapan (application);
(4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) evaluasi (evaluation). Taksonomi
ini bertahan sampai tahun 2000 an.
Pada tahun 2001 Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl dalam bukunya
“Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educatioanl Objectives” melakukan revisi terhadap ke 6 tingkatan ranah kognitif.

11
Tersebut yang dikenal dengan taksonomi Bloom revisi. Perubahan yang dimaksud
sebagaimana disajikanan oleh Gambar 2.

Gambar 2. Perubahan tingkatan proses kognitif dari Taksonomi Bloom Asli


ke Taksonomi Bloom revisi

Gambar 2 menunjukkan bahwa perubahan taksonomi dari kata benda (dalam


taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi). Perubahan ini dibuat
agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang mengindikasikan bahwa siswa akan
dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Kategori
pengetahuan dalam taksonomi Bloom berubah menjadi mengingat yang
mendeskripsikan tindakan yang tersirat dalam kategori pengetahuan aslinya ; tindakan
pertama yang dilakukan oleh siswa dalam belajar pengetahuan adalah mengingatnya.
Kategori pemahaman menjadi memahami. Pemahaman merupakan tingkat memahami
yang paling rendah. Pemahaman terbatas pada hanya memahami tentang apa yang sedang
dikomunikasikan tanpa menghubungkannya dengan materi lain. Perubahan dari
pemahaman menjadi memahami karena dalam pemilihan nama-nama kategori,
mempertimbangkan keluasan pemakaian istilah tersebut oleh guru pada umumnya.
Kategori aplikasi menjadi mengaplikasikan. Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan
dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori analisis menjadi menganalisis. Dalam
kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Kategori sintesis

12
menjadi mencipta . Mencipta atau mengkreasi melibatkan proses menyusun elemen-
elemen menjadi sebuah kesatuan yang koheren dan fungsional yang akhirnya dapat
menghasilkan sebuah produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sintesis hanya
terbatas pada memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk satu
kesatuan dengan melibatkan proses mengolah potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-
elemen dan mengatur serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah
pola atau struktur yang sebelumnya tidak jelas. Kategori evaluasi menjadi mengevaluasi.
Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Pada
Taksonomi revisi urutan sintesis ditukar dengan mengevaluasi , dan kategori evaluasi
digantikan oleh kategori mencipta (mengkreasi), sebagai kategori yang paling
kompleks. Semua kategori pada taksonomi Bloom disusun menjadi sebuah hierarki
kumulatif yang berarti penguasaan kategori yang lebih kompleks mensyaratkan
penguasaan semua kategori di bawahnya yang kurang kompleks. Sehingga Taksonomi
Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni:
mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply),
menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Pada
taksonomi bloom yang asli, pengetahuan diletakkan pada tingkatan pertama yang harus
diketahui siswa, sedangkan pada taksonomi Bloom revisi, menjadi dimensi tersendiri
yaitu dimensi pengetahuan yang berisikan empat kategori pengetahuan, yaitu faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengelompokan ini dilakukan karena
diasumsikan bahwa setiap kategori dalam tingkatan proses kognitif membutuhkan
berbagai dimensi pengetahuaan. Dengan demikian perbedaan yang mendasar antara
taksonomi Bloom yang asli dengan taksonomi Bloom Revisi adalah pada pada taksonomi
Bloom revisi setiap tingkatan proses kognitif telah di kombinasikan (terjadi interelasi)
dengan setiap tingkatan dalam dimensi pengetahuan. Taksonomi ini, merupakan salah
satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan
kurikulum di seluruh dunia (Chung, 1994; Lewy dan Bathory, 1994; Postlethwaite, 1994).
Mengingat (Remember) merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang
sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah

13
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi kemampuan mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan
mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret,
misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan
tepat.
Memahami/mengerti (Understand) berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa
berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan
tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik
kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada
identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide,
permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan
satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan
Menerapkan (Apply) menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan
permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural
knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan (implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif
siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah
mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja
yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan
dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari
prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur
untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing
dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu
kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

14
Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu
mengerti dan menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari
siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah
diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan
prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-
permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan
baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan.
Menganalisis (Analyze) merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap
bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan
permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak
dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut
siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk
memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi
proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran
sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat,
menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan
alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi
unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur
ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa
membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi
yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi
unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan
dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.
Mengevaluasi (Evaluate) berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah

15
kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula
ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta
dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian
merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif
memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian
yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika
standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa
yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu
operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu
rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau
operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan
berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari
suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
Menciptakan (Create) /mengkreasi mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan
beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan
sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya.
Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total
berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini
mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat
oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya
adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya sedangkan pada menciptakan
siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan

16
dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan
dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi
mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
Taksonomi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. TingkatanProses Kognitf Taksonomi Taksonomi Bloom Revisi

Pengetahuan Faktual , meliputi elemen-elemen dasar yang digunakan oleh para


pakar dalam menjelaskan, memahami, dan secara sistematis menata disiplin ilmu mereka.
Pengetahuan faktual berisikan elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa jika
mereka akan mempelajari suatu disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin
ilmu tersebut. Pengetahuan faktual terbagi menjadi dua subjenis yaitu: (1) pengetahuan
tentang terminologi; dan (2) pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang
spesifik. Pengetahuan tentang terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan
simbol verbal dan nonverbal (kata, angka, tanda, gambar). Setiap materi kajian
mempunyai banyak label dan simbol, baik verbal maupun nonverbal, yang merujuk pada

17
makna-makna tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin
ilmu. Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan
tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka Romawi, pengetahuan tentang kosakata
dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta.
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan
semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik,
seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta
yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap
bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang
mempresentasikan pengetahuan penting tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang
detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik antara lain pengetahuan tentang nama
orang, tempat, dan peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan tentang produk utama dan
produk ekspor Indonesia.
Pengetahuan Konseptual, mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi,
dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang mempresentasikan
pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan,
bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan secara sistematis, dan bagaimana
bagian-bagian ini berfungsi bersama. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis
yaitu: (1) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi; dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Klasifikasi dan
kategori merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi
menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi, dan
susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki
serangkaian kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen
baru. Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan antara elemen-elemen.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat dicontohkan misalnya: ketika peserta
didik menganalisis sebuah cerita dengan kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting.
Dalam hal alur sebagai pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur

18
tersebut disebut dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang
dimiliki oleh semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan
generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan
untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi
merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan
interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa, dan menggambarkan proses dan
interelasi di antara klasifikasi dan kategori. Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi antara lain pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam
kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-hukum geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan tentang
berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam disiplin-disiplin
ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena.
Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur antara lain pengetahuan tentang
interelasi antara prinsip-prinsip dalam penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori
matematika, pengetahuan tentang struktur inti pemerintahan kota setempat.
Pengetahuan Prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan
sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik,
dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur (Alexander, dkk., 1991; Anderson,
1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan
prosedural berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi
menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu
dan algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3)
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang
tepat. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma,
pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah pengetahuan
prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual. Pengetahuan tentang teknik
dan metode dalam bidang tertentu, pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau hasil
pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat, pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain pengetahuan tentang

19
kriteria untuk menentukan jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya: eksposisi, persuasi),
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan metode apa dalam menyelesaikan
persamaan-persamaan aljabar.
Pengetahuan Metakognitif, merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi.
Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan dilandasi
oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai
kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar
(Bransford, dkk.,1999; Sternberg, 1985; Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri
belajar dan penelitian tentang pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada
metode untuk membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas
pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi
tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif
yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan
berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan
tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran,
mencari makna teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau
yang dibaca dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni:
merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan
konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional. Menurut Flavell (1979) pengetahuan
metakognitif mencakup pengetahuan bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan
memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi
belajar dan berpikir, juga memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu
kapan dan mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk.,
1983).

20
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam strategi
dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang penting dalam
metakognitif. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan,
minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar. Gambar 2
menampilkan kombinasi cognitive process dan knowledge dimensions

Gambar 3. Kombinasi cognitive process dan knowledge dimensions

Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 2.

Tabel 2 . Tingkatan Dimensi Pengetahuan dari yang Kongkrit sampai yang Abstrak.

21
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tabel 2 .Tingkatan Proses Kognitif dari yang rendah sampai yang tinggi .

22
23
24
BAB III. PEMBAHASAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis kompetensi adalah :

1. Linierisasi KD pada KI 3 dan KI 4 Untuk Menghasilkan Topik Pembelajaran


Pada silabus mata pelajaran Fisika SMA revisi 2017 terdapat Kompetensi Inti
(KI) Pengetahuan dan KI Keterampilan yaitu KI-3 dan KI-4 disajikan pada Tabel 4 :

Tabel 4. Kompetensi Inti Pengetahuan dan Keterampilan Mata Pelajaran Fisika SMA
KI-3 : Memahami,menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

Kedua KI tersebut berisi pesan tentang 6 tingkatan proses kognitif dan 4 dimensi
pengetahuan untuk diimplementasikan dalam pencapaian Kompetensi Dasar (KD) terkait
pembelajaran fisika kelas XI semester 1 tentang “Dinamika Rotasi dan Keseimbangan
Benda Tegar”, yaitu KD 3.1 pada KI-3 dan KD 4.1 pada KI-4. Kedua KD tersebut
dilakukan linierisasi membentuk topik pembelajaran dengan judul “Dinamika Rotasi dan
Keseimbangan Benda Tegar” sebagaimana disajikan pada Gambar 4

25
KOMPETENSI DASAR
Siswa mampu :

3.1 Menerapkan konsep torsi, momen 4.1 Membuat karya yang menerapkan
inersia, titik berat, dan momentum konsep titik berat dan
sudut pada benda tegar (statis dan kesetimbangan benda tegar
dinamis) dalam kehidupan sehari-
hari misalnya dalam olahraga

TOPIK PEMBELAJARAN
DINAMIKA ROTASI DAN
KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

Gambar 4. Linierisasasi KD 3.1 dan KD 4.1 Membentuk Topik Pembelajaran

2. Menguraikan Topik Menjadi Sub Topik Sebagai Materi Esensial Pembelajaran


Dengan berpedoman kepada KD terkait, serta buku rujukan Fisika SMA, topik
pembelajaran pada Gambar 4 diuraikan menjadi 9 subtopik untuk membangun esensial
berdasarkan pada 4 dimensi pengetahuan. Keempat sub topik yang dimaksud adalah
sebagai berikut :

TOPIK PEMBELAJARAN

DINAMIKA ROTASI DAN


KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
SUB TOPIK /MATERI ESENSIAL YANG TERKAIT

1. Konsep Dinamika Rotasi dan jenis-jenisnya


2. Konsep momen gaya
3. Konsep momen inersia
4. Hubungan momen gaya dan momen inersia
5. Hukum kekekalan momentum sudut
6. Konsep energi kinetik rotasi
7. Konsep energi kinetik gabungan
8. Konsep kesetimbangan benda tegar dan jenis-jenisnya
9. Konsep titik berat benda dan jenis-jenisnya

26
3. Menguraikan Sub Topik menjadi Judul judul Pengetahuan Terkait
Kesembilan subtopik/materi esensial diuraikan menjadi judul-judul pengetahuan
terkait sebagaimana disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Judul Judul Pengetahuan Terkait Materi Esensial Materi Hukum-Hukum Newton

MATERI JUDUL JUDUL PENGETAHUAN TERKAIT MATERI ESENSIAL


ESENSIAL No. BERDASARKAN ANALISIS KURIKULUM
KONSEP 1 Fenomena dinamika rotasi
DINAMIKA 2 Besara yang mempengaruhi dinamika rotasi
ROTASI DN JENIS- 3 Perbedaan gerak translasi dan gerak rotasi
JENISNYA

4 Fenomena momen gaya


5 Arah momen gaya
KONSEP MOMEN
GAYA 6 Formula momen gaya

7 Fenomena momen inersia


KONSEP MOMEN
8 Formula momen inersia pada partikel
INERSIA

9 Formula momen pada benda tegar dengan berbagai bentuk

HUBUNGAN 10 Fenomena hubungan antara momen gaya dan momen inersia.


MOMEN GAYA Prosedur menentukan hubungan antara momen gaya dan momen
DAN MOMEN 11 inersia dengan hukum II Newton.
INERSIA
KONSEP HUKUM 12 Fenomena hukum kekekalan momentum sudut
KEKEKALAN
MOMENTUM
SUDUT 13 Formula hukum kekekalan momentum sudut
KONSEP ENERGI 14 Fenomena energi kinetik rotasi
KINETIK ROTASI 15 Formula energi kinetik rotasi
KONSEP ENERGI 16 Fenomena energi kinetik gabungan
KINETIK
GABUNGAN 17 Formula energi kinetik gabungan
KONSEP 18 Fenomena kesetimbangan benda tegar
KESETIMBANGAN
BENDA TEGAR
DAN JENIS-
JENISNYA 19 Jenis-jenis keseimbangan benda tegar

27
KONSEP TITIK 20 Fenomena titik berat
BERAT DAN
JENIS-JENISNYA 21 Jenis-jenis titik berat

4. Menyusun Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


Berdasarkan data Pada Tabel 5 tentang pengetahuan-pengetahuan terkait materi
esensial untuk topik “Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar”, disusun
Indiktor Pencapaian Kompetensi (IPK) yang terkategori pada KD 3.1 dan 4.1
menggunakan Kata Kerja Operasional (KKO) yang memenuhi pencapaian kombinasi 4
Dimensi pengetahuan dan 6 tingkatan proses kognitif merujuk pada Taksonomi Bloom
Revisi, dengan urutan kalimat : Audiens + Behavior + Knowledge (ABK) .
Audies : Siswa memiliki kemampuan …………………
Behavior : Kata Kerja Operasional (KKO) merujuk pada taksonomi Bloom Revisi
Knowledge : pengetahuan terkait, merujuk pada indikator 4 dimensi pengetahuan
taksonomi Bloom Revisi
Contoh seperti disajikan pada Tabel 6
Tabel 6 : Daftar Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) Materi Dinamika Rotasi dan
Kesetimbangan Benda Tegar

KD 3.1 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat, dan momentum sudut
pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari misalnya
dalam olahraga
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa memiliki kemampuan :
1. Mengenali besaran-besaran yang memepengaruhi dinamika rotasi
2. Membedakan gerak translasi dan gerak rotasi
3. Menjelaskan arah momen gaya
4. Mengkaji fenomena yang berhubungan dengan momen inersia
5. Menghitung momen inersia pada benda tegar dengan berbagai bentuk
6. Menemukan formula hubungan antara momen gaya dan momen inersia
7. Menggunkan formula hubungan antara momen gaya dan momen inersia
dapat menentukan percepatan sudut
8. Menentukan kecepatan sudut akhir dengan persamaan hukum kekekalan
momentum sudut
9. Menyusun formula energi kinetik rotasi
10. Menggambarkan tentang kesetimbangan benda tegar
11. Menyimpulkan syarat keseimbangan benda tegar dan syarat keseimbangan
partikel
12. mengelompokkan jenis-jenis titik berat benda
13. Mengurutkan langkah-langkah penyelesaian persoalan titik berat

28
KD 4.1
Membuat karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda
tegar

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa memiliki kemampuan


14. Merencanakan prosedur untuk membuat karya yang menerapkan konsep
titik berat dan kesetimbangan benda tegar.
15. Mendesain langkah-langkah dalam pembuatan produk yang menerapkan
konsep titik berat dan kesetimbangan benda tegar.

5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran (TP)


Adapun perbedaan antara TP dengan IPK adalah, pada TP dilengkapi dengan
unsur C (Condition) dan D (Degree)
Unsur C (Condition) menggambarkan kondisi pembelajaran yang diciptakan guru agar TP
tercapai. Condition merupakan prasyarat keadaan yang diperlukan agar siswa dapat
belajar secara kondusif, untuk mencapai tujuan pembelajaran .
Unsur D (Degree) membandingkan keadaan pencapaian tujuan pembelajaran dengan
keadaan sebelumnya.(biasanya Degree ditulis dengan kalimat : “dengan tepat”, atau
“dengan benar” Contohnya
Dengan menggunakan “prinsip diagram bebas gaya”, siswa dapat melukiskan penjumlaan
gaya dengan tepat.
Penjelasannya :
Dengan menggunakan “prinsip diagram bebas gaya”, = C (Condition)
siswa dapat = A (Audiens)
melukiskan = B (Behavior)
penjumlaan gaya = K (Knowledge)
dengan tepat. = D (Degree)
Berdasarkan contoh , Tujuan Pembelajaran (TP) meteri Dinamika Rotasi dan
Kesetimbangan Benda Tegar dapat di rumuskan sebagai berikut

KD 3.1 Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
1. Dengan menggunakan konsep dinamika rotasi benda tegar, Siswa dapat
mengenali besaran-besaran yang memepengaruhi dinamika rotasi dengan
tepat
2. Dengan mengamati fenomena dinamika rotasi, siswa dapat membedakan

29
gerak translasi dan gerak rotasi dengan tepat
3. Dengan menggunakan konsep momen gaya, siswa dapat menjelaskan arah
momen gaya dengan tepat
4. Dengan menggunakan formula momen inersia, siswa dapat mengkaji
fenomena yang berhubungan dengan momen inersia dengan tepat
5. Dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menghitung momen
inersia pada benda tegar dengan berbagai bentuk dengan tepat
6. Dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menemukan formula
hubungan antara momen gaya dan momen inersia dengan tepat
7. Dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menggunakan formula
hubungan antara momen gaya dan momen inersia dapat menentukan
percepatan sudut dengan tepat
8. dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menentukan kecepatan
sudut akhir dengan menggunakan persamaan hukum kekekalan momentum
sudut dengan tepat
9. Dengan konsep energi kinetik rotasi yang diberikan, siswa dapat menyusun
formula energi kinetik rotasi dengan tepat
10. Dengan memperhatikan contoh-contoh yang diberikan, siswa dapat
menggambarkan tentang kesetimbangan benda tegar dengan tepat
11. Dengan menggunakan konsep kesetimbangan benda tegra, siswa dapat
menyimpulkan syarat keseimbangan benda tegar dengan tepat
12. Dengan berbagai contoh bentuk benda, siswa dapat mengelompokkan
jenis-jenis titik berat benda dengan tepat
13. Dengan soal yang diberikan, siswa dapat mengurutkan langkah-langkah
penyelesaian soal-soal titik berat dengan tepat

KD 4.1
Membuat karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda
tegar

14. Dengan contoh-contoh penerapan yang diberikan, siswa dapat


menciptakan rancangan untuk membuat karya yang menerapkan konsep titik
berat dan kesetimbangan benda dengan tepat
15. Dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana seperti sumpit,
kelereng, plastik, dan karet, siswa dapat mendesain langkah-langkah dalam
pembuatan produk yang menerapkan konsep titik berat benda dan
kesetimbangan benda tegar dengan tepat

6. Mengembangkan Materi Esensial Pembelajaran


Materi esensial dikembangkan berdasarkan dimensi dimensi pengetahuan
(K=Knowledge) yang terdapat pada IPK, yaitu terdiri dari pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pada IPK terdapat 15 pengetahun yang
terdapat setelah behavior (B) yang disusun berdasarkan tingkatan proses kognitif sesuai
dengan rambu-rambu taksonomi Bloom revisi.

30
Berikut ini disajikan contoh ke 15 materi esensial yang telah di tuangkan pada IPK.
Dasar pengembangan materi esensial ini adalah merujuk pada rambu-rambu yang
dituliskan pada KD yang dirumuskan pada KI 3 dan KI 4

KONSEP-KONSEP ESENSIAL MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA


TEGAR KELAS XI SMA

01. Konsep “dinamika rotasi benda tegar” yang kita kenal dalam fisika merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai pergerakan benda yang berputar pada poros atau titik tumpunya.
Besaran-besaran yang mempengaruhi dinamika rotasi :
1) Momen gaya (𝑟)
2) Momen inersia (I)
3) Massa (m)
4) Kecepatan sudut (𝜔)
5) Jarak partikel (𝑟)
6) Sudut (𝜃)

02. Beda gerak translasi dan gerak rotasi :


1) Pada gerak translasi diartikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan
lintasan yang sama
2) Gerak translasi menggunakan konsep hukum II Newton
3) Gerka rotasi benda berputar terhadap sumbu atau porosnya
4) Gerak translasi disebabkan karena adanya torsi

03. Torsi atau momen gaya adalah besaran vektor, sehingga mempunyai arah.
1) Jika arah putaran searah dengan arah jarum jam, maka arah torsi yang dialami ke bawah
2) Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas

04. Pernyataan berikut ini merupakan contoh fenomena yang berhubungan dengan momen
Inersia
1) Satelit
2) Perputaran susu yang berlanjut setelah pengadukan dihentikan
3) Roda sepeda yang berputar
4) Gasing yang berputar dengan seimbang

05. Sebuah benda pejal yang berbentuk seperti kerucut yang menempel pada salah satu ujung
silinder diputar dengan sumbu rotasi pada titik pusat silinder. Diketahui massa silinder sama
dengan massa kerucut yakni sebesar 2 kg, panjang silinder 0,8 meter, dan jari-jari silinder 0,1
meter. Berarti :
1) Momen inersia silinder 0,01 𝑘𝑔𝑚2
2) Momen inersia kerucut adalah 0,006 𝑘𝑔𝑚2
3) Momen inersia total adalah 0,016 𝑘𝑔𝑚2

31
06. Untuk memperoleh formula hubungan momen gaya dan momen inersia dengan menggunakan
rumus hukum II Newton :
1) Rumus hukum II Newton F=m.a
2) Jika kedua sisi dikalikan r, maka r.F=r(m.a)
3) Kerna momen gaya 𝑟 = 𝑟. 𝐹 dan percepatan tangen sial𝑎𝑡 = 𝑟. 𝛼, maka 𝑟 = 𝑚. 𝑟2. 𝛼
4) Mengingat 𝐼 = 𝑚. 𝑟2, maka didapat rumus hubungan momen gaya dan momen inersia
adalah 𝑟 = 𝐼𝛼

07. Sebuah roda berbentuk cakram homogen dengan jari-jari 50 cm dan massa 200 kg. Jika momen
gaya yang bekerja pada roda 250 Nm, berarti :
1) Jari-jari 0,5 m
2) Momen inersia adalah 25 𝑘𝑔𝑚2
3) Momen gaya sebesar 250 Nm
4) Percepatan sudut roda adalah 10 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠2

08. Sebuah komedi putar berdiameter 3m dengan momen inersia 120 𝑘𝑔𝑚2 berotasi dengan
kelajuan 0,5 putaran per sekon. Empat orang anak masing-masing bermassa 25 kg tiba-tiba
melompat dan duduk di tepi komedi putar. Berarti :
1) 𝐿1 = 60 𝑘𝑔𝑚2⁄𝑠
2) 𝐼1 = 220 𝑘𝑔𝑚2
3) 𝑅 = 𝐼, 5 𝑚
4) 𝜔2 = 0,173 𝑝𝑢𝑡⁄𝑠

09. Turunan rumus energi kinetik rotasi :


1
1) Energi kinetik rotasi dapat diturunkan dari energi kinetik translasi 𝐸𝐾 = 𝑚𝑣2
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 2
1 1
2) Karena 𝑣 = 𝜔𝑟, maka 𝐸𝐾 = 𝑚𝜔2𝑟2 = 𝑚𝑟2𝜔2
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖
12 2
3) Karena 𝑚𝑟2 = 𝐼, maka 𝐸𝐾 = 𝐼𝜔2
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 2

10. Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum benda tegar sama dengan nol.
Maksudnya :
1) Jika awalnya benda tegar tersebut diam, maka ia akan tetap diam
2) Jika benda tegra tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, maka ia akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan

11. Syarat kesetimbangan benda tegar :


1) ∑ 𝐹 = 0, resultan gaya luar yang bekerja pada benda sama dengan nol, untuk arah
sumbu x dan y (benda mengalami keseimbangan translasi)
2) ∑ 𝑟 = 0, resultan momen gaya luar terhadap sembarang titik asal sama dengan nol
(benda mengalami keseimbangan rotasi)

12. Jenis-jenis titik berat berbagai benda :


1) Titik berat benda homogen berbentuk garis, yaitu garis lurus, busur lingkaran, dan busur

32
setengah lingkaran
2) Titik berat benda bidang homogen, yaitu segitiga, jajar genjang, belah ketupat, persegi
pabjang, bujur sangkar, juring lingkaran, dan setengah lingkaran
3) Titik berat benda luasan berupa selimut ruang, yaitu kulit limas, kulit kerucut, dan kulit
setengah bola
4) Titik berat benda pejal homogen berdimensi tiga, yaitu limas pejal beraturan, kerucut
pejal, dan setengah bola pejal

13.

Langkah-langkah menentukan koordinat titik berat potongan karton homogen pada gambar
diatas :
1) Gambar diatas dapat kita bagi menjadi 2 bagian, yaitu persegi panjang I (warna kuning)
dan persegi panjang II (warna hijau). Ingat titik berat persegi panjang terletak pada
perpotongan diagonal-diagonalnya

2) Menentukan nilai x1 y1, dan A1 pada persegi panjang I, yaitu x1=0; y1=2,5; A1=1x5=5
3) Menentukan nilai x2,y2, dan A2 pada persegi panjang II, yaitu x2=1+2=3; y2=0,5;
A2=1x4=4
𝑥 𝐴 +𝑥 𝐴
4) Untuk mencari 𝑥 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝑥 = 1 1 2 2
0 0 𝐴1+𝐴2
Dan didapatlah hasil 𝑥0 = 1,6
𝑦1𝐴1+𝑦2𝐴2
5) Untuk mencari 𝑦 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝑦 =
0 0 𝐴1+𝐴2
Dan didapatlah hasil 𝑦0 = 1,6
6) Jadi titik berat potongan karton homogen adalah (1,6;1,6)

14. Contoh karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda tegar :

33
1) Jembatan gantung
2) Ayunan dalam kondisi diam
3) Pemikul keranjang buah

15. Sekelompok siswa menggunakan alat dan bahan seperti sumpit, karet gelang , plastik dan
kelereng. Dimana kelereng dibungkus dengan plastik, kemudian kelereng tersebut
dihubungan dengan sumpit. Setelah itu membuat bentuk segitiga dengan 2 sumpit yang ada
kelereng dan satu sebagai kesetimbangan, dan satu sumpit lagi diletakkan di diagonal
segitiga. Dalam mendesain kegiatan urutan percobaan berdasarkan alat dan bahan serta
langkah yang digunakan yaitu dapat :
1) Membuat aplikasi kesetimbangan benda, jika benda ditumpu pada tepat dititik beratnya,
maka benda tersebut akan setimbang stabil
2) Menentukan letak titik berat benda

7. Menyusun Instrumen Evaluasi


Berdasarkan IPK dan TP yang telah dirumuskan, dapat dikembangkan instrumen
evaluasi yang memenuhi ke 15 IPK yang telah di rumuskan. Dalam pelaksanaan
evaluasi yang sebenarnya contoh soal tersebut bisa dimodifikasi dan menjadi lebih sesuai
untuk mengukur pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Contoh soal
evaluasi yang dimaksud disajikan pada Lampiran 1. Pada Tabel 7. Disajikan rangkuman
KKO yang terdapat pada IPK, dalam matrik 4X6 berdasarkan Teksonomi Bloom Revisi.

34
INSTRUMEN EVALUASI PENGUASAAN SISWA (IEPS) DAN KUNCI JAWABAN
PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Petunjuk : Silangilah A, B, C, D atau E yang anda anggap paling tepat dari


option yang diberikan

01 Konsep “dinamika rotasi benda tegar” yang kita kenal dalam fisika merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai pergerakan benda yang berputar pada poros atau titik tumpunya.
Besaran-besaran yang mempengaruhi dinamika rotasi :

1) Momen gaya (𝑟)


2) Momen inersia (I)
3) Kecepatan sudut (𝜔)
4) Massa (m)

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

02. Perbedaan eda gerak translasi dan gerak rotasi :

1) Pada gerak translasi diartikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan
lintasan yang sama
2) Gerak rotasi benda berputar terhadap sumbu atau porosnya
3) Gerak translasi disebabkan karena adanya torsi
4) Gerak translasi menggunakan konsep hukum I Newton

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

03 Torsi atau momen gaya adalah besaran vektor, sehingga mempunyai ara :

1) Jika arah putaran searah dengan arah jarum jam, maka arah torsi yang dialami ke bawah
2) Jika arah putaran searah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas
3) Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas
4) Jika arah puataran berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar

35
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

04 Pernyataan berikut ini merupakan contoh fenomena yang berhubungan dengan momen
Inersia

1) Perputaran susu yang berlanjut setelah pengadukan dihentikan


2) Roda sepeda yang berputar
3) Gasing yang berputar dengan seimbang
4) Mendorong dan menarik pintu

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

05 Sebuah benda pejal yang berbentuk seperti kerucut yang menempel pada salah satu ujung
silinder diputar dengan sumbu rotasi pada titik pusat silinder. Diketahui massa silinder sama
dengan massa kerucut yakni sebesar 2 kg, panjang silinder 0,8 meter, dan jari-jari silinder 0,1
meter. Berarti :

1) Momen inersia silinder 0,01 𝑘𝑔𝑚2


2) Momen inersia kerucut 0,006 𝑘𝑔𝑚2
3) Momen inersia total 0,016 𝑘𝑔𝑚2
4) Momen inersia kerucut 0,06 𝑘𝑔𝑚2

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

06 Untuk memperoleh formula hubungan momen gaya dan momen inersia dengan menggunakan
rumus hukum II Newton :

1) Rumus hukum II Newton F=m.a


2) Jika kedua sisi dikalikan r, maka r.F=r(m.a)
3) Karena momen gaya 𝑟 = 𝑟. 𝐹 dan percepatan tangen sial𝑎𝑡 = 𝑟. 𝛼, maka 𝑟 = 𝑚. 𝑟2. 𝛼
4) Mengingat 𝐼 = 𝑚. 𝑟2, maka didapat rumus hubungan momen gaya dan momen inersia
adalah 𝑟 = 𝐼𝛼

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar

36
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

07. Sebuah roda berbentuk cakram homogen dengan jari-jari 50 cm dan massa 200 kg. Jika momen
gaya yang bekerja pada roda 250 Nm, berarti :

1) Jari-jari 0,5 m
2) Momen inersia 25 𝑘𝑔𝑚2
3) Percepatan sudut roda 10 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠2
4) Momen gaya 100 Nm

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

08. Sebuah komedi putar berdiameter 3m dengan momen inersia 120 𝑘𝑔𝑚2 berotasi dengan
kelajuan 0,5 putaran per sekon. Empat orang anak masing-masing bermassa 25 kg tiba-tiba
melompat dan duduk di tepi komedi putar. Berarti :

1) 𝐿1 = 60 𝑘𝑔𝑚2⁄𝑠
2) 𝐼1 = 220 𝑘𝑔𝑚2
3) 𝑅 = 𝐼, 5 𝑚
4) 𝜔2 = 0,173 𝑝𝑢𝑡⁄𝑠

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

09. Turunan rumus energi kinetik rotasi :


1
1) Energi kinetik rotasi dapat diturunkan dari energi kinetik translasi 𝐸𝐾 = 𝑚𝑣2
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 2
1 1
2) Karena 𝑣 = 𝜔𝑟, maka 𝐸𝐾 = 𝑚𝜔2𝑟2 = 𝑚𝑟2𝜔2
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 2 2
1
3) Karena 𝑚𝑟2 = 𝐼, maka 𝐸𝐾 = 𝐼𝜔2
𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 2

Urutan turunan rumus yang benar

A. Bila urutan pernyataan 1,2,3


B. Bila urutan pernyataan 1,3,2
C. Bila urutan pernyataan 2,1,3

37
D. Bila urutan pernyataan 2,3,1
E. Bila urutan pernyataan 3,2,1

10. Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum benda tegar sama dengan nol.
Maksudnya :

1) Percepatan dialami koper adalah 4 m/s2


2) Jika awalnya benda tegar tersebut diam, maka ia akan tetap diam
3) Gaya normal yang bekerja pada koper sebesar 28 N
4) Jika benda tegra tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, maka ia akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

11. Syarat kesetimbangan benda tegar :


1) ∑ 𝐹 = 0
2) ∑ 𝐹𝑥 = 0
3) ∑ 𝐹𝑦 = 0
4) ∑ 𝑟 = 0
A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar
B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

12 Jenis-jenis titik berat berbagai benda :

1) Titik berat benda homogen berbentuk garis, yaitu garis lurus, busur lingkaran, dan busur
setengah lingkaran
2) Titik berat benda bidang homogen, yaitu segitiga, jajar genjang, belah ketupat, persegi
pabjang, bujur sangkar, juring lingkaran, dan setengah lingkaran
3) Titik berat benda luasan berupa selimut ruang, yaitu kulit limas, kulit kerucut, dan kulit
setengah bola
4) Titik berat benda pejal homogen berdimensi tiga, yaitu limas pejal beraturan, kerucut
pejal, dan setengah bola pejal

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

38
13.

Langkah-langkah menentukan koordinat titik berat potongan karton homogen pada gambar
diatas :

1) Gambar diatas dapat kita bagi menjadi 2 bagian, yaitu persegi panjang I (warna
kuning) dan persegi panjang II (warna hijau). Ingat titik berat persegi panjang terletak
pada perpotongan diagonal-diagonalnya

2) Menentukan nilai x1 y1, dan A1 pada persegi panjang I, yaitu x1=0; y1=2,5; A1=1x5=5
3) Menentukan nilai x2,y2, dan A2 pada persegi panjang II, yaitu x2=1+2=3; y2=0,5;
A2=1x4=4
𝑥 𝐴 +𝑥 𝐴
4) untuk mencari 𝑥 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝑥 = 1 1 2 2
0 0 𝐴1+𝐴2
Dan didapatlah hasil 𝑥0 = 1,6
𝒚𝟏𝑨𝟏+𝒚𝟐𝑨𝟐
5) untuk mencari 𝒚 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝒚 =
𝟎 𝟎 𝑨𝟏+𝑨𝟐

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar

39
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

14. Contoh karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda tegar :
1) Jembatan gantung
2) Ayunan dalam kondisi diam
3) Pemikul keranjang buah
4) Kapal

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 1, 2, dan 3 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

15. Sekelompok siswa menggunakan alat dan bahan seperti sumpit, karet gelang , plastik dan
kelereng. Dimana kelereng dibungkus dengan plastik, kemudian kelereng tersebut
dihubungan dengan sumpit. Setelah itu membuat bentuk segitiga dengan 2 sumpit yang ada
kelereng dan satu sebagai kesetimbangan, dan satu sumpit lagi diletakkan di diagonal
segitiga. Dalam mendesain kegiatan urutan percobaan berdasarkan alat dan bahan serta
langkah yang digunakan yaitu dapat :

1) Manfaat kesetimbangan benda tegar

2) membuat aplikasi penerapan kesetimbangan benda, jika benda ditumpu pada tepat di
titik beratnya, maka benda tersebut akan setimbang stabil
3) konsep titik berat benda dan kesetimbangan benda tegar
4) menentukan letak titik berat benda

A. Bila pernyataan 1, 2, 3, dan 4 benar


B. Bila pernyataan 2, 3, dan 4 benar
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar

40
Tabel 7. Rangkuman Nomor contoh soal evaluasi dan KKO yang digunakan
Mengingat Memahami Mene- Menga- Menge- Meng-
rapkan nalisis valuasi kreasi
Faktual 01 10 12 13 06
mengenali menggambar Mengelom- Mengu- Menemu- Mengha-
kan pokkan rutkan kan silkan
Konsep- 03 04 15
tual Menginter- Mengiden- Menyeli- Menje- mengkaji Mendi-
pretasikan tifikasi diki laskan sain
Prose- 08 05 02 11 09
dural Menentukan Mempre- Meng- Mem- Menyim- Menyu-
diksi hitung bedakan pulkan sun
Meta- 07 14
kognitif Menggu- Memilah Merepre- Meleng- merubah Mencip-
nakan sentasikan kapi takan

41

Anda mungkin juga menyukai