Disusun oleh
INDAH ANNISA
NIM 19033028
Program Studi
Pendidikan Fisika
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAMUNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
1
BAB I. PENDAHULUAN
2
Salah satu wadah untuk membahas ke 4 dimensi pengetahuan dan
melatihkan 6 tingkatan proses kognitif adalah bahan ajar, baik berupa bahan ajar
cetak maupun dalam bentuk elektronik. Banyak variasi bentuk bahan ajar yang
kita kenal, seperti dalam bentuk Buku Teks/Buku Pelajaran, LKS/LDS, Modul,
Hand Out dan sebagainya. Agar bahan ajar yang diterapkan guru memenuhi
syarat tersebut, maka guru perlu melakukan analisis KI dan KD, yang
dijabarkan menjadi Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK), Tujuan
Pembelajaran (TP), sehingga diperoleh materi esensial yang berisi ke empat
dimensi pengetahuan, dan 6 tingkatan proses kognitif yang dimaksud.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, permasalahan yang
hendak dibahas pada tulisan ini dikemukakan dalam beberapa rumusan masalah
yaitu : Bagaimana langkah-langkah analisis kompetensi pembelajaran fisika
SMA ditinjau dari taksonomi Bloom revisi. untuk menghasilkan :
1. Indikator Pencapaian Tujuan Pembelajaran (IPK)
2. Tujuan Pembelajaran (TP)
3. Materi Esensial Pembelajaran (MEP)
4. Instrumen Evaluasi Pembelajaran (IEP)
C. Pembatasan Masalah
Agar pengkajian lebih terfokus, diadakan pembataan masalah yang akan
dibahas yaitu berkenaan dengan materi Fisika SMA kelas XI KD 3.1 dan 4.1
yaitu tentang “Dinamika Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar”
D. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, pembehasan ini
bertujuanuntuk menghasilkan
1. Indikator Pencapaian Tujuan Pembelajaran (IPK)
2. Tujuan Pembelajaran (TP)
3
3. Materi Esensial Pembelajaran (MEP)
4. Instrumen Evaluasi Pembelajaran (IEP) dan Kunci Jawaban/ Penyelesaian
4
E. Kegunaaan Pembahasan
Diharapkan hasil pembahasan ini berguna/bermanfaat :
1. Bagi Penulis,
a. sebagai sarana untuk melatih menulis Karya Ilmiah berdasarkan hasil hasil
pengkajian literatur
b. guna memenuhi tugas dalam mengikuti mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Fisika
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun Perencanaan Pembelajaran
Fisika
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
6
putarannya berlawanan jarum jam dan akan bernilai negatif jika arah putarannya searah
jarum jam. Jika gaya yang bekerja pada lengan gaya tegak lurus dirumuskan dengan 𝑟 =
𝐹. 𝑟 dan jika gaya yang bekerja pada lengan gaya membentuk sudut dirumuskan dengan
𝑟 = 𝐹. 𝑟. 𝑠𝑖𝑛𝜃.
Hubungan momen gaya dengan letak gagang pintu adalah Jika kita anggap engsel
pintu adalah sumbu putar (poros), maka jarak gagang pintu dengan engsel merupakan
lengan momen (d). Kemudian, kalau kamu perhatikan rumus di atas, momen gaya (torsi)
akan sebanding dengan lengan momen (d) dan gaya (F). Artinya, semakin besar lengan
momen (d) dan gaya yang dikeluarkan, semakin besar pula momen gaya yang dihasilkan.
Hal ini yang memudahkan kita untuk membuka atau menutup pintu.
Sekarang coba bayangkan ada beberapa benda diletakkan di atas ramp. Benda-
benda yang akan diluncurkan pada lintasan yang sama itu punya bentuk yang berbeda-
beda. Mulai dari kotak, bola pejal (padat), bola berongga, silinder pejal, maupun silinder
berongga (cincin). Jika kita asumsikan semua benda punya massa dan jari-jari yang sama,
dan semuanya dilepaskan secara bersamaan dari atas, benda mana yang pertama kali
sampai bawah? untuk mencari tahu jawabannya, kita perlu memahami konsep Momen
Inersia.
inersia adalah kelembaman untuk gerak translasi (pergerakan yang sifatnya
lurus/linier), Momen Inersia merupakan kelembaman untuk gerak rotasi (pergerakan yang
sifatnya muter dari poros).
Sekarang kita kembali ke pertanyaan awal kalau semua benda yang berada di atas
ramp itu kita lepaskan, mana yang akan sampai bawah duluan?
Pertama-tama kita perlu tahu konsep Momen Inersia terhadap benda-benda. Secara
fisika, benda-benda seperti ini dianggap terdiri dari partikel-partikel super kecil yang
membentuknya. Setiap partikel di benda ini punya momen inersianya masing-masing.
Penghitungannya adalah dengan mengalikan massa partikel dengan kuadrat jari-jari
partikel terhadap poros benda. Secara sistematis dapat dirumuskan 𝐼 = ∑ 𝑚𝑛𝑅𝑛2. Momen
Inersia benda adalah penjumlahan seluruh momen inersia dari partikel benda tersebut.
Berhubung tiap benda punya bentuk yang berbeda, maka muncullah konstanta bentuk
2
untuk setiap benda, dan rumus umumnya yaitu 𝐼 = 𝑘𝑚𝑅2. Pada bola pejal 𝐼 = 𝑚𝑅2 ,
5
7
2
pada bola berongga 𝐼 = 𝑚𝑅2, pada silinder berongga (cincin) 𝐼 = 𝑚𝑅2, dan pada
3
1
silinder pejal 𝐼 = 𝑚𝑅2. Dari sini kita jadi tahu bahwa massa dan jarak berpengaruh
2
terhadap momen inersia. Semakin jauh jarak massa benda terhadap poros, makin besar
momen inersianya.
Kedua, benda yang duluan sampai ke bawah berarti punya kecepatan (v) paling
besar. Itu artinya, kita perlu mengecek kondisi energi dari setiap benda. Secara matematis,
kita tahu bahwa seluruh energi kinetik dari benda yang bergerak lurus merupakan energi
1
kinetik translasi. Maka arti dari segala arti, kita bisa menuliskanya dengan: 𝐸𝐾 = 𝑚𝑣2.
2
Di sisi lain, benda-benda tersebut setelah kita lepaskan, akan turun dengan menggelinding.
Artinya, sebagian energi kinetiknya akan digunakan untuk gerak rotasi. Dan dapat
1
digunakan rumus 𝐸𝐾𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝐼𝜔2.
2
Saat semua benda dilepaskan semua benda tentu lama-kelamaan akan berotasi. Itu
artinya, benda-benda ini mengalami dua jenis gerak: gerak translasi (saat si benda turun),
dan gerak rotasi (benda berputar saat menggelinding). Ini akan mengubah energi
potensialnya menjadi energi kinetik translasi (energi untuk membuat benda meluncur
turun) plus energi kinetik rotasi (energi untuk membuat benda berotasi). Jadi yang sampai
paling bawah duluan adalah bola pejal. Setelah bola bejal siapa yang sampai bawah
duluan? Kita tinggal cek benda apa yang paling kecil mengubah energi potensialnya
menjadi energi kinetik rotasi. Dengan cara cek momen inersia setiap benda. Kita tinggal
lihat dari konstanta bentuk di rumus momen inersia di atas. Benda mana yang punya
konstanta bentuk paling kecil, itu lah yang punya kecepatan (v) paling besar. Jadi
2 1
urutannya: (1) Bola pejal (𝐼 = 𝑚𝑅2); (2) Silinder pejal (𝐼 = 𝑚𝑅2); (3) Bola berongga
5 2
2
(𝐼 = 𝑚𝑅2); (4) Silinder berongga (cincin) (𝐼 = 𝑚𝑅2).
3
Suatu benda tegar dianggap tersusun dari banyak partikel karenanya gaya gravitasi
bekerja pada tiap-tiap partikel tersebut. Dengan kata lain, setiap partikel mempunyai
beratnya masing-masing. Titik berat suatu benda adalah suatu titik pada benda tersebut
atau di sekitar benda tersebut di mana berat semua bagian benda terpusat pada titik
tersebut.
8
Apabila suatu benda homogen (kerapatan sebagian benda sama atau benda tersusun
dari bahan sejenis) dan bentuk benda simetris (misalnya persegi, persegi panjang,
lingkaran) maka pusat gravitasi benda berhimpit dengan pusat massa benda yang terletak
di tengah-tengah benda tersebut. Untuk segitiga, pusat massa terletak pada 1/3 h, di mana
h = tinggi segitiga. Jika bentuk benda simetris dan benda homogen maka pusat gravitasi
berhimpit dengan pusat massa benda, di mana pusat gravitasi dan pusat massa terletak di
tengah-tengah benda tersebut. Sebaliknya jika benda homogen tetapi tidak simetris maka
posisi pusat gravitasi benda dapat ditentukan menggunakan rumus berikut : koordinat titik
𝑥1𝐴1+𝑥2𝐴2+𝑥3𝐴3
berat benda pada sumbu x adalah 𝑋 = , dan pada koordinat titik berat
𝐴1+𝐴2+𝐴3
𝑦1𝐴1+𝑦2𝐴2+𝑦3𝐴3
benda pada sumbu y adalah 𝑋 = .
𝐴1+𝐴2+𝐴3
Prinsip ini juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan papan
memiliki laju sudut ωo, terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat massanya, sehingga
9
dia dapat memutar sebagian tubuhnya setengah lingkaran. Jika ia ingin membuat putaran 3
kali setengah putaran, maka ia harus mempercepat laju sudut sehingga menjadi 3 kali
kelajuan sudut semula. Gaya yang bekerja pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya
gravitasi tidak menyumbang torsi terhadap pusat massanya, maka berlaku kekekalan
momentum sudut. Agar laju sudutnya bertambah maka dia harus memperkecil momen
inersia menjadi 1/3 momen inersia mula-mula dengan cara menekuk tangan dan kakinya
ke arah pusat tubuhnya sehingga terbantu dengan adanya momentum sudut dari
gerakannya.
Pembahasan tentang materi dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar diawali
dengan penjelasan pengertian dinamika rotasi, kemudian syarat dan jenis kesetimbangan
benda tegar, dan titik berat. Pada dinamika rotasi ada tiga sub tema yaitu momen inersia,
momen gaya, dan hukum kekekalan momentum sudut.
Pada sub materi titik berat benda terbagi menjadi 3 yaitu dimensi satu, dimensi dua,
dan dimensi tiga. Pada dinamika rotasi ada benda meluncur dan benda menggelinding,
pada benda menggelinding terbagi dua yaitu menggelinding pada bidang datar dan
menggelinding pada bidang miring.
Bahagian yang paling penting dari pembahasan adalah bagaimana
mengimplementasikan pemahaman siswa dalam bentuk pembahasan soal-soal dan
permaalahan yang relevan dengan konsep dan prinsip pada materi dinamika rotasi dan
kesetimbangan benda tegar.
Secara lengkap dasar pemikiran dan sekuaensi pemahasan ini disajikan pada Gambar 1
10
Gambar 1. Kerangka Konseptual Materi Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda
Tegar
11
Tersebut yang dikenal dengan taksonomi Bloom revisi. Perubahan yang dimaksud
sebagaimana disajikanan oleh Gambar 2.
12
menjadi mencipta . Mencipta atau mengkreasi melibatkan proses menyusun elemen-
elemen menjadi sebuah kesatuan yang koheren dan fungsional yang akhirnya dapat
menghasilkan sebuah produk baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sintesis hanya
terbatas pada memadukan elemen-elemen dan bagian-bagian untuk membentuk satu
kesatuan dengan melibatkan proses mengolah potongan-potongan, bagian-bagian, elemen-
elemen dan mengatur serta memadukan sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah
pola atau struktur yang sebelumnya tidak jelas. Kategori evaluasi menjadi mengevaluasi.
Dalam kategori ini hanya terjadi perubahan dari kata benda menjadi kata kerja. Pada
Taksonomi revisi urutan sintesis ditukar dengan mengevaluasi , dan kategori evaluasi
digantikan oleh kategori mencipta (mengkreasi), sebagai kategori yang paling
kompleks. Semua kategori pada taksonomi Bloom disusun menjadi sebuah hierarki
kumulatif yang berarti penguasaan kategori yang lebih kompleks mensyaratkan
penguasaan semua kategori di bawahnya yang kurang kompleks. Sehingga Taksonomi
Bloom ranah kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) yakni:
mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply),
menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Pada
taksonomi bloom yang asli, pengetahuan diletakkan pada tingkatan pertama yang harus
diketahui siswa, sedangkan pada taksonomi Bloom revisi, menjadi dimensi tersendiri
yaitu dimensi pengetahuan yang berisikan empat kategori pengetahuan, yaitu faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pengelompokan ini dilakukan karena
diasumsikan bahwa setiap kategori dalam tingkatan proses kognitif membutuhkan
berbagai dimensi pengetahuaan. Dengan demikian perbedaan yang mendasar antara
taksonomi Bloom yang asli dengan taksonomi Bloom Revisi adalah pada pada taksonomi
Bloom revisi setiap tingkatan proses kognitif telah di kombinasikan (terjadi interelasi)
dengan setiap tingkatan dalam dimensi pengetahuan. Taksonomi ini, merupakan salah
satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan
kurikulum di seluruh dunia (Chung, 1994; Lewy dan Bathory, 1994; Postlethwaite, 1994).
Mengingat (Remember) merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari
memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang
sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
13
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi kemampuan mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan
mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret,
misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling)
adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan
tepat.
Memahami/mengerti (Understand) berkaitan dengan membangun sebuah
pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan
membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa
berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan
tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik
kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada
identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide,
permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan
satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan
Menerapkan (Apply) menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan
permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural
knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan
mengimplementasikan (implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif
siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan di mana siswa sudah
mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja
yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan
dalam menyelesaikan permasalahan maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari
prosedur baku yang sudah ditetapkan.
Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur
untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing
dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu
kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah.
14
Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu
mengerti dan menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari
siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku/standar yang sudah
diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan
prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-
permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan
baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan
permasalahan.
Menganalisis (Analyze) merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap
bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan
permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak
dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut
siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk
memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi
proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran
sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat,
menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan
mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan
permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi
permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan
alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi
unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur
ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa
membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi
yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi
unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan
dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan.
Mengevaluasi (Evaluate) berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah
15
kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula
ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta
dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian
merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif
memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian
yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika
standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan
dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa
yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu
operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan
mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu
rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau
operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan
berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari
suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
Menciptakan (Create) /mengkreasi mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan
beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan
sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya.
Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total
berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini
mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat
oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya
adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa
bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya sedangkan pada menciptakan
siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan
16
dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan
dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi
mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan
faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.
Taksonomi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) disajikan pada Tabel 1.
17
makna-makna tertentu. Label dan simbol ini merupakan bahasa dasar dalam suatu disiplin
ilmu. Contoh-contoh penggunaan pengetahuan terminologi antara lain pengetahuan
tentang alfabet, pengetahuan tentang angka-angka Romawi, pengetahuan tentang kosakata
dalam bahasa Indonesia, dan pengetahuan tentang simbol-simbol pada peta.
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan
pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan
semacamnya. Pengetahuan ini meliputi semua informasi yang mendetail dan spesifik,
seperti tanggal terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-fakta
yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah dan berdiri sendiri. Setiap
bidang kajian mengandung peristiwa, lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang
mempresentasikan pengetahuan penting tentang bidang itu. Contoh pengetahuan tentang
detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik antara lain pengetahuan tentang nama
orang, tempat, dan peristiwa dalam proklamasi, pengetahuan tentang produk utama dan
produk ekspor Indonesia.
Pengetahuan Konseptual, mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi,
dan hubungan antara dua atau lebih kategori pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata.
Pengetahuan konseptual meliputi skema, model, mental, dan teori yang mempresentasikan
pengetahuan manusia tentang bagaimana suatu materi kajian ditata dan distrukturkan,
bagaimana bagian-bagian informasi saling berkaitan secara sistematis, dan bagaimana
bagian-bagian ini berfungsi bersama. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga subjenis
yaitu: (1) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori; (2) pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi; dan (3) pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Klasifikasi dan
kategori merupakan landasan bagi prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi
menjadi dasar bagi teori, model, dan struktur.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori meliputi kelas, kategori, divisi, dan
susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu memiliki
serangkaian kategori yang digunakan untuk menemukan dan mengkaji elemen-elemen
baru. Klasifikasi dan kategori menciptakan hubungan-hubungan antara elemen-elemen.
Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dapat dicontohkan misalnya: ketika peserta
didik menganalisis sebuah cerita dengan kategori pokok berupa alur, tokoh, dan setting.
Dalam hal alur sebagai pengetahuan tentang kategori adalah apa yang menjadikan alur
18
tersebut disebut dengan alur yang berarti alur sebagai kategori adalah ciri-ciri yang
dimiliki oleh semua alur.
Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Prinsip dan
generalisasi merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan
untuk mengkaji masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. Prinsip dan generalisasi
merangkum banyak fakta dan peristiwa yang spesifik, mendeskripsikan proses dan
interelasi di antara detail-detail fakta dan peristiwa, dan menggambarkan proses dan
interelasi di antara klasifikasi dan kategori. Contoh tentang pengetahuan tentang prinsip
dan generalisasi antara lain pengetahuan tentang generalisasi-generalisasi dalam
kebudayaan-kebudayaan suku Jawa, pengetahuan tentang hukum-hukum geometri dasar.
Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengetahuan tentang
berbagai paradigma, epistemologi, teori, model yang digunakan dalam disiplin-disiplin
ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan, dan memprediksi fenomena.
Contoh pengetahuan tentang teori, model, dan struktur antara lain pengetahuan tentang
interelasi antara prinsip-prinsip dalam penjumlahan sebagai dasar bagi teori-teori
matematika, pengetahuan tentang struktur inti pemerintahan kota setempat.
Pengetahuan Prosedural adalah “pengetahuan tentang cara” melakukan
sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritma, teknik,
dan metode, yang semuanya disebut dengan prosedur (Alexander, dkk., 1991; Anderson,
1983; deJong dan Ferguson-Hessler, 1996; Dochy dan Alexander, 1995). Pengetahuan
prosedural berkaitan dengan pertanyaan “bagaimana”. Pengetahuan prosedural ini terbagi
menjadi tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu
dan algoritma; (2) pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu; dan (3)
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang
tepat. Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritma,
pengetahuan ini misalnya cara menjumlahkan 2 dan 2 (algoritma) adalah pengetahuan
prosedural; jawabannya 4 merupakan pengetahuan faktual. Pengetahuan tentang teknik
dan metode dalam bidang tertentu, pengetahuan ini adalah bagaimana cara berpikir dan
menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau hasil
pemikirannya. Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan
prosedur yang tepat, pengetahuan ini dapat kita contohkan antara lain pengetahuan tentang
19
kriteria untuk menentukan jenis esai apa yang harus ditulis (misalnya: eksposisi, persuasi),
pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan metode apa dalam menyelesaikan
persamaan-persamaan aljabar.
Pengetahuan Metakognitif, merupakan dimensi baru dalam taksonomi revisi.
Pencantuman pengetahuan metakognitif dalam kategori dimensi pengetahuan dilandasi
oleh hasil penelitian-penelitian terbaru tentang peran penting pengetahuan siswa mengenai
kognisi mereka sendiri dan kontrol mereka atas kognisi itu dalam aktivitas belajar
(Bransford, dkk.,1999; Sternberg, 1985; Zimmerman dan Schunk, 1998). Salah satu ciri
belajar dan penelitian tentang pembelajaran yang berkembang adalah menekankan pada
metode untuk membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas
pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Pengetahuan metakognitif terbagi menjadi
tiga subjenis yaitu: (1) pengetahuan strategis; (2) pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif
yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional; dan (3) pengetahuan diri.
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi-strategi belajar dan
berpikir serta pemecahan masalah. Subjenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan
tentang berbagai strategi yang dapat digunakan siswa untuk menghafal materi pelajaran,
mencari makna teks, atau memahami apa yang mereka dengar dari pelajaran di kelas atau
yang dibaca dalam buku dan bahan ajar lain. Strategi-strategi belajar ini dikelompokkan
menjadi tiga kategori yaitu pengulangan, elaborasi, dan organisasi.
Strategi pengulangan berupa mengulang-ulang kata-kata atau istilah-istilah untuk
memberikan ingatan pada mereka. Strategi elaborasi menggunakan berbagai teknik, yakni:
merangkum, memparafrase, dan memilih gagasan pokok dalam teks. Strategi
pengorganisasian adalah membuat garis besar materi pelajaran, membuat pemetaan
konsep, dan membuat catatan. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi
pengetahuan kontekstual dan kondisional. Menurut Flavell (1979) pengetahuan
metakognitif mencakup pengetahuan bahwa berbagai tugas kognitif itu sulit dan
memerlukan sistem kognitif dan strategi-strategi kognitif. Selain mengetahui strategi
belajar dan berpikir, juga memerlukan pengetahuan kondisional yaitu siswa harus tahu
kapan dan mengapa menggunakan strategi-strategi tersebut dengan tepat (Paris, dkk.,
1983).
20
Flavel (1979) mengemukakan bahwa selain pengetahuan tentang beragam strategi
dan tugas kognitif, pengetahuan diri juga merupakan komponen yang penting dalam
metakognitif. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan,
minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar. Gambar 2
menampilkan kombinasi cognitive process dan knowledge dimensions
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 2.
Tabel 2 . Tingkatan Dimensi Pengetahuan dari yang Kongkrit sampai yang Abstrak.
21
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi revisi terbagi menjadi 6 kategori yaitu:
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori-kategori tersebut akan dijelaskan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Tabel 2 .Tingkatan Proses Kognitif dari yang rendah sampai yang tinggi .
22
23
24
BAB III. PEMBAHASAN
Tabel 4. Kompetensi Inti Pengetahuan dan Keterampilan Mata Pelajaran Fisika SMA
KI-3 : Memahami,menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI-4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
Kedua KI tersebut berisi pesan tentang 6 tingkatan proses kognitif dan 4 dimensi
pengetahuan untuk diimplementasikan dalam pencapaian Kompetensi Dasar (KD) terkait
pembelajaran fisika kelas XI semester 1 tentang “Dinamika Rotasi dan Keseimbangan
Benda Tegar”, yaitu KD 3.1 pada KI-3 dan KD 4.1 pada KI-4. Kedua KD tersebut
dilakukan linierisasi membentuk topik pembelajaran dengan judul “Dinamika Rotasi dan
Keseimbangan Benda Tegar” sebagaimana disajikan pada Gambar 4
25
KOMPETENSI DASAR
Siswa mampu :
3.1 Menerapkan konsep torsi, momen 4.1 Membuat karya yang menerapkan
inersia, titik berat, dan momentum konsep titik berat dan
sudut pada benda tegar (statis dan kesetimbangan benda tegar
dinamis) dalam kehidupan sehari-
hari misalnya dalam olahraga
TOPIK PEMBELAJARAN
DINAMIKA ROTASI DAN
KESEIMBANGAN BENDA TEGAR
TOPIK PEMBELAJARAN
26
3. Menguraikan Sub Topik menjadi Judul judul Pengetahuan Terkait
Kesembilan subtopik/materi esensial diuraikan menjadi judul-judul pengetahuan
terkait sebagaimana disajikan pada Tabel 5
Tabel 5. Judul Judul Pengetahuan Terkait Materi Esensial Materi Hukum-Hukum Newton
27
KONSEP TITIK 20 Fenomena titik berat
BERAT DAN
JENIS-JENISNYA 21 Jenis-jenis titik berat
KD 3.1 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat, dan momentum sudut
pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari misalnya
dalam olahraga
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan siswa memiliki kemampuan :
1. Mengenali besaran-besaran yang memepengaruhi dinamika rotasi
2. Membedakan gerak translasi dan gerak rotasi
3. Menjelaskan arah momen gaya
4. Mengkaji fenomena yang berhubungan dengan momen inersia
5. Menghitung momen inersia pada benda tegar dengan berbagai bentuk
6. Menemukan formula hubungan antara momen gaya dan momen inersia
7. Menggunkan formula hubungan antara momen gaya dan momen inersia
dapat menentukan percepatan sudut
8. Menentukan kecepatan sudut akhir dengan persamaan hukum kekekalan
momentum sudut
9. Menyusun formula energi kinetik rotasi
10. Menggambarkan tentang kesetimbangan benda tegar
11. Menyimpulkan syarat keseimbangan benda tegar dan syarat keseimbangan
partikel
12. mengelompokkan jenis-jenis titik berat benda
13. Mengurutkan langkah-langkah penyelesaian persoalan titik berat
28
KD 4.1
Membuat karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda
tegar
KD 3.1 Menganalisis interaksi pada gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerak lurus
benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
1. Dengan menggunakan konsep dinamika rotasi benda tegar, Siswa dapat
mengenali besaran-besaran yang memepengaruhi dinamika rotasi dengan
tepat
2. Dengan mengamati fenomena dinamika rotasi, siswa dapat membedakan
29
gerak translasi dan gerak rotasi dengan tepat
3. Dengan menggunakan konsep momen gaya, siswa dapat menjelaskan arah
momen gaya dengan tepat
4. Dengan menggunakan formula momen inersia, siswa dapat mengkaji
fenomena yang berhubungan dengan momen inersia dengan tepat
5. Dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menghitung momen
inersia pada benda tegar dengan berbagai bentuk dengan tepat
6. Dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menemukan formula
hubungan antara momen gaya dan momen inersia dengan tepat
7. Dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menggunakan formula
hubungan antara momen gaya dan momen inersia dapat menentukan
percepatan sudut dengan tepat
8. dengan contoh kasus yang diberikan, siswa dapat menentukan kecepatan
sudut akhir dengan menggunakan persamaan hukum kekekalan momentum
sudut dengan tepat
9. Dengan konsep energi kinetik rotasi yang diberikan, siswa dapat menyusun
formula energi kinetik rotasi dengan tepat
10. Dengan memperhatikan contoh-contoh yang diberikan, siswa dapat
menggambarkan tentang kesetimbangan benda tegar dengan tepat
11. Dengan menggunakan konsep kesetimbangan benda tegra, siswa dapat
menyimpulkan syarat keseimbangan benda tegar dengan tepat
12. Dengan berbagai contoh bentuk benda, siswa dapat mengelompokkan
jenis-jenis titik berat benda dengan tepat
13. Dengan soal yang diberikan, siswa dapat mengurutkan langkah-langkah
penyelesaian soal-soal titik berat dengan tepat
KD 4.1
Membuat karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda
tegar
30
Berikut ini disajikan contoh ke 15 materi esensial yang telah di tuangkan pada IPK.
Dasar pengembangan materi esensial ini adalah merujuk pada rambu-rambu yang
dituliskan pada KD yang dirumuskan pada KI 3 dan KI 4
01. Konsep “dinamika rotasi benda tegar” yang kita kenal dalam fisika merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai pergerakan benda yang berputar pada poros atau titik tumpunya.
Besaran-besaran yang mempengaruhi dinamika rotasi :
1) Momen gaya (𝑟)
2) Momen inersia (I)
3) Massa (m)
4) Kecepatan sudut (𝜔)
5) Jarak partikel (𝑟)
6) Sudut (𝜃)
03. Torsi atau momen gaya adalah besaran vektor, sehingga mempunyai arah.
1) Jika arah putaran searah dengan arah jarum jam, maka arah torsi yang dialami ke bawah
2) Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas
04. Pernyataan berikut ini merupakan contoh fenomena yang berhubungan dengan momen
Inersia
1) Satelit
2) Perputaran susu yang berlanjut setelah pengadukan dihentikan
3) Roda sepeda yang berputar
4) Gasing yang berputar dengan seimbang
05. Sebuah benda pejal yang berbentuk seperti kerucut yang menempel pada salah satu ujung
silinder diputar dengan sumbu rotasi pada titik pusat silinder. Diketahui massa silinder sama
dengan massa kerucut yakni sebesar 2 kg, panjang silinder 0,8 meter, dan jari-jari silinder 0,1
meter. Berarti :
1) Momen inersia silinder 0,01 𝑘𝑔𝑚2
2) Momen inersia kerucut adalah 0,006 𝑘𝑔𝑚2
3) Momen inersia total adalah 0,016 𝑘𝑔𝑚2
31
06. Untuk memperoleh formula hubungan momen gaya dan momen inersia dengan menggunakan
rumus hukum II Newton :
1) Rumus hukum II Newton F=m.a
2) Jika kedua sisi dikalikan r, maka r.F=r(m.a)
3) Kerna momen gaya 𝑟 = 𝑟. 𝐹 dan percepatan tangen sial𝑎𝑡 = 𝑟. 𝛼, maka 𝑟 = 𝑚. 𝑟2. 𝛼
4) Mengingat 𝐼 = 𝑚. 𝑟2, maka didapat rumus hubungan momen gaya dan momen inersia
adalah 𝑟 = 𝐼𝛼
07. Sebuah roda berbentuk cakram homogen dengan jari-jari 50 cm dan massa 200 kg. Jika momen
gaya yang bekerja pada roda 250 Nm, berarti :
1) Jari-jari 0,5 m
2) Momen inersia adalah 25 𝑘𝑔𝑚2
3) Momen gaya sebesar 250 Nm
4) Percepatan sudut roda adalah 10 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠2
08. Sebuah komedi putar berdiameter 3m dengan momen inersia 120 𝑘𝑔𝑚2 berotasi dengan
kelajuan 0,5 putaran per sekon. Empat orang anak masing-masing bermassa 25 kg tiba-tiba
melompat dan duduk di tepi komedi putar. Berarti :
1) 𝐿1 = 60 𝑘𝑔𝑚2⁄𝑠
2) 𝐼1 = 220 𝑘𝑔𝑚2
3) 𝑅 = 𝐼, 5 𝑚
4) 𝜔2 = 0,173 𝑝𝑢𝑡⁄𝑠
10. Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum benda tegar sama dengan nol.
Maksudnya :
1) Jika awalnya benda tegar tersebut diam, maka ia akan tetap diam
2) Jika benda tegra tersebut bergerak dengan kecepatan konstan, maka ia akan tetap
bergerak dengan kecepatan konstan
32
setengah lingkaran
2) Titik berat benda bidang homogen, yaitu segitiga, jajar genjang, belah ketupat, persegi
pabjang, bujur sangkar, juring lingkaran, dan setengah lingkaran
3) Titik berat benda luasan berupa selimut ruang, yaitu kulit limas, kulit kerucut, dan kulit
setengah bola
4) Titik berat benda pejal homogen berdimensi tiga, yaitu limas pejal beraturan, kerucut
pejal, dan setengah bola pejal
13.
Langkah-langkah menentukan koordinat titik berat potongan karton homogen pada gambar
diatas :
1) Gambar diatas dapat kita bagi menjadi 2 bagian, yaitu persegi panjang I (warna kuning)
dan persegi panjang II (warna hijau). Ingat titik berat persegi panjang terletak pada
perpotongan diagonal-diagonalnya
2) Menentukan nilai x1 y1, dan A1 pada persegi panjang I, yaitu x1=0; y1=2,5; A1=1x5=5
3) Menentukan nilai x2,y2, dan A2 pada persegi panjang II, yaitu x2=1+2=3; y2=0,5;
A2=1x4=4
𝑥 𝐴 +𝑥 𝐴
4) Untuk mencari 𝑥 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝑥 = 1 1 2 2
0 0 𝐴1+𝐴2
Dan didapatlah hasil 𝑥0 = 1,6
𝑦1𝐴1+𝑦2𝐴2
5) Untuk mencari 𝑦 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝑦 =
0 0 𝐴1+𝐴2
Dan didapatlah hasil 𝑦0 = 1,6
6) Jadi titik berat potongan karton homogen adalah (1,6;1,6)
14. Contoh karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda tegar :
33
1) Jembatan gantung
2) Ayunan dalam kondisi diam
3) Pemikul keranjang buah
15. Sekelompok siswa menggunakan alat dan bahan seperti sumpit, karet gelang , plastik dan
kelereng. Dimana kelereng dibungkus dengan plastik, kemudian kelereng tersebut
dihubungan dengan sumpit. Setelah itu membuat bentuk segitiga dengan 2 sumpit yang ada
kelereng dan satu sebagai kesetimbangan, dan satu sumpit lagi diletakkan di diagonal
segitiga. Dalam mendesain kegiatan urutan percobaan berdasarkan alat dan bahan serta
langkah yang digunakan yaitu dapat :
1) Membuat aplikasi kesetimbangan benda, jika benda ditumpu pada tepat dititik beratnya,
maka benda tersebut akan setimbang stabil
2) Menentukan letak titik berat benda
34
INSTRUMEN EVALUASI PENGUASAAN SISWA (IEPS) DAN KUNCI JAWABAN
PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR
01 Konsep “dinamika rotasi benda tegar” yang kita kenal dalam fisika merupakan ilmu yang
mempelajari mengenai pergerakan benda yang berputar pada poros atau titik tumpunya.
Besaran-besaran yang mempengaruhi dinamika rotasi :
1) Pada gerak translasi diartikan sebagai gerak pergeseran suatu benda dengan bentuk dan
lintasan yang sama
2) Gerak rotasi benda berputar terhadap sumbu atau porosnya
3) Gerak translasi disebabkan karena adanya torsi
4) Gerak translasi menggunakan konsep hukum I Newton
03 Torsi atau momen gaya adalah besaran vektor, sehingga mempunyai ara :
1) Jika arah putaran searah dengan arah jarum jam, maka arah torsi yang dialami ke bawah
2) Jika arah putaran searah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas
3) Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas
4) Jika arah puataran berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah momen gaya ke atas
35
C. Bila pernyataan 1 dan 3 benar
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar
04 Pernyataan berikut ini merupakan contoh fenomena yang berhubungan dengan momen
Inersia
05 Sebuah benda pejal yang berbentuk seperti kerucut yang menempel pada salah satu ujung
silinder diputar dengan sumbu rotasi pada titik pusat silinder. Diketahui massa silinder sama
dengan massa kerucut yakni sebesar 2 kg, panjang silinder 0,8 meter, dan jari-jari silinder 0,1
meter. Berarti :
06 Untuk memperoleh formula hubungan momen gaya dan momen inersia dengan menggunakan
rumus hukum II Newton :
36
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar
07. Sebuah roda berbentuk cakram homogen dengan jari-jari 50 cm dan massa 200 kg. Jika momen
gaya yang bekerja pada roda 250 Nm, berarti :
1) Jari-jari 0,5 m
2) Momen inersia 25 𝑘𝑔𝑚2
3) Percepatan sudut roda 10 𝑟𝑎𝑑⁄𝑠2
4) Momen gaya 100 Nm
08. Sebuah komedi putar berdiameter 3m dengan momen inersia 120 𝑘𝑔𝑚2 berotasi dengan
kelajuan 0,5 putaran per sekon. Empat orang anak masing-masing bermassa 25 kg tiba-tiba
melompat dan duduk di tepi komedi putar. Berarti :
1) 𝐿1 = 60 𝑘𝑔𝑚2⁄𝑠
2) 𝐼1 = 220 𝑘𝑔𝑚2
3) 𝑅 = 𝐼, 5 𝑚
4) 𝜔2 = 0,173 𝑝𝑢𝑡⁄𝑠
37
D. Bila urutan pernyataan 2,3,1
E. Bila urutan pernyataan 3,2,1
10. Kesetimbangan benda tegar adalah kondisi dimana momentum benda tegar sama dengan nol.
Maksudnya :
1) Titik berat benda homogen berbentuk garis, yaitu garis lurus, busur lingkaran, dan busur
setengah lingkaran
2) Titik berat benda bidang homogen, yaitu segitiga, jajar genjang, belah ketupat, persegi
pabjang, bujur sangkar, juring lingkaran, dan setengah lingkaran
3) Titik berat benda luasan berupa selimut ruang, yaitu kulit limas, kulit kerucut, dan kulit
setengah bola
4) Titik berat benda pejal homogen berdimensi tiga, yaitu limas pejal beraturan, kerucut
pejal, dan setengah bola pejal
38
13.
Langkah-langkah menentukan koordinat titik berat potongan karton homogen pada gambar
diatas :
1) Gambar diatas dapat kita bagi menjadi 2 bagian, yaitu persegi panjang I (warna
kuning) dan persegi panjang II (warna hijau). Ingat titik berat persegi panjang terletak
pada perpotongan diagonal-diagonalnya
2) Menentukan nilai x1 y1, dan A1 pada persegi panjang I, yaitu x1=0; y1=2,5; A1=1x5=5
3) Menentukan nilai x2,y2, dan A2 pada persegi panjang II, yaitu x2=1+2=3; y2=0,5;
A2=1x4=4
𝑥 𝐴 +𝑥 𝐴
4) untuk mencari 𝑥 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝑥 = 1 1 2 2
0 0 𝐴1+𝐴2
Dan didapatlah hasil 𝑥0 = 1,6
𝒚𝟏𝑨𝟏+𝒚𝟐𝑨𝟐
5) untuk mencari 𝒚 pada gambar yang ada disoal gunakan rumus 𝒚 =
𝟎 𝟎 𝑨𝟏+𝑨𝟐
39
D. Bila pernyataan 2, dan 4 benar
E. Bila hanya pernyataan 4 yang benar
14. Contoh karya yang menerapkan konsep titik berat dan kesetimbangan benda tegar :
1) Jembatan gantung
2) Ayunan dalam kondisi diam
3) Pemikul keranjang buah
4) Kapal
15. Sekelompok siswa menggunakan alat dan bahan seperti sumpit, karet gelang , plastik dan
kelereng. Dimana kelereng dibungkus dengan plastik, kemudian kelereng tersebut
dihubungan dengan sumpit. Setelah itu membuat bentuk segitiga dengan 2 sumpit yang ada
kelereng dan satu sebagai kesetimbangan, dan satu sumpit lagi diletakkan di diagonal
segitiga. Dalam mendesain kegiatan urutan percobaan berdasarkan alat dan bahan serta
langkah yang digunakan yaitu dapat :
2) membuat aplikasi penerapan kesetimbangan benda, jika benda ditumpu pada tepat di
titik beratnya, maka benda tersebut akan setimbang stabil
3) konsep titik berat benda dan kesetimbangan benda tegar
4) menentukan letak titik berat benda
40
Tabel 7. Rangkuman Nomor contoh soal evaluasi dan KKO yang digunakan
Mengingat Memahami Mene- Menga- Menge- Meng-
rapkan nalisis valuasi kreasi
Faktual 01 10 12 13 06
mengenali menggambar Mengelom- Mengu- Menemu- Mengha-
kan pokkan rutkan kan silkan
Konsep- 03 04 15
tual Menginter- Mengiden- Menyeli- Menje- mengkaji Mendi-
pretasikan tifikasi diki laskan sain
Prose- 08 05 02 11 09
dural Menentukan Mempre- Meng- Mem- Menyim- Menyu-
diksi hitung bedakan pulkan sun
Meta- 07 14
kognitif Menggu- Memilah Merepre- Meleng- merubah Mencip-
nakan sentasikan kapi takan
41