Anda di halaman 1dari 19

SKUAMA

Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.


JENIS SKUAMA

DESKRIPSI

DIAGNOSIS

Crack-like/craquel

Deskuamasi menyebabkan Eczema craquel


kulit pecah-pecah dan retak

Exfoliativa

Skuama seperti
pada epidermis

Follicular

Skuama tampak seperti Keratosis pilaris


sumbatan keratotik, duri
atau filamen

Berpasir

Skuama
tebal
melekat Actinic keratosis
dengan tekstur seperti kertas
pasir

lekukan Reaksi obat

Ichtyosiform

Skuama berbentuk lempeng Ichthyosis vulgaris


poligonal yang teratur yang
disusun pada baris-baris
paralel atau pola berlian
(seperti ikan)

Keratotik

Skuama terlihat menumpuk

Lamellar

Skuama merupakan piringan Lamellar ichthyosis


besar yang tipis atau seperti
perisai

Pityriosiform

Skuama kecil dan seperti Pityriasis rosea

Cutaneous horn

kulit padi

Psoriasiform
(micaceous
ostraceous)

Skuama keperakan dan Psoriasis vulgaris


dan rapuh dan seperti piringan
yang tipis, seperti mika
(micaceous scale). Skuama
yang
besar
dapat
diakumulasi/bertumpuk,
memberi gambaran seperti
cangkang
kerang
(ostraceous scale)

Seborrheic

Skuama tebal, seperti lilin


atau berminyak, kuningcoklat, mengelupas

Wickham striae

Skuama terlihat seperti Lichen planus


renda putih yang diatasnya
terdapat
papul-papul
violaseous yang datar

Krusta

Dermatitis seboroik

Krusta : Pengeringan Serum, Darah, Pus di atas Kulit yang rusak.


-

Krusta kekuningan
: serum
Krusta hijau / kuning kehijauan : purulen
Krusta coklat/merah gelap/hitam : darah

Jenis krusta
Penyakit
Krusta
Impetigo
superfisial
terbatas pada
epidermis
tampak
krusta
halus,
honeycolored
dengan
erosi
Krusta lebih
Ektima
tebal disertai
nekrosis dermis
- erosi dalamulkus

Gambar

Tabel Vehikulum beserta Regio Pemakaiannya

Lokalisasi

Bedak

Air

Alkohol

Salep

Bedak
Kocok

Pasta

Krim

Generalisata

-*

Kulit
Kepala

Wajah

Badan,
Ekstremitas

Genitalia

Daerah
Lipatan

+@

Keterangan:
+

: boleh dipakai

: kecuali untuk mandi

: jangan dipakai

: kecuali kulit dekat mata

: boleh bila tidur/istirahat

Bedak

: - boleh untuk semua lokasi kecuali kulit kepala berambut

Solutio

: - boleh untuk semua lokasi, boleh untuk terapi rendam


- tidak boleh digunakan untuk kompres seluruh tubuh, kecuali
dilakukan tidak melebihi 1/3 permukaan tubuh

Tingtura

: - tidak untuk generalisata dan wajah (dekat mata iritasi)

Salep

: - tidak untuk generalisata kecuali scabies (salep 2-4)


- tidak untuk kulit kepala berambut dan genitalia
- boleh untuk lipatan kulit bila tidur / istirahat

Bedak Kocok

: - dapat untuk generalisata

Pasta

: - hanya untuk wajah, badan, dan esktremitas

Krim

: - boleh digunakan untuk semua lokasi


Side Effect of Corticosteroid

A. The side effects and risks of short-term systemic steroids


Side effects are rarely serious if systemic steroids have been prescribed for one month or
less. The following problems may arise, particularly when higher doses are taken:
Sleep disturbance
Increased appetite
Weight

gain

Psychological

effects,

including

increased

or

decreased

energy

Rare and potentially serious side effects of a short course of corticosteroids include:
severe infection, mania, psychosis, delirium, depression with suicidal intent, heart failure,
peptic ulceration, diabetes and avascular necrosis of the hip. The risk increases with
increasing dose.
B. The side effects and risks of long-term systemic steroids
Nearly everyone on systemic steroids for more than a month suffers from some adverse
effects, depending on daily dose and how long they have been on systemic steroids. The
main concerns are infections, hypertension, diabetes, osteoporosis, avascular necrosis,
myopathy, cataracts, and glaucoma. The list that follows is incomplete.
1. Cutaneous adverse effects
Cutaneous adverse effects from long-term systemic steroids may include:
Bacterial infections: cellulitis, wound infection
Fungal infections: tinea, candida, pityriasis versicolor
Viral infections: herpes zoster
Skin thinning, purpura, fragility, telangiectasia and slow wound healing,
especially in sun-damaged areas
Stretch marks (striae) under the arms and in the groin
Steroid acne
Hypertrichosis and hair loss
Adverse effects of systemic steroids

Easy bruising

Moon face

Skin thinning

Fragile skin

Acne
2. Effects on body fat
Redistribution of body fat: moon face, buffalo hump, truncal obesity
Weight gain: increased appetite and food intake
3. Effects on the eye
Glaucoma
Posterior subcapsular cataracts; children are more susceptible than adults
Eyelid oedema and exophthalmos
Central serous chorioretinopathy

4. Vascular disease
Hypertension
Ischaemic heart disease
Stroke and transient ischaemic attack (TIA)
The effects of systemic steroids on atherosclerotic vascular disease may be due to
complex metabolic changes, including:
Hyperlipidaemia
Peripheral insulin resistance and hyperinsulinaemia
5. Gastrointestinal tract
Dyspepsia, gastritis, peptic ulceration and perforation of the gut, especially in
patients also taking non-steroidal anti-inflammatory drugs
Acute pancreatitis
Fatty liver

Fluid balance
Sodium and fluid retention cause leg swelling and weight increase
Potassium loss causes general weakness
6. Reproductive system
Irregular menstruation
Hirsutism
Lowered fertility in men and women
Possible fetal growth retardation in women taking prolonged courses of steroids
during pregnancy
Breast feeding can usually continue but infant should be monitored for adrenal
suppression if mother on > 40 mg prednisone daily
7. Musculoskeletal system
Bone fracture
Osteoporosis
Osteonecrosis, especially hip
Myopathy affecting shoulders and thighs
Tendon rupture
Growth restriction in children
Osteoporosis is particularly common in smokers, postmenopausal women, the
elderly, underweight or immobile, and patients with diabetes or lung problems.
Osteoporosis may result in fractures of the spine, ribs or hip joint with minimal
trauma. These occur after the first year in 1020% of patients treated with more than
7.5 mg prednisone daily. It is estimated that up to 50% of patients on long-term
prednisone will develop bone fractures. Vertebral fractures are more common in
patients on steroids, even in those with normal bone density.
8. Nervous system
Psychological effects: mood changes, increased energy, excitement, euphoria,
agitation
Less often: hypomania, psychosis, delirium, memory loss, depression, anxiety,
personality change
Insomnia and sleep disturbance
Shakiness and tremor
Headaches
9. Metabolic effects
Transient or persistent diabetes in previously non-diabetic patients
Higher blood sugar levels in patients with diabetes mellitus
Cushing syndrome
10. Immune response
Raised neutrophil and total white cell count are usual on prednisone
Impaired innate and acquired immunity
Increased susceptibility to tuberculosis
Increased severity of measles, varicella
Reduced efficacy and increased risk of vaccines

Live vaccines such as polio or MMR (measles, mumps, rubella) should not be given
to patients taking 20 mg prednisone daily. It is safe and advisable to have other
routine immunisations, such as annual influenza vaccination.

Gambaran Lesi Kulit Dermatofitosis dan Gambaran KOH


1. Tinea Versicolor / Pityriasis Versicolor

Malassezia furfur : Spaghetti & meatball appearance


2. Kandidiasis

Candida albicans: gambaran Pseudohifa


3. Dermatofitosis

Trichophyton sp.
Gambaran: Multiple, septated, tube like structure hyphae

Gejala klinis yang dapat timbul pada kusta tipe LL : distribusi lesi khas di
wajah, dahi, pelipis, dagu, cuping telinga, badan bagian belakang, lengan,
punggung tangan, permukaan ekstensor tungkai bawah. Jumlah lesi sangat
banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritem, mengkilat, berbatas tidak
tegas, cenderung menyatu. Lesi paling utama berupa nodul.

Nodul di wajah dan megalobus pada cuping telinga

Nodul pada permukaan ekstensor ekstremitas atas

Pada stadium dini terjadi anestesi dan anhidrosis.


Pada stadium lanjut tampak penebalan kulit progresif, cuping telinga menebal,
garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine yang disertai madarosis.
Lebih lanjut lagi terjadi deformitas hidung, pembesaran kelenjar limfe orkitis,
atrofi testis, kerusakan saraf dermis menyebabkan gejala stocking and glove
anesthesia.

Facies leonine
Cacat akibat penyakit kusta
1. Cacat primer
a. Cacat pada fungsi saraf sensorik : anesthesia, fungsi saraf motoric
(claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes, lagoftalmus).

Claw hand

Foot drop

Wrist drop

Lagoftalmus
b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan
subkutan yang menyebabkan alopesia atau
madarosis, kerusakan glandula sebasea
dan sudorifera sehingga menyebabkan kulit
menjadi kering dan tidak elastis, dan atrofi
testis

Claw toes

Madarosis
c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta yang dapat
terjadi pada tendon, ligament, bola mata, sendi, dan tulang rawan.

Saddle nose, madarosis

2. Cacat sekunder
a. Anestesi luka akibat trauma mekanis atau termis

b. Kelumpuhan motoric kontraktur, mutilasi, keratitis

c. Kelumpuhan saraf otonom kulit kering, elastisitas berkurang


mudah retak

d. Ginekomastia akibat infiltrasi kuman pada tubulus seminiferous


testis yang mengganggu sistem hormonal

Prinsip pengobatan reaksi kusta


1. Pemberian obat antireaksi.
Obat yang dapat digunakan adalah aspirin, klorokuin, prednison, dan prednisolon sebagai
anti-inflamasi. Dosis obat yang digunakan sebagai berikut:
a. Aspirin 600-1200 mg yang diberikan tiap 4jam, 4-6 kaii sehari.
b. Klorokuin 3 x 150 mg/hari.
c. Prednison 30-80 mg/hari, dosis tunggal pada pagi hari sesudah makan atau dapat juga
diberikan secara dosis terbagi misalnya: 4 x 2 tablet/hari, berangsur-angsur diturunkan 5-10
mg/2 minggu setelah terjadi respons maksimal.
Tabel Pemberian Prednisolon
Minggu pemberian
Minggu 1 2
Minggu 3 4
Minggu 5 6
Minggu 7 8
Minggu 9 10
Minggu 11 12

Dosis harian yang dianjurkan


40 mg
30 mg
20 mg
15 mg
10 mg
5 mg

Untuk melepas ketergantungan pada kortikosteroid pada reaksi tipe II digunakan talidomid.
Dosis talidomid 400 mg/hari yang berangsur-angsur diturunkan sampai 50 mg/hari. Tidak
dianjurkan untuk wanita usia subur karena talidomid bersifat teratogenik. Setiap 2 minggu
pasien harus diperiksa ulang untuk melihat keadaan klinis. Bila tidak ada perbaikan maka
dosis prednison yang diberikan dapat dilanjutkan 3-4 minggu atau dapat ditingkatkan
(misalnya dari 1 S mgjadi 20 mg sehari). Dosis dapat diturunkan apabila terdapat perbaikan
secara klinis.
Untuk mencegah ketergantungan terhadap steroid, dapat diberikan klofazimin. Klofazimin
hanya diberikan pada reaksi tipe II (ENL kronis). Dosis klofazimin ditinggikan dari dosis
pengobatan kusta. Untuk orang dewasa 3 x 100 mg/hari selama 1 bulan. Bila reaksi sudah
berkurang maka dosis klofazimin itu diturunkan menjadi 2 100 mg/hari, selama 1 bulan
diturunkan lagi menjadi 1 x 100 mg/hari selama 1 bulan. Setelah reaksi hilang pengobatan
kembali ke dosis semula, yaitu 50 mg/hari.

2. Istirahat
3. Pemberian analgetik dan sedatif
Obat yang digunakan sebagai analgetik adalah aspirin, parasetamol, dan antimon.

Aspirin

masih merupakan obat yang terbaik dan termurah untuk mengatasi nyeri (aspirin digunakan
sebagai antiinflamasi dan analgetik). Menurut WHO (1998), parasetamol juga dapat
digunakan sebagai analgetik. Sedangkan antimon yang digunakan pada reaksi tipe II ringan
untuk mengatasi rasa nyeri sendi dan tulang kini jarang dipakai karena kurang efektif dan
toksik. Dosis obat yang digunakan sebagai berikut:
a. Aspirin 600-1200 mg yang diberikan tiap 4 jam, 4-6 kali sehari.
b. Parasetamol 300-1000 mg yang diberikan 4-6 kali sehari (dewasa).
c. Antimon 2-3 ml diberikan secara selang-seling, maksimum 30 ml.

Obat-obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah. Untuk semua tipe reaksi, bila tidak ada
kontraindikasi, semua obat antikusta dosis penuh harus tetap diberikan.
1. Pengobatan reaksi ringan.
a. Pemberian obat antireaksi.
Aspirin dan talidomid biasa digunakan untuk reaksi ringan. Bila dianggap perlu dapat
diberikan klorokuin selama 3-5 hari.
b. Istirahat/imobilisasi.
Berobat jalan dan istirahat di rumah.
c. Pemberian analgetik dan sedatif.
Pemberian analgetik dan obat penenang bila perlu.
d. Obat-obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah.
2. Pengobatan reaksi berat
a. Pemberian obat antireaksi.
Pada reaksi berat diberikan prednison dalam dosis tunggal atau terbagi.
b. Istirahat/imobilisasi.
Imobilisasi lokal pada anggota tubuh yang mengalami neuritis. Bila memungkinkan,
pasien dirawat inap di rumah sakit.
c. Pemberian analgetik dan sedatif.
d. Obat-obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah

Anda mungkin juga menyukai