Skuama, Krusta, Jamur, Vehikulum, Lepra
Skuama, Krusta, Jamur, Vehikulum, Lepra
DESKRIPSI
DIAGNOSIS
Crack-like/craquel
Exfoliativa
Skuama seperti
pada epidermis
Follicular
Berpasir
Skuama
tebal
melekat Actinic keratosis
dengan tekstur seperti kertas
pasir
Ichtyosiform
Keratotik
Lamellar
Pityriosiform
Cutaneous horn
kulit padi
Psoriasiform
(micaceous
ostraceous)
Seborrheic
Wickham striae
Krusta
Dermatitis seboroik
Krusta kekuningan
: serum
Krusta hijau / kuning kehijauan : purulen
Krusta coklat/merah gelap/hitam : darah
Jenis krusta
Penyakit
Krusta
Impetigo
superfisial
terbatas pada
epidermis
tampak
krusta
halus,
honeycolored
dengan
erosi
Krusta lebih
Ektima
tebal disertai
nekrosis dermis
- erosi dalamulkus
Gambar
Lokalisasi
Bedak
Air
Alkohol
Salep
Bedak
Kocok
Pasta
Krim
Generalisata
-*
Kulit
Kepala
Wajah
Badan,
Ekstremitas
Genitalia
Daerah
Lipatan
+@
Keterangan:
+
: boleh dipakai
: jangan dipakai
Bedak
Solutio
Tingtura
Salep
Bedak Kocok
Pasta
Krim
gain
Psychological
effects,
including
increased
or
decreased
energy
Rare and potentially serious side effects of a short course of corticosteroids include:
severe infection, mania, psychosis, delirium, depression with suicidal intent, heart failure,
peptic ulceration, diabetes and avascular necrosis of the hip. The risk increases with
increasing dose.
B. The side effects and risks of long-term systemic steroids
Nearly everyone on systemic steroids for more than a month suffers from some adverse
effects, depending on daily dose and how long they have been on systemic steroids. The
main concerns are infections, hypertension, diabetes, osteoporosis, avascular necrosis,
myopathy, cataracts, and glaucoma. The list that follows is incomplete.
1. Cutaneous adverse effects
Cutaneous adverse effects from long-term systemic steroids may include:
Bacterial infections: cellulitis, wound infection
Fungal infections: tinea, candida, pityriasis versicolor
Viral infections: herpes zoster
Skin thinning, purpura, fragility, telangiectasia and slow wound healing,
especially in sun-damaged areas
Stretch marks (striae) under the arms and in the groin
Steroid acne
Hypertrichosis and hair loss
Adverse effects of systemic steroids
Easy bruising
Moon face
Skin thinning
Fragile skin
Acne
2. Effects on body fat
Redistribution of body fat: moon face, buffalo hump, truncal obesity
Weight gain: increased appetite and food intake
3. Effects on the eye
Glaucoma
Posterior subcapsular cataracts; children are more susceptible than adults
Eyelid oedema and exophthalmos
Central serous chorioretinopathy
4. Vascular disease
Hypertension
Ischaemic heart disease
Stroke and transient ischaemic attack (TIA)
The effects of systemic steroids on atherosclerotic vascular disease may be due to
complex metabolic changes, including:
Hyperlipidaemia
Peripheral insulin resistance and hyperinsulinaemia
5. Gastrointestinal tract
Dyspepsia, gastritis, peptic ulceration and perforation of the gut, especially in
patients also taking non-steroidal anti-inflammatory drugs
Acute pancreatitis
Fatty liver
Fluid balance
Sodium and fluid retention cause leg swelling and weight increase
Potassium loss causes general weakness
6. Reproductive system
Irregular menstruation
Hirsutism
Lowered fertility in men and women
Possible fetal growth retardation in women taking prolonged courses of steroids
during pregnancy
Breast feeding can usually continue but infant should be monitored for adrenal
suppression if mother on > 40 mg prednisone daily
7. Musculoskeletal system
Bone fracture
Osteoporosis
Osteonecrosis, especially hip
Myopathy affecting shoulders and thighs
Tendon rupture
Growth restriction in children
Osteoporosis is particularly common in smokers, postmenopausal women, the
elderly, underweight or immobile, and patients with diabetes or lung problems.
Osteoporosis may result in fractures of the spine, ribs or hip joint with minimal
trauma. These occur after the first year in 1020% of patients treated with more than
7.5 mg prednisone daily. It is estimated that up to 50% of patients on long-term
prednisone will develop bone fractures. Vertebral fractures are more common in
patients on steroids, even in those with normal bone density.
8. Nervous system
Psychological effects: mood changes, increased energy, excitement, euphoria,
agitation
Less often: hypomania, psychosis, delirium, memory loss, depression, anxiety,
personality change
Insomnia and sleep disturbance
Shakiness and tremor
Headaches
9. Metabolic effects
Transient or persistent diabetes in previously non-diabetic patients
Higher blood sugar levels in patients with diabetes mellitus
Cushing syndrome
10. Immune response
Raised neutrophil and total white cell count are usual on prednisone
Impaired innate and acquired immunity
Increased susceptibility to tuberculosis
Increased severity of measles, varicella
Reduced efficacy and increased risk of vaccines
Live vaccines such as polio or MMR (measles, mumps, rubella) should not be given
to patients taking 20 mg prednisone daily. It is safe and advisable to have other
routine immunisations, such as annual influenza vaccination.
Trichophyton sp.
Gambaran: Multiple, septated, tube like structure hyphae
Gejala klinis yang dapat timbul pada kusta tipe LL : distribusi lesi khas di
wajah, dahi, pelipis, dagu, cuping telinga, badan bagian belakang, lengan,
punggung tangan, permukaan ekstensor tungkai bawah. Jumlah lesi sangat
banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritem, mengkilat, berbatas tidak
tegas, cenderung menyatu. Lesi paling utama berupa nodul.
Facies leonine
Cacat akibat penyakit kusta
1. Cacat primer
a. Cacat pada fungsi saraf sensorik : anesthesia, fungsi saraf motoric
(claw hand, wrist drop, foot drop, claw toes, lagoftalmus).
Claw hand
Foot drop
Wrist drop
Lagoftalmus
b. Infiltrasi kuman pada kulit dan jaringan
subkutan yang menyebabkan alopesia atau
madarosis, kerusakan glandula sebasea
dan sudorifera sehingga menyebabkan kulit
menjadi kering dan tidak elastis, dan atrofi
testis
Claw toes
Madarosis
c. Cacat pada jaringan lain akibat infiltrasi kuman kusta yang dapat
terjadi pada tendon, ligament, bola mata, sendi, dan tulang rawan.
2. Cacat sekunder
a. Anestesi luka akibat trauma mekanis atau termis
Untuk melepas ketergantungan pada kortikosteroid pada reaksi tipe II digunakan talidomid.
Dosis talidomid 400 mg/hari yang berangsur-angsur diturunkan sampai 50 mg/hari. Tidak
dianjurkan untuk wanita usia subur karena talidomid bersifat teratogenik. Setiap 2 minggu
pasien harus diperiksa ulang untuk melihat keadaan klinis. Bila tidak ada perbaikan maka
dosis prednison yang diberikan dapat dilanjutkan 3-4 minggu atau dapat ditingkatkan
(misalnya dari 1 S mgjadi 20 mg sehari). Dosis dapat diturunkan apabila terdapat perbaikan
secara klinis.
Untuk mencegah ketergantungan terhadap steroid, dapat diberikan klofazimin. Klofazimin
hanya diberikan pada reaksi tipe II (ENL kronis). Dosis klofazimin ditinggikan dari dosis
pengobatan kusta. Untuk orang dewasa 3 x 100 mg/hari selama 1 bulan. Bila reaksi sudah
berkurang maka dosis klofazimin itu diturunkan menjadi 2 100 mg/hari, selama 1 bulan
diturunkan lagi menjadi 1 x 100 mg/hari selama 1 bulan. Setelah reaksi hilang pengobatan
kembali ke dosis semula, yaitu 50 mg/hari.
2. Istirahat
3. Pemberian analgetik dan sedatif
Obat yang digunakan sebagai analgetik adalah aspirin, parasetamol, dan antimon.
Aspirin
masih merupakan obat yang terbaik dan termurah untuk mengatasi nyeri (aspirin digunakan
sebagai antiinflamasi dan analgetik). Menurut WHO (1998), parasetamol juga dapat
digunakan sebagai analgetik. Sedangkan antimon yang digunakan pada reaksi tipe II ringan
untuk mengatasi rasa nyeri sendi dan tulang kini jarang dipakai karena kurang efektif dan
toksik. Dosis obat yang digunakan sebagai berikut:
a. Aspirin 600-1200 mg yang diberikan tiap 4 jam, 4-6 kali sehari.
b. Parasetamol 300-1000 mg yang diberikan 4-6 kali sehari (dewasa).
c. Antimon 2-3 ml diberikan secara selang-seling, maksimum 30 ml.
Obat-obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah. Untuk semua tipe reaksi, bila tidak ada
kontraindikasi, semua obat antikusta dosis penuh harus tetap diberikan.
1. Pengobatan reaksi ringan.
a. Pemberian obat antireaksi.
Aspirin dan talidomid biasa digunakan untuk reaksi ringan. Bila dianggap perlu dapat
diberikan klorokuin selama 3-5 hari.
b. Istirahat/imobilisasi.
Berobat jalan dan istirahat di rumah.
c. Pemberian analgetik dan sedatif.
Pemberian analgetik dan obat penenang bila perlu.
d. Obat-obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah.
2. Pengobatan reaksi berat
a. Pemberian obat antireaksi.
Pada reaksi berat diberikan prednison dalam dosis tunggal atau terbagi.
b. Istirahat/imobilisasi.
Imobilisasi lokal pada anggota tubuh yang mengalami neuritis. Bila memungkinkan,
pasien dirawat inap di rumah sakit.
c. Pemberian analgetik dan sedatif.
d. Obat-obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah