Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997 : 44) adalah
penjumlahan Berulang. Perkalian mendasari beberapa konsep
matematika lain. Perkalian dibutuhkan untuk memecahkan persoalan
berhitung dalam kehidupan sehari-hari. Penguasaan perkalian bagi
siswa berkebutuhan khusus di kelas I SMPLB Tunagrahita perlu
dioptimalkan mengingat hampir semua bahan pelajaran matematika di
kelas ini menggunakan dasar perkalian.
Perkalian

merupakan

basic

skill,

penguasaanya

sangat

diperlukan untuk bekal meniti kehidupan di masyarakat. Hampir setiap


saat pada kehidupan sehari-hari siswa dihadapkan pada persoalan
yang berkaitan dengan perkalian. Pada anak normal, konsep perkalian
umumnya dikuasai di kelas III SD, tetapi akibat segala keterbatasan
siswa berkebutuhan khusus di kelas I SMPLB Tunagrahita Ringan
Kemala Bhayangkari 2 Gresik, konsep ini belum sepenuhnya dikuasai
sehingga menghambat penguasaan konsep matematika selanjutnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil ulangan harian selama
tengah semester I tahun 2005 hasil belajar matematika siswa kelas I
SMPLB Tunagrahita Ringan kurang memuaskan. 75% nilai ulangan
harian tentang perkalian mereka masih kurang dari 6. peneliti merasa
prihatin, sebab jika dibiarkan, masalah ini akan berkelanjutan pada
konsep lain yang menggunakan dasar perkalian misalnya Pembagian,
Kelipatan

Persekutuan

Terkecil,

Faktor

Persekutuan

Terbesar

Penyederhanaan Pecahan, Konversi Pecahan, Soal Cerita Perkalian


dan lain-lain.
Akibat keterbatasan kemampuan siswa Tunagrahita mampu didik
dalam memahami pelajaran, mereka membutuhkan

media dan

strategi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Sehingga

pemahaman mereka menjadi lebih mudah. Varian kemampuan


masing-masing siswa yang berbeda membutuhkan layanan secara
individu sehingga dapat berkembang optimal. Pemahaman yang
lambat memerlukan pentahapan bahan pelajaran yang detail dan
latihan yang berulang-ulang sedangkan keterampilan sosial dan
penanaman budipekerti memerlukan kegiatan bersama dengan teman
Berdasarkan hal-hal diatas, penulis berupaya menemukan solusi
pemecahan masalah melalui penelitian tindakan kelas,. Dalam hal ini
penelitian tindakan perlu dilakukan untuk menyempurnakan atau
peningkatan proses dan praksis pembelajaran, terutama dalam hal
menanggulangi permasalahan belajar. Melalui penelitian tindakan,
permasalahan yang ada dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan
secara

berkesimbungan

sehingga

proses

pendidikan

dan

pembelajaran yang inovatif dan ketercapaian tujuan pendidikan


khususnya penguasaan perkalian dapat diaktualisasikan secara
sistimatis.
Secara garis besar rancangan penelitian tindakan yang akan
dilakukan terdiri dari 3 siklus, setiap siklus dirancang sedemikian rupa
sehingga tindakan yang dilakukan membuat siswa Aktif, Kreatif, Efektif
dan menyenangkan. Diharapkan melalui pembelajaran yang PAKEM
kinerja siswa dan guru / peneliti lebih meningkat, proses pembelajaran
menjadi lebih efektif dan berkualitas, siswa lebih kreatif, penguasaan
perkalian lebih optimal dan hasil belajar matematika lebih memuaskan.
Untuk mendukung hal diatas peneliti berupaya menyusun
perencanaan matang, melakukan tindakan perbaikan didasarkan pada
kompetensi dasar per siswa dan mengembangkannya Step by Step
memupuk tanggung jawab pribadi meningkatkan kemandirian
menanamkan dasar perkalian yang kuat sesuai prinsip metode
KUMON. Sistem belajar KUMON dikembangkan oleh Toru KUMON
dariJepang. Keistimewaan KUMON adalah bimbingan perseorangan
sesuai kemampuan masing-masing siswa, bahan pelajaran disusun
secara efektif, Sistematis dan Step by Step, siswa dilatih memahami

dan

mengerjakan

soal

dengan

kemampuanya

sendiri

untuk

membentuk kemandirian.
Supaya tindakan lebih efektif dan menyenangkan sehingga hasil
belajar

optimal,

penelitian

ini

didukung

media

dan

strategi

pembelajaran yang inovatif melalui Rolet Magnet.


Guna mengetahui kualitas tindakan dan tingkat penguasaan
perkalian,

selalu

dilakukan

observasi.

Hal

ini

dilaksanakan

berkesimbungan mulai siklus I sampai III.


Dari segi ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lain,
tindakan yang akan dilakukan dapat dilaksanakan. Pada bab
selanjutnya rancangan penelitian, prosedur alat yang digunakan,
rincian waktu, biaya, daya dukung dan tingkat keberhasilan per siklus
akan diuraikan secara jelas dan sistematis
B.

PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal diatas Perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
-

Apakah

Variasi

metode

KUMON

dapat

mengoptimalkan

penguasaan perkalian siswa Tunagrahita


C.

TUJUAN DAN MANFAAT


1.

Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui dapat/tidaknya
penguasaan

perkalian

dioptimalkan

melalui

variasi

Metode

pemahaman

siswa

KUMON. Adapun tujuan khususnya adalah untuk :


a.

Meningkatkan

tentang perkalian dengan menggunakan strategi dan media


pembelajaran Rolet Magnet
b.

Memudahkan

siswa

menguasai

perkalian melalui pentahapan materi perkalian dari yang mudah


sampai yang sulit

c.

Meningkatkan kinerja guru dan siswa


dalam proses pembelajaran tentang perkalian melalui strategi
yang memadukan metode KUMON dan media pembelajaran
Rolet Magnet

d.

Mengoptimalkan penguasaan perkalian


siswa

sehingga

trampil

menyelesaikan

berbagai

soal

matematika yang menggunakan dasar perkalian.


2.

Manfaat
a.

Meningkatkan

motivasi

belajar

dan

mengembangkan kreatifitas siswa.


b.

Mendorong keberanian siswa dalam


mengaktualisasikan kompetensinya.

c.

Mengoptimalkan penguasaan perkalian


siswa.

d.

Meningkatkan kreatifitas dan semangat


berinovasi bagi para guru.

e.

Memberikan pengalaman berharga bagi


sesama rekan guru.

f.

Membudayakan kebiasaan meneliti.

g.

Membiasakan berfikir sistematis, efektif


dan berhasil guna.

h.

Menjadi solusi problem pembelajaran


akibat keragaman kemampuan siswa.

D.

SAJIAN DEFINISI
1.

Optimalisasi : upaya mencapai yang


terbaik/menjadikan optimal.

2.

Perkalian : adalah Penjumlahan berulang Ig


Sumarno dan sukahar (1997 : 44). Konsep perkalian sangat
dibutuhkan

untuk

memecahkan

persoalan

berhitung

dalam

kehidupan sehari-hari, bagi anak Tunagrahita metode dan media

yang

tepat

amat

dibutuhkan

dalam

mengoptimalisasikan

penguasaan perkalianya.
3.

Variasi : selingan

4.

Metode

KUMON

adalah

suatu

metode

pembelajaran yang ditemukan oleh Toru KUMON dari Jepang.


Dengan prinsip

pembelajaran perseorang sesuai kemampuan masing-masing siswa


dan disusun secara sistematis step by step.
5.

Media Pembelajaran
Gange (1978) mengartikan media adalah berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

6.

Rolet Magnet
Media permainan perkalian yang menyerupai Rolet terbuat dari
mika dilengkapi lampu let, Magnet dan bisa diputar

B A B II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

LANDASAN TEORITIK
1.

Perkalian
Perkalian merupakan salah satu operasi hitung matematika
yang

dikenalkan

pada

siswa

setelah

menguasai

operasi

penjumlahan dan pengurangan. Di sekolah dasar umumnya


kompetensi ini diharapkan dikuasai siswa di kelas 3, namun di SLB
Tunagrahita Kemala Bhayangkari 2 Gresik akibat berbagai
keterbatasan siswa, kemampuan dasar perkalian ternyata secara
umum belum dimiliki siswa kelas I SMPLB Tunagrahita, padahal
penguasaan perkalian sangat diperlukan untuk keterampilan
berhitung selanjutnya.
Perkalian menurut Ig Sumarno dan Sukahar (1997 :44) adalah
Penjumlahan Berulang. Operasi perkalian dilambangkan dengan
tanda x. jika ada kalimat perkalian 3 x 4 artinya 4 + 4 + 4. Konsep
ini harus dikuasai siswa agar lebih mudah memahami persoalan
perkalian yang menjadi dasar konsep matematika selanjutnya
misalnya Pembagian, Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), faktor
Persekutuan Terbesar (FPB), Penyederhanaan pecahan, Konversi
pecahan, soal cerita perkalian dan lain-lain.
Mengajarkan perkalian secara konvensional pada umumnya
menggunakan metode drill, bahkan ada yang merupakan kegiatan
pemaksaan, dengan keharusan menghafal didepan kelas. Penulis
berpendapat cara seperti ini kurang menyenangkan bagi siswa dan
hasil belajar siswa kurang memuaskan.
Bagi siswa Tunagrahita yang memiliki keterbatasan dalam
ingatan, kebiasaan menghafal sebaiknya dihindari sebab akan siasia. Pembelajaran bagi mereka di upayakan bermakna dan
menyenangkan.

Perkalian merupakan kecakapan dasar yang perlu dikuasai


oleh siswa kelas 1 SMPLB Tunagrahita di SLB

kemala

Bhayangkari 2 Gresik, sebab kecakapan ini dibutuhkan untuk


menyelesaikan

berbagai persoalan hidup sehari-hari yang

berkaitan dengan perkalian misalnya ketika disuruh berbelanja atau


menghitung hal-hal yang ditemui di sekitar siswa.
Dasar perkalian yang diharapkan dikuasai siswa dalam
penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan adalah perkalian
1 10, melalui penanaman konsep penjumlahan berulang, setelah
dikuasai dapat digunakan untuk menghitung perkalian dua bilangan
hingga ratusan dan satuan misalnya 125 x 5, menyelesaikan soal
cerita tentang perkalian dan memotivasi siswa agar dapat membuat
soal cerita tentang perkalian untuk melatih kreatifitas.
Khusus siswa yang mampu, penguasaan ditingkatkan sampai
pada perkalian bilangan puluhan dengan puluhan, dan ratusan
dengan puluhan misalnya 25 x 15 atau 235 x 12 dan sebagainya.
2. Metode KUMON
Metode

KUMON

adalah

metode

pembelajaran

yang

ditemukan oleh Toru KUMON dari Jepang. Metode KUMON


menggunakan

prinsip

pembelajaran

kemampuan masing masing siswa

perseorangan

sesuai

dan disusun secara

sistematis step by step.


Sistem belajar KUMON berbeda dengan sistem belajar yang
ada dikursus lain yang memberikan pelajaran secara sama rata.
Dari webside KUMON diketahui bahwa system belajar KUMON
adalah sistem belajar perseorangan yang mengembangkan
kemampuan setiap individu anak. (www. kumon.co.id).
Pada mulanya KUMON diperuntukkan dalam pelajaran
matematika untuk membantu anak mengembangkan potensi yang
dimilikinya, namun belakangan KUMON juga dikembangkan untuk

pembelajaran bahasa inggris dan tersebar ke 44 negara di dunia


termasuk Indonesia.
Bahan

pelajaran

matematika

KUMON

membentuk kemampuan dasar agar anak

bertujuan

untuk

dapat mempelajari

matematika tingkat SMA dengan kemampuanya sendiri.


Bahan pelajaran matematika KUMON terdiri dari 23 level,
dimulai dari yang paling sederhana seperti pengenalan bilangan,
hingga limit fungsi, intergal, diferensial dan statistik setara pelajaran
tingkat SMA. Konsep perkalian KUMON diajarkan pada level C
untuk siswa SD. Rangkaian soal KUMON tersusun secara
sistematis dan Small steps untuk memudahkan anak belajar.
Tahapan penguasaan materi pelajaran dibuat detail setapak demi
setapak. Tujuannya agar anak memiliki kemampuan yang baik
untuk maju kepelajaran berikutnya dan pada akhirnya tidakl
kesulitan dengan pelajaran matematika tingkat SMA. Di lembar
kerja diberikan petunjuk dan contoh soal sehingga anak dapat
mengerjakan soal dengan kemampuanya sendiri. KUMON dapat
diikuti oleh anak pra sekolah, siswa SD, siswa SMP dan siswa SMA
dengan segala tingkat kemampuanya.
Keberhasilan belajar KUMON

ditentukan oleh penguasaan

siswa per lembar kerja dan target waktu pencapaian yang


disepakati bersama. Di kursus KUMON kedekatan siswa dan
pembimbing, pemberi pujian, kesungguhan siswa dan pemberian
feed back sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Sebelum memulai pelajaran di KUMON mula-mula anak perlu
mengikuti tes penempatan untuk magetahui level awal yang tepat.
Setelah itu anak belajar dikursus setiap 2 kali seminggu. Pada hari
kursus siswa bebas datang jam berapa saja diantara jam buka
kursus yang telah ditentukan. Di KUMON masing-masing anak
mendapatkan program belajar secara individual sesuai kemampuan
masing-masing dan mengerjakan secara mandiri. Setelah selesai
lembar kerja diserahkan ke pembimbing untuk diperiksa dan diberi

10

nilai, jika ada yang salah siswa di suruh membetulkan sendiri agar
anak benar-benar menguasai apa yang dipelajari dan tidak
mengulang kesalahan yang sama. Selanjutnya siswa akan
menerima lembar kerja PR untuk dikerjakan di rumah hingga hari
kursus berikutnya. Sebelum pulang siswa mengikuti latihan secara
lisan bersama pembimbing.
Keistimewaan KUMON dibandingkan kursus lain yaitu :
a.

Pelajaran disesuaikan dengan kemampuan masing-masing


anak.

b.

Mulai pelajaran dari hal mudah

c.

Membentuk kemandirian belajar


Karena keistimewaan KUMON tersebut, penulis berpendapat

metode ini tepat untuk siswa Tunagrahita. Khususnya siswa kelas I


SMPLB Tunagrahita di SLB Kemala Bhayangkari 2 Gresik. Sebab
kemampuan dasar perkalian masing-masing siswa tidak sama,
kecepatan belajar mereka juga berbeda, prinsip belajar step by
step sangat cocok bagi mereka demikian juga pembentukan
kemandirian belajar.
Untuk melatih ketrampilan sosial sehingga siswa tidak tumbuh
menjadi egois dan individualis, serta untuk mensiasati hambatan
belajar siswa Tunagrahita akibatnya Keterbatasannya, sengaja
diupayakan adanya variasi dalam menerapkan strategi KUMON.
Variasi yang dimaksud yaitu dengan menggunakan media Rolet
Magnet. Melalui media Rolet Magnet pembelajaran bermakna dan
menyenangkan sehingga siswa lebih mudah dan lebih cepat dalam
memahami

perkalian. Media Rolet Magnet membantu siswa

mengoptimalkan penguasaan perkalian 1 10


Rolet

Magnet

adalah

alat

permainan

perkalian

yang

menggunakan prinsip tebakan, terbuat dari 2 lapis mika besar kecil


diberi warna-warni, berbentuk bulat seperti jam, bisa diputar, yang
setiap

lapisnya

bertuliskan

angka

1-10. Tepat

ditengahnya

disiapkan tempat jawaban yang dilengkapi Magnet. Dengan model

11

pilihan ganda disiapkan kantong pilihan jawaban berisi kartu angka


yang belakangnya ditempeli lempeng aluminium untuk jawaban
salah dan lempeng seng untuk jawaban benar. Sehingga ketika
diletakkan ditempat jawaban pada Rolet Magnet, jawaban benar
akan menempel dan jawaban salah akan jatuh / terlempar. Bentuk
Rolet yang dimaksud sebagai berikut :
PERKALIAN 5
10

Tempat
jawaban

9
10 1

8
Bisa
diputar

6
6

4
5

Cara bermain :

10

15

20

10

15

25

10

20

30

15

25

35

10

20

30

15

35

35

40

30

50

35

45

55

40
45 siswa 50
Secara berkelompok sesuai hasil 10tes penempatan,

duduk mengelilingi Rolet Magnet. Dengan contoh dari guru seorang


siswa mengucapkan 1 soal perkalian sesuai perkalian tertentu yang
telah

disepakati

misalnya

perkalian

5.

siswa

yang

lain

memperhatikan pilihan jawaban yang terdapat dalam kantong


jawaban. Berdasarkan konsep penjumlahan berulang, siswa
mencoba menebak jawaban. Angka tebakan siswa dikeluarkan dari
kantong lalu diletakkan di tengah Rolet Magnet yang diputar. Jika
jawaban benar pasti lengket. Selanjutnya jawaban tersebut dicatat
siswa untuk diingat. Namun jika jawaban salah pasti terlempar dari
Rolet Magnet yang berputar. Demikian seterusnya diulang-ulang
sampai siswa benar-benar memahami perkalian tertentu.
Melalui permainan Rolet Magnet dan latihan soal yang intensif
sesuai sistematika metode KUMON diharapkan penguasaan siswa

12

terhadap perkalian menjadi optimal sehingga siswa tidak lagi


terhambat di dalam menyelesaikan konsep matematika lain yang
didasari perkalian.
3. Tunagrahita dan permasalahannya
a. Pengertian
Menurut

AAMD

(American

Association

On

Mental

Deficiency) yang dikutip Grossman (1998 : 16) anak Tunagrahita


mengacu pada intelek umum yang nyata berada dibawah ratarata dengan kekurangan dalam beradaptasi tingkah laku dan
berlangsung pada masa perkembangan.
M. Amin (1995 : 11) berpendapatan anak Tunagrahita
adalah mereka yang jelas-jelas kecerdasanya di bawah ratarata. Di samping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan, kurang cakap dalam
memikirkan hal yang yang abstrak, sulit dan berbelit-belit.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita
Tunagrahita Ringan disebut juga Tunagrahita mampu didik
atau Debil, mereka memiliki intelegensi berkisar antara 55 70.
mereka

yang

termasuk

dalam

kelompok

ini

meskipun

kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun masih


mempunyai kemampuan untuk berkembang pada bidang
pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan
bekerja. Mereka dapat membaca, menulis dan berhitung secara
sederhana.
Menurut Somad dan Hernawati (1995:64) Tunagrahita
mampu didik yaitu mereka yang masih lancar berbicara tetapi
kurang perbendaharaan katanya, mereka kurang mampu berfikir
abstrak. Tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran
akademik baik di sekolah konvensional maupun di sekolah
khusus. Kecerdasan berfikir Tunagrahita mampu didik maksimal
sama dengan kecerdasan anak normal usia 12 tahun. Secara

13

fisik kondisi mereka sama dengan anak normal, hanya perhatian


dan ingatannya lemah sehingga selalu mengalami kesulitan
dalam memecahkan suatu masalah.
Siswa Tunagrahita mampu didik yang berada di kelas 1
SMPLB Tunagrahita Kemala Bhayangkari 2 Gresik memiliki
karakteristik sama dengan uraian di atas.
i.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis tindakan

yaitu Variasi Metode KUMON dapat mengoptimalkan penguasaan


perkalian pada anak kelas I SMPLB Tunagrahita di SLB.C Kemala
Bhayangkari 2 Gresik.

14

B A B III
METODOLOGI PENELITIAN

A.

RANCANGAN TINDAKAN
Penelitian ini menggunakan prinsip tindakan yang merupakan
upaya yang peneliti pilih untuk mengajarkan siswa menguasai
perkalian 110 melalui media pembelajaran Rolet Magnet sebagai
variasi penerapan metode KUMON.
Pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif
dan kuantitatif menurut model Kemmis dan MC Taggart yang terdiri
dari 4 komponen yaitu : Perencanaan, tindakan/ implementasi,
pengamatan/ observasi, refleksi.
Untuk memperoleh gambaran lengkap tentang pendekatan
penelitian tindakan kelas ini, berikut akan diuraikan lebih lanjut
1.

PERENCANAAN
Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan terlebih dahulu
disusun

perencanaan

yang

sistematis

sehingga

nantinya

memudahkan peneliti didalam pelaksanaan tindakan. Adapun


perencanaan yang dimaksud adalah :

Menyiapkan media pembelajaran Rolet Magnet


Pembuatan Rolet Magnet pengerjaanya rumit dan memerlukan
keahlian khusus karena itu penulis minta bantuan pada biro jasa
yang kompeten. Pengerjaan keseluruhan media Rolet Magnet
diperkirakan selesai dalam waktu 2 bulan

Menyiapkan instrumen
Karena di dalam pelaksanaan tindakan nantinya disertai
observasi maka sebelumnya harus dipersiapkan instrumen dan
penggandaanya, instrumen observasi penelitian tindakan kelas
ini memuat indikator yang diharapkan dapat mengambarkan
keberhasilan

dan kekurangan keseluruhan tindakan dalam

15

upaya meningkatkan penguasaan perkalian melalui variasi


metode KUMON. Indikator yang digunakan terdiri dari unsur
guru dan siswa yaitu :
-

Penguasaan bahan pelajaran

Penyampaian materi

Metode yang digunakan

Pengorganisasian siswa

Penciptaan situasi kondusif

Penguasaan media

Bimbingan terhadap siswa

Semangat kerja guru

Cara mengadakan evaluasi

Pemberian umpan balik

Kesiapan siswa

Minat belajar siswa

Tanggung jawab terhadap tugas

Keterampilan menggunakan media

Kemandirian belajar

Kerjasama dalam kelompok

Waktu untuk mencapai ketuntasan belajar

Penguasaan materi pelajaran per level

Peningkatan penguasaan perkalian

Aplikasi materi secara kontekstual.

Selain instrumen observasi, peneliti dan teman kolaborasi juga


menyiapkan

instrumen

tes

kemampuan

awal,

untuk

penempatan siswa sesuai kemampuanya. Contoh instrumen


dapat dilihat pada lampiran foto A dan lampiran 1,2

Menyiapkan pentahapan materi pelajaran


Pentahapan materi pelajaran pada dasarnya sama dengan
level yang ada pada KUMON hanya kami sesuikan dengan
kondisi siswa dan keterbatasan waktu yang kami miliki.

16

Pentahapan tersebut tercermin pada lembar kerja dan lembar


tugas siswa.
Secara umum pentahapan bahan perkalian KUMON yang
telah kami sesuaikan adalah sebagai berikut :
Setelah memahami konsep penjumlahan berulang

siswa menguasai perkalian tertentu mulai perkalian 1 sampai


perkalian 10 dengan cara
-

Urut menyamping dan tersusun ke bawah

Dibolak balik menyamping dan tersusun ke bawah

Kombinasi secara urut dan dibolak balik menyamping


dan tersusun ke bawah

Perkalian campuran sederhana (2-6)

Perkalian campuran lebih komplek (7-9)

Bilangan kelipatan sebagai hasil perkalian

Pemantapan

penguasaan

perkalian

dengan

penyelesaian soal tersusun ke bawah bilangan ratusan


dengan satuan
-

Soal tersusun ke bawah ratusan dengan puluhan

Soal cerita perkalian

Penemuan soal cerita dari masalah disekitar siswa untuk


melatih kreatifitas

Penerapan penguasaan perkalian secara kontekstual

Menyiapkan lembar kerja dan lembar tugas


Guna menunjang penguasaan perkalian melalui variasi
metode KUMON, lembar kerja dan lembar tugas harus
dipersiapkan. Sebab penerapan sistem belajar KUMON tidak
bisa lepas dari keduanya. Lembar kerja diperlukan untuk
meningkatkan pemahaman perkalian dan melatih kemandirian
siswa saat pembelajaran di sekolah, sedangkan lembar tugas
diberikan

untuk

pemantapan

penguasaan

perkalian

dan

memupuk tanggung jawab siswa dirumah kedua lembar

17

tersebut berisi urutan materi KUMON berupa soal tersusun


sistematis step by step.
Bentuk lembar kerja dan lembar tugas secara lengkap
akan ditampilkan mulai lampiran 3.1

Menyusun scenario pembelajaran


Pembelajaran perkalian dengan variasi metode KUMON
dilaksanakan dalam 3 siklus. Semula direncanakan dimulai
pada awal Nopember 2005, tetapi karena terhambat media
Rolet Magnet yang belum selesai akhirnya diundur. Setiap siklus
dilaksanakan selama 3 minggu, setiap minggu 3 kali pertemuan
pada hari Rabu, jumat dan sabtu masing-masing selama satu
jam (60 menit).
Setiap pertemuan selalu diobservasi dan pada waktu
tertentu dilakukan rekaman gambar vidio, evaluasi dan refleksi
untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
Tindakan pada siklus I dimulai pada tanggal 16 Nopember
2005 dan berakhir pada tanggal 3 Desember 2005
Setelah dilakukan shooting tanggal 3 Desember, pada 7
Desember dilakukan evaluasi dan refleksi. Jumat 9 Desember
2005 dimulai pelaksanaan siklus II sampai 28 Desember 2005.
siklus III dimulai 4 Januari 2006, karena terpotong UAS
dilanjutkan pada awal Pebruari.
Jadwal

pelaksanaan tindakan secara

lengkap

akan

ditampilkan pada lampiran 4.


2.

IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari
scenario pembelajaran yang telah direncanakan. Secara rinci
implementasi tindakan per siklus diuraikan sebagai berikut :

18

Siklus I
Pada siklus I yang dimulai tanggal 16 Nopember 2005
prosedur pembelajaran perkalian dilaksanakan seperti di bawah
ini. Kegiatan diawali dengan :
Mensosialisasikan

rencana

pelaksanaan

penelitian tindakan kelas


Mensosialisasikan media Rolet Magnet di

depan kelas

Mengatur tempat duduk siswa agar terfokus

pada Rolet Magnet

Menyiapkan tempat kantong pilihan jawaban

Menyiapkan lembar kerja dan lembar tugas


siswa

Menyiapkan perangkat observasi

Melakukan tes penempatan

Menciptakan suasana kelas yang kondusif

Setelah semuanya siap, pelaksanaan tindakan selanjutnya


yaitu :
Berdasarkan

hasil

tes

penempatan,

guru

menentukan perkalian yang diharapkan dikuasai pada siklus


I.

Untuk contoh klasikal diambil perkalian, yang


belum banyak dikuasai siswa yaitu perkalian 3.

Setelah disiapkan kantong pilihan jawaban


perkalian 3 siswa diberi tugas menjawab secara lisan
perkalian tertentu yang ditanyakan guru yang tertera pada
Rolet Magnet.

Jawaban siswa dikonfirmasikan dengan pilihan


jawaban pada kantong jawaban.

Guru

menyuruh

siswa

mengambil

kartu

bilangan yang tersedia pada kantong pilihan jawaban sesuai

19

dengan jawaban yang dikemukakan oleh siswa. Kartu


tersebut lalu diletakkan pada pusat Rolet Magnet yang
sudah diputar. Jika jawaban benar maka kartu akan
menempel namun jika salah maka kartu akan terlempar.
Jawaban benar lalu dicatat masing-masing siswa secara urut
hingga diperoleh data hasil perkalian 3.
Dengan pengalaman nyata lewat permainan

Rolet Magnet tanpa disadari siswa sudah di bawa untuk


memahami dan menghafal perkalian 3.
Selama siklus I kegiatan seperti ini diulang-

ulang dari perkalian mudah sedikit demi sedikit diupayakan


meningkat ke perkalian selanjutnya mulai 2,3,4,5 dan
seterusnya sampai perkalian 10.
Diakhir tindakan siswa mengerjakan lembar

kerja yang sekaligus berfungsi sebagai lembar tes.


Hasil kerja siswa dikoreksi jika ada yang salah

disuruh membentulkan sendiri agar lebih faham.


Ukuran keberhasilan didasarkan pada hasil kerja siswa
sebelum dibetulkan dan lama waktu yang dibutuhkan untuk
menjawab semua soal.
Untuk pemantapan sebelum pulang dilakukan

Tanya jawab lisan dan diberi lembar tugas untuk dikerjakan


di rumah
Setiap

kegiatan

selalu

diobservasi

oleh

pengamat.
Hasil

observasi

kemudian

dianalisis

dan

dilakukan refleksi. Pembahasan detail tentang observasi dan


refleksi siklus I akan disajikan tersendiri pada sub bab
observasi dan refleksi. Pelaksanaan siklus I dapat dilihat
pada bukti lampiran foto B.

Siklus II

20

Siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Berdasarkan


hasil observasi, interpretasi, dan diskusi balikan bersama
teman kolaborasi, diperoleh data awal yang digunakan untuk
menentukan tindakan perbaikan pada siklus ini.
Prosedur pembelajaran sama hanya ada beberapa hal
yang perlu diperbaiki. Dari segi guru :
-

Penciptaan situasi kondusif

Semangat kerja guru

Dari segi siswa :


-

Kurangnya kemandirian siswa

Waktu untuk mencapai ketuntasan belajar

Penguasaan materi pelajaran per level

Peningkatan penguasaan perkalian

Aplikasi materi secara kontekstual


Ulasan selengkapnya akan dibahas pada kolom refleksi.

Bukti siklus II bisa dilihat pada foto C

Siklus III
Banyak kemajuan yang terjadi setelah siklus II selesai
sehingga pada siklus III peningkatan penguasaan perkalian
siswa benar-benar nampak.
Pembelajaran pada siklus III lebih ditekankan pada
peningkatan penguasaan perkalian terutama dalam rangka
aplikasi materi secara kontekstual. Hasil pengamatan selama
siklus III diperkuat data dari gambar vidio akan diungkapkan
pada kolom observasi, sedangkan deskripsi lengkap tentang
analisis dan kajian mendalam tentang tindakan pada siklus III
akan diuraikan pada bagian Refleksi. Gambaran siklus III
dapat dilihat pada foto D.

3.

OBSERVASI

21

Dalam

pelaksanaan

observasi,

peneliti

menggunakan

observasi terstruktur untuk melihat pelaksanaan pembelajaran


matematika tentang perkalian dapat dilaksanakan dengan baik atau
terjadi penyimpangan yang dapat memberi dampak hasil yang
kurang maksimal pada anak Tunagrahita.
Observasi dilakukan oleh anggota peneliti, perekaman data
dilakukan dengan checklist. Untuk memperkuat data pada setiap
siklus sesekali dilakukan perekaman gambar dengan vidio.
Pada tiap siklus ada 9 kali tindakan berarti 9 kali pengamatan.
Keseluruhan hasil pengamatan per indikator kemudian dianalisis
dan didiskusikan dengan teman kolaborasi untuk menentukan
langkah perbaikan pada siklus selanjutnya.
Bukti pelaksanaan observasi bisa dilihat pada foto E dan hasil
observasi akan ditampilkan pada bab IV tentang hasil Penelitian.
4.

REFLEKSI
Refleksi merupakan upaya untuk mengkaji apa yang telah
terjadi atau tidak terjadi. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan
langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan

PTK.

Berdasarkan

dapat

pengamatan

selama

penelitian

tindakan

diterangkan hal-hal sebagai berikut :


Siklus I
Dari 9 kali tindakan rata-rata
o

Penguasaan guru terhadap bahan pelajaran sangat bagus.


Ada penurunan pada pertemuan ke 4 karena guru kurang sehat,
dan pertemuan ke 6 karena konsentrasi guru sedikit terganggu.
Namun pada pertemuan ke 1,2,3,5,8 dan 9 penguasaan guru
sangat sempurna. Jadi perlu dipertahankan pada siklus II.

Penyampaian materi oleh guru dalam pembelajaran sangat


bagus, jelas, mudah dipahami, dan tidak terlalu cepat selama 9
kali tindakan pada siklus I baik sekali bahkan mendekati
istimewa. Hal ini perlu dipertahankan pada siklus II.

22

Metode yang digunakan bagus, bervariasi ada ceramah,


Tanya

jawab,

pembelajaran

tugas,

imitasi

dan

driil,

dengan

strategi

inkuiri, kooperatif dan kontekstual sesekali

diselingi kompetitif untuk memotivasi semangat belajar siswa.


Perlu dipertahankan pada siklus II.
o

Pengorganisasian siswa bagus perlu dipertahankan ada


kegiatan klasikal, ada kelompok kecil sesuai kemampuan, ada
juga tugas secara mandiri.

Penciptaan situasi kondusif masih perlu ditingkatkan. Dari


pengamatan gambar vidio, dan hasil observasi nampak situasi
pembelajaran masih agak kaku, kurang ceria sehingga belum
menampakkan ciri PAKEM, padahal variasi KUMON dan Rolet
Magnet didesain sebagai pembelajaran PAKEM.

Penguasaan media sangat bagus, hal ini bisa dibuktikan dari


rekaman vidio dan hasil pengamatan selama tindakan, perlu
dipertahankan disiklus II

Bimbingan terhadap siswa juga bagus perlu dipertahankan


bias dilihat di rekaman vidio baik bimbingan dalam penggunaan
Rolet Magnet, pengerjaan lembar kerja dan lembar tugas
maupun pemusatan perhatian siswa terhadap pelajaran.
Jika ada yang perlu ditingkatkan yaitu bimbingan dalam
keterampilan sosial siswa agar tidak menjadi egois sudah
dibiasakan

melalui

kegiatan

kelompok

hanya

kurang

dikomunikasikan jadi perlu diperbaiki pada siklus II


o

Semangat kerja guru lebih dari cukup, nampak dari hasil


pengamatan dan rekaman vidio bahwa semangat kerja guru
masih perlu ditingkatkan supaya situasi kelas menjadi hidup.

Cara mengadakan evaluasi sangat bagus sistematis step by


step baik tertulis maupun lisan. Hasilnya selalu dikoreksi untuk
memberikan balikan. Ada yang perlu diperhatikan bahwa siswa
kami ternyata tidak dapat diberi soal yang banyak sekaligus.
Kebanyakan mereka merasa pusing jadi lembar soal dibuat

23

sederhana, tidak banyak variasi pengerjaan dan diusahakan


menarik . cara ini perlu dipertahankan pada siklus II.
o

Pemberian umpan balik baik sekali, hal ini dapat dicermati


dari CD dan hasil observasi. Setiap keberhasilan siswa direspon
positif, kekurangan siswa bukan dicela tetapi diperbaiki. Dengan
demikian motivasi belajar siswa terpelihara. Hal ini selanjutnya
perlu dipertahankan.

Kesiapan siswa bagus sekali karena guru selalu berupaya


memulai pelajaran setelah siswa benar-benar siap. Pada siklus
II hal ini perlu dipertahankan.

Minat belajar siswa baik sekali harus dipertahankan. Hal ini


bisa diamati dari CD dan hasil observasi selama dilakukan
tindakan. Peneliti bisa merasakan hal ini karena siswa selalu
minta belajar perkalian. Untuk memelihara minat sesekali seusai
penelitian, siswa dibelikan konsumsi. Yang pasti feed beck
selalu diperhatikan.

Tanggung jawab siswa terhadap tugas bagus sekali, selama


disekolah lembar kerja selalu dikerjakan dengan sungguh
sungguh dan lembar tugas rumah selalu dikumpulkan

ke

peneliti keesokan harinya setelah diselesaikan, perlu dilanjutkan


pada siklus II
o

Keterampilan siswa dalam menggunakan media sangat


bagus. Selama mereka dapat mengerjakan soal frekwensi
penggunaan Rolet Magnet berkurang, namun jika lupa mereka
belajar dengan bantuan Rolet Magnet.
Pada tahap awal ada yang menarik dari siswa kami yaitu jika
ditanya langsung tentang jawaban soal mereka sering lupa,
tetapi jika ditunjukkan pada tempat pilihan jawaban mereka
langsung ingat. Hal ini karena kesan yang mereka dapat selama
menggunakan media. Hal ini perlu dipertahankan pada siklus II

Kemandirian belajar siswa masih perlu ditingkatkan kegiatan


pada siklus I banyak yang bersifat klasikal dan kelompok. Ketika

24

mengerjakan lembar kerja masih sering bertanya. Hal ini akan


diperbaiki pada siklus II
Kerjasama dalam kelompok bagus sebab siklus I memang

didesain untuk melatih keterampilan sosial terutama kerjasama


dengan teman. Hal ini untuk mengimbangi cara belajar KUMON
yang individual, sehingga siswa tidak tumbuh egois. Kerjasama
ini perlu dipertahankan pada siklus II.
Waktu untuk mencapai ketuntasan masih perlu ditingkatkan

dari 30 menit setiap penelitian masih ada beberapa siswa yang


belum selesai mengerjakan lembar kerja. Ada satu dua siswa
yang selesai tapi belum mencapai nilai 100. menurut KUMON
berarti belum tuntas.
Penguasaan materi per level pada umumnya baik hanya ada

tiga siswa yang perlu perhatian khusus karena setelah


menguasai perkalian tertentu jika dilanjutkan ke level lebih
tinggi, pelajaran yang lalu menjadi lupa. Jadi pada siklus II lebih
ditingkatkan lagi.
Peningkatan penguasaan perkalian sudah baik, semua

siswa umumnya lebih meningkat dibanding hasil tes awal.


Decky dari perkalian 2 ke perkalian 3
Ovita

dari perkalian 2 ke perkalian 3

Jayanti dari perkalian 2 ke perkalian 4


Asmaul dari perkalian 3 ke perkalian 6
Siti

dari perkalian 3 ke perkalian 5

Rizky

dari perkalian 3 ke perkalian 5

Hal ini perlu dilanjutkan pada siklus II


o

Aplikasi materi secara kontekstual masih sangat perlu untuk


diperhatikan pada siklus selanjutnya.
Pada siklus I ini, penekanan pembelajaran pada pemahaman
perkalian belum sampai pada aplikasi oleh karena itu aspek
kontekstual belum diutamakan tetapi contoh-contoh secara lisan

25

sudah dikemukakan. Dengan demikian dapat disimpulkan


beberapa hal yang perlu diperbaiki pada siklus II yaitu :

Penciptaan situasi kondusif

Kemandirian belajar siswa

Aplikasi materi secara kontekstual

Sedangkan yang perlu ditingkatkan yaitu :

Semangat kerja guru

Waktu untuk mencapai ketuntasan

Dan penguasaan materi per level karena masih ada 2


siswa yang sudah hafal perkalian tertentu, tetapi begitu
menginjak ke level berikutnya, apa yang sudah dikuasai
menjadi lupa lagi yaitu Decky dan Ovita.
Tindakan refleksi ini berdasarkan hasil obsevasi melalui

format terstruktur, hasil tes siswa, CD hasil rekaman vidio dan


foto F
Siklus II
Siklus II adalah perbaikan dari siklus I. unsur yang bagus
dipertahankan, yang perlu ditingkatkan lebih diperhatikan, dan yang
perlu diperbaiki dicari solusi pemecahanya.
Untuk menciptakan situasi kondusif dan kemandirian belajar
pada siklus II siswa diajak bermain dan belajar di aula sehingga
pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini sesuai dengan prinsip
KBK. Pada siklus II ini materi pelajaran yang dikuasai siswa
diharapkan meningkat, variasi lembar tugas dan lembar kerja juga
lebih komplek. Pada akhir siklus II ada peningkatan penguasaan
perkalian yaitu :
Decky

dari perkalian 3 ke perkalian 4

Ovita

dari perkalian 3 ke perkalian 5

Jayanti

dari perkalian 4 ke perkalian 6

Asmaul

dari perkalian 6 ke perkalian 8

Siti

dari perkalian 5 ke perkalian 7

Rizky

dari perkalian 5 ke perkalian 7

26

Variasi soal sudah sampai pada bentuk tersusun ke bawah


dan soal cerita. Dari interpretasi analisis data yang perlu diperbaiki
pada siklus III yaitu penerapan penguasaan perkalian secara
kontekstual disamping penguasaan level perkalian pada tingkat
yang lebih tinggi.

27

Siklus III
Siklus ini merupakan penyempurnaan dari siklus sebelumnya.
Peningkatan penguasaan perkalian diupayakan sampai optimal,
variasi soal lebih kompleks lagi, ada model kelipatan, tersusun ke
bawah ratusan dikali puluhan, soal cerita penerapan penguasaan
perkalian secara kontekstual (untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan) dan melatih siswa menciptakan soal dari situasi sekitar
(untuk melatih kreatifitas).
Pada akhir siklus III keseluruhan tindakan direfleksi sehingga
disimpulkan bahwa tujuan penelitian tindakan sudah tercapai.
Hasil maksimal penguasaan perkalian siswa yaitu :
Decky sampai perkalian 6 tetapi perkalian 10 sudah bisa
Ovita sampai perkalian 7 dan menguasai perkalian 10
Jayanti sampai perkalian 8 dan menguasai perkalian 10
Siti sampai perkalian 10 tetapi belum cepat mengerjakan soal
tersusun ke bawah bilangan ratusan dan puluhan.
Asmaul dan Rizky sudah benar-benar menguasai perkalian 1 10
dengan model soal bagaimanapun juga.
B.

LOKASI DAN SUBYEK PENELITIAN


Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas I SMPLB
Tungrahita ringan di SLB C Kemala Bhayangkari 2 Gresik dengan
jumlah siswa 6 orang, kemampuan masing-masing siswa variatif dan
secara umum lambat dalam menerima pelajaran. Mereka tergolong
siswa Tunagrahita ringan.

C.

PENGUMPULAN DATA
Data dalam penelitian tindakan ini dikumpulkan melalui observasi
terstruktur selama 27 kali pertemuan sejak siklus I sampai siklus 3.
Selain dengan observasi peneliti juga menggunakan tes untuk
memperkuat data optimalisasi penguasaan perkalian siswa. Tes
tersebut berupa hasil kerja siswa dalam lembar kerja dan lembar

28

tugas. Materi tes disusun sistematis sesuai level KUMON hanya


disesuaikan dengan kondisi siswa. Pengumpulan data peningkatan
penguasaan perkalian didasarkan pada ketuntasan siswa, peningkatan
level yang tercermin dari hasil lembar kerja dan lembar tugas serta
kemampuan siswa dalam Tanya jawab lisan. Keseluruhan data akan
ditampilkan pada bab IV tentang hasil penelitian.
D.

ANALISA DATA
Data yang diperoleh melalui observasi persiklus selama sembilan
kali pertemuan dianalisis dengan mean (rata-rata) untuk menentukan
kreteria kelebihan atau kelemahan tindakan. Melalui kegiatan refleksi,
setiap indikator dicermati, sehingga diperoleh kesimpulan untuk
program perbaikan pada siklus berikutnya.
Data yang diperoleh melalui tes pada lembar kerja dan lembar
tugas setiap pertemuan dalam setiap siklus dikumpulkan lalu
diprosentase berapa siswa yang tuntas (dengan melihat nilai yang
diperoleh siswa selama 30 menit waktu yang ditetapkan). Data ini
untuk mengetahui penguasaan siswa secara umum. Sedangkan untuk
mendapatkan data peningkatan penguasaan perkalian setiap siswa
secara pribadi, peneliti membuat catatan khusus pencapaian siswa
setiap siklus, hasil analisis peningkatan penguasaan perkalian secara
umum ditampilkan pada bab IV tabel VII sedangkan peningkatan per
siswa pada tabel VIII.
Untuk memperjelas hasil analisis data baik hasil observasi
maupun

peningkatan

penguasaan

perkalian

ditampilkan dalam bentuk diagram batang.

siswa,

keduanya

29

B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

DESKRIPSI DATA HASIL PENGAMATAN


Dengan menggunakan blangko observasi, peneliti dan rekan
kolaborasi menilai pelaksanaan tindakan dalam rangka optimalisasi
penguasaan perkalian selama 27 kali pertemuan yang terbagi dalam 3
siklus yaitu siklus I sampai siklus III. Hasil observasi tersebut adalah
sebagai berikut :
TABEL I

DATA HASIL OBSERVASI TINDAKAN


NILAI TINDAKAN DALAM PERTEMUAN
NOMOR
INDIKATOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1

10 10 10 8 10 8 9 10 10 10 10 10 8 10 9 9 10 10 9 9 10 10 10 10 10 10 10

10 9 10 9 10 9 10 10 10 9 10 10 10 9 10 10 10 10 9 10 10 9 10 10 10 10 10

8 8 8 8 9 8 8 8 8 8 8 8 8 9 8 9 9 8 8 8 9 9 9 9 9 10 10

8 8 9 8 8 8 8 9 9 8 8 9 8 8 8 9 9 9 8 8 9 9 9 9 10 10 10

6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 9 8 8 8 8 8 8 8 8 9 10 9 9 9 10 10

10 10 10 8 9 9 9 10 10 10 10 10 8 9 9 10 10 10 9 9 10 10 10 10 10 10 10

8 8 8 8 8 8 8 8 8 10 10 9 8 8 8 8 8 8 10 10 9 9 8 9 8 10 10

7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 9 10 10 10 10 10 8 9 10 9 9 10 10 10 10

10 10 10 8 10 9 9 10 10 10 10 10 8 10 9 9 10 10 8 10 10 10 10 9 9 10 10

10

8 9 9 9 10 10 10 10 10 8 9 9 10 10 10 10 10 10 9 8 9 10 10 10 10 10 10

11

9 9 9 9 9 9 10 10 10 9 9 9 9 9 9 10 10 10 9 9 9 9 9 10 10 10 10

12

9 9 9 9 9 8 9 9 10 9 9 9 9 9 8 9 9 10 9 10 9 9 10 10 10 10 10

13

9 9 10 9 9 9 10 9 9 9 9 10 9 9 10 10 9 9 9 10 10 10 10 9 10 10 10

14

9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 9 9 9 9 9 10 10 10 10

15

6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 9 8 8 9 9 9 9 10 10 10

16

8 9 8 8 9 8 9 9 9 8 9 8 8 8 9 9 9 9 9 7 10 10 10 8 9 9 10

17

7 7 7 7 7 8 7 8 8 7 7 8 8 9 8 9 8 8 8 9 9 10 10 10 10 10 10

18

7 7 8 8 8 7 7 7 8 7 7 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9

19

7 7 8 8 8 8 8 9 9 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10

20

5 5 5 5 5 5 5 6 6 5 5 5 5 5 6 6 6 6 8 8 8 9 9 10 10 10 10

30

Untuk selanjutnya, data observasi tindakan ini dibagi persiklus,


dianalisis dan direfleksi untuk menentukan tindakan perbaikan.
Sedangkan untuk mengetahui peningkatan penguasaan perkalian
siswa, berikut ditampilkan data hasil tes yang dikumpulkan melalui
penilaian lembar kerja siswa. Hasil penilaian lembar tugas tidak
ditampilkan pada bab ini karena selalu seratus.
TABEL II
DATA HASIL PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA

DECKY

100
90
100
100
80
90
100
100
100
100
100
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

JAYANTI

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
100 100
90 100
100 80
100 100
100 80
100 85
85 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 85
100 100
100 100
90 90
100 100
100 100
100 100
100 100
100 85
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 100

NAMA
SISWA

100
100
90
100
100
100
90
100
100
100
100
100
100
100
95
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

OVITA

ASMAUL

100
100
100
100
95
100
100
100
100
100
100
100
95
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

RIZKY

100
90
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
95
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

SITI

B.

ANALISIS DATA
Untuk menentukan kreteria keberhasilan tindakan dalam rangka
optimalisasi penguasaan perkalian melalui variasi metode KUMON,
data hasil observasi tindakan setiap siklus kita tabulasikan kemudian
kita analisis dengan mean. Kelebihan yang kita capai sesuai indikator
kita pertahankan pada siklus selanjutnya, sedang kelemahan pada
indikator tertentu kita jadikan acuan untuk perbaikan pada siklus
berikutnya.
Hasil

rata-rata

ketiga

siklus

lalu

kita

bandingkan

untuk

mengetahui perkembangan mutu tindakan. Guna memperjelas hasil


analisis dan memudahkan interpretasi, data peningkatan mutu
tindakan akan ditampilkan dalam bentuk diagram batang. Analisis data
selengkapnya sebagai berikut :

31

TABEL III
HASIL ANALISIS RERATA TINDAKAN PADA SIKLUS I
NOMOR
INDIKATOR

NILAI PERTEMUAN
3
4
5
6
7

RATA
RATA

KRETERIA

10 10 10

8 10

9 10 10

9,4

Baik sekali

10

9 10

9 10

9 10 10 10

9,7

Baik sekali

8,1

Baik

8,3

Baik

6,3

Cukup

10 10 10

9 10 10

9,4

Baik sekali

6
7

8,0

Baik

7,2

Lebih dari cukup

8 10

9 10 10

9,6

Baik sekali

10 10 10

10

9 10 10 10 10 10

9,4

Baik sekali

11

9 10 10 10

9,3

Baik sekali

12

9 10

9,0

Baik sekali

13

9 10

9 10

9,2

Baik sekali

14

9,0

Baik sekali

15

6,4

Cukup

16

8,6

Baik

17

7,3

Lebih dari cukup

18

7,4

Lebih dari cukup

19

8,0

Baik

20

5,2

Hampir cukup

32

TABEL IV
HASIL ANALISIS RERATA TINDAKAN PADA SIKLUS II
NOMOR
INDIKATOR
1

NILAI PERTEMUAN
3
4
5
6
7

10 10 10

8 10

RATA
RATA

KRETERIA

9 10 10

9,6

Baik sekali

9 10 10 10

9 10 10 10 10

9,8

Baik sekali

8,3

Baik

8,4

Baik

7,9

Baik

10 10 10

9 10 10 10

9,6

Baik sekali

10 10

8,6

Baik

9 10 10 10 10 10

9,3

Baik sekali

8 10

9 10 10

9,6

Baik sekali

8
9

10 10 10

10

9 10 10 10 10 10 10

9,6

Baik sekali

11

9 10 10 10

9,3

Baik sekali

12

9 10

9,0

Baik sekali

13

9 10

9 10 10

9,3

Baik sekali

14

9 10 10

9,2

Baik sekali

15

8,0

Baik

16

8,6

Baik

17

8,0

Baik

18

8,0

Baik

19

8,6

Baik

20

5,4

Hampir cukup

33

TABEL V
HASIL ANALISIS RERATA TINDAKAN PADA SIKLUS III
NOMOR
INDIKATOR

NILAI PERTEMUAN
3
4
5
6
7

RATA
RATA

KRETERIA

10 10 10 10 10 10 10

9,8

Baik sekali

10 10

10 10 10 10 10

9,8

Baik sekali

10 10

9,0

Baik sekali

10 10 10

9,1

Baik sekali

10

10 10

9,1

Baik sekali

10 10 10 10 10 10 10

9,8

Baik sekali

10 10

10 10

9,2

Baik sekali

10

10 10 10 10

9,4

Baik sekali

10 10 10 10

10 10

9,6

Baik sekali

10

10 10 10 10 10 10

9,6

Baik sekali

11

10 10 10 10

9,4

Baik sekali

12

10

10 10 10 10 10

9,7

Baik sekali

13

10 10 10 10

10 10 10

9,8

Baik sekali

14

10 10 10 10

9,4

Baik sekali

15

10 10 10

9,1

Baik sekali

16

10 10 10

10

9,1

Baik sekali

17

10 10 10 10 10 10

9,6

Baik sekali

18

9,0

Baik sekali

19

10 10 10 10 10 10

9,7

Baik sekali

20

9,1

Baik sekali

10 10 10 10

34

TABEL VI
ANALISIS PERBANDINGAN HASIL RERATA
NILAI TINDAKAN SIKLUS I SAMPAI SIKLUS III
NOMOR
INDIKATOR

RERATA
SIKLUS I

RERATA
SIKLUS II

RERATA
SIKLUS III

9,4

9,6

9,8

Meningkat

9,7

9,8

9,8

Meningkat

8,1

8,3

9,0

Meningkat

8,3

8,4

9,1

Meningkat

6,3

7,9

9,1

Meningkat

9,4

9,6

9,8

Meningkat

8,0

8,6

9,2

Meningkat

7,2

9,3

9,4

Meningkat

9,5

9,6

9,6

Meningkat

10

9,4

9,6

9,6

Meningkat

11

9,3

9,3

9,4

Meningkat

12

9,0

9,0

9,7

Meningkat

13

9,2

9,3

9,8

Meningkat

14

9,0

9,2

9,4

Meningkat

15

6,4

8,0

9,1

Meningkat

16

8,5

8,5

9,1

Meningkat

17

7,3

8,0

9,6

Meningkat

18

7,4

8,0

9,0

Meningkat

19

8,0

8,5

9,7

Meningkat

20

5,2

5,4

9,1

Meningkat

KETERANGAN

35

DIAGRAM I
PERBANDINGAN RERATA
NILAI TINDAKAN SIKLUS I SAMPAI SIKLUS III
-------------------------------------------------------------------------------

36

Data peningkatan penguasaan perkalian dianalisis dari lembar


kerja dan lembar tugas yang berisi materi pelajaran yang telah
tersusun sistematis step by step pada akhir setiap pertemuan.
Peningkatan penguasaan perkalian dicermati dengan dua tujuan
yaitu untuk mengetahui penguasaan perkalian siswa secara umum
melalui analisis prosentase ketuntasan belajar. Dan untuk mengetahui
peningkatan

penguasaan

setiap

siswa

melalui

analisis

level

pencapaian baik melalui lembar kerja siswa atau hasil Tanya jawab
lisan. Analisis tersebut sebagai berikut :
TABEL VII
HASIL ANALISIS KETUNTASAN BELAJAR
NAMA
SISWA

NILAI TINDAKAN DALAM PERTEMUAN


DAYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 SERAP

JAYANTI

OVITA

SITI

ASMAUL

RIZKY

Jumlah
siswa yg tunts

6 3 4 6 3 4 4 6 6 6 6 4 5 6 3 5 6 6 6 5 6 6 6 6 6 6 6

77,8%
88,9%
85,2%
88,9%
92,6%
92,6%

100

100

100

50

100

83,3

100

66,6

100

100

100

66,6

50

66,6

100

100

100

100

100

83,3

100

100

83,3

100

50

666

PROSENTASE

100

DECKY

TABEL VIII
HASIL ANALISIS PENINGKATAN
PENGUASAAN PERKALIAN SETIAP SISWA
NAMA SISWA

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Decky

Perkalian 2 ------> 3 Perkalian 3 ------> 4 Perkalian 4 ------> 6

Jayanti

Perkalian 2 ------> 4 Perkalian 4 ------> 6 Perkalian 6 ------> 8

Ovita

Perkalian 2 ------> 3 Perkalian 3 ------> 5 Perkalian 5 ------> 7

Siti

Perkalian 3 ------> 5 Perkalian 5 ------> 7 Perkalian 7 ------> 10

Asmaul

Perkalian 3 ------> 6 Perkalian 6 ------> 8 Perkalian 8 ------> 10

Rizky

Perkalian 3 ------> 5 Perkalian 5 ------> 7 Perkalian 7 ------> 10

37

Data tersebut kemudian kita tampilkan dalam bentuk diagram


batang tampak sebagai berikut :
DIAGRAM II
PENINGKATAN PENGUASAAN PERKALIAN TIAP SISWA
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

3
Kemampuan Awal

Keterangan :

i.

= Decky

= Siti

= Jayanti

= Asmaul

= Ovita

= Rizky
INTERPRETASI HASIL ANALISIS

Dari tabel III Hasil Analisis Rerata Tindakan pada siklus I dapat
dikemukakan beberapa indikator tindakan yang telah dicapai dengan
sangat bagus yaitu :
-

Penguasaan bahan pelajaran

Penyampaian materi pelajaran

Penguasaan media

Cara mengadakan evaluasi

Pemberian umpan balik

38

Kelima indikator tersebut berasal dari pihak guru. Pada siklus II hal-hal
di atas perlu dipertahankan bahkan jika mungkin disempurnakan.
Dari pihak siswa unsur yang sangat bagus yaitu :
-

Kesiapan siswa

Minat belajar siswa

Tanggung jawab terhadap tugas dan

Ketrampilan menggunakan media

Hal-hal yang sudah baik tapi perlu ditingkatkan yaitu :


-

Metode yang digunakan guru

Pengorganisasian siswa

Bimbingan terhadap siswa

Kerjasama siswa dan

Peningkatan penguasaan perkalian

Sedangkan indikator yang pencapaiannya belum memuaskan dan


perlu diperbaiki atau ditingkatkan pada siklus II yaitu :
-

Penciptaan situasi kondusif


Perbaikannya direncanakan dengan melakukan pembelajaran di
luar kelas yaitu di Joglo.

Semangat kerja guru


Perbaikannya dengan meningkatkan semangat kerja.

Kemandirian belajar siswa


Perbaikannya dengan mengerjakan lembar kerja perorangan di
Joglo dengan media Rolet Magnet seorang satu.

Waktu untuk mencapai ketuntasan dan

Penguasaan materi per level


Perbaikannya dengan memperbanyak variasi soal pada lembar
kerja dan mengintensifkan tanya jawab lisan untuk memperkuat
pemahaman siswa.

Aplikasi materi secara kontekstual


Direncanakan dengan tanya jawab tentang benda atau situasi di
sekitar siswa dalam bentuk perkalian.

39

Dari tabel IV Hasil Analisis Rerata Tindakan pada siklus II


nampak ada peningkatan kualitas tindakan dimana indikator yang
terdeteksi baik sekali ada 10. sembilan diantaranya sedikit meningkat
dari indikator yang sangat bagus pada siklus I. ada perbaikan pada
indicator semangat kerja guru menjadi bagus sekali. Sedangkan
indikator yang lain meningkat menjadi lebih baik yaitu :
-

Penciptaan situasi kondusif

Kemandirian belajar siswa

Waktu untuk mencapai ketuntasan

Penguasaan materi per level.


Jika kita amati hampir semua rerata tindakan pada siklus II lebih

meningkat daripada siklus I hanya ada satu indikator yang perlu


mendapat perhatian untuk siklus III, yaitu aplikasi materi pelajaran
secara kontekstual. Direncanakan perbaikannya melalui penerapan
penggunaan perkalian untuk menghitung benda nyata atau situasi
nyata yang ada di sekitar siswa misalnya menghitung rambutan
sampai tujuh ikat, menghitung sendok beberapa lusin atau menghitung
teman yang latihan pramuka sebab hari sabtu waktunya ekstrakurikuler
pramuka.
Pada tabel V Hasil Analisis Rerata Tindakan pada siklus III
tampak bahwa semua indikator meningkat sehingga menjadi sangat
bagus. Oleh karena itu penelitian tindakan ini diakhiri pada siklus III.
Tabel VI memperjelas peningkatan mutu tindakan sejak siklus I
sampai siklus III. Dan perbandingan rerata tindakan antar siklus pada
setiap indikator digambarkan melalui diagram batang.
Peningkatan penguasaan perkalian siswa secara umum dapat
dilihat pada tabel VII tentang analisis ketuntasan belajar. Dari tabel
tersebut tampak bahwa selama 27 kali pertemuan 17 diantaranya
langsung tuntas, sedang 10 pertemuan lainnya perlu perbaikan dari
siswa sendiri untuk mencapai ketuntasan. Dari daya serap siswa
diketahui mayoritas dapat menyerap dengan sangat baik.

40

Pada tabel VIII

dapat diketahu

peningkatan penguasaan

perkalian setiap siswa sejak siklus I hingga siklus III. Dari tabel ini
secara umum siswa dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu
mereka yang belajar lebih cepat berawal dari kemampuan awal
perkalian 3 dan menguasai hingga perkalian 10. mereka ada tiga
siswa. Golongan lain adalah mereka yang kemampuan awalnya
perkalian 2 dan berakhir pada perkalian 6 atau 7 atau 8 dengan
peningkatan yang bervariasi pada setiap siklus.
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang peningkatan
penguasaan perkalian siswa setelah diberikan berbagai tindakan
optimalisasi, hasil analisis penguasaan perkalian setiap siswa
ditampilkan dalam bentuk diagram batang.
i.

PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN


Berdasarkan analisis data menggunakan analisis mean tentang

kualitas tindakan diketahui bahwa selalu ada peningkatan kualitas


tindakan sejak siklus I sampai siklus III. Hal ini disebabkan adanya
upaya perbaikan disetiap siklus.
Dengan analisis prosentase terhadap penguasaan perkalian
siswa berdasarkan hasil tes pada setiap akhir pertemuan diketahui
bahwa semua siswa pada setiap akhir tindakan selalu menguasai level
perkalian

dengan

tuntas.

Sedangkan

berdasarkan

interpretasi

pencapaian level tes yang tercermin pada rangkaian lembar kerja


siswa yang berseri tersebut didukung dengan catatan Tanya jawab
secara lisan diketahui bahwa penguasaan perkalian setiap siswa selalu
meningkat meskipun hasil maksimalnya bervariasi.
Selesai pelaksanaan penelitian tindakan ditemukan beberapa hal
yang menjadi
setelah

variasi

dibandingkan

dalam penerapan metode KUMON. Hal ini


dengan

acuan

sistem

belajar

KUMON

sebagaimana yang terdapat dalam wibsite KUMON. Variasi tersebut :


o Penggunaan Rolet Magnet sebagai media dalam pembelajaran
o Adanya perbaikan tindakan secara terus menerus

41

o Penggunaan variasi soal sesuai level KUMON tetapi disesuaikan


dengan kondisi siswa
o Adanya kombinasi pembelajaran individual dan kelompok
o Pembelajaran dilaksanakan dikelas dan di luar kelas
o Aspek yang dikembangkan meliputi kognitif, afektif dan psikomotor.
o Pemahaman siswa tidak sekedar aspek akademik tetapi sampai
kontekstual
o Pembelajaran bersifat PAKEM.

42

BABV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN
Berdasarkan

pembahasan

temuan

penelitian

tentang

optimalisasi penguasaan perkalian melalui variasi metode KUMON


yang tercermin melalui 20 indikator, terbukti selama pembelajaran
dengan metode KUMON berlangsung, disertai penggunaan media
Rolet Magnet dan berbagai upaya perbaikan tindakan dalam 3 siklus
diperoleh bukti nyata bahwa penguasaan perkalian siswa meningkat
secara signifikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan Variasi metode KUMON
dapat mengoptimalkan penguasaan perkalian siswa Tunagrahita
Selain simpulan utama tersebut dengan variasi metode KUMON :
-

Siswa Tunagrahita lebih mudah dalam memahami perkalian

Kinerja siswa dan guru dalam proses pembelajaran menjadi


lebih baik

Kemandirian dan kreatifitas siswa meningkat

Semua

siswa

dengan

keragaman

kemampuan

dapat

ditangani lebih optimal.


B.

SARAN
Mengingat besarnya manfaat hasil penelitian tindakan ini, peneliti
menyarankan kepada beberapa pihak antara lain :
-

Bagi guru pengajar matematika


Hendaknya menerapkan penggunaan variasi metode KUMON
dalam mengajarkan perkalian terutama untuk siswa Tunagrahita
karena terbukti siswa lebih mudah dalam memahami perkalian.

43

Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya membantu guru dalam pengadaan Rolet Magnet


supaya variasi metode KUMON bisa diterapkan oleh guru di
sekolahnya.
Bagi pengambil kebijakan

1.

Hendaknya

mensosialisasikan

pembiasaan

penggunaan variasi metode KUMON untuk mengoptimalkn


penguasaan perkalian siswa Tunagrahita.
2.

Hendaknya memperbanyak media Rolet Magnet


untuk disebarkan ke SLB / SDLB yang membutuhkan sebab
media ini dapat menciptakan pembelajaran yang aktif. Kreatif,
efektif dan menyenangkan.

44

DAFTAR PUSTAKA

Cholik, M, 2005. Penulisan Laporan Hasil Penelitian. Makalah disajikan


dalam Diklat Teknis PTK Guru PLB. Direktorat PLB 2 Sept
2005.
Depdikbud, 1997. Kurikulum PLB GBPP, Jakarta : Balitbang Dikbud.
_________, 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Kelas V, Jakarta :
Depdikbud.
Internet, 2005 Metode KUMON. Website : www.kumon.co.id
______, 2005 InfoKUMON Buletin Triwulan Edisi 15 Bulan Januari.
Jakarta : PT. Kei Indonesia.
Kasbolah Kasihani, Es, 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Malang : UM.
Sikandar, 2004. Kurikulum 2004 (Berbasis Kompetensi), Jakarta :
Balitbang Depdiknas.
Sumarno dan Sukahar, 1997. Matematika 3 Mari Berhitung. Jakarta : Balai
Pustaka.
Widya Iswara, Tim, 2004. Inovasi Pembelajaran Surabaya : LPMP Jawa
Timur.

Anda mungkin juga menyukai