MANAJEMEN STRATEGIK
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kasih-Nya, kelompok kami dapat menyajikan makalah Pengelolaan Ekowisata (PE) pada
tahun 2016 yang berjudul Strategi Pengembangan Pariwisata di Taman Wisata Alam
Gunung Tangkuban Parahu. Makalah ini merupakan rangkaian beberapa informasi
dari internet dan informasi-informasi yang disajikan di internet maupun media sosial
tentang Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.
Makalah PE ini kami tujukan untuk memenuhi tugas presentasi matakuliah
manajemen strategik Melalui makalah PE tersebut, penulis dapat memiliki gambaran
umum mengenai bentuk-bentuk pengelolaan ekowisata dan mampu secara teknis
melaksanakan berbagai bentuk unit pengelolaan ekowisata yang ada.
Semoga hasil rangkaian sjian masalah ini dapat dijadikan referensi bagi pengelola
Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dan menjadi bahan untuk kemajuan
kawasan wisata tersebut. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Akhir kata semoga laporan ini berguna bagi semua pihak baik
secara langsung bagi mahasiswa dan pengelola, maupun tidak langsung bagi wisatawan
dan masyarakat.
Penulis
DAFTAR ISI
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini, pengembangan pariwisata alam di kawasan hutan sudah cukup berkembang
di Indonesia. Upaya pengembangan tersebut dilakukan berkaitan dengan adanya zona
pemanfaatan pada Kawasan Hutan Pelestarian Alam, khususnya Taman Wisata Alam.
Dengan adanya Taman Wisata Alam, sehingga dapat memadukan kegiatan konservasi
dengan kegiatan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan. Agar dapat mewujudkan
pemanfaatan sumber daya hayati beserta ekosistemnya secara lestari sesuai dengan UU
No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, untuk
itu perlu adanya pengelolaan kawasan konservasi dalam hal pengawetan, perlindungan,
dan perlindungan sesuai UU No. 41 Tahun 1999 mengenai Kehutanan. Salah satu taman
wisata alam yang telah dikelola dengan cukup baik yaitu Taman Wisata Alam Gunung
Tangkuban Parahu melalui koordinasi antara PT. Graha Rani Putra Persada (PT. GRPP)
selaku pemegang izin pengusahaan pariwisata alam (IPPA) dan BBKSDA selaku
pengawas dan pembina kawasan konservasi.
Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dikelola dan dimanfaatkan karena
melihat adanya beberapa potensi yang dapat dijadikan obyek wisata sehingga dapat
digunakan sebagai tempat rekreasi bagi para pengunjung sekaligus dapat tetap menjaga
dan merawat sumber daya alam yang ada agar masih tetap ada dan terjaga hingga ke
generasi selanjutnya. Oleh karena itu penting untuk memperhatikan pengelolaan taman
wisata alam.
Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu selain termasuk dalam kawasan
konservasi juga merupakan kawasan ekowisata. Ekowisata itu sendiri merupakan suatu
pemahaman mengenai wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada di dalam kawasan
sehingga dapat dikelola untuk melakukan aktivitas wisata tanpa merusak alam yang ada.
Oleh karena itu penting untuk mahasiswa Ekowisata untuk melakukan praktik
pengelolaan ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu sehingga
mahasiswa dapat mengenal, belajar sekaligus berpartisipasi dalam pengelolaan di
kawasan wisata tersebut.
B. Tujuan Makalah
Pengelolaan Ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu tentunya
memiliki tujuan. Tujuan yang ingin dicapai tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang pengelolaan
ekowisata di Tangkuban Parahu.
2. Melatih mahasiswa untuk memahami dan bekerja secara langsung pada salah satu
bidang kajian pengelolaan ekowisata.
3. Meningkatkan daya nalar mahasiswa dalam memahami permasalahan dan
mencari solusi serta mampu merancang program perbaikan kegiatan
pengelolaan ekowisata.
4. Menumbuh-kembangkan sense of imagination dalam merencanakan dan
merancang paket-paket program ekowisata.
C. Manfaat Makalah
Manfaat yang dapat diambil dari Makalah Pengelolaan dapat dirasakan dari banyak
hal. Adapun manfaat dari Makalah Pengelolaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dapat memahami dan merasakan mengenai suasana lapangan pekerjaan
sesungguhnya.
2. Mampu menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
perkuliahan.
3. Memberikan data terbaru bagi perencana dan pengelola untuk mengetahui
kondisi umum terbaru sebagai bahan acuan dalam mengembangkan kegiatan
ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu.
4. Menjadi bahan masukan bagi pihak pengelola Taman Wisata Alam Gunung
Tangkuban Parahu dalam pengelolaan ekowisata.
5. Memberikan informasi kepada pengunjung yang ingin melakukan aktivitas
ekowisata di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan minat pengunjung untuk berpartisipasi
mengikuti aktivitas wisata alam.
II.
KONDISI UMUM
A. Sejarah Kawasan
Gunung Tangkuban Parahu bukan merupakan gunung berapi yang terbesar ataupun
tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Tangkuban Parahu terbentuk dari aktifitas letusan
berulang Gunung Api Sunda pada zaman presejarah. Catatan letusan dalam 2 abad
terakhir adalah pad tahun 1829, 1846, 1862, 1887, 1896,1910 dan 1929, namun sejak
dahulu Gunung Tangkuban Perahu telah mempunyai daya tarik yang dapat menarik
perhatian banyak orang untuk berkunjung. Wisatawan nusantara, hingga wisatawan
mancanegara dari Belanda maupun Eropa yang dahulu bertugas di Hindia-Belanda
(Indonesia), sering mengunjungi Gunung Tangkuban Parahu, hal tersebut dibuktikan
dengan ditemukannya catatan Bujangga Manik dari Pakuan Pajajaran hingga Franz
Wilhelm Junghuhn. Buku P.C. Molhuysen en P.J. Blok Nieuw Nederlandsch biografisch
woordenboek, Deel 6 terbitan tahun 1924, menjelaskan bahwa angouverneurgeneraal Abraham van Riebeeck pada tahun 1713 telah mendaki Gunung Tangkuban
Perahu dan Papandayan dengan misi untuk mengenali situasi dan kondisi geografis
daerah pegunungan di Pulau Jawa, kemudian, Johannes Olivier Jz, sekertaris pemerintah
Hindia Belanda yang bertugas di Palembang, dalam bukunya Tafereelen en
merkwaardigheden uit Oost-Indie terbitan tahun 1836, mencatat banyak orang Eropa
yang berkunjung mendaki Tangkuban Perahu, beberapa nama diantaranya, Dr. (Thomas)
Horsfield, botanikus berkebangsaan Inggris pada tahun 1804, Heer Leschenault (Jean
Baptiste Leschenault de la Tour), botanikus berkebangsaan Perancis, tahun 1805.
Heer Valck yang pada saat itu menjabat sebagai Resident van Krawang tahun 1823.
Ahli botani yang mengembangkan Kebun Raya Bogor, Prof. Carl Ludwig Blume di tahun
1824. Selain itu kawasan Tangkuban Perahu tak dapat dipisahkan dari nama Franz
Wilhelm Junghuhn, seorang botanikus, geolog, yang mengembangkan perkebunan kina di
sekitar kawasan ini. Junghuhn tercatat telah dua kali mengeksplorasi kawasan ini di tahun
1837 dan 1848. Dari perjalanannya menjelajahi pegunungan di Jawa, Junghuhn
menuliskannya dalam bukuTopografische und naturwissenschaftliche Reisen durch Java
(Perjalanan Topografi dan Ilmiah Melintasi Java -(1845), hingga pada tahun 1864
Junghuhn meninggal dunia dan dimakamkan di kaki GunungTangkuban Perahu tepatnya
di Desa Jayagiri, Lembang.
Perkembangan Gunung Tangkuban Parahu hingga memiliki sebuah aksesibiltas
berupa jalan raya yang dapat diakses menggunakan kendaraan hingga bibir kawah
kawasan Gunung Tangkuban Parahu yang relatif mudah dicapai, sehingga pengunjung
tidak perlu bersusah-payah berjam-jam atau bahkan berhari-hari mendaki untuk
menikmati keindahan karena akses tersebut.
Keberadaan aksesibilitas yang ini
merupakan salah satu nilai tambah bagi kegiatan wisata di kawasan dan telah menjadi
salah satu alasan banyaknya pengunjung yang berkunjung, berbeda dengan kegiatan
wisata alam mendaki gunung lainnya.
6
Keberadaan adanya jalur aksesibilitas menuju kawah yang dapat diakses oleh
pengunjung tersebut tidak terlepas dari sejarah, dimana ada sebuah perkumpulan yang
dinamakan Bandoeng Vooruit sebuah organisasi orang-orang Belanda yang tinggal di
Bandung. Misi mereka antara lain mengembangkan obyek wisata di wilayah Bandung,
menata dan merias penampilan Kota Bandung sebagai daerah tujuan wisata sehingga
menarik wisatawan sebanyak-banyaknya untuk datang berkunjung ke Bandung.
Pada sekitar tahun 1924, Heer W. H. Hoogland, ketua Bandoeng Vooruit sudah
memikirkan kemungkinan pembangunan jalan raya menuju ke Kawah Ratu, kawah
terbesar di kawasan Tangkuban Perahu. Sebelumnya Perhimpunan Sejarawan Alam
(Natuur Historische Vereeniging) telah mempelopori pembukaan jalan setapak yang
melintasi
sebagian
wilayah
perkebunan
Kina Pemanoekan (Pemanukan)
dan Tjiasemlanden (Daerah Ciasem) dan sejak saat gunung Tangkuban Perahu menjadi
sering didaki hingga akhirnya pada tahun 1926 pembangunan jalan menuju kawasan
Tangkuban Perahu dimulai. Peta Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber: L. Van der Pijl, Wandelgids voor den G Tangkoeban Prahoe,Bandoeng: Uitgave
A.C. Nix & Co, 1932.
7
pembangunan jalan yang hingga kini dapat dinikmati para pengunjung Gunung
Tangkuban Perahu.
B. Kebijakan Pengelolaan
Pemberlakuan kebijakan pengelolaan kawasan wisata yang dilakukan PT. GRPP
selaku pengelola kawasan berserta BBKSDA selaku pembina serta pengawas kawasan,
meliputi kebijakan pariwisata nasional, kebijakan pariwisata regional, dan kebijakan
pariwisata alam. Secara garis besar kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk
perkembangan secara positif kawasan yang seimbang, meliputi terpeliharanya aspek
ekologi kawasan secara lestari, meningkatkan mutu perekonomian nasional dan regional
dan harmonisasi sosial budaya masyarakat dan pranata sosial dengan kawasan.
Perusahaan tidak hanya menerapkan kebijakan pengelolaan secara umum, namun
kebijakan pengelolaan meliputi strategi pengembangan pariwisata alam juga telah
diterapkan, strategi tersebut antara lain mencangkup strategi umum dan strategi
perusahaan yang terbagi kembali menjadi beberapa bagian meliputi strategi bangunan,
strategi manajemen, strategi pengelolaan lingkungan, strategi pemasaran, serta strategi
jejaring promosi dan pemasaran. Strategi tersebut dirancang sebagai salah satu bentuk
perencanaan dan penunjang efektifitas pekerjaan, serta implementasi dari sebuah
antisipasi suatu keadaan.
9
perusahaan yang telah disahkan, meliputi sarana dan prasarana, kebutuhan biaya,
pengamanan kawasan, pengelolaan limbah, dan rehabilitasi kawasan yang mengalami
kerusakan. Selain itu manajer bertugas melaksanakan administrasi keuangan yang
menyangkut seluruh kegiatan di lapangan.
Manajer keuangan merupakan manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Fungsifungsi keuangan tersebut berupa upaya untuk memperoleh dana (raising of fund) dan
upaya untuk menggunakan dana tersebut (allocation of fund). Manajer keuangan
berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang layak dari investasi pada berbagai
aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana untuk membelanjai aktiva tersebut. Dalam
memperoleh dana, manajer keuangan melakukan keputusan tentang investasi,
pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan, dengan demikian
tugas manajer keuangan adalah merencanakan untuk memaksimumkan keuangan
perusahaan. Kegiatan penting lainnya yang harus dilakukan manajer keuangan
menyangkut empat aspek, yaitu:
1. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer lainnya yang
bertanggung jawab atas perencanaan umum perusahaan.
2. Manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai keputusan
investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan dengannya.
3. Manajer keuangan harus bekerjasama dengan para manajer di perusaaan agar
perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin.
4. Manajer keuangan harus mampu menghubungkan perusahaan dengan pasar
keuangan, dimana perusahaan dapat memperoleh dana dan surat berharga
perusahaan dapat diperdagangkan.
Manajer konservasi. Tugas dari Manajer Konservasi adalah merencanakan
anggaran-anggaran pelatihan fungsional/ per bagian, biaya-biaya peramalan (forecast)
dan angka-angka peserta training seperti yang diperlukan oleh sistem perencanaan dan
anggaran organisasi. Dalam mengukur kebutuhan training yang relavan untuk karyawan
baik untuk level individu atau level organisasi, Manajer Konservasi berkonsultasi dengan
tiap-tiap kepala bagian, termasuk metoda-metoda penilaian dan sistem pengukuran yang
diperlukan. Manajer Konservasi harus selalu mengetahui informasi terkini mengenai
ketrampilan-ketrampilan dan level kualifikasi yang relavan yang diperlukan oleh
karyawan untuk tetap mempunyai kinerja yang efektif dan menginformasikan ke setiap
orang setiap persyaratan dan informasi yang terkait dengan hal tersebut ke organisasi
secara tepat dengan menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi.
Selain itu,tugas dari Manajer Konservasi adalah membuat strategi dan rencanarencana organisatoris untuk memenuhi kebutuhan teknis dan pengembangan, mengatur
pelaksanaan pelatihan, pengukuran dan tindak lanjut yang diperlukan, mendesain
program training dan kursus-kursus serta kurikulum yang diperlukan untuk mengetahui
kebutuhan pelatihan atau mengatur terlaksanakan kegiatan ini dengan melibatkan
penyedia jasa dari luar perusahaan. Mengidentifikasi, memilih dan mengatur lembaga
pelatihan dan akreditasi eksternal, para agensi serta penyedia-penyedia jasa training
untuk melaksanakan training yang diperlukan sesuai dengan standar yang sudah
ditentukan.
Tugas Manajer Konservasi tidak hanya itu saja namun juga bertugas untuk
mengorganisir tempat pelaksanaan pelatihan, logistic, pengangkutan, pemondokan seperti
yang diperlukan untuk mencapai pengadaan dan pelaksanaan pelatihan secara efisien.
Merencanakan dan melaksanakan kursus latihan secara pribadi sebagai supplement
(tambahan) dari training yang disediakan secara eksternal maupun internal oleh pihak
lain. Menyusun untuk pemeliharaan segala perlengkapan dan material yang berhubungan
dengan pelaksanaan dan pengukuran training.
Kegiatan yang telah dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu
untuk sumber daya alam yang berkaitan dengan konservasi cukup beragam dalam tiga
tahun terahir semenjak dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada. Kegiatan tersebut
10
yakni penanaman lebih dari 10.000 pohon, membuat area persemaian di dekat Terminal
Jayagiri, dan melakukan restorasi terhadap lingkungan. Beberapa kegiatan tersebut
dilakukan sebagai pengelolaan untuk menghindari adanya bencana alam longsor dan
upaya perbaikan drainase.
Manajer SDM dan Kerjasama. Tugas dari manajer SDM dan Kerjasama adalah
merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi di bidang Kerjasama
dan pengembangan SDM (termasuk perekrutan dan pemilihan kebijakan/ prestices,
disiplin, keluhan, konseling, upah dan persyaratannya, kontrak-kontrak, kerjasama dan
pengembangan SDM, perencanaan suksesi, moral dan motivasi, kultur dan
pengembangan sikap dan moral kerja, manajemen penimbangan prestasi dan hal seputar
manajemen mutu dan lain sebagainya (ditambahkan selama masih relavan). Menetapkan
dan memelihara sistem yang sesuai untuk mengukur aspek penting dari pengembangan
HR, memonitor, mengukur dan melaporkan tentang permasalahan, peluang, rencana
pengembangan yang berhubungan dengan SDM dan pencapaiannya dalam skala waktu
dan bentuk/ format yang sudah disepakati.
Mengatur dan mengembangkan staf langsung (yang melakukan direct report
kepadanya). Mengelola dan mengendalikan pembelanjaan SDM per bagian sesuai
anggaran-anggaran yang disetujui. Bertindak sebagai penghubung (liaison) dengan para
manajer functinonal/ manajer department yang lain agar memahami semua aspek-aspek
penting dalam pengembangan SDM, dan untuk memastikan mereka telah mendapatkan
informasi yang tepat dan mencukupi tentang sasaran, tujuan/ obyektif dan pencapaianpencapaian dari pengembangan SDM.
Memelihara kesadaran dan pengetahuan tentang teori pengembangan HR yang sesuai
zaman dan metoda-metoda dan menyediakan penafsiran yang pantas untuk para direktur,
para manajer dan staf didalam organisasi. Berperan untuk evaluasi dan pengembangan
strategi pengelolaan SDM dan kinerja dalam pengimplementasian strategi tersebut,
dengan bekerja sama dengan tim eksekutif. Memastikan setiap aktivitas mempunyai
benang merah serta terintegrasikan dengan persyaratan-persyaratan organisasi
(organizational requirements) untuk bidang-bidang manajemen mutu, kesehatan dan
keselamatan kerja, syarat-syarat hukum, kebijakan-kebijakan dan tugas umum kepedulian
lingkungan. Selain itu, manajer SDM dan Kerjasama juga bertugas menyusun rencana
pemasaran paket-paket wisata, melaksanakan promosi baik secara langsung maupun tidak
langsung, menjalin kerjasama dengan biro perjalanan, hotel-hotel, kerjasama dengan
media massa baik cetak maupun elektronik, pemantauan dan evaluasi program-program
pembinaan serta kemitraan dengan masyarakat sekitar melalui kegiatan peningkatan
ketrampilan/ keahlian, penyuluhan KSDA, serta membantu aparat dalam pembinaan
dengan masyarakat di sekitarnya.
11
Batas-batas kawasan taman wisata alam berdasarkan kewenangan
pengelolaannya termasuk Balai Besar KSDA Jawa Barat di Bandung adalah sebagai
berikut:
Sebelah Utara: Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu
Sebelah Selatan: Hutan Produksi PT. Perhutani (Persero)
Sebelah Timur: Cagar Alam Gunung Tangkuban Parahu
Sebelah Barat: Hutan Produksi PT. Perhutani (Persero)
2. Topografi
Tangkuban Parahu merupakan gunung berapi yang bentuknya seperti perahu
terbalik. Secara umum, keadaan lapangannya bergelombang dengan kemiringan
tajam di beberapa tempat dengan ketinggian di lokasi kompleks Kawah Upas dan
Kawah Ratu 1.830 mdpl, dan komplek Kawah Domas 1.650 mdpl. Sedangkan
puncak tertinggi berada di sebelah utara kompleh kawah tersebut dengan ketinggian
2.084 mdpl.
3. Iklim
Iklim menurut klasifikasi Schmidtdan Fergusson di kawasan Taman Wisata
Alam kawah Gunung Tangkuban Parahu dan Hutan Lindung Cikole termasuk dalam
klasifikasi iklim tipe B, dengan curah hujan berkisar antara 2.500 mm 3.300 mm
per tahun yang tergolong dalam kategori iklim basah. Temperatur di kawasan
terbagi menjadi dua yaitu temperatur minimum dan maksimum. Temperatur
minimum kawasan yaitu 15C sedangkan temperatur maksimum kawasan adalah
29C. Sementara kelembaban udara rata-rata berkisar 69,5% dan bervariasi antara
45% - 97%. Sedangkan arah angin berganti setiap 6 bulan sekali dengan kecepatan
antara 2-4 knot/ jam.
4. Geologi dan tanah
Sebagaian besar keadaan batuan di kawasan ini merupakan batuan sedimen dan
batuan gunung api yang terdiri dari aktivitas gunung berapi muda dengan jenis
batuan lava dan tufa serta di beberapa tempat terdapat batu apung. Batuan yang
dihasilkan dari aktifitas gunung berapi tua yang tidak teruraikan, terdapat di sebelah
Barat dan Timur kompleks Kawah Ratu, Kawah Domas dan Kawah Upas. Adapun
keadaan tanah dan batuan di kawasan TWA Kawah Gunung Tangkuban Parahu dapat
dilihat pada Gambar 3.
12
1. Flora
Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu termasuk dalam kategori
kawasan konservasi yang masih berkaitan cukup erat dengan alam yang merupakan
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan masih lestari. Oleh karena itu kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dinikmati dengan keadaan vegetasi
yang cukup beragam. TWA Gunung Tangkuban Perahu merupakan perwakilan dari
tipe ekosistem hutan hujan pegunungan dengan jenis vegetasi yaitu Puspa (Schima
walichii), Pasang (Quercus blumeana), Kihiur (Castanopsis javanica), Jamuju
(Podocarpus imbricatus), dan Saninten (Castanopsis argentea). Sedangkan Jenis
tumbuhan bawah didominasi oleh jenis paku-pakuan. Tumbuhan yang dapat tumbuh
di sekitar kawah hampir semuanya terdiri dari jenis yang sama, yaitu Manarasa
(Vaccinium sp.) dan Jambu Alas (Zizigium densiflora). Selain dari tumbuhan tersebut,
tumbuhan lain tidak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik dikarenakan
melihat dari kondisi kawasan yang udaranya bercampur dengan gas belerang. Jenis
pohon Manarasa dapat dilihat pada Gambar 4.
13
Sumber: www.google.com
14
15
hal ini dapat dilihat pada salah satu prasarana seperi aliran listrik yang tidak
tersedia karena terpengaruhi faktor alam. Gunung Tangkuban Parahu merupakan
salah satu gunung berapi, dan berdasarkan pada asap gas belerang yang keluar
dari kawah memiliki sifat korosif yang dapat membuat besi dan logam metal
lainnya mengalami pengikisan dan dapat menjadi keropos, oleh sebab itu aliran
listrik melalui kabel cukup sulit untuk disalurkan pada sarana, dan fasilitas yang
terdapat pada kawasan, namun hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi proses
kegiatan wisata alam secara signifikan. Keberadaan sarana, prasarana dan fasilitas
pada TWA Tangkuban Parahu seperti rumah makan, pusat informasi, tempat parkir,
toilet, pos jaga, kios cinderamata, jalan setapak, jalan akses utama, tempat ibadah, pintu
gerbang, pos kesehatan P3K, shelter, papan informasi, menara pandang, papan penunjuk
arah, tempat sampah, transportasi wisata, pintu masuk, papan penunjuk arah, dan
16
kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat pribadi. Pemandangan dari Kawah Ratu
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 8 Kegiatan wisata yang dapat dilakukan pada obyek wisata Kawah
Domas
17
Keunggulan obyek Kawah Domas ini merupakan pemanfaatan kondisi kawasan yang
cenderung aman untuk dikunjungi hingga jarak yang cukup dekat. Keadaan yang baik ini
berkembang menjadi suatu atraksi wisata yang sangat menarik perhatian wisatawan,
karena pada kawah domas ini, wisatawan dapat melakukan aktivitas seperti merendam
kaki di kolam air panas, massage lumpur, dan merebus telur dengan air panas yang
mencapai suhu 98 C. Aksesibiltas yang dapat dilalui oleh wisatawan berupa jalan
setapak sepanjang 1.5 km dan tersedia dua buah pintu, yang pertama terletak sekitar
700 meter dibawah Terminal Jayagiri, dan yang kedua terletak berdekatan dengan pusat
informasi serta lahan parkir kendaraan roda dua, dari kedua pintu tersebut wisatawan
perlu menempuh perjalanan jalan kaki sejauh 1.5 km. Selama perjalanan wisatawan,
pengelola juga telah mengantisipasi keselamatan dan keamanan wisatawan dengan pagar
pembatas jalan setapak yang melindungi wisatawan dari resiko terjatuh diluar jangkauan
jalan setapak atau jurang. Selain itu pembuatan papan penunjuk arah agar wisatawan
tidak tersesat dan pembangunan shelter juga telah dilakukan sebagai lokasi peristirahatan
wisatawan ketika merasa lelah.
Obyek wisata selanjutnya merupakan obyek wisata tambahan yang termasuk baru
dibangun sebagai bentuk inovasi dari pengelola berupa atraksi outbound yang dapat
dinikmati oleh semua pengunjung TWA Tangkuban Parahu. Pembangunan outbound
sebagai atraksi dan obyek wisata tambahan yang dibangun oleh pengelola PT. GRPP ini
telah melalui prosedur yang berlaku dan dalam pengawasan Balai Besar Konservasi
Sumberdaya Alam (BBKSDA). Outbound yang dibangun pengelola ini memiliki nilai
keunikan, fungsi sosial, seasonality yang cukup tinggi, dinilai dari segi jumlah permainan
dan keanekaragamaan permainan yang cukup lengkap. Adapun permainannya antara lain
ialah Flying Fox yang meluncur hingga 175 meter dengan kemiringan start meluncur
hingga landasan mencapai 45 yang dapat menimbulkan rasa adrenalin yang tinggi.
Kemudian permainan selanjutnya yang dapat memacu adrenalin dan dapat menguji serta
melatih mental ialah permainan High Rope yang memiliki lebih dari 33 rintangan yang
berada di ketinggian 25m, kemudian permainan inovasi yang menjadi primadona
wisatawan dan menjadi andalan pengelola ialah permainan Giant Swing yang mana
wisatawan diluncurkan dari ketinggian 27m dengan menggunakan tali yang mengait pada
satu poros yang telah diuji kekuatannya, sehingga adrenalin akan mengalir seiring tubuh
menuju ke bumi dengan kecepatan yang tinggi. Keselamatan dan keamanan seluruh
wisatawan telah ditunjang dengan peralatan outbound yang telah memiliki tingkat
standarisasi dunia dan trainer atau operator outbound yang telah terlatih. Selain itu
pembelian tiket yang dilakukan pengunjung telah termasuk kedalam penjaminan asuransi
pengunjung jika mengalami hal yang tidak diinginkan.
Permainan outbound serta
perlengkapannya dapat dilihat pada Gambar 9.
18
Segala keunggulan dan kelebihan akan daya tarik tambahan yang diberikan oleh
pengelola berupa penambahan obyek wisata outbound memiliki sejumlah hal yang harus
ditingkatkan dari segi promosi kepada pengunjung karena aksesibilitas menuju obyek
wisata outbound cukup bagus namun lokasi outbound terletak pada lokasi yang bukan
merupakan sirkulasi pengunjung secara umum, karena terletak pada sudut Terminal
Jayagiri sehingga diperlukan strategi promosi yang harus ditambah efektifitasnya.
Pemetaan daya tarik wisata dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Pemetaan daya tarik dan obyek wisata pada TWA Tangkuban Parahu
I. Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Sosial merupakan suatu interaksi yang diciptakan dari satu individu kepada individu
lainnya. Hubungan sosial antara masyarakat sekitar dengan pengelola cukup baik. dapat
dilihat dari kerja sama yang berupa penyediaan jasa wisata. Hal tersebut mengakibatkan
perekonomian masyarakat bertambah baik. Ekonomi merupakan suatu ungkapan
kebutuhan materil (barang dan jasa yang dapat diukur) yang harus dipuaskan. Sumber
mata pencarian utama masyarakat sekitar terdapat di TWA Tangkuban Parahu yang
sebagian besar sebagai pedagang hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 11 dan menjadi
karyawan dari pengelola kawasan TWA Tangkuban Parahu, karena 90 % karyawan dan
pedagang yang bekerja merupakan warga sekitar.
.
Sumber: Dokumentasi Pribadi
19
Budaya merupakan suatu hasil cipta, karya, karsa, dan rasa pada daerah tertentu,
dan masyarakat merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Budaya masyarakat merupakan suatu hasil cipta, karya, karsa dan rasa
yang dimiliki oleh masyarakat tertentu. Terdapat elemen budaya di sekitar TWA
Tangkuban Parahu seperti Bahasa Sunda sebagai bahasa keseharian, sistem pengetahuan,
bentuk organisasi sosial system pelengkapan hidup dan teknologi, sistem mata pencarian
sebagai pedagang, sistem religi yang berupa pemeluk agama islam, dan memiliki
kesenian Sunda berserta alat kesenian. Sosial budaya masyarakat selalu dijaga dengan
baik dan didukung kelestariannya oleh pengelola dan masyarakat yang berada di sekitar
kawasan TWA Tangkuban Parahu dengan penyelenggaraan berbagai event budaya yang
diadakan pada kawasan serta pembangunan panggung budaya pada kawasan terminal
jayagiri.
20
III.
STRATEGI WISATA
A. Manajemen Pengelolaan
Pengembangan pariwisata alam di kawasan hutan termasuk taman wisata alam
diyakini dapat memadukan kegiatan konservasi dengan kegiatan ekonomi secara
terkoordinasi dan berkelanjutan.
Kebijakan yang ada mengemukakan bahwa
pengembangan ataupun pemanfaatan pariwisata alam di kawasan taman wisata alam
perlu mempertimbangkan dan memperhatikan aspek konservasi, edukasi, penelitian,
peran serta masyarakat, manfaat ekonomi dan rekreasi. Kebijakan tersebut harus
didukung dengan implementasi pengelolaan secara profesional serta tetap memperhatikan
aspek ekonomi dan konservasi lingkungan. Keunggulan geologis dan bioculturis selain
keindahan alam dan kawah yang juga ditopang oleh sejarah budaya merupakan obyek
yang dapat dijadikan sebuah konsumsi wisata unggulan bagi para wisatawan.
Perusahaan pengelolaan pariwisata alam Taman Wisata Alam (TWA) Gunung
Tangkuban Parahu dikelola oleh PT. Graha Rani Putra Persada (PT.GRPP) yang mana
dalam melaksanakan kegiatan manajemen pengelolaan pada TWA Gunung Tangkuban
Parahu perlu melakukan penyusunan rencana kerja jangka panjang yang akan disusun
dalam Rencana Kerja Pengusahaan Pariwisata Alam (RKPPA), Rencana Karya Lima
Tahun Pengusahaan Pariwisata Alam (RKL-PPA), dan Rencana Karya Tahunan
Pengusahaan Pariwisata Alam (RKT-PPA). Penyusunan setiap rencana karya jangka
panjang tersebut akan selalu didampingi dan diawasi oleh BBKSDA selaku Pembina dan
pengawas kawasan konservasi.
1. Dasar Hukum
Pengusahaan Pariwisata Alam pada TWA Gunung Tangkuban Parahu selain
berdasarkan pada rencana karya jangka panjang, Perusahaan juga mempunyai dasardasar hukum yang menjadi landasan utama penyusunan Rencana Karya Pengusahaan
Pariwisata Alam (RKPPA) yang merupakan tahap dan acuan awal dalam pengelolaan
kawasan. Dasar hukum tersebut merupakan ketetapan pemerintah berupa kutipan
kebijakan dan peraturan untuk diimplementasikan pada suatu kegiatan di suatu
kawasan. Adapun dasar hukum yang ditetapkan pemerintah tersebut antara lain:
a) Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
b) Undang- undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
c) Peraturan pemerintah No.18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam
di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Alam.
d) Keputusan Menteri Kehutanan No. 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan
Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam.
e) Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata cara
Permohonan, Pemberian Dan Pencabutan Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam.
f) Keputusan Menteri Kehutanan No. 447/Kpts-II/1996 tentang Pembinaan
Pengusahaan Pariwisata Alam.
2. Visi dan Misi Perusahaan
21
PT. Graha Rani Putra Persada selaku pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata
Alam (IPPA) pada TWA Tangkuban Parahu juga mempunyai sejumlah Visi dan Misi,
maksud dan tujuan serta sasaran pengelolaan. Visi dan Misi merupakan cerminan
pandangan kedepan perusahaan dan tujuan akhir dalam pemanfaatan serta
pengembangan kawasan, kemudian didukung dengan adanya maksud dan tujuan serta
sasaran dari pengelolaan, yang dapat dijelaskan secara lebih kompleks sebagai
berikut.
a) Visi
Terwujudnya pengusahaan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung
Tangkuban Parahu secara berkelanjutan sebagai kawasan rekreasi dan
konservasi yang efisien dan profesional yang dapat membantu peningkatan
kesejahteraan masyarakat di sekitar areal pengusahaan.
b) Misi
1) Menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam, baik sarana prasarana
maupun jasa, dengan mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan dan
tetap memperhatikan aspek konservasi di lingkungan areal Taman Wisata
Alam Gunung Tangkuban Parahu.
2) Menyelenggarakan kegiatan pariwisata alam yang dapat memberikan
nilai-nilai pendidikan konservasi baik kepada pengunjung maupun
masyarakat sekitar.
3) Menjadikan TWA Gunung Tangkuban Parahu sebagai obyek wisata alam
yang dapat menjadi salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Subang
dan sekitarnya.
4) Mengikutsertakan masyarakat sekitar dalam kegiatan pengusahaan
pariwisata alam secara optimal, sebagai upaya perusahaan dalam
menyediakan lapangan pekerjaan dan memberikan kesempatan berusaha
kepada mereka.
c) Maksud
Penyusunan Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Ala mini dimaksudkan
untuk menentukan acuan dalam melaksanakan kegiatan pariwisata alam di TWA
Gunung tangkuban Parahu.
Hal tersebut diharapkan dapat lebih
mengembangkan areal kawasan., menjadi kawasan wisata wisata dan rekreasi
alam yang tetap memperrhatikan lingkungan/konservasi.
d) Tujuan
Tujuan pengusahaan pariwisata alam di TWA Gunung Tangkuban Parahu
oleh PT. Graha Rani Putra Persada adalah sebagi berikut :
1) Mengusahakan/ mengembangkan TWA Gunung Tangkuban Parahu
sebagai obyek pariwisata alam yang lebih optimal.
2) Meningkatkan keuntungan perusahaan dengan tetap mempertimbangkan
kelestarian kawasan sebagai kawasan konservasi dan dapat membeikan
kontribusi dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masnyarakat sekitar.
3) Ikut membantu memelihara kelestarian sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya secara terpadu dengan pihak yang berkepentingan.
4) Ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan konservasi pendidikan
konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya bagi masyarakat.
e) Sasaran
22
Sasaran kegiatan Pengusahaan Pariwisata Alam PT. Graha Rani Putra Persada
di TWA Gunung Tangkuban Parahu adalah untuk meningkatkan produktivitas
usaha non kayu dan pendapatan perusahaan secara lebih profesional dan optimal
dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kelestarian sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya melalui pengusahaan sarana prasarana dan kegiatan jasa
pariwisata alam. Ruang lingkup pengusahaan pariwisata alam di TWA Gunung
Tangkuban Parahu selain pengusahaan sarana prasana adalah kegiatan wisata alam
yang meliputi: wisata alam, wisata pendidikan, wisata ilmiah dan wisata budaya.
23
c) Memiliki Tanda Pengenal Jasa dan Usaha (TPUJ).
d) Setiap menjalankan usaha/ berjualan TPUJ harus dibawa dan dikalungkan
atau dipampang dikantong depan.
e) Setiap pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas Perusahaan Kartu TPUJ
harus dapat diperlihatkan.
f) Memberi waktu kepada pengunjung untuk menikmati pemandangan objek
wisata.
g) Bersikap sopan, santun terhadap pengunjung atau sesama pedagang.
h) Berpenampilan rapi dan bersepatu (tidak boleh memakai pakaian militer,
celana sobek, bagi laki-laki tidak memakai antng-anting).
i) Apabila menemukan barang dan uang di lingkungan TWA yang bukan milik
pribadi, segera melaporkan ke petugas Perusahaan.
j) Menyampaikan informasi yang benar dan jelas apabila diperlukan oleh
pengunjung.
k) Pedagang yang tidak mempunyai tiket masuk TWA, apabila terjadi
kecelakaan maka Perusahaan tidak bertanggung jawab.
l) Apabila para pemegang kartu TPUJ melihat tingkah laku para pengunjung
yang mencurigakan, segera melaporkan kepada petugas Perusahaan.
m) Setiap pedagang hanya boleh memiliki satu lisensi.
2. Hal yang Bersifat Larangan
Semua pemegang kartu Tanda Pengenal Jasa dan Usaha (TPUJ), dilarang
melakukan beberapa hal seperti berikut:
a) Berjualan di zona bebas pedagang, kecuali fotografer.
b) Pemilik kios/ jongko dilarang berjualan di tempat lain (berprofesi ganda).
c) Memaksa pengunjung untuk membeli barang/ jasa.
d) Mencuri, menipu, memeras pengunjung ataupun sesama pedagang.
e) Mencaci maki, memarahi pengunjung dan pedagang.
f) Saling menjatuhkan harga antar sesame pedagang untuk jenis barang yang
sama.
g) Menjual atau menggunakan narkoba, miras dan sejenisnya.
h) Mengalihkan TPUJ kepada pihak lain tanpa sepengetahuan Perusahaan
(TPUJ) hanya boleh dialihkan kepada istri/ suami dan anak), harus seizin
Perusahaan.
i) Pedagang dilarang parkir di area parkir utama Kawah Ratu dan tempattempat lain yang ditetapkan oleh Perusahaan.
j) Dilarang memperkerjakan anak di bawah umur (17 tahun ke bawah) kecuali
sudah berkeluarga (menikah).
3. Pemberian Sangsi-sangsi
Para pedagang yang melanggar aturan dan tata tertib Perusahaan, akan dijatuhkan
sangsi berupa:
a) Peringatan pertama dilakukan teguran oleh perusahaan, apabila teguran
pertama tidak diindahkan oleh pedagang maka perusahaan menerbitkan
teguran ke dua.
b) Peringatan ke dua diberikan oleh perusahaan berupa surat peringatan beserta
pencabutan lisensi sementara selama satu minggu, tidak diperbolehkan
melakukan aktifitas.
c) Apabila pedagang tidak mengindahkan peringatan pertama dan peringatan
kedua, maka lisensi tersebut dicabut (tidak boleh berdagang lagi).
d) Apabila lisensi tidak pernah digunakan selama 3 tahun, Perusahaan
melakukan teguran pertama, apabila tidak diindahkan maka lisensi tersebut
dicabut.
24
Berbeda kebijakan dan peraturan yang diberikan kepada karyawan. Kebijakan dan
peraturan tersebut wajib ditaati oleh karyawan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK). Peraturan yang berlaku pada karyawan selama Izin Pengusahaan Pariwisata
Alam masih dikelola oleh PT. GRPP yakni tidak diperbolehkan melakukan beberapa hal
dibawah ini:
1. Melakukan pencurian/penggelapan baik sengaja maupun tidak sengaja.
2. Melakukan penganiayaan terhadap atasan dalam perusahaan, keluarga atasan
perusahaan ataupun sesama karyawan.
3. Melakukan aksi provokasi/ menghasut karyawan lain yang bertentangan dengan
kesopanan/ peraturan perusahaan yang menimbulkan kerugian perusahaan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Mabuk-mabukan, mandate, memakai obat bius atau narkoba, berjudi, berkelahi,
membawa benda tajam, melakukan perbuatan asusila di tempat kerja.
5. Merusak dengan sengaja atau karena kecerobohannya merusak/merugikan milik
perusahaan membiarkan dengan sengaja milik perusahaan dalam keadaan bahaya.
6. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan.
7. Menghina dengan kasar, atau mengancam perusahaan, keluarga atasan atau sesama
teman sekerja.
8. Mencampuri/ membocorkan rahasua perusahaan atau rahasia rumah tangga atasan,
ataupun rumah tangga sesama teman sekerja.
9. Tidak masuk kerja atau mangkir tiga hari berturut-turut dalam satu minggu atau enam
haru berturut-turut dalam satu bulan, tanpa pemberitahuan ke bagian personalia atau
manajemen perusahaan dan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
10. Terlambat masuk kerja atau pulang lebih cepat dari waktu yang telah ditetapkan
secara berulang-ulang walaupun sudah diperingatkan.
11. Lalai menjalankan tugas, tanggung jawab dan meninggalkan lokasi kerja tanpa izin
dari atasan yang sudah ditunjuk oleh perusahaan.
12. Terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam tindak kejahatan diluar
maupun didalam areal perusahaan.
13. Karyawan tidak diperkenankan bekerja di perusahaan lain ataupun mempunyai usaha
lain yang dapat mengganggu pelaksanaan tugasnya, tanpa izin dari perusahaan.
14. Tidak diperbolehkan melibatkan pihak luar dari perusahaan (orangtua, mertua, suami
ataupun istri) yang berkaitan dengan tugas-tugas perusahaan, ataupun aturan
perusahaan.
1. Pengelolaan Parkir
Kegiatan Pengelolaan Parkir di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung
Tangkuban Parahu dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan pihak lain,
dalam hal ini merupakan masyarakat sekitar dikoordinatori oleh bapak Yoseph
Sudrajat. Selain itu petugas parkir pada kawasan ini telah memiliki lisensi sekuriti
dari POLDA Bandung dan selalu berkoordinasi dengan bagian sekuriti yang dibekali
25
dengan alat komunikasi Handy Talkie. Pembekalan alat komunikasi Handy Talkie
tersebut untuk mengantisipasi keamanan dan keselamatan kendaraan pada tempat
parkir di Kawasan wisata tersebut serta untuk mengetahui pergerakan pengunjung
yang baru saja datang, sehingga sirkulasi dapat dilakukan dengan baik. Lahan Parkir
pada Kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu terbagi menjadi empat titik yang
mempunyai fungsi dan lokasi yang berbeda. Kartu tanda anggota sekuriti POLDA
Bandung dapat dilihat pada Gambar 12.
26
infrastruktur sarana prasarana dan fasilitas yang cukup lengkap, berupa empat titik
toilet yang tersebar di empat penjuru mata angin , kemudian para pedagang dan
souvenir juga ditata dengan rapi. Panggung Budaya juga disediakan oleh pengelola
jika ada wisatawan yang memiliki acara tambahan pada Kawasan TWA Tangkuban
parahu. Adapun lahan parkir di Terminal Jayagiri dapat dilihat pada Gambar 14.
27
disiplin dan professional. Pengelolaan ticketing pada Taman Wisata Alam (TWA)
Gunung Tangkuban Parahu terdiri dari pengelolaan akan tiket masuk kawasan yang
terletak pada pintu satu yaitu gerbang utama kawasan, tiket masuk kawasan untuk
pengunjung yang berjalan kaki pada pintu dua, tiket outbound, dan tiket untuk
menggunakan jasa angkutan wisata Wara-wiri yang ketiganya terletak pada Terminal
Jayagiri di TWA Gunung Tangkuban Parahu. Pengelolaan ticketing pada pintu masuk
yaitu untuk penjualan tiket masuk kawasan baik tiket perorangan maupun tiket untuk
kendaraan yang dibawa. Penjualan tiket tersebut diawasi secara langsung oleh salah
satu anggota direksi perusahaan dan bertugas sebagai kordinator ticketing dengan
dibantu oleh sekuriti, dan kamera pengawas yang berfungsi untuk menjaga keamanan
pengelola bagian ticketing pada pintu satu. Keberadaan kamera pengawas juga
berfungsi untuk mengawasi petugas yang ada agar terhindar dari perilaku negatif
yang dilakukan oleh oknum petugas.
Petugas ticketing pada pintu satu terdiri dari 15 orang karyawan. Sebanyak 15
karyawan tersebut terdiri dari tiga orang yang bertugas sebagai kasir sekaligus
penyobek tiket, sementara selebihnya bertugas sebagai helper yang mana tugasnya
sebagai perantara antara pengunjung dengan kasir. Kegiatan distribusi tiket antara
kasir dengan pengunjung melalui helper merupakan salah bentuk kebijakan
perusahan agar proses pembelian tiket berjalan dengan efektif dan tidak memakan
waktu terlalu lama, sehingga pada hari tertentu tidak akan menyebabkan kemacetan
panjang pada lokasi tiket. Para helper juga bertugas untuk memberikan gambaran
secara sekilas kepada pengunjung mengenai kondisi wisata TWA Gunung Tangkuban
Parahu.
Tarif untuk jasa wisata yang dibayarkan pengunjung tersedia dalam lima macam
tiket yang mempunyai fungsi penggunaan yang berbeda. Tiket pertama adalah tiket
untuk pengunjung atau wisatawan mancanegara, untuk per tiket wisatawan
mancanegara harus membayar Rp. 50.000,00 nominal tersebut telah termasuk untuk
tiket Penerimaan Negara Bebas Pajak (PNBP). Tiket kedua merupakan tiket yang
disediakan untuk wisatawan nusantara dengan tarif Rp. 13.000,00 sudah termasuk
PNBP. Tiga tiket berikutnya merupakan tiket yang disediakan untuk kendaraan yang
digunakan pengunjung untuk memasuki kawasan wisata, yaitu untuk kendaraan roda
enam wisatawan nusantara dikenakan tarif sebesar Rp. 20.000,00, kemudian untuk
roda empat wisatawan mancanegara dikenakan tarif jasa wisata kendaraan sebesar
Rp. 15.000,00 sedangkan untuk kendaraan roda dua wisatawan nusantara yaitu
sebesar Rp. 5.000,00 dan roda empat untuk wisatawan nusantara dikenakan tarif
sebesar Rp. 10.000,00. Adapun tiket yang dijual untuk kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Tiket Masuk Kawasan dan Tiket Jasa Wisata untuk Kendaraan
Berbeda halnya dengan penjualan tiket di pintu dua. Petugas tiket pada pintu dua
hanya dijaga oleh satu orang saja Di pintu dua tidak memerlukan banyak petugas
karena hanya melayani pengunjung yang berjalan kaki sehingga tidak diperlukan
peran helper. Sementara penjualan tiket outbound dijaga oleh dua orang petugas
28
yang mana keduanya bertugas sebagai kasir, penyobek tiket, serta memberikan
informasi dan promosi mengenai sumberdaya wisata terbaru yang dimiliki oleh TWA
Gunung Tangkuban Parahu. Tidak berbeda dengan petugas tiket untuk angkutan jasa
wisata Wara-Wiri, petugas tersebut terdiri dari dua orang dengan tugas yang sama
yakni sebagai kasir, penyobek tiket, dan memberikan informasi kepada pengunjung di
sekitar kawasan Terminal Jayagiri.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
2
8
25
6
3
1
35
1
Sumber :
Data Primer,
2012
29
ditambahkan alat berupa kamera CCTV untuk memantau dan merekam keadaan
yang terjadi di sekitar pintu gerbang. Penambahan alat tersebut dapat membantu
lebih baik pengelolaan pada pintu gerbang sehingga apabila terjadi tindakantindakan negatif, pihak pengelola dapat menanggulanginya dengan cepat. Pintu
Gerbang Utama Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat
pada Gambar 17.
30
Gambar 19 Shelter
31
d) Toilet
Salah satu fasilitas wisata yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam
Gunung Tangkuban Parahu adalah fasilitas Toilet. Fasilitas Toilet dimanfaatkan
pengunjung sebagai tempat untuk buang air besar atau buang air kecil. Dalam
pengelolaan toilet di kawasan, terdapat petugas yang bertugas untuk
membersihkan toilet agar tetap wangi dan bersih. Selain membersihkan toilet,
petugas juga bertugas untuk menarik uang retribusi bagi pengunjung yang telah
menggunakan toilet. Pengelolaan toilet dikawasan sudah cukup baik namun
terkadang masih mengalami kesulitan dalam pengaliran air keseluruh toilet yang
ada. Kesulitan tersebut membuat aliran air yang mengalir ke toilet menjadi
terganggu. Namun, pengelolaan toilet di beberapa kawasan sudah cukup baik
dapat dilihat bahwa rata-rata bangunan toilet sudah cukup bersih dan wangi
sehingga pengunjung menjadi nyaman untuk menggunakannya. Toilet di kawasan
TWA Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada, letak keberadaannya juga
disesuaikan dengan daerah sirkulasi pengunjung yang tetap mempertimbangkan
aspek dimensional dan psikologis pengunjung seperti terlihat pada Gambar 20.
32
pengelola. Salah satu fasilitas penunjuk arah yang terdapat di Taman Wisata Alam
Gunung Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Gambar 21.
33
melakukan pengelolaan terhadap papan interpretasi khususnya yang terdapat di
Kawah Domas. Papan Interpretasi di kawasan Taman Wisata Alam Tangkuban
Parahu dapat dilihat pada Gambar 23.
34
Jembatan merupakan salah satu fasilitas yang terdapat di kawasan Taman
Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu. Jembatan berfungsi sebagai tempat
untuk menyebrang bagi para pengunjung. Namun pengelolaan bagi fasilitas
jembatan kurang maksimal dikarenakan kondisinya yang terlihat kurang aman.
Hal tersebut dikarenakan bahan yang digunakan sebagai pondasi jembatan terbuat
dari kayu yang mana kayu tersebut mudah rusak dibandingkan apabila jembatan
dibuat dari bahan semen. Fasilitas jembatan dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25 Jembatan
j) Menara Pandang
Salah satu fasilitas wisata yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung
Tangkuban Parahu adalah menara pandang. Menara pandang dikelola untuk
memberikan kepuasan bagi pengunjung untuk melihat pemandangan yang ada
disekitar kawah. Menara pandang di kawasan wisata terdiri dari tiga buah yang
ditempatkan di lokasi yang berbeda. Lokasi tersebut berada di Kawah Ratu yaitu
di atas kantor pusat informas serta di atas kantor pelayanan jasa pemandu dan
satu buah lagi berada di Kawah Domas. Pengelolaan terhadap fasilitas menara
pandang cukup baik, namun terdapat kekurangan pada menara pandang yang
terdapat diatas kantor pelayanan jasa pemandu. Kekurangan tersebut yaitu tidak
adanya tempat sampah sehingga pengunjung cukup banyak yang membuang
sampah disudut-sudut. Menara pandang di kawasan TWA Gunung Tangkuban
Parahu dapat dilihat pada Gambar 26.
35
Kantor Pusat Informasi merupakan salah satu fasilitas wisata yang dapat
dimanfaatkan pengunjung untuk mendapatkan informasi mengenai kawasan.
Informasi tersebut berupa sejarah atau beberapa gambar agar pengunjung dapat
mengetahui bagaimana kondisi kawah sebelum mereka mengunjungi kawasan.
Pengelolaan kantor pusat informasi cukup baik dan letaknya cukup strategis
sehingga pengunjung. Kantor pusat informasi dapat dilihat pada Gambar 27.
36
memberikan makan pisang kepada monyet ekor panjang sehingga kulit pisang
tersebut menjadi berserakan disekitar jalan. Apabila petugas melihatnya, mereka
langsung berinisiatif untuk mengambilnya dan membuang kulit pisang tersebut pada
tempatnya. Pengelolaan akan kebersihan jalan secara rutin dilakukan setiap pagi
biasanya sebelum dibukanya pintu gerbang utama atau sebelum masuknya
pengunjung ke lokasi kawasan dan setiap sore setelah aktifitas wisata berakhir.
Pengelolaan akan sampah-sampah juga tidak berbeda dengan pengelolaan
kebersihan jalan yakni dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Namun, apabila
tempat sampah telah penuh, maka petugas kebersihan dengan segera memasukan
sampah tersebut kedalam trash bag yang kemudian dikumpulkan dan dibawa
dengan menggunakan mobil pick up. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan dan
pada akhirnya dibuang ke tempat penampungan sampah. Pengelolaan kebersihan
berkaitan dengan pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar 29.
37
Pemandu wisata dan interpreter secara langsung dapat mengontrol dan mempercepat
jalur sirkulasi wisata pengunjung agar tidak terjadi kepadatan pengunjung.
6. Pengelolaan Pemandu
38
sehingga hingga tahun 2012, 95% karyawan atau sumberdaya manusia perusahaan
merupakan warga Cikole.
Sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengelolaan, jumlahnya selalu
disesuaikan secara proporsional dengan proyeksi pengunjung, tanpa lupa
memperhatikan pengembangan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Struktur
sumberdaya manusia/karyawan yang terlibat dengan pengusahaan TWA Tangkuban
Parahu dapat bersifat secara langsung dan tidak langsung. Sumberdaya manusia
yang terlibat adalah personil yang langsung menangani atau duduk di dalam struktur
organisasi, sedangkan sumberdaya manusia tidak langsung merupakan tenaga kerja
yang timbul karena adanya kegiatan pengusahaan TWA Tangkuban Parahu ini
seperti pedagang di kios, pedagang asongan, pengrajin dan sebagainya.
Pengembangan organisasi dan sumberdaya manusia didalam struktur organisasi
pengelolaan TWA Tangkuban Parahu akan selalu diupayakan dengan tetap
mempertahankan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang tersedia, oleh
karena itu dalam pengeambangan sumberdaya manusia perlu diantisipasi melalui
penetapan sistem rekruitmen tenaga kerja setingkat dengan manajer hingga staf
pelaksana maupun penerimaan baru, dilakukan melalui seleksi yang berasal dari PT.
Graha Rani Putra Persada sendiri. Seleksi penempatan dan pemberian pelatihan
dalam rangka peningkatan wawasan serta pengetahuan dunia pariwisata selalu
diberikan sesuai dengan tuntutan profesionalisme pengelolaan kawasan.
Pelaksanaan kegiatan penempatan sumber daya manusia akan dilakukan melalui
pemanfaatan sumberdaya manusia yang berasal dari PT. Graha Rani Putra Persada,
selaku pengelola TWA Tangkuban Parahu dan melakukan rekruitmen dari luar
permasalahkan.
Pengembangan sumberdaya manusia juga dilakukan dalam rangka bentuk
apresiasi perusahaan terhadap karyawan agar terjadi sebuah implementasi
pengelolaan yang baik. Kebijakan pengembangan sumberdaya manusia dilakukan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan, dan dilakukan melalui pemberian pendidikan
dan pelatihan khusus bagi karyawan di bidang pariwisata dan manajemen, seperti
pelatihan bahasa asing, pelatihan pemandu wisata, dan sebagainya.
Metode pengembangan sumberdaya manusia juga dilakukan melalui pergantian
manajemen secara berkala dan perekrutan karyawan baru jika diperlukan. Penelitian
bidang teknis dan manajemen pada bidang teknis terkait dengan studi daya dukung
kawasan untuk pengetahuan pengunjung, studi tentang pengolahan dan pengelolaan
limbah, studi tentang pemasaran selanjutnya dengan wawasan berkelanjutan dan
kesiapan pada era globalisasi agar pengelola memiliki kemampuan bersaing yang
meyakinkan juga dilakukan oleh PT. Graha Rani Putra Persada.
39
(a)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
(b)
D. Pengunjung
Pengunjung merupakan seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu Negara yang
bukan Negara tempat ia tinggal, karena suatu alasan yang bukan pekerjaannya seharihari. Dalam pengukuran keinginan dan kebutan pengunjung perlu diperhatikan seperti
karakteristik pengunjung, kualitas pelayanan terhadap pengunjung kondisi fasilitas, dan
kepuasan pengunjung.
1. Karakteristik Pengunjung
Karakteristik merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan
suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatan.
Karakteristik pengunjung merupakan suatu aspek dari kepribadian pengunjung yang
`Nampak dalam suatu perlakuan dan perbuatan. Karakteristik pengunjung terdiri dari
40
usia, jenis kelamin, status, pekerjaan, pendapatan, dan kunjungan. Karakteristik
pengunjung dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 2 Karakteristik Pengunjung
N
Karakteristik
o
1
Usia
0-10 tahun
11-20 tahun
21-30 tahun
Jenis
Kelamin
Jumlah (30
Reponden)
1
8
13
3,33%
26,667%
43,33%
31-40 tahun
41-50 tahun
4
3
13,33%
10%
51-60 tahun
3,33%
Laki-laki
16
53,33%
Perempuan
14
46,67%
Persentase (%)
Status
Single
Menikah
16
14
53,33%
46,67%
Asal Daerah
Bogor
Cianjur
2
2
6,67%
6,67%
Jawa timur
Bandung
5
3
16,67%
10%
Jakarta
Luar pulau jawa
9
9
30%
30%
SD
SMP
4
2
13,33%
6,67%
SMA
Perguruan Tinggi
10
14
10%
46,67%
0 Rp. 1.000.000
Rp.1.000000 Rp.
2.000.000
Rp 2.000.000- Rp.3.000.000
15
50%
6,67%
10
33,33%
> Rp 3.000.000
10%
Pegawai Swasta
PNS
Pelajar
6
6
9
20%
20%
30%
Mahasiswa
Wirausaha
3
4
10%
13,33%
Lainnya
6,67
Keluarga
Rombongan
Teman
21
4
3
70%
13,33%
10%
Lainnya
6,67%
Pendidikan
Pendapatan
Pekerjaan
Kunjungan
41
menggunakan kendaraan bermotor sehingga pengunjung laki-laki lebih mendominasi
dibanding dengan pengunjung wanita. Pengunjung TWA Gunung Tangkuban Parahu
lebih banyak yang memiliki status single dengan persentase 53,33% dibandingkan
status menikah dengan persentase 46,67%. Hal tersebut karena terdapat banyak orang
tua yang mengajak liburan buah hatinya untuk menikmati suasana alam yang masih
asri. Selain itu, kawasan TWA. Tangkuban Parahu ini lebih sering dikunjungi oleh
pengunjung yang belum menikah karena kawasan wisata ini cocok untuk berekreasi
dengan teman atau dengan pasangannya.
Pengunjung yang lebih mendominasi untuk berkunjung ke TWA Tangkuban
Parahu yaitu usia kisaran 21 30 tahun dengan persentase 43,33% dibandingkan
pengunjung yang memiliki usia kisaran >10 tahun dan di atas umur 51 tahun dengan
persentase 3,33%. Hal tersebut karena, pengunjung yang berusia kisaran 21 30
tahun memiliki motivasi untuk berwisata alam yang memiliki tantangan dan
pengalaman dalam menikmati keindahan lanskap alami dari kawah yang terdapat
pada TWA Tangkuban Parahu. Selain itu, dalam berwisata di TWA ini, pengunjung
harus memiliki fisik yang kuat terhadap faktor alam seperti cuaca, dan jalur tracking
yang curam. Karakteristik mengenai asal daerah dari pengunjung lebih didominasi
oleh pengunjung dari Jakarta dan luar Jawa dengan persentasi 30% dibandingkan
pengunjung yang berasal dari bogor dan cianjur dengan persentasi 6,67%. Hal ini
karena pengunjung dari luar Jawa dan Jakarta untuk menikmati suasana yang alami
cukup sulit. Selain itu, pengunjung dari Jakarta dan Luar Jawa sering mengunjungi
TWA Tangkuban Parahu untuk menghilangkan rasa jenuh akibatkepadatan kota.
Oleh karena itu, pengunjung dari Jakarta dan luar Jawa lebih banyak mendatangi
TWA Tangkuban Parahu.
Karakteristik mengenai pendidikan terakhir dari pengunjung lebih di dominasi
oleh perguan tinggi dengan persentase mencapai 46,67%. Tetapi tingkat pendidikan
akhir dari pengunjung yang paling rendah persentasenya terdapat pada pendidikan
smp dengan persentase 6,67%. Hal ini karena tingkat kebutuhan dalam rekreasi lebih
diminati oleh karyawan yang memiliki tingkat kejenuhan yang tinggi dan sangat
membutuhkan rekreasi agar kembali berinovasi. Pendapatan pengunjung yang
mengunjungi TWA Tangkuban Parahu tiap bulannya yang lebih mendominasi yaitu 0
1juta dengan persentase 50% dibandingkan pengunjung yang memiliki pendapatan
1juta - 2 juta dengan persentase 6,67. Hal ini karena pengunjung yang mendatangi
TWA Tangkuban Parahu lebih mendominasi mendominasi remaja yang ingin
menemukan suasana baru.
Karakteristik mengenai pekerjaan pengunjung dan kunjungan lebih di dominasi
oleh pengunjung yang memiliki pekerjaan sebagai pelajar dengan persentase 30% dan
kunjungan pengunjung untuk mendatangi TWA ini lebih di dominasi oleh keluarga
dengan persentase 70%, dibandingkan dengan jenis perkejaan pengunjung yang
berupa ibu rumah tangga dengan persentase 6,67% dan kunjungan bersama pasangan
dengan persentase 6,67%. Hal tersebut karena TWA ini cocok untuk pengunjung
berwisata dengan keluarga.
42
Jasa guide yang dimiliki pleh PT. GRPP sudah mencapai 24 orang dengan
memiliki keahlian dalam menyampaikan informasi yang baik, berpengalaman dalam
mendapingi pengunjung, dan guide tersebut dapat berbagai bahasa asing seperti
Bahasa inggris, Belanda, jerman,Arab, dan mandarin. Selain itu, guide yang dimiliki
PT. GRPP memiliki lisence yang sudah diakui oleh pihak PT. GRPP. Para guide dapat
memiliki lisence dengan cara pelatihan khusus guide selama 2 tahun sekali.
Pengunjung dapat menikmati jasa guide dengan membayar 300 ribu/jam. Karena
terdapat koordinator dari jasa guide tersebut yang merupakan guide yang memiliki
linsence ashita pelayanan terhadap pengunjung menjadi sangat baik. Selain dalam
bidang guide, pengunjung mendapatkan pelayanan yang memuaskan dari para
pengelola dari PT. GRPP. Karena Perusahaan tersebut menanamkan rasa ramah,
murah senyum, sopan, dan santun terhadap karyawan PT. GRPP.
Rata-rata
5
13
7
9
6
21
22
4
17
6
7
9
8
10
3
14
6,3
6,3
5,7
5,6
6,1
Ket : 1. Sangat tidak baik, 2. Tidak baik, 3. Agak tidak baik, 4. Ragu-ragu, 5. Agak baik, 6. Baik, 7.
Sangat baik
Gambar 32 Toilet
43
Shelter merupakan suatu tempat yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk
istirahat dan melepaskan lelah. TWA Tangkuban Parahu memiliki 25 shelter di lokasi
yang berbeda dengan kondisi shelter yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai
rata-rata yang dimiliki dari kondisi shelter tersebut yaitu 6,3. Perusahaan PT GRPP
berupaya memperbaiki dan menambah shelter karena Kondisi shelter dapat
mempengaruhi kenyamanan dari pengunjung yang sedang melakukan rekreasi. Selain
itu, pada kawasan wisata perlu diperhatikan tempat sampah karena sampah akan
merusak lingkungan. Tempat sampah yang terdapat di TWA Tangkuban perahu agak
baik. Karena penyusunan tempat sampah di TWA belum memadai. Sebab pengunjung
selalu membawa sampah ke kawasan wisata ini tetapi tempat sampah yang berada di
TWA ini kurang memadai. Kondisi shelter dan tempat sampah dapat dilihat pada
Gambar 33.
44
(a)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
(b)
Gambar 34 (a) Kondisi Masjid di Kawah Ratu dan (b) Papan Penunjuk Arah
Pada kawasan wisata sangat perlu diperhatikan kondisi sarana, prasarana dan
fasilitas pendukung wisata. Karena hal tersebut merupakan salah satu bagian dari
kepuasan pengunjung, akan tetapi perlunya pertimbangan dalam melakukan upaya
perbaikan dan pembuatan pada kawasan konservasi. Karena hal tersebut dapat secara
perlahan merusak lingkungan.
5. Kepuasaan Pengunjung
Kawasan TWA Tangkuban parahu merupakan suatu taman wisata alam yang
memiliki daya tarik yang alami. Daya tarik wisata dapat memberika kepuasan bagi
pengunjung yang berkunjung kekawasan berikut. Daya tarik wisata dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 4 Kepuasan Pengunjung
No
Daya Tarik
Persepsi Kepuasan
1
2
3
4
1.
Kawah Ratu
6
2.
Kawah Upas
3
3.
Kawah Domas
2
4.
Panorama
4
5.
Outbound
Rata-rata
5
4
7
6
6
6
15
14
5
15
5
7
5
6
17
5
3
5,6
5,7
6,2
5,7
1,7
Ket : 1. Sangat tidak puas, 2. Tidak puas, 3. Agak tidak puas, 4. Ragu-ragu, 5. Agak puas, 6. puas,
7. Sangat puas
Kawah Ratu merupakan daya tarik wisata yang terdapat pada TWA Tangkuban
Parahu. Kawah ini merupakan kawah yang terbesar dibandingkan dengan kawahkawah lain yang terdapat di TWA Tangkuban Parahu. Kawah Ratu member rasa agak
puas kepada pengunjung. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang berjumlah 5,6
karena akses menuju Kawah Ratu dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan
roda dua maupun roda empat. Sehingga akses menuju Kawah Ratu menjadi mudah
dan efisien. Kawah Domas merupakan kawah primadona dari TWA Tangkuban
Parahu. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kepuasan mencapai 6,2 yang berarti puas.
Karena Kawah Domas dapat dicapai dengan berjalan kaki dengan jarak tempuh 1,2
km dari pintu masuk Kawah Domas maupun Kawah Ratu. Sepanjan perjalanan
pengunjung dapat menikmati panorama yang indah sehingga menambah kepuasan
dari pengunjung. Atraksi wisata yang dapat dinikmati oleh pengunjung di Kawah
Domas seperti pengunjung dapat menikmati kolam air panas yang terdapat berlerang
dan pengunjung dapat menikmati massage lumpur. Selain itu pengunjung dapat
merebus air pada kolam air panas yang suhunya mencapai 98 C.
45
Pengunjung merasa tidak puas terhadap daya tarik wisata berupa outbound. Hal
ini dapat dilihat pada nilai kepuasan yang berjumlah 1,7. Nilai tersebut diperoleh
karena kurangnya promosi terhadap daya tarik outbound sehingga pengunjung tidak
mengetahui daya tarik tersebut.selain itu, pengunjung dengan menggunakan
kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat tidak melewati daya tarik wisata
tersebut sehingga pengunjung tersebut tidak mengetahui secara jelas daya tarik
tersebut. Selain daya tarik wisata, kepuasan pengunjung dapat diperoleh dari motivasi
pengunjung, aktivitas pengunjung, dan saran dari pengunjung agar TWA Tangkuban
Parahu dapat menjadi lebih baik.
a) Motivasi Pengunjung
Motivasi pengunjung merupakan suatu keinginan yang diperoleh dari
pengunjung untuk pendatangi suatu objek wisata. Motivasi pengunjung terhadap
permintaan wisata di TWA Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Grafik 2.
Motivasi pengunjung
10%
Rekreasi
liburan
lainnya
30%
60%
46
b) Persepsi Pengunjung
Persepsi merupakan bentuk penilaian atau pandangan seseorang terhadap
suatu objek. persepsi pengunjung terhadap berbagai jenis aktivitas pada kawasan
TWA Tangkuban Parahu dapat dilihat pada Grafik 3.
Persepsi
6.3
6.4
6.2
5.4
Piknik
Berfoto
47
c) Saran
Saran merupakan suatu acuan untuk seseorang atau kelompok agar menjadi
lebih baik. Saran sangat penting untuk pengelola kawan karena akan membantu
dalam mengelola kawasan TWA Tangkuban Parahu untuk menjadi lebih baik.
Saran pengunjunjung dapat dilihat pada Grafik 4.
Saran
Penambahan Atraksi Wisata
Penambahan Fasilitas
13%
10%
Peningkatan Kebersihan
77%
48
IV.
A. Simpulan
TWA Tangkuban Parahu merupakan sebuah kawasan yang dikelola oleh pihak swasta
dengan IPPA dan dalam pengelolaannya diawasi oleh BBKSDA. Pengelolaan yang baik
telah dicerminkan oleh pengelola PT. GRPP, hal tersebut terbukti dengan banyaknya
pengunjung yang datang dan menguntungkan berbagai pihak, dalam hal ini, masyarakat
sekitar sebagai karyawan dan pedagang, pemerintah dengan Pendapatan Negara Bebas
Pajak (PNBP) dan tentunya pengelola. Keuntungan dari segi ekonomi tersebut tidak
terlalu mengeluarkan dampak negative yang dapat menganggu kelestarian ekosistem
kawasan konservasi pada TWA Tangkuban Parahu, hal tersebut dikarenakan telah
diantisipasi oleh pengelola dengan adanya kegiatan evaluasi yang diimplementasikan
dengan pembangunan persemaian dan penanaman pohon pada setiap lahan yang
membutuhkan. Pengelolaan yang baik pada kawasan telah dapat memberikan wawasan
dan pengetahuan terhadap sistem pengelolaan wisata alam yang selalu berpedoman pada
regulasi dan selalu dalam pengawasan BBKSDA. Kerjasama dan bantuan yang baik serta
kooperatif pengelola terhadap kegiatan praktek pengelolaan ekowisata dapat membuat
pemahaman dan implementasi bekerja secara langsung pada salah satu bidang kajian
pengelolaan ekowisata berjalan dengan lancar. Permasalahan yang ada berikut berbagai
antisipasi yang dimiliki pengelola telah membantu meningkatkan daya nalar dalam
memahami permasalahan dan mencari solusi serta, sehingga perancangan program
perbaikan kegiatan pengelolaan ekowisata, serta inovasi paket dan program wisata baru
dapat dilakukan.
B. Saran
1. Penempatan tempat sampah yang harus lebih diperhatikan kembali terutama pada
menara pandang yang terdapat di Kawah Ratu diatas kantor pelayanan jasa
pemandu wisata.
2. Penulisan pada papan penunjuk arah diperbesar dan diposisikan pada tempat
yang tidak terhalang oleh objek lain.
3. Perlu ditingkatkan kembali mengenai promosi outbound selaku sumberdaya
wisata dan daya tarik terbaru di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu
yang semestinya dapat diketahui sejak pengunjung memasuki kawasan yang
dapat dilakukan dengan penambahan papan penunjuk arah ke kawasan outbound.
4. Penambahan atraksi wisata atau program wisata yang berdampak pada
pengemasan kedalam suatu paket wisata yang secara tidak langsung dapat
mengurangi konsentrasi wisatawan pada satu obyek tertentu yang memadati
kawasan.
5. Pengadaan benda interpretasi secara tidak langsung pada setiap obyek wisata
yang dapat memberikan informasi, pengetahuan serta menimbulkan afeksi
pengunjung terhadap lingkungan kawasan.
6. Evaluasi pembuatan jalur sirkulasi pada lahan parkir motor juga perlu dilakukan
karena bertujuan untuk mengurangi resiko kecelakaan kecil ataupun besar, karena
lahan parkir motor berada kawasan lereng.
49
DAFTAR PUSTAKA
Avenzora, R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. Banda Aceh: BRR NAD dan
Nias
Damanik, J. 2006. Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: Pusat Studi Pariwisata
UGM dan Andi.
Wordpress.com. 2011. Tangkuban Parahu Misteri Sang
http://ariesaksono.wordpress.com/category/sejarah/ (17 Juli 2012)
LAMPIRAN
Ratu.