I. TUJUAN
1. Mengamati morfologi dan struktur sel kapang dan khamir secara makroskopik
maupun mikroskopik.
2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah.
3. Mengetahui teknik teknik pengecatan kapang dan khamir.
: Penicillium chrysogenum
Umur biakan
: 11 hari
Reagen
: Laktofenol
Perbesaran
: 10 x 40
b. Nama biakan
Umur biakan
: Rhizopus oryzae
: 6 hari
Reagen
: Laktofenol
Perbesaran
: 10 x 10
e.Sporangiospora
c.Sporangiofor
c. Nama biakan
: Aspergillus oryzae
Umur biakan
: 6 hari
Reagen
: Laktofenol
Perbesaran
: 10 x 10
: Candida albicans
Umur biakan
: 24 jam
Reagen
: Methylen blue
Perbesaran
: 10 x 40
III. PEMBAHASAN
A. Pengamatan morfologi kapang
Kapang merupakan fungi berbentuk filamen yang bersifat saprofit atau
parasit dan dapat bereproduksi dengan spora aseksual maupun seksual. Dinding
sel kapang tersusun atas suatu substansi yaitu selulosa. Dinding sel kapang juga
tersusun oleh polimerisasi asetil glukosamin yang dikenal dengan zat kitin
(McKane & Kandel 1996 : 135). Jaringan tubuh (thallus) kapang memanjang,
bercabang-cabang dan dapat membentuk filamen seperti benang yang disebut
hifa. Setiap hifa memiliki lebar 5--10 m. Kumpulan dari hifa tersebut
membentuk suatu struktur yang disebut miselium. Keberadaan struktur miselium
membuat kapang lebih mudah untuk dikenali (Volk & Wheeler 1993:185).
Hifa terdiri atas dinding tubular yang tipis, umumnya transparan dan berisi
lapisan protoplasma dengan ketebalan yang bervariasi. Berdasarkan morfologinya
hifa terdiri atas 3 tipe yaitu septate atau coenocytic, septate dengan sel-sel
uninukleat, septate dengan sel- sel multinukleat. Aseptate atau coenocytic
merupakan hifa yang tidak mempunyai septa, hanya tampak seperti sel panjang
yang berisi sitoplasma dan mengandung banyak inti. Septate dengan sel-sel
uninukleat merupakan hifa yang mempunyai septa sehingga membagi hifa
menjadi sel- sel berinti banyak. Septate dengan sel- sel multinukleat merupakan
hifa yang mempunyai sekat sehingga membagi hifa menjadi sel -sel yang berisi
lebih dari satu inti (Alexopoulos dkk. 1996: 30--31). Berdasarkan fungsinya, hifa
dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu hifa steril dan hifa vegetatif. Hifa steril
merupakan hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduksi atau tubuh buah.
Biasanya pertumbuhannya ke atas sebagai hifa udara atau hifa aerial. Hifa
vegetatif merupakan hifa yang berfungsi untuk mencari makanan ke dalam
substrat sehingga disebut juga hifa substrat (Alcamo 1998 : 156).
Kapang bereproduksi secara seksual dan aseksual. Spora aseksual
terbentuk dengan cara tunas, pembelahan biner ataupun pembentukan spora dari
badan spora. Spora seksual terbentuk melalui proses plasmogami, kariogami dan
tahap meiosis. Macam spora seksual antara lain Askospora, Basidiospora,
Zigospora, dan Oospora. Macam spora aseksual antara lain Konidiospora,
Sporangiospora, Artrospora, Klamidiospora, dan Blastospora (Pelczar & Chan
2008: 191--192).
Kapang dapat dibedakan menjadi kapang tingkat tinggi (higher fungi) dan
kapang tingkat rendah (lower fungi). Kapang tingkat tinggi memiliki satu inti
(monositik), memiliki septa hingga berkompartemen, reproduksi aseksual berupa
spora, dan seksual berupa konidia. Contoh dari kapang tingkat tinggi yaitu
Penicillium chrysogenum dan Aspergillus oryzae. Kapang tingkat rendah memiliki
10
IV. KESIMPULAN
1. Hal-hal yang diperhatikan dalam pengamatan makroskopik kapang ialah warna
koloni, tekstur koloni, zonasi, radial furrow, exudate drop, reverse colony, dan
growing zone. Hal- hal yang diperhatikan dalam pengamatan mikroskopik kapang
ialah hifa, spora seksual, spora aseksual, badan buah, dasar badan buah, tangkai
badan buah, struktur khusus. Hal-hal yang diperhatikan pada pengamatan
makroskopik khamir ialah warna, tekstur, permukaan koloni, profil dan tepi
koloni.
2. Penicillium chrysogenum dan Aspergillus oryzae termasuk kapang tingkat
tinggi (higher fungi) karena reproduksi aseksual menggunakan konidiospora.
Rhizopus oryzae termasuk kapang tingkat rendah (lower fungi) karena reproduksi
aseksual menggunakan sporangiospora.
3. Pengamatan mikroskopik kapang menggunakan reagen laktofenol, sedangkan
pengamatan mikroskopik khamir menggunakan reagen methylen blue.
V. DAFTAR ACUAN
Alexopoulos, C. J., C. W. Mims, & M. Blackwell. 1996. Introductory mycology.
Ed. Ke-4. John Wiley & Sons, Inc., New York: vi +868 hlm.
Alcamo, I.E. 1998. Microbiology. McGraw-Hill, New York : vi + 409 hlm.
Brock, T.D. & M.T. Madigan. 1991. Biology of microorganisms. 6th ed. PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs: xix + 874 hlm
Carlile, M. J. & S. C. Watkinson.1995. The fungi. Academic Press, London: xiii +
482 hlm.
Dwidjoseputro, D. 1998. Pengantar mikologi. Ed. Ke-2. Penerbit Alumni,
Bandung: xvi + 321 hlm.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi pangan 1. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: xii +
308 hlm.
Gandjar, I., I.R. Koentjoro, W. Mangunwardoyo, & L. Soebagya. 1992. Pedoman
praktikum mikrobiologi dasar. Biologi FMIPA UI, Depok: vii + 87 hlm.
11
VI. LAMPIRAN
Candida albicans
Putih
Butyrous (seperti mentega)
Mengkilap
Rata
Rata
24 jam
12
Karakteristik
Rhizopus oryzae
Aspergillus
Penicillium
Front colony
Warna
Abu-abu
oryzae
Hijau
chrysogenum
Biru kehijauan
Tekstur koloni
Wooly (seperti
kecoklatan
Granular
Velvety (seperti
Zonasi
Radial furrow
Exudate drop
Growing zone
kapas)
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
beludru)
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Karakteristik
Rhizopus
Aspergillus
Penicillium
Reverse colony
Warna
Zonasi
Radial furrow
oryzae
Kuning
Tidak ada
Ada
oryzae
Hialin
Ada
Ada
chrysogenum
Hialin
Ada
Tidak ada
13
14
Gambar 4.
Makroskopik khamir
Candida albicans
[Sumber : Dokumentasi pribadi]
15