Mencapai Visi 2030 Sebuah Model Makroekonomi Indonesia Dengan Pemodelan System Dynamics PDF
Mencapai Visi 2030 Sebuah Model Makroekonomi Indonesia Dengan Pemodelan System Dynamics PDF
TESIS
Oleh
ABSTRAK
MENCAPAI VISI 2030: SEBUAH MODEL MAKROEKONOMI
INDONESIA DENGAN PEMODELAN SYSTEM DYNAMICS
Oleh
MUHAMAD KHAIRUL BAHRI
NIM : 24007044
Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan
Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu
negara dengan kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050. Goldman Sachs
dalam makalahnya yang berjudul N-11: More than Acronym menggolongkan
Indonesia dalam kelompok Next-Eleven (N-11) pada urutan ke 7. N-11 adalah
kelompok 11 negara yang mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi besar dan
diprediksi akan merajai PDB dunia setidaknya paling lambat tahun 2050. Senada
dengan Goldman Sachs, Price Water House Coopers juga menetapkan Indonesia
sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 6 paling lambat pada tahun 2050 dalam
artikel berjudul The World in 2050. Bahkan untuk menguatkan prediksi itu telah
terbit visi 2030 (www.indforum.org) yang menyatakan bahwa Indonesia akan
mampu tampil sebagai negara dengan kekuatan ekonomi ke-lima didunia dengan
pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun pada tahun 2030.
Perkembangan ekonomi Indonesia tahun-tahun terakhir ini menunjukkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia ke arah yang positif. Peningkatan besaran PDB
(Produk Domestik Bruto) yang ditandai dengan tingkat inflasi yang relatif rendah
dan nilai tukar yang relatif stabil menunjukkan peluang Indonesia untuk tampil
sebagai negara adidaya ekonomi.
Analisis dengan suatu pendekatan system dynamics menunjukkan bahwa
perekonomian Indonesia mempunyai peluang untuk mewujudkan visi 2030, jika
arah pembangunan diarahkan dengan meletakkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada peningkatan investasi dan penguasaan teknologi. Pendekatan
business as usual dalam perekonomian Indonesia tidak memadai untuk memandu
Indonesia mencapai visi 2030.
Hasil studi menunjukkan bahwa: a) perekonomian Indonesia cenderung ke arah
overheating economy, karena mengandalkan konsumsi sebagai pemacu
pertumbuhan ekonomi; b) perlunya pengarahan pembangunan Indonesia pada
sektor investasi dan daya saing iptek sehingga pertumbuhan ekonomi sejalan
dengan penyediaan kesempatan kerja dan kemandirian perekonomian; c)
diperlukan orientasi pengembangan industri yang mengurangi kebergantungan
ii
pada produk impor; dan d) peningkatan kerjasama industri, perguruan tinggi dan
pemerintah dalam mewujudkan visi 2030.
Kata kunci : teknologi , visi 2030, system dynamics
iii
ABSTRACT
BY
Price Water House Coopers (2006) and Goldman Sachs (2007), predict that
Indonesia will be one of the great economic blockbusters in year 2050. Goldman
Sachs in a titled article N-11: More than Acronym supposed that Indonesia will be
the seventh world economic blockbuster. N-11 is a group of eleven countries
around the world that will dominate world GDP by year 2050. In line with
Goldman Sachs, Price Water House Coopers also predict that Indonesia has
potential chance to be the sixth economy blockbuster by late 2050 in an article of
The World in 2050. Indonesian experts who named themselves as Yayasan
Indonesia Forum (www.indforum.org) also has same prediction with those
institusionss prediction. Yayasan Indonesia Forum account Indonesias vision of
2030 which suppose that Indonesia will be the top of five of the world largest
GDP by year 2030 with predicted income per capita US$ 18.000.
Within later decade, Indonesia noted good economic growth. Indonesias
economic growth reached (4-6) % per year accompanied by low inflation and
stable exchange rate that show Indonesias chance to be one of the world largest
GDP.
Analysis with system dynamics reveals that Indonesia has chance to achieve the
vision 2030, if the economy strengthen investment as leading sector with
enhancing technology capability. Analysis also show that business as usual
approach not suitable to reach the vision 2030.
This study summarize of the following results a) Indonesia economy tend to be
overheating economy, caused consumption being a dominant factor in economic
growth b) we shall arrange the economic development to account investment as
leading sector and enhance our technological capability so that economic
development in line with labor demand and high economic foundation c) we shall
iv
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis telah
berhasil menyelesaikan penulisan tesis S2 pada Program Magister Studi
Pembangunan ITB ini dengan Judul: Mencapai Visi 2030: Sebuah Model
Makroekonomi Indonesia Dengan Pemodelan System Dynamics.
Selama pembuatan tesis, penulis menyadari bahwa tesis ini takkan dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari banyak pihak baik bantuan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1.
Bapak Dr. Ir. Muhammad Tasrif, M.Eng, selaku Ketua Program Studi
Pembangunan dan sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis, yang telah
memberikan arahan dan masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian
penelitian dan penulisan tesis ini.
2.
Bapak Dr. Ir. Sonny Yuliar dan Dr. Ir. Indra Budiman Syamwil selaku
dosen dan sekaligus sebagai penguji tesis. Banyak sumbangan pemikiran
yang kemudian menyempurnakan tesis ini.
3.
4.
5.
vii
6.
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................
ABSTRACK ........................................................................................
iii
vi
viii
xi
xii
xiv
BAB I
BAB II
Pendahuluan
I.1
I.2
Perumusan masalah 2
I.3
I.4
Lingkup Permasalahan
I.5
I.6
......................................... 5
Landasan Pustaka
II.1
............. 7
II.1.1
... 9
II.2
Masalah Pengangguran
12
II.3
II.3.1
Potensial Output
15
II.3.2
Pengertian Produktivitas
17
II.4
System Dynamics
14
19
19
20
21
26
II.5
27
ix
BAB III
BAB IV
Metodologi Penelitian
III.1
III.2
.. 32
33
35
III.2.3
Formulasi Model .
35
III.2.4
37
43
IV.1.1
IV.1.2
IV.2
IV.2.1
Spending). 53
IV.2.2
Ekspor .. 55
IV.2.3
BAB V
IV.3
59
IV.4
Perilaku Model
62
...
V.1.1.
V.1.2.
V.1.3.
Skenario peningkatan
V.2
V.3
Pengangguran ....
V.4
74
V.5
V.6
BAB VI
Kesimpulan ............................................................... 81
VI.2
Saran-saran ............................................................... 82
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Fitting ( )Alpha . 93
Lampiran 4
. 94
Lampiran 5 Perbandingan Sumber Daya Iptek Indonesia dengan Negara Lain .96
Lampiran 6
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Rasio Hutang Indonesia terhadap PDB ... 2
Gambar 1.2 Pertumbuhan PDB dan PDB per kapita .. 3
Gambar 2.1 PDB harga konstan 1993 & 2000 dan PDB harga berlaku . 8
Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000). 10
Gambar 2.3 System Dynamics sebagai suatu metoda 22
Gambar 2.4 PDB Per Kapita Indonesia, 1990 2030 .. 28
Gambar 2.5. GDP Harga Berlaku 5 Negara Terbesar, 2005 dan 2030 28
Gambar 3. 1 Sebuah sistem . 31
Gambar 3.2 Prosedur pemodelan system dynamics menurut Saeed (1994) . 33
Gambar 4.1 Pertumbuhan PDB Indonesia dan Persentase Sektor Pertanian vs
Sektor Pengolahan terhadap PDB Indonesia . 49
Gambar 4.2 Causal Loop Model Makroekonomi ... 51
Gambar 4.3 Flow Diagram Sektor Government dan Permanent Income . 54
Gambar 4.4 Flow Diagram Sektor Aggregate Demand, Potential Output dan
Inflasi serta Net Export .. 56
Gambar 4.5 Flow Diagram Sektor Kapital, SED dan LED 57
Gambar 4.6 Flow Diagram Sektor Tenaga Kerja dan Pendapatan per Kapita.58
Gambar 4.7 Flow Diagram Sektor Padat Modal 59
Gambar 4.8 Hasil berbagai simulasi skenario dasar (business as usual). 63
Gambar 5.1 Causal loop
(Betha) ... 68
xiii
73
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Karakteristik System Dynamics (Myrtveit, 2005) . 32
Tabel 3.2 Pengujian-pengujian dalam System Dynamics..
41
...
47
50
60
61
72
71
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dua lembaga konsultan keuangan dunia, Price Water House Coopers (2006) dan
Goldman Sachs (2007), memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu
negara dengan kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050. Goldman Sachs
dalam makalahnya yang berjudul N-11: More than Acronym menggolongkan
Indonesia dalam kelompok Next-Eleven (N-11) pada urutan ke 7. N-11 adalah
kelompok 11 negara yang mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi besar dan
diprediksi akan merajai PDB dunia setidaknya paling lambat tahun 2050. Senada
dengan Goldman Sachs, Price Water House Coopers juga menetapkan Indonesia
sebagai kekuatan ekonomi terbesar nomor 6 paling lambat pada tahun 2050 dalam
artikel berjudul The World in 2050.
Ada banyak pertimbangan kedua lembaga tersebut menempatkan Indonesia layak
sebagai salah satu bakal kekuatan ekonomi terbesar pada tahun 2050 yang akan
datang. Antara lain adanya pertumbuhan ekonomi yang mempunyai rentang 4% 6% per tahun, jumlah populasi yang besar dan stabilnya nilai tukar rupiah dalam
tahun-tahun terakhir ini.
Indonesia sendiri, berdasarkan perkiraan di atas, telah membuat visi Indonesia
2030 (YIF, 2007) yang pada intinya merumuskan visi Indonesia untuk menjadi
negara industri tangguh pada tahun 2030, dimana pada saat itu pendapatan per
kapita Indonesia diperkirakan akan mencapai US$ 18.000 per tahun.
Dari segi ekonomi sendiri, Indonesia sendiri mempunyai beberapa keunggulan
yaitu: a) jumlah populasi yang sangat besar (Indonesia termasuk negara
berpenduduk terbesar ke empat di dunia), b) kekayaan alam yang melimpah,
c) kemandirian Indonesia dari IMF dengan melunasi semua komitmen utang
luar negeri Indonesia (sesuai Letter of Intent yang ditandatangani tahun 1997), dan
d) keberhasilan Indonesia meraih pertumbuhan ekonomi yang mendekati angka
6% per tahun (sama dengan pertumbuhan ekonomi sebelum krisis moneter). Yang
tidak kalah penting ialah menurunnya rasio utang luar negeri terhadap PDB yang
berkisar 80% (pada tahun 2000) menjadi kurang 40% tahun 2007, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 1.1 di bawah ini (Bank Dunia, 2008). Beberapa
perubahan positif di atas jika dimanfaatkan dengan baik, dapat menempatkan
Indonesia pada posisi terhormat sesuai perkiraan di atas.
Gambar 1.1 Rasio Hutang Indonesia terhadap PDB (sumber: Bank Dunia)
perekonomian kita. Dan dari itu kita dapat menetapkan strategi yang paling tepat
bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang kita harapkan bersama.
Yang juga menjadi sumber perbedaan pendapat dalam pertumbuhan ekonomi
suatu negara adalah bagaimana sebaiknya pengembangan sektor industri ? .
Suatu pendapat menyatakan pentingnya pengembangan sektor industri padat
karya agar pertumbuhan ekonomi mampu menyerap tenaga kerja yang relatif
banyak daripada kita mengembangkan industri padat modal. Pendapat lain juga
menyatakan perlunya kita mengembangkan industri padat modal karena produk
padat modal merupakan produk yang bernilai tambah tinggi sehingga dapat
meningkatkan profitabilitas usaha.
Kenyataan yang kita hadapi memberikan fakta bahwa industri padat karya seperti
industri sepatu, TPT (tekstil dan produk tekstil) mengalami masa-masa sulit akibat
serbuan produk impor dengan harga jauh lebih murah. Industri padat karya yang
selama ini kita andalkan untuk meningkatkan kesediaan lapangan kerja justru
yang paling pertama mengurangi jumlah karyawannya belakangan ini. Timbul
pertanyaan bagaimana seharusnya kita membangun industri yang mampu
mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus mengurangi jumlah pengangguran.
I.2 Perumusan Masalah
Standar kehidupan suatu negara sangat ditentukan oleh fungsi produksinya
(Mankiew, 2003). Semakin tinggi nilai fungsi produksi atau makin tinggi tingkat
produksinya, maka makin besar potensi negara tersebut untuk meningkatkan
standar kehidupannya. Besaran fungsi produksi dipengaruhi oleh jumlah kapital,
tenaga kerja dan faktor produktivitas total (total productivity factor). Ketiga faktor
ini sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi.
Seperti yang yang dapat kita amati dalam Gambar 1.2 diatas (Thomson, Western,
2007) ada perbedaan yang mencolok dalam pertumbuhan standar kehidupan antar
Dalam penelitian ini yang akan dikaji ialah Bagaimana peran kapital, tenaga
kerja dan penguasaan teknologi dalam struktur ekonomi Indonesia ?. Dalam
kaitan dengan rumusan permasalahan akan dikaji hal-hal sebagai berikut:
1) bagaimana struktur dan perilaku sistem perekonomian Indonesia;
2) apa saja faktor-faktor pendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia; dan
3) dengan memahami jawaban pertanyaan di atas, bagaimana skenario
pertumbuhan agar Indonesia dapat mencapai visi 2030.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain : membuat model struktur pertumbuhan ekonomi
Indonesia jangka panjang untuk memprediksi pertumbuhan ekonomi ke depan
guna menyusun skenario menuju visi Indonesia 2030, khususnya mencapai
sasaran kuantitatif pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun. Selain itu juga
dapat diketahui pengaruh pertumbuhan kapital dan tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
I.4 Lingkup Permasalahan
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi untuk menyusun
skenario-skenario kebijakan ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
Indonesia menuju visi Indonesia 2030. Pemahaman atas struktur ekonomi
dilakukan dengan pemodelan sistem yang dibangun dari serangkaian proses tiruan
dunia nyata. Melalui pemahaman atas perilaku sistem yang tidak diinginkan akan
ditemukan pilihan skenario kebijakan yang dapat mengurangi atau dalam kondisi
yang tidak kita inginkan, sehingga kita dapat membangun suatu struktur ekonomi
yang kokoh dan mampu membimbing kita ke arah yang kita cita-citakan.
I.5 Metodologi Penelitian
Penelitian dimulai bulan Juli 2008 dengan melakukan pengumpulan data-data
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data-data yang dikumpulkan antara lain: data
PDB (Produk Domestik Bruto), jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi.
Metodologi dinamika sistem (system dynamics) digunakan untuk menyusun
struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia jangka panjang dan merumuskan
skenario-skenario guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.
Kemampuan system dynamics dalam mempresentasikan struktur dan perilaku
dan TPF
model
system
dynamics
yang
menggambarkan
struktur
BAB II
LANDASAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)
Kegiatan
harus digit 0 atau 5, misal tahun dasar 2000 dan 2005). PDB atas harga berlaku
ditetapkan berdasarkan harga tahun berjalan.
Perbandingan antara PDB harga berlaku dan PDB harga konstan dapat dipakai
sebagai indikator umtuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi (deflator
PDB). Penyajian PDB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di
wilayah itu. Bila angka PDB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau
jumlah input yang digunakan, akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas
secara sektoral maupun menyeluruh.
Sejak tahun 2004, BPS mempublikasikan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDB
atas dasar harga konstan 2000 (sebelumnya menggunakan harga konstan 1993)
untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis dan memperlihatkan
perubahan struktur ekonomi terkini.
Nilai PDB atas harga konstan tahun 2000 lebih tinggi daripada pertumbuhan
ekonomi atas dasar harga konstan 1993. Sebagai contoh, nilai PDB pada tahun
2003 atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 444.453,5 milyar atau tumbuh
sebesar 4,10 persen jika dibandingkan tahun 2002. Sementara nilai PDB pada
tahun 2003 atas dasar harga konstan 2000 menjadi Rp. 1.579.558,9 milyar atau
tumbuh sebesar 4,51 persen. Gambar 2.1 mengilustrasikan PDB atas harga
konstan 1993 dan 2000.
3.000.000
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Gambar 2.1 PDB harga konstan 1993 & 2000 dan PDB harga berlaku
10
deflator PDB merupakan hasil bagi PDB harga berlaku dengan PDB harga
konstan untuk tahun yang sama.
Para ahli ekonomi sering bertanya-tanya ukuran inflasi yang manakah yang paling
efektif dalam menggambarkan keadaan ekonomi suatu negara ?. Apakah inflasi
dari IHK atau Deflator PDB lebih baik dari yang lain dalam menggambarkan
perubahan harga ? Jawabannya ternyata tidak ada satu yang paling unggul
diantara kedua cara perhitungan inflasi diatas (Mankiew, 2003).
Ilustrasinya demikian. Jika suatu hari, terjadi kegagalan panen jeruk, maka IHK
akan cenderung menghitung inflasi yang terlalu tinggi karena tidak menghitung
kemungkinan subsitusi jeruk dengan apel. Disisi lain, deflator PDB dalam kasus
yang sama mungkin tidak dapat menangkap penurunan daya beli masyarakat
karena kenaikan harga jeruk.
Untungnya dalam praktek perbedaan atas inflasi yang dihitung dari IHK dan
deflator PDB mempunyai perbedaan yang tidak terlalu besar (Mankiew, 2003).
Kedua ukuran inflasi biasanya dapat memberi cerita yang sama tentang seberapa
harga naik.
Grafik Deflator and IHK
1,80
1,60
1,40
1,20
Nilai
Deflator
IHK
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Tahun
Gambar 2.2 Perbandingan Deflator PDB dan IHK (tahun dasar 2000)
11
b. Pembiayaan Pemerintah
Pembiayaan pemerintah merupakan unsur penting dalam perekonomian negara.
Pembiayaan ini biasanya mencakup proyek pemerintah dan gaji para pegawai
pemerintah. Biasanya pembiayaan pemerintah mencakup 20-30% dari PDB suatu
negara.
Dilihat dari tujuannya, pembiayaan pemerintah digolongkan atas a) government
spending dan government transfer. Government spending boleh dikatakan
merupakan pengeluaran pemerintah yang ditujukan untuk masyarakat luas
mencakup pengeluaran proyek pemerintah, administrasi pemerintahan dan gaji
pegawai. Sedangkan government transfer, merupakan pengeluaran pemerintah
yang ditujukan untuk meredistribusi ulang kekayaan masyarakat. Dimanapun kita
berada, selalu ada kesenjangan dalam pendapatan ekonomi. Melalui subsidi dan
bantuan langsung tunai kita dapat mengurangi ketimpangan pendapatan. Inilah
tujuan dari goverment transfer.
c. Investasi
Pemerintah dan swasta, dalam sebuah perekonomian, membeli barang-barang
investasi. Perusahaan membeli investasi untuk menambah persediaan modal dan
mengganti modal yang sudah aus. Rumah tangga, disisi lain, membeli rumah baru
yang juga merupakan bagian dari investasi. Jumlah barang modal yang diminta
tergantung pada tingkat suku bunga, makin rendah suku bunga makin tinggi
investasi yang diminta dan sebaliknya.
d. Konsumsi
Rumah tangga membelanjakan pendapatan yang didapatnya dengan membeli
makanan, pakaian dan perlengkapan. Setelah membayar bermacam-macam pajak,
rumah tangga membagi pendapatannya dalam konsumsi dan tabungan.
e. Net Ekspor
Net Ekspor merupakan selisih antara ekspor dan impor. Impor, karena bukan
bagian dari produksi, akan dikurang dari ekspor (hasil produksi suatu negara)
untuk menghasilkan tingkat net ekspor.
12
13
Namun
dalam
perkembangan
selanjutnya
kurva
Philip
dan
tingkat
permintaan
tenaga
kerja
tidak
bersesuaian.
14
.. [2.1]
15
..... [2.5]
Sedangkan tingkat kapital dan tenaga kerja yang diinginkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dk= * (AG/(1/t+i) dan Dl =
* (AG/w),
.. [2.6]
Dimana Dk= tingkat kapital yang diinginkan, Dl=tingkat kebutuhan tenaga kerja
yang dinginkan, AG=Aggregate Demand, t=harapan hidup kapital dan i= tingkat
suku bunga riil. Menurut Tasrif (1995), variabel
berikut:
= (ln A+ln KOR)/(ln KLR), [2.7]
= 1 - (ln A+ln KOR)/(ln KLR), .. [2.8]
dimana KOR = kapital output ratio = K/Y dan KLR = kapital labor
ratio=K/(L*w).
II.3.1 Potensial Output
Dalam literatur makroekonomi seringkali fungsi produksi Cobb-Douglas diatas
diberi nama lain yaitu Potensial Output. Fungsi produksi atau potensial output
menunjukkan
kemampuan
penduduk
dan
kapital
suatu
negara
dalam
menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar nilai fungsi produksi ini semakin
16
tinggi besar potensi suatu negara untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
diidamkan.
Misalkan A=1 (tetap), maka perubahan output_Y (PDB)
sebanding dengan
perubahan input K dan L. Tapi jika output_Y > Potensial Output, menandakan
adanya pertumbuhan produktivitas dari tiap input. Pada awalnya Solow melabeli
A sebagai technological change. Belakangan, para ahli melabeli A sebagai TPF
(Total Producitivity Factor=Faktor Produktivitas Total) yang menyatakan A
mencakup peningkatan output_Y (PDB) sebagai efisiensi yang lebih luas, yaitu
mencakup peningkatan output_Y karena meningkatnya tingkat pendidikan,
perluasan skala pasar ekspor (dari produk suatu negara/daerah) dan kebijakan
pemerintah yang kondusif (Mankiew, 2003).
Menurut Hornstein dan Krussel (1996), TPF tidak selalu mengandung perubahan
teknologi, tapi juga dapat mencakup monetary shocks, military spending dan
perubahan politik. Sebagai perbandingan A sebagai technological change dan A
sebagai faktor produktivitas total, dibawah ini dilampirkan tabel di bawah ini:
A sebagai technological change
oleh
peningkatan diakibatkan
oleh
peningkatan
terjadi,
tapi
peningkatan umum.
negara
tidak
mendukung.
Dengan melihat persamaan 2.3 diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan
output (produksi) per pekerja suatu negara akan dipengaruhi oleh jumlah kapital,
tenaga kerja, besaran variabel
Dalam
banyak
literatur
makroekonomi
yang
menggunakan
pendekatan
17
variabel
menunjukkan
tingkat
penggunaan
teknologi
Y
Y
A
A
K
K
L
L
; . (2.5)
Dengan sedikit modifikasi kita dapat mencari nilai TPF sebagai berikut:
Y=AK L , dimana Y=output (PDB); tetapkan A=1; dengan Yo output awal, Lo
tenaga kerja awal dan Ko kapital awal, maka persamaan (2.5) dapat diturunkan
sebagai berikut:
Yo
Yo
Ko
Ko
Y
K
1 (
1)
Yo
Ko
Y
Yo * (
Lo
Lo
, selanjutnya,
L
1) ; karena 1- - =0, maka
Lo
K
L
) * ( ) , jika Potential Output (PTY) atau Fungsi Produksi
Ko
Lo
PTY= Yo * (
K
L
) * ( ) , maka
Ko
Lo
TPF=Y/PTY
.... (2.6)
atau dengan kata lain TPF merupakan hasil pembagian antara output (PDB)
dengan fungsi produksi atau potential output (PTY).
18
19
dan
memungkinkan
kita
membangun
model
komputer
untuk
Sebagian besar dari deskripsi system dynamics ini merupakan kompilasi karya Victor Tang and Samudra
Vijay ( System Dynamics Origins, development, and future prospects of a method ) dan tugas system
dynamics penulis
20
21
22
S y s t e m D y n a m ic s is a m e t h o d
g o v e rn m e n ta l
s y s te m s
a ir d e fe n s e
s y s te m s
e c o n o m ic
a n d s o c ia l s y s te m s
p r in c i p le
s e p a r a t io n o f
p o w e rs
s u p e r -s y s te m
o f h e te ro g e n e o u s
s y s te m s
b o u n d e d ra tio n a l,
g ro u n d e d th e o r y
s to c k s , flo w s , d e la y s
m e th o d
p rim a ry
e le c tio n s
i n t e r o p e r a b i lit y o f
s y s te m s o f s y s te m s
n e t w o r k s o f n e tw o r k s
t o o ls
v o t in g m a c h in e s
c o m p u te rs ,
n e tw o r k s , o th e r
a r t if a c t s
system
d y n a m ic s
V e n s im
DYNAMO
S t e lla
s lid e 1 1
23
thinker/modeler mampu membuat sebuah sistem yang baik maka tidak akan
terjadi policy resistance dan side effects. Yang ada hanyalah efek biasa (kejadian
yang bisa kita perkirakan) .
a. Dinamic Complexity, Feedback dan Policy Resistance
24
melawan (mengalahkan) suatu aksi yang diberikan kepada sistem tersebut. Policy
resistance dapat menimbulkan side effect yang tidak atau terlambat untuk
diantisipasi.
Contoh Policy resistance dan side effect:
penyemprotan hama (serangga perusak tanaman) dengan pestisida dikemudian
hari membuat serangga tersebut semakin resistan (baca:kebal) terhadap pestisida
itu sendiri. Resistansi serangga terhadap pestisida tersebut dinamakan juga efek
samping (side effects).
Untuk membangun model system dynamics yang utuh dan handal, kita harus
memahami karakterisitik yang dimiliki system dynamics. Karakteristik ini
terkandung
dalam
kalimat
kompleksitas
dinamis
(dynamic
complexity).
Kompleksitas sebuah system dynamics selalu berkembang disebabkan faktorfaktor sebagai berikut:
System dynamics selalu berubah setiap waktu.
Aktor-aktor yang ada dalam sistem saling berinteraksi dengan dinamis.
Rentan terhadap feedback. Aksi yang kita lakukan pada satu aktor akan
mempengaruhi tingkah laku aktor-aktor lain dalam sistem. Ini dikarenakan antar
aktor terjadi interaksi yang dinamis dan kuat.
Nonlinearitas. Reaksi yang diberikan sebuah sistem (atas suatu aksi) seringkali
tidak bersifat proporsional.
Counterintuitive. Hubungan sebab akibat sering tidak terjadi dalam waktu
yang berdekatan. Kadang-kadang suatu aksi menimbulkan reaksi yang jarak
waktunya sangat lama.
Policy resistance. Diterangkan dalam bahasan pada halaman berikutnya.
b. Event Oriented
Policy resistance juga terjadi karena kita melihat bahwa suatu sistem bersifat
event oriented. Event oriented ialah pemahaman bahwa suatu masalah disebabkan
oleh suatu masalah dalam urutan sebab akibat. Ini dapat menyesatkan kita.
Sistem tidak bereaksi sekuensial, sistem dapat bereaksi secara bersamaan (unsurunsur suatu sistem bereaksi bersamaan terhadap suatu aksi) sehingga metode
25
event oriented bukanlah metode yang cocok untuk memecahkan masalah dunia
nyata yang kompleksitasnya tinggi dan bersifat tidak linear.
c. Exogenous dan Time Delays
Unsur yang berada dalam sebuah sistem dinamakan Endogenous dan sebaliknya
dinamakan Exogenous.
Karena
terbatasnya
pemahaman
akan
sebuah
sistem,
kita
dapat
saja
menggolongkan sebuah (atau lebih) unsur sebagai exogenous (karena bisa saja
suatu unsur yang pada saat kita membangun model tidak ada hubungan dengan
model yang kita buat karena unsur-unsur tersebut mempunyai time delay).
Time delays didefinisikan sebagai tenggang waktu antara suatu aksi dengan
reaksi/efek dalam sebuah sistem. Dalam artian unsur tersebut mempunyai sifat
menunda pengiriman feedback kepada sebuah sistem dalam jangka waktu tertentu.
Padahal jika saatnya tiba, unsur yang semula exogenous berubah menjadi
endogenous dan memberikan feedback yang powerful.
Time delays juga mengaburkan pandangan kita akan sebuah sistem yang berujung
adanya perbedaan antara hasil yang kita inginkan dengan hasil nyata
(discrepancies between desired result and actual result).
d. Stock and Flows
Pemahaman tentang Stock and Flows sangat penting dalam kerangka kerja system
dynamics. Dalam kenyataannya banyak mahasiswa pascarsarjana (termasuk
sarjana teknik) gagal memberikan jawaban benar dalam kasus bathtub.
Stock dan Flows berubah selalu berubah sejalan dengan waktu. Stock berarti
tempat akumulasi materi dan/atau informasi dalam sebuah model sedangkan Flow
menyatakan rata-rata aliran materi dan/atau informasi.
e. System Boundary (Batas Sistem)
26
Simulasi Portofolio. Suatu model portofolio yang terkenal adalah 2x2 model
suatu produk dan kemampuan tim dalam memenuhi tenggat waktu produksi.
Suatu isu yang kritis adalah menyelesaikan pekerjaan yang harus diselesaikan dan
mengantsipasi permasalahan yang tidak terduga. Isu kritis lainnya adalah
interaksi-interaksi antara proses dan struktur-struktur fisik seperti manufakturing
produk di pabrik. Repenning dan Sterman (1997) dengan System Dynamics
mampu menunjukkan bahwa ketidaksinkronan (asynchronicas) proses-proses ini
menjurus kepada disfungsi performansi organisasi (dysfunctional organizational
performance).
o
masalah yang penting bagi suatu perusahaan. Masalah supply chain ini dapat
menimpa setiap jenis bisnis baik yang kekurangan persediaan, atau mereka
mempunyai persediaan produk melimpah di gudang. Dengan system dynamics,
masalah supply chain dapat dipecahkan dengan hasil tingkat persediaan pada
masing-masing langkah jaringan suplai dan perilakunya yang dinamis dapat
ditirukan dengan ketepatan yang luar biasa (Sterman 2000).
Selain aplikasi diatas, system dynamics juga digunakan untuk menelaah masalah
makroekonomi seperti yang dilakukan John W. Hines dan Nathan Blair Forrester.
27
28
Indonesia akan mencapai PDB per kapita sebesar US$ 18.000 per tahun (lihat
Gambar 2.4).
Dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia mencapai US$
5,1 trilyun, dan pada saat itu Indonesia masuk ke dalam lima besar perekonomian
dunia (lihat Gambar 2.5).
Gambar 2.5. GDP Harga Berlaku 5 Negara Terbesar, 2005 dan 2030
Sumber: Proyeksi YIF
29
Perekonomian nasional akan dimotori oleh sektor jasa. Walaupun awalnya sektor
jasa tergantung kepada gerak sektor lainnya di perekonomian, namun pada
akhirnya sektor jasa akan memperoleh momentum untuk tumbuh lebih cepat.
Sektor jasa akan tumbuh lebih cepat dari sektor industri mulai tahun 2020, namun
kontribusi sektor jasa dalam GDP akan mengungguli kontribusi sektor industri
mulai tahun 2025.
Kontribusi sektor pertanian terus menurun hingga tahun 2030 namun dibarengi
oleh peningkatan kesejahteraan, produktifitas dan keterkaitannya dengan sektor
lain. Produktifitas sektor pertanian akan meningkat seiring dengan kemajuan
teknologi sehingga menghasilkan nilai tambah per pekerja yang lebih besar.
Kontribusi sektor industri terhadap PDB relatif stabil namun terjadi pergeseran
struktur industri ke arah sektor-sektor yang menghasilkan nilai tambah yang tinggi
dan peningkatan produktifitas SDM. Sumber peningkatan nilai tambah tersebut
berasal dari inovasi teknologi, perbaikan kualitas input, dan perbaikan sistem
distribusi dan pemasaran. Kedekatan dengan pasar input dan output menyebabkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia mendapatkan manfaat untuk mempunyai
efisiensi produksi yang tinggi. Dengan keunggulan kompetitif tersebut,
diharapkan pada tahun 2030 setidaknya 30 perusahaan Indonesia masuk dalam
daftar 500 perusahaan terbaik dunia.
Unggul dalam Pengelolaan Kekayaan Alam. Pengelolaan kekayaan alam
Indonesia secara optimal dilakukan melalui interaksi sumber daya manusia dan
teknologi
dengan
mengikuti
prinsip
keberlanjutan
untuk
menghasilkan
30
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III. 1 System Dynamics sebagai suatu Metodologi
System Dynamics mendesak para pengambil keputusan untuk melihat arena
kebijakannya sebagai suatu paradigma atau model yang meyeluruh (world view)
(Meadows dalam Myrtveit, 2005). System dynamics tidak saja merupakan sebuah
pandangan holistik atas suatu masalah, ia juga merupakan sebuah metodologi.
Tujuan utama pemodelan system dynamics ialah meningkatkan pemahaman kita
tentang suatu masalah dan mengidentifikasi kebijakan yang sedang berjalan
dengan tujuan akhir untuk meningkatkan hasil atau output sistem sesuai dengan
yang kita inginkan.
Sebuah sistem (termasuk system dynamics) memuat sejumlah komponen dan
relasi diantara komponen-komponennya. Jenis komponen dan interrelasi-nya
membentuk identitas sistem dan cara sistem sistem mencapai tujuannya. Dengan
menggambarkan relasinya (grafik 3.1) kita dapat melihat struktur suatu sistem
termasuk boundary-nya.
X1
X3
X2
Batas Sistem
X4
Struktur Sistem
32
pemahaman kita tentang sistem nyata yang kita amati. Sebaliknya dengan
membuat model yang besar dan kompleks kita akan kehilangan peluang untuk
meningkatkan pemahaman. Karena itu sebelum membangun suatu model peneliti
disarankan untuk mempelajari problem dengan tingkat pemahaman yang holistik
dan tidak spasial.
Tujuan utama dari pembuatan system dynamics ialah process oriented (Myrtveit,
2005). Pemahaman process oriented dimaksudkan untuk
meningkatkan
pengetahuan kita melalui simulasi model dengan menjawab pertanyaanpertanyaan kita dan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Dengan kata
lain, pemodelan system dynamics merupakan proses pembelajaran (learning
process) bukan sekedar sebuah model belaka.
Tujuan pemodelan system dynamics ialah untuk memahami perilaku sistem ke
depan (long term prediction) dan tidak sekedar memahami perilaku historis dan
fisik sistem. Metodologi system dynamics, dalam memprediksi masa depan,
menekankan pentingnya pemahaman tentang delay, efek samping untuk
memahami perilaku sistem lebih baik.
Maksud
Lingkup
Asumsi
Hasil Akhir
Perspektif sistem secara agegrasi dengan menggabungkan eventevent dalam proses simulasi yang berjalan kontinu.
Perilaku sistem merupakan fungsi keadaan awal dan struktur
sistem.
Pemahaman kualitatif sistem dibangun dari sejumlah umpan-balik
Berfokus pada pemahaman proses (process oriented)
Tabel 3.1 Karakteristik System Dynamics (Myrtveit, 2005)
33
a. Apakah suatu model telah baik ditinjau dari tujuan pembuatan dan
masalah yang ingin dipecahkan ?
b. Pertanyaan kedua, apakah model konsisten dengan realita (sistem nyata)
yang ingin dimodelkan ?
Langkah-langkah dalam pemodelan system dynamics (Khalid Saeed, 1994)
sebagai berikut:
Mental Model,
Pengalaman
Mental Model,
Pengalaman,
Literatur
Bukti Empirik
Konseptualisasi Sistem
Perbandingan dan
Rekonsiliasi
Perbandingan dan
Rekonsiliasi
Proses validasi
struktur
Proses validasi
perilaku
Formulasi Model
Representasi Struktur
Model
Deduksi Prilaku
Model
Perlengkapan
Komputer
34
pengalaman yang kemudian membentuk mental model kita. Fase ini melingkupi
penetapan jangka waktu simulasi dan boundary model.
35
eksternal model. Jika waktu simulasi tidak cermat, bisa saja interaksi dalam model
tidak teramati dengan baik.
III.2.2 Konseptualisasi Sistem
Pada fase ini kita mulai untuk membangun struktur feedback sistem yang kita
amati. Pemahaman struktur umpan-balik ini penting karena struktur inilah yang
membangun dinamika model yang kita buat. Kita juga harus membangun struktur
informasi, menguji validitas model dan rancangan untuk melakukan eksplorasi
kebijakan.
Dalam tahap ini kita mulai menggambarkan sistem dalam fase kualitatif yaitu
membangun diagram causal loop. Dan mengembangkan diagram causal loop ke
dalam diagram alir (flow diagram) komputer.
III.2.3 Formulasi Model
Fase ini termasuk tahap pembangunan model yang bersifat kuantitatif. Yaitu
melengkapi model yang kita buat dengan persamaan-persamaan matematika yang
menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lainnya dalam bahasa
program simulasi yang kita gunakan. Proses kuantitatif ini memungkinkan model
kita untuk melakukan simulasi untuk menentukan perilaku dinamis yang sesuai
dengan konseptualisasi yang kita lakukan sebelumnya.
Menurut Richardson (2008) ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam menulis
persamaan model:
Parameter yang dikenal (Recognizable parameters)
Menggunakan parameter yang mudah dimengerti atau sudah dikenal luas.
Persamaan yang handal (Robust equation forms)
Menggunakan persamaan yang handal dalam artian mampu menjelaskan
dinamika model dalam keadaan ekstrim.
Fase relasi (Phase relations)
Membangun relasi yang jelas antara persamaan dalam model.
Richardsons
sesederhana
Rule:
Menggunakan
persamaan
matematika
yang
36
37
untuk analisis
38
MSE = 1/n
.. (3.1)
n=1
dimana:
Semakin rendah nilai MSE menunjukan tingkat kesalahan yang kecil, dan
demikian
sebaliknya.
Penafsiran
kesalahan-kesalahan
hasil
simulasi
v 1/n
.... (3.2)
[(St At)/At]2
n=1
Kesalahan-kesalahan yang termaktub dalam MSE dapat disusun dalam 3 jenis
kesalahan. Uji statistik Theil didasarkan pada perhitungan bahwa error dalam
model merupakan proporsi ketidaksamaan bias (Um), ketidaksamaan varian
(Us) dan ketidaksamaan kovarian (Uc). Dalam meningkatkan kepercayaan
terhadap model,
kesalahan yang
39
sangat kecil dan terkonsentrasi pada UC dan US. Namun dari semua uji
statistik dimaksud, penentuan signifikansi dan tingkat tolerasinya bergantung
pada tujuan model dibuat dan karakteristik datanya.
.. (3.3)
1/n
[ S t A t ]2
n=1
( SS SA)2
US =
.. (3.4)
1/n
[ St A t ] 2
n=1
2 ( 1 r) SS . SA
C
U =
.. (3.5)
1/n
[ St At ]2
n=1
U M + US + U C = 1
.. (3.6)
Dimana :
Nilai
St
.. (3.7)
A = 1/n
At
.. (3.8)
SS = v 1/n
SA = v 1/n
[ St S ]2
[ At A ]2
.. (3.9)
40
.. (3.10)
1/n
[ St S ]2 [ At A ]2
.. (3.11)
r =
SS.SA
dimana:
UM = proporsi MSE karena bias
US = proporsi MSE karena varian
UC = proporsi MSE karena kovarian
S
= jumlah pengamatan (t = 1, , n)
41
atau nilai aktual mempunyai siklus yang berbeda dengan nilai simulasi.
Interpretasi atas kesalahan ini sangat ditentukan oleh tujuan membuat
model. Jika model dibuat untuk menyelidiki pola siklus sistem, maka
kesalahan ini dapat dikategorikan sebagai kesalahan sistematis. Akan
tetapi apabila tujuan membuat model untuk menganalisa perilaku jangka
panjang, maka kesalahan ini tidak penting dan tidak bersifat sistematis.
Kesalahan karena ketidaksamaan kovarian yang diindikasikan dengan
nilai UC
yang besar,
kecil.
Hal ini
Nilai UC
yang
gangguan (noise) pada pola siklus (cyclical modes) pada data historis
yang tidak dapat ditangkap oleh model. Kesalahan ini pada umumya
bukan merupakan kesalahan sistematis.
Proses validasi harus pula dilengkapi dengan proses-proses pengujian validasi
struktur dan perilaku. Selengkapnya pengujian-pengujian yang dapat dilakukan
dalam suatu proses pemodelan system dynamics dapat dinyatakan dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 3.2 Pengujian-pengujian dalam System Dynamics
Tipe
Uraian Pengujian Pengujian
Proses pengujian Verifikasi
struktur model
Struktur
Verifikasi
Paramater
Kondisi
Ekstrim
Kecukupan
Bts
(Struktur)
Konsistensi
Dimensional
42
Pengujian
Perilaku Model
Reproduksi
Perilaku
Anomali
Perilaku
Family
Member
Perilaku
Mengejutkan
Kebijakan
Ekstrim
Kecukupan
Batas
(Perilaku)
Sensitivitas
Perilaku
Pengujian
Implikasi
Kebijakan
Karakter
Statistika
Perbaikan
Sistem
Prediksi
Perilaku
Kecukupan
Batas
(Kebijakan)
Sensitivitas
Kebijakan
43
boundary
model.
Pengembangan
model
pada
perubahan
sebagai parameter kebijakan, yaitu sejumlah nilai yang berada di bawah kendali
para pengambil kebijakan dalam sistem nyata.
b. Perubahan Struktural
Perubahan struktur dalam model mencakup penambahan/pengurangan struktur
umpan balik dalam model. Perubahan struktur ini menandakan adanya perubahan
kaidah keputusan. Perubahan struktur juga dapat dimaksudkan untuk mengubah
44
arah model ke arah yang diinginkan (desired state). Dengan kata lain perubahan
struktur ditujukan untuk meningkatkan pemahaman kita mengenai pengaruh
keputusan-keputusan terhadap hasil simulasi model.
Struktur umpan-balik dalam pemodelan system dynamics seringkali digunakan
untuk meningkatkan pemahaman kita tentang kompleksitas sistem amatan.
Umpan-balik timbul jika efek variabel satu ke variabel lainnya ditransfer ke
variabel asal. Ini biasanya menghasilkan efek-efek yang sering tidak disadari oleh
pengambil kebijakan. Karena itu banyak pakar menyatakan bahwa struktur umpan
balik merupakan salah satu keunggulan system dynamics khususnya dalam
memahami rangkaian halus (coupling subtle) yang bekerja dalam sistem nyata.
c. Hasil Akhir Analisis Kebijakan
Hasil akhir analisa kebijakan ialah menyusun rekomendasi kebijakan yang
didasarkan atas hasil simulasi dengan berbagai perubahan (parameter dan
struktural) yang dibuat pemodel. Hasil analisa kebijakan juga mencakup
bagaimana keadaan aktual kini dan berbagai intervensi kebijakan membawa
perubahan sistem di masa datang.
Menurut Richardson dan Pugh (1981), rekomendasi kebijakan dianggap memiliki
kekuatan yang memadai jika kebijakan tersebut dianggap sebagai kebijakan
terbaik meskipun dilakukan sejumlah perubahan dalam parameter model sewaktu
menghadapi kondisi exogenus yang berbeda. Dalam pandangan Sterman (2000)
tidak ada model yang benar-benar sesuai dengan sistem sebenarnya (Sterman,
2002) karena itu, kekuatan rekomendasi merupakan hal vital dalam mengusulkan
suatu rekomendasi kebijakan.
Kemampuan kebijakan dapat dilihat dari kemungkinan pelaksanaan kebijakan itu
dalam dunia nyata. Jika perubahan parameter dan struktur dimungkinkan dalam
dunia nyata, maka semakin besar kekuatan rekomendasi kebijakan itu sendiri.
45
BAB IV
GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
DAN
MODEL MAKROEKONOMI
IV.1 Gambaran Makroekonomi Indonesia
Pertumbuhan PDB Indonesia sebelum krisis moneter berada pada kisaran 7 % per
tahun. Ini umumnya ditopang oleh pertumbuhan investasi dan net ekspor. Setelah
krisis moneter menimpa Indonesia, PDB kita hanya tumbuh maksimal 6,7% per
tahun. Bahkan pada saat krisis PDB mengalami pertumbuhan negatif.
IV.1.1 Pertumbuhan PDB dari segi Pengeluaran
PDB dari segi pengeluaran terdiri atas konsumsi swasta dan pemerintah, ditambah
dengan jumlah investasi dan ekspor dan dikurangi impor barang dan jasa.
Konsumsi masyarakat (swasta) adalah pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi,
ini tak terlepas dari persentasi konsumsi atas PDB yang rata-rata 60%. Sebelum
tahun 1998, sumbangan pertumbuhan konsumsi atas PDB berada dibawah angka
55 % per tahun dan kemudian meningkat rata-rata 4 % per tahun setelah krisis
moneter. Dapat dikatakan bahwa sumbangan konsumsi swasta (sebelum dan
sesudah krisis moneter) merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan PDB.
Pada tahun 2006, sumbangan pertumbuhan konsumsi atas pertumbuhan PDB
menurun 1,86 % yang diimbangi dengan peningkatan sumbangan investasi atas
pertumbuhan PDB 4,14 %. Disisi investasi, terlihat pertumbuhan yang bersifat
fluktuatif dari tahun-tahun, bahkan pertumbuhan investasi mengalami penurunan
pada tahun 1998-1999. Fluktuasi pertumbuhan investasi menunjukkan minat
investor yang menurun. Pada tahun 2006, investasi memberi sumbangan terbesar
atas pertumbuhan PDB 4,14% dibandingkan dengan sumbangan konsumsi yang
hanya 1,86 %.
Net Ekspor (selisih ekspor dan impor) sempat menunjukkan pertumbuhan negatif,
namun pada tahun 2006 mengalami pertumbuhan 4,14 %. Pertumbuhan net
ekspor yang positif menandakan bahwa Indonesia mempunyai peluang untuk
meningkatkan cadangan devisa. Pertumbuhan investasi dan net ekspor
mempunyai implikasi penguatan devisa negara dalam jangka panjang, ini penting
46
47
1995
54,2
7,3
25,9
3,2
38,2
36,4
1,8
1996
55,1
6,9
27,5
1,0
38,1
36,1
2,0
1997
56,8
6,6
28,5
1,6
39,3
39,5
-0,29
1998
61,3
6,4
22,0
2,2
50,2
43,1
7,1
1999
63,7
6,4
17,8
2,6
34,0
25,4
8,6
2000
61,7
6,5
19,9
1,4
41,0
30,5
10,5
2001
61,5
6,8
20,4
2,3
39,7
30,6
9,2
2002
61,1
7,3
20,4
1,6
37,6
28,0
9,6
2003
60,6
7,7
19,7
0,8
38,8
27,5
11,3
2004
60,6
7,6
21,4
2,2
41,1
32,9
8,2
2005
59,7
7,8
22,3
3,0
42,2
35,0
7,2
2006
58,3
8,0
21,9
0,7
46,8
37,0
9,8
2002
2,34
0,95
0,96
-0,44
-0,46
-1,19
0,85
2003
2,36
0,77
0,20
-0,37
3,18
0,75
2,74
2004
3,01
0,30
3,01
4,45
4,55
8,43
-1,98
2005
2,36
0,63
2,21
1,36
3,63
4,32
-0,47
2006
1,85
0,65
0,83
-0,53
7,95
4,35
4,14
1995
4,45
0,91
0,35
0,45
3,28
2,81
0,38
1996
5,36
0,19
3,99
-0,66
2,88
2,48
0,44
1997
4,44
0,00
2,44
1,15
3,06
5,82
0,34
1998
-3,78
-0,99
-7,26
0,39
5,62
-2,28
15,61
1999
2,95
0,04
-3,25
0,54
-10,81
-10,32
1,89
2000
0,98
0,42
3,32
-0,61
10,85
7,90
2,96
1,61
0,31
-0,31
-0,81
-0,09
0,00
2001
2,15
0,51
1,32
1,41
0,26
1,28
-0,88
48
1995
15,12
11,42
25,11
0,41
7,17
16,94
4,56
10,77
9,01
1996
14,47
11,26
25,99
0,43
7,50
17,00
4,60
10,59
8,64
1997
13,96
10,98
26,13
0,46
7,69
17,18
4,70
10,72
8,55
1998
15,85
12,29
26,64
0,55
5,62
16,17
4,59
9,05
9,46
1999
16,07
12,00
27,47
0,59
5,47
16,04
4,52
8,33
9,57
2000
15,60
12,07
27,75
0,60
5,51
16,15
4,68
8,31
9,34
2001
15,64
11,66
27,60
0,63
5,55
16,24
4,87
8,53
9,28
2002
15,47
11,28
27,85
0,66
5,61
16,16
5,06
8,69
9,23
2003
15,39
10,66
27,97
0,66
5,70
16,23
5,38
8,87
9,14
2004
14,98
9,66
28,36
0,66
5,81
16,36
5,85
9,13
9,18
2005
14,54
9,30
28,10
0,66
5,91
16,83
6,26
9,26
9,14
2006
14,15
9,14
27,84
0,66
6,11
16,89
6,74
9,23
9,24
49
Tabel 4.6 Persentase pertumbuhan sektor industri terhadap pertumbuhan PDB Indonesia 1995-2006
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik gas dan air bersih
Bangunan
Perdagangan hotel dan restoran
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan persewaan & jasa persh.
Jasa-jasa
1995
0,66
0,77
2,73
0,07
0,93
1,35
0,39
1,19
0,29
1996
0,45
0,71
3,01
0,06
0,96
1,39
0,40
0,64
0,29
1997
0,14
0,23
1,37
0,06
0,57
1,00
0,33
0,64
0,31
1998
-0,21
-0,34
-3,05
0,02
-2,05
-2,95
-0,69
-2,41
-0,36
1999
0,35
-0,19
1,08
0,05
-0,10
-0,01
-0,03
-0,60
0,19
2000
0,29
0,66
1,66
0,05
0,31
0,92
0,40
0,38
0,22
2002
0,50
0,11
1,47
0,06
0,31
0,63
0,42
0,55
0,35
2003
0,67
-0,09
1,49
0,04
0,38
0,86
0,62
0,62
0,35
2004
0,32
-0,48
1,81
0,03
0,40
0,95
0,82
0,72
0,50
2005
0,36
0,15
1,30
0,04
0,43
1,45
0,81
0,66
0,47
2006
0,38
0,34
1,27
0,04
0,55
1,00
0,92
0,49
0,61
Pertumbuhan
2001
0,64
0,04
0,91
0,05
0,25
0,71
0,39
0,56
0,30
Pertumbuhan
10,0
10,0
5,0
5,0
1995
(5,0)
(10,0)
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Tahun
(5,0)
(10,0)
Pertanian
Industri Pengolahan
(15,0)
(15,0)
Gambar 4.1 Pertumbuhan PDB Indonesia dan Persentase Sektor Pertanian vs Sektor Pengolahan terhadap PDB Indonesia
diambil konstan
teknologi akan ditangkap oleh variabel TPF (Total Productivity Factor= Faktor
Produktivitas Total). Dalam model system dynamics ini, peningkatan penguasaan
teknologi ditangkap oleh peningkatan koefisien
Exogenous
o
o
o
51
Excluded
o
o
o
Model system dynamics selalu diawali dengan tampilan diagram causal loop.
Diagram non teknis ditandai dengan tanda + (plus) dan (minus). Tanda +
menunjukkan bahwa kedua variabel (variabel dipangkal dan ujung garis panah)
mempunyai sifat searah (membesarnya variabel satu akan memperbesar variabel
yang terletak diujung garis). Untuk tanda pernyataan sebelumnya berlaku
sebaliknya. Model makroekonomi tesis ini mempunyai diagram causal loop
sesuai di Gambar 4.2.
Government Spending
Net Ekspor
Aggregate Demand
Konsumsi
+
+
+
+
Output Y
Desired Labor
3
-
+
Employment
+
+
Desired Kapital
Real Wage
Labor Intensity ( )
+
Capital Labor Ratio
Operating Goal
+
-
Change Capital in
Labor Ratio
+1
Investasi
--
Kapital
Unemployment
+
Recognized Capital
Labor Ratio
Capital Intensity ( )
Permanent Income
52
Dalam diagram causal loop juga dikenal istilah loop positip dan loop negatif.
Loop positip menyatakan adanya pertumbuhan dan sebaliknya loop negatif
bersifat saling meniadakan atau menuju ekuilibrium (goal seeking). Loop positip
akan meningkatkan nilai variabel yang satu atas pertambahan nilai variabel yang
mempengaruhinya. Sementara dalam loop negatif, pertambahan satu variabel akan
mengurangi besaran variabel lain sehingga tercapai keseimbangan. Loop yang ada
dalam Gambar 4.2 diatas diuraikan dalam paragraf berikut ini.
53
kerja. Sekilas kita melihat seolah-olah perubahan industri padat modal akan
meningkatkan pengangguran.
Jika kita lihat lebih dalam, loop 1 mengandung pernyataan bahwa peningkatan
permintaan kapital (yang disebabkan membesarnya KLR) akan meningkatkan
aggregate demand yang juga berarti peningkatan desired labor. Secara serentak
peningkatan aggregate demand akan meningkatkan permintaan tenaga kerja dan
kapital yang akan meningkatkan semua variabel penting dalam pertumbuhan
ekonomi yaitu: tingkat investasi, naiknya tingkat produksi potensial (potential
output) dan tingkat pendapatan serta tingkat konsumsi. Dengan kata lain
penurunan permintaan tenaga kerja akibat peningkatan capital-labor ratio akan
dieliminasi oleh peningkatan permintaan investasi, meningkatnya pendapatan,
tingkat produksi dan konsumsi sebuah perekonomian yang pada akhirnya akan
menaikkan permintaan tenaga kerja.
Gambar 4.2 diatas juga menjelaskan bahwa capital labor ratio (KLR) dapat
dikembangkan dengan arah garis a dan garis b. Garis a menunjukkan bahwa target
KLR (capital labor ratio operating goal) akan meningkat jika real wage lebih
besar dibandingkan marginal productivity labor. Garis b menunjukkan bahwa
capital labor ratio operating goal dapat di tingkatkan sesuai dengan sasaran
ekplisit.
Makin padat modal, maka makin tinggi tingkat produksi yang dapat dihasilkan
oleh suatu perekonomian. Pentingnya fungsi produksi diperkuat oleh pernyataan
Gregory N Mankiew, seorang ekonom terkenal, dalam buku Mengenal
Pembangunan dan Analisis Kebijakan (Partowidagdo, 2004) beliau menyatakan
bahwa makin tinggi nilai fungsi produksi suatu negara, maka makin mampu
negara itu meningkatkan standar kehidupannya.
IV.2.1 Sektor Pengeluaran Pemerintah (GS-Government Spending)
Pengeluaran pemerintah digolongkan dalam 2 kategori, yakni government
spending dan government transfer. Government Spending ialah pembiayaan rutin
54
kesenjangan
pendapatan.
Misalnya
beras
miskin,
biaya
Yo
Yo
GT
GT
G_Spending
PY
tr
tsy apc
PY1
CDY
KD
Yo
T
plsh
nic
fcu
C
persentase_GS
IV
FS
SED
G_Spending
plst
Y
Y_aktual
taiInvestasi_aktual
G_Spending_awal
DII
PTY
kurva_normal_Y
sdvY
DIV
55
Model ini mengasumsikan bahwa hubungan antara laju inflasi dan tingkat
pengangguran dinyatakan dengan kurva Philip. Dimana kemiringan kurva philip
diasumsikan sebesar 0,26 (variabel spc=0,26). Laju inflasi dipengaruhi oleh
inersia inflasi dan tingkat pengangguran siklis (Mankiew, 2003). Tingkat
pengangguran siklis merupakan selisih tingkat pengangguran sekarang dengan
tingkat pengangguran alamiah. Inflasi juga dinyatakan mempunyai gangguan yang
berdistribusi normal dengan rataan nol dan noise 7%. Besaran noise ini
menggambarkan besarnya tekanan dalam pengendalian inflasi di Indonesia.
Semakin besar nilai noise ini juga merupakan indikasi bahwa pelaku ekonomi
mempunyai backward looking inflation. Artinya pelaku ekonomi melakukan
aktivitas ekonominya berdasarkan pengalaman inflasi masa lalu. Inflasi tinggi
yang terjadi sebelumnya akan mendominasi tingkah laku pelaku ekonomi (bahkan
lebih dominan dibanding laju inflasi yang ditetapkan otoritas moneter) dalam
mengambil keputusan dalam bidang ekonomi.
IV.2.2 Sektor Potensial Output, Aggregate Demand dan Net Ekspor
Potensial Output (PTY) menyatakan fungsi produksi yang diwakili dengan fungsi
produksi Cobb-Douglas. Variabel ini menyatakan kemampuan (kapasitas)
produksi suatu negara berdasarkan jumlah tenaga kerja (penduduk usia produktif)
dan kapital yang dimiliki. Makin besar kapasitasnya makin besar kemampuan
produksi suatu area.
SEKTOR POTENTIAL OUTPUT
KOR
Net_Export
Lo
DII
Yo
PTY
betha_aktual
AG
AG_aktual
Kw
Lw
kurva_normal_AG
sdvAG
FS
56
SEKTOR INFLASI
Ue
Uo
Net_export_growth
Ue_1
Po
nru
Net_Export
P
spc
P_dot
KLR_target
P_dot_aktual
kurva_normal_P
Net_Export_DOT
switch
sdP
Gambar 4.4 Flow Diagram Sektor Aggregate Demand, Potential Output dan
Inflasi serta Net Export
Variabel betha_aktual merupakan pernyataan numerik seberapa besar peran
tenaga kerja bagi pertumbuhan ekonomi. Semakin besar sumbangan output yang
dihasilkan tenaga kerja terhadap pertumbuhan, maka makin tinggi besaran
variabel ini. Indonesia belum mempunyai data statistik yang lengkap dalam data
kapital (Kw) sehingga diasumsikan bahwa rasio KOR (kapital-output ratio)
konstan (2,39). Asumsi ini juga sejalan dengan banyak literatur ekonomi yang
menunjukkan konstanitas variabel ini dalam jangka panjang.
Khusus untuk variabel Aggregate Demand (AG) dilengkapi dengan variabel noise
dengan tingkat noise 2% yang diasumsikan berdistribusi normal. Asumsi ini
digunakan untuk mewakili keadaan perekonomian yang selalu mengalami siklus
bisnis (Forrester, 1993).
Dalam model dasar ini net ekspor (selisih ekspor dan impor) tumbuh 5,87% per
tahun (sesuai dengan data pada Tabel 4.3). Sedangkan pertumbuhan investasi
diperkirakan sebesar 6,67% per tahun. Data-data ini sesuai dengan tampilan Tabel
4.3 untuk pertumbuhan ekonomi dari tahun 2000-2006.
57
IV.2.3 Sektor Permintaan Jangka Panjang dan Jangka Pendek (Long Run
Expexted Demand = LED dan Short Run Expected Demand=SED)
SEKTOR KAPITAL
laju_investasi
AG_aktual
SED
Yo
Investasi_Awal
SED1
Yo
available_investment
KOR
tssd
Yo
nic
Kw
KD
Investasi_aktual
LED
LED1
alk
LED
tak
Desired_Investment
Real_Interest_rateDK
DIV
tsld
AG_aktual
betha_aktual
jika investasi
tersedia (available investment) < DK (desired kapital) maka investasi aktual sama
dengan tingkat available investment. Kesediaan investasi ini dipengaruhi laju
investasi, makin tinggi laju investasi, maka makin tinggi available investment.
58
initial_alpha
P
konversi_USD
populasi
growth_pop
fract_growth
Ue
Lw_dot
tae
U_ratio
income_per_kapita
nru
jumlah_TK
Rw
Lo
RWo
Y_USD
DE
Lw
adjusted_labor_supply
fraksi_AK
Uo
Ue
labour_supply
Uo
labour_supply
Yo
Lw
betha_aktual
SED
adjusted_labor_supply
Uo
Ue
LU
tsu
LU1
Gambar 4.6 Flow Diagram Sektor Tenaga Kerja dan Pendapatan per Kapita
Model juga menjelaskan bahwa tingkat tenaga kerja yang tersedia dibatasi oleh
tingkat kesediaan tenaga kerja (labour supply). Disini diasumsikan bahwa
perbandingan usia produktif dibandingkan jumlah total penduduk adalah konstan
46,4%. Pendapatan per kapita disini berdasarkan pendapatan per kapita menurut
harga berlaku yang dinyatakan dengan US$ dengan konversi rupiah ke US$
bernilai tetap Rp. 9.200 per US$ (exogenous).
Dalam model diasumsikan tingkat pertumbuhan penduduk tetap 1,2% per tahun.
Angka ini merupakan angka rataan pertambahan penduduk dari tahun 2000-2006.
Selama simulasi diasumsikan laju pertambahan penduduk diasumsikan tetap
dalam jangka panjang.
Diagram sektor diatas menyatakan hubungan diantara MPL (Marginal
Productivity Labour) dan tingkat pertumbuhan variabel
(upah riil), maka makin tinggi permintaan kapital (variabel KLR=rasio kapitallabour akan meningkat). Ini menunjukkan bahwa perusahaan akan meningkatkan
jumlah investasinya, jika upah riil lebih besar dari tingkat pertambahan output
untuk pertambahan 1 tenaga kerja dan sebaliknya. Peningkatan rasio ini akan
59
meningkatkan nilai
modal.
SEKTOR PADAT MODAL
Kw
KOR
KLR
KLR_target
KLR_aktual
switch_1
Lw
MPL
betha
KLR_goal
Rw
betha_aktual
U_ratio
KLR_aktual
ta_KLR
U_ratio
KLR_dot
betha_dot
tadjus_betha
MPL
Rw
RWo
Lw
60
variabel populasi penduduk Indonesia, tingkat pendapatan per kapita dan output
(PDB) serta indeks harga (P=price level).
Tabel 4.8 Uji Validitas Penduduk
Tahun
Penduduk
Penduduk
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jumlah
Rataan
MSE
RMSE
Um
Us
Uc
Total U
Simulasi
206.265.000
208.754.152
211.273.342
213.822.933
216.403.292
219.014.790
221.657.803
1,27553E+09
2,12589E+08
0,000
0,13%
0,191
0,064
0,745
1,00
Aktual
206.265.000
208.647.000
211.057.000
213.494.000
215.960.000
218.869.000
222.051.000
1,27429E+09
2,12382E+08
2,200E+08
2,150E+08
2,100E+08
Hasil Simulasi
2,050E+08
Data Aktual
2,000E+08
Tahun
1,950E+08
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Untuk variabel penduduk Indonesia dan output (PDB) kesalahan lebih besar pada
Uc sedangkan kesalahan Us dan Um relatif kecil. Ini mengindikasikan adanya
pengaruh perubahan siklis yang tidak dapat ditangkap oleh model. Ketiga variabel
juga mempunyai derajat MSE dan RMSPE yang mendekati 0 (nol). Umumnya
kesalahan ini bukanlah kesalahan sistematis.
Tabel 4.9 Uji Validitas Output (PDB)
Tahun
PDB
PDB
Simulasi
Aktual
2000 1,38977E+15
1,38977E+15
2001 1,53700E+15
1,44298E+15
2002 1,56300E+15
1,50612E+15
2003 1,60800E+15
1,57956E+15
2004 1,65266E+15
1,65683E+15
2005 1,72680E+15
1,74955E+15
2006 1,79100E+15
1,84665E+15
2007 1,87000E+15
1,96299E+15
Jumlah 1,33740E+16 1,31345E+16
Rataan 1,67175E+15 1,64181E+15
0,00
MSE
3%
RMSE
0,363
Um
Us
0,187
0,451
Uc
1,00
Total U
Grafik PDB
3E+15
Rp
2E+15
2E+15
Tahun
PDB
1E+15
PDB_aktual
5E+14
0E+00
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
61
Tabel 4.10 Uji Validitas PDB per kapita
Tahun
PDB/kapita
Simulasi
2000
732,37
2001
888,00
2002
1.000,00
2003
1.089,00
2004
1.199,00
2005
1.351,00
2006
1.500,00
2007
1.636,00
7.759,37
Jumlah
1.108,48
Rataan
0,0078
MSE
RMSE
Um
Us
8,82%
0,002
0,369
Uc
Total U
0,630
1,00
PDB/kapita
Aktual
789
775
932
1.116
1.167
1.321
1.663
1.947
7.763,00
1.109,00
2.500
US$
2.000
1.500
1.000
Tahun
Income/Kapita Simulasi
500
Income/kapita Aktual
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
RMSE
Um
Us
2,94%
0,365
0,031
Uc
Total U
0,604
1,00
06
05
04
03
07
20
20
20
20
20
20
02
Tahun
01
00
Nilai
20
2,00
1,90
1,80
1,70
1,60
1,50
1,40
1,30
1,20
1,10
1,00
20
Fakta yang sama juga menjelaskan bahwa variabel pendapatan per kapita (income
per kapita=PDB per kapita) dan price level (P) mempunyai Uc yang relatif besar
dibandingkan Um dan Us. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tiap-tiap titik (point
by point) antara simulasi dengan hasil aktual tidak sama meskipun model dapat
dikatakan memiliki nilai rata-rata dan kecenderungan yang sama dengan nilai
62
350.000.000
300.000.000
pada
tahun
2030:
2.050
Time
Grafik Output (PDB)
mencapai:
3e16
3e16
milyar.
2e16
2e16
1e16
5e15
Time
63
income_per_kapita
50.000
40.000
30.000
20.000
tahun
dan
diperkirakan
10.000
0
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
akhir
simulasi
mencapai:
US$
Time
6
5
2050.
2
1
2.000
2.010
2.020
2.030
2.040
2.050
Time
Nilai awal
64
noise
makroekonomi
atau
gangguan
Indonesia.
sangat
Penetapan
mempengaruhi
noise
merupakan
besaran
hal
variabel
yang
patut
diperhitungkan karena Indonesia termasuk the small open economy. Istilah ini
dikaitkan dengan perekonomian Indonesia yang terbuka dan dipengaruhi oleh
perekonomian dunia. Sedangkan istilah small merujuk kepada kekuatan
ekonomi Indonesia yang relatif kecil sehingga variabel ekonomi Indonesia akan
dipengaruhi oleh perubahan variabel ekonomi dunia.
65
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Model telah teruji validitasnya dapat dianggap merupakan repesentasi sahih dari
dunia nyata yang kita yang amati. Simulasi ditujukan untuk melihat hubungan
struktur dan perilaku setiap variabel yang ada dalam model. Dari bab terdahulu
telah disimulasikan model dengan tanpa intervensi kebijakan, hasil simulasi ini
dinamakan hasil simulasi skenario dasar. Perilaku skenario dasar dapat dijadikan
sebagai acuan dalam melakukan intervensi-intervensi kebijakan terhadap model.
Jika kita menetapkan
+
+
+
+
PTY
+
K
TPF
+
Gambar 5.1 Causal loop
dan TPF
Sesuai dengan diagram causal loop di atas, penguasaan teknologi akan tercermin
oleh peningkatan variabel
seperti: kenaikan harga minyak, economy shock dan proteksi tercermin oleh TPF.
Tapi jika mengambil
teknologi dan faktor eksternal yang mempengaruhi output (karena TPF bisa
66
negatif atau positif, maka garis hubungan antara TPF dan Y tidak ditandai dengan
tanda + atau -).
V.1 Simulasi Berbagai Skenario
Skenario dapat dimaksudkan sebagai suatu cara untuk mencapai situasi yang kita
inginkan di masa datang. Dalam tulisan ini tujuan yang ingin dicapai, sesuai visi
2030, adalah pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun pada tahun 2030.
Skenario dasar ini sesuai dengan keterangan pada bab sebelumnya.
V.1.1 Skenario Business as Usual
Hasil simulasi pada skenario dasar ini
Simulasi dengan skenario dasar ini telah dibahas dalam bab sebelumnya dan garis
simulasi 1 merupakan representasi dari simulasi dengan skenario ini. Secara
umum dapat dikatakan bahwa skenario ini merupakan representasi pertumbuhan
ekonomi tanpa adanya intervensi kebijakan.
V.1.2 Skenario pertumbuhan Macan Asia
Pada saat pertumbuhan pendapatan per kapita Amerika Serikat tumbuh 2% per
tahun dari tahun 1966-1990, Macan Asia Timur (Hongkong, Singapura, Taiwan
dan Korea Selatan) mengalami pertumbuhan pendapatan per kapita lebih dari 7%
per tahun (Mankiew, 2003).
Dalam studi terbaru tentang Macan Asia Timur ini, didapatkan bahwa
pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan rasio investasi terhadap PDB
yang semula 5% menjadi 30% (Mankiew, 2003). Ini meningkatkan ketersediaan
jumlah kapital dan lapangan kerja.
Skenario ini bertujuan melihat bagaimana pengaruh kenaikan investasi di
Indonesia terhadap variabel pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi dan
faktor produktivitas total. Sasaran operasional dari skenario ini peningkatan
tingkat investasi mulai tahun 2010 sebesar 9% per tahun.
Simulasi menunjukkan bahwa skenario ini akan meningkatkan pendapatan per
kapita dan nilai
67
pada skenario ini lebih besar dibandingkan dengan fungsi produksi skenario 1 di
atas. Beberapa hasil simulasi skenario ini ditunjukkan oleh garis simulasi 2.
V.1.3 Skenario peningkatan
arah padat modal. Sasaran operasional skenario ini ialah peningkatan KLR
(capital labour ratio) 4% per tahun.
Simulasi menunjukkan adanya peningkatan fungsi produksi dan
yang sangat
income_per_kapita
simulasi 3.
2
6e16
4e16
3
2
2e16
23
3
12
123
123
2.000 2.010 2.020
1
2.030
2.040
120.000
2
100.000
80.000
60.000
3
2
40.000
20.000
2
3
12
01 2 3 1 2 3
2.000 2.010 2.020 2.030 2.040 2.050
2.050
Time
Time
2,5
K_per_Y
PTY
2e16
1e16
3
5e15
3
12
23
1
123
123
2.000
2.010 2.020
2.030
2.040
Time
2.050
2,0
23
12
123
123
123
1,5
1,0
0,5
0,0
2.000
2.010
2.020
2.030
2.040
Time
Gambar 5.5 Kapital Output Ratio
2.050
68
123
12
12
12
12
600
500
0,6
KLR_aktual
betha_aktual
0,7
0,5
3
400
300
200
100
0,4
2.000
2.010
2.020
2.030
2.040
3
2.050
01 2 3
123
2.000
2.010
3
12
2.040
123
2.030
123
2.020
1
2.050
Time
Time
12
12
12
2
11 2
2.000
0,30
I_per_Y
2
0,25
23
23
0,20 1 2
2.020
2.030
2.040
2.050
2.000
2.010
2.020
3
2
3
2
1
2
3
6
01 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 4 5 4
2.000
2.020
2.050
4
5
6
140.000.000
Desired_Investment
Desired_Investment
1
120.000.000
Investasi_aktual
100.000.000
Investasi_aktual
Investasi_aktual
Time
2
1
2.000
2.010
2.020
2.030
2.040
Time
2.050
Desired_Investment
Lw
2.040
160.000.000
1e17
2.030
2e17
Time
5e16
Time
2e17
23
3
2.010
Dalam ketiga simulasi di atas, Gambar 5.5, menunjukkan bahwa asumsi KOR konstan diimbangi
oleh hasil simulasi yang menunjukkan variabel K_per_Y relatif konstan sepanjang jalannya
simulasi. Variabel K_per_Y=KOR=kapital output ratio.
2.050
69
Pendapatan
+
2
+
+
Konsumsi
PDB
Investasi
+
Kapital
+
Gambar 5.12 Peranan Investasi sebagai leading pertumbuhan ekonomi
Ini menandai pentingnya kita untuk meningkatkan peran investasi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ibaratnya, konsumsi adalah gerbong dan
investasi adalah lokomotif, terlalu banyak gerbong, lokomotif tidak dapat
menarik gerbong yang terlalu banyak, sebaliknya lokomotif yang lebih banyak
memungkinkan peningkatan jumlah gerbong yang dapat ditarik. Pernyataan ini
sejalan dengan sejarah pertumbuhan Macan Asia Timur yang mampu
meningkatkan pendapatan per kapitanya 7% per tahun (dengan meningkatkan
peran investasi dalam pertumbuhan ekonomi) pada saat pendapatan per kapita
Amerika Serikat (anggota G-8) hanya tumbuh 2% per tahun.
70
Dalam skenario 2 dan 3, simulasi menghasilkan output dan pendapatan per kapita
yang relatif sama. Namun perbedaan yang terpenting adalah, pada skenario 3
perekonomian mampu meningkatkan besaran fungsi produksi (PTY-potential
output) dengan laju eksponensial. Ini membawa implikasi penting, karena
peningkatan kemampuan produksi (PTY-potential output) akan meningkatkan
kemampuan suatu negara untuk meningkatkan standar hidupnya (Mankiew dalam
Partowidago, 2003).
Selain itu, melalui Gambar 5.8 kita dapat melihat perubahan pertumbuhan dengan
mengandalkan investasi sebagai faktor penting pertumbuhan dan skenario ke arah
sektor industri padat modal menunjukkan bahwa price level relatif konstan pada
ketiga skenario. Peningkatan modal sebagai peran utama tidak menyebabkan kita
terjerumus pada inflasi yang tinggi.
Simulasi juga menunjukkan bahwa grand scenario ke arah industri padat modal
sama sekali tidak menunjukkan penurunan lapangan kerja tapi justru akan
meningkatkan kesediaan lapangan kerja jika kita mampu mencapai tingkat
investasi sesuai sasaran investasi (sesuai Gambar 5.9 dan Gambar 5.10).
Pencapaian skenario 2 dan 3 ini jelas memerlukan kerja keras, karena
membutuhkan tingkat investasi yang memadai, yang didukung oleh peningkatan
penguasaan teknologi dan situasi dalam negeri kondusif sejalan dengan dukungan
pemerintah bagi pengembangan industri.
Kita juga dapat menyimpulkan bahwa skenario dasar tidak mampu membawa kita
menuju visi 2030 (pendapatan per kapita US$ 18.000 per tahun) tapi mampu
membawa kita menuju impian E-7 (Emerging-Seven versi The Price WaterHouse
Coopers) atau N-11 (Next-Eleven versi Goldman Sachs).
Goldman Sachs (2007) dan PriceWater House Coopers (2006) menempatkan
Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi nomor 7 (Goldman Sachs)
atau 6 (PriceWater House Coopers) dengan besaran PDB US$ 10.000 milyar atau
pendapatan per kapita US$ 30.000 pada tahun 2050. Apakah prediksi itu memiliki
alasan kuat ?
Simulasi (sesuai skenario 2) menunjukkan bahwa pencapaian besaran PDB per
kapita tersebut dapat dicapai sebelum tahun 2050 yaitu pada tahun 2040. Ini
71
(variabel
mengecil) yang
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
100%
8%
100%
7%
100%
8%
100%
9%
100%
8%
100%
8%
100%
8%
100%
9%
78%
77%
77%
78%
78%
78%
77%
76%
14%
16%
14%
13%
14%
14%
15%
15%
72
). Ini sejalan
Karakter
Industri
Skenario 1
Skenario 2
Skenario 3
US$23.275 (2030)
US$ 148.977 (2050)
Rp 13 Milyar (2030)
Rp 71,7 Milyar (2050)
Sangat tinggi baik
tahun 2030 dan 2050
73
yang tersedia lebih besar dari tingkat investasi aktual yang dibutuhkan untuk
skenario 2 dan 3.
Tabel 5.4 Realisasi FDI
Tahun
Rp (Juta)
2000
90.872.080
2001
32.286.480
2002
28.439.040
2003
50.145.520
2004
42.341.160
2005
82.014.320
2006
54.988.400
2007
78.608.480
Rata-Rata
Pertumbuhan 10% per tahun3
Investasi_Tersedia_dlm_Negeri
PY
Dana_Perbankan
Tingkat_Tabungan
fraksi_investasi
C
dana_investasi_tersedia
FDI
2e16
2e16
2
1e16
2
1
5e15
Investasi_aktual
dana_investasi_tersedia
2
1
01 2
2.000
1 2
2.010
1 2
2.020
2.030
2.040
2.050
Time
FDI mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2001, 2002, 2004 dan 2006.
74
Tingkat
Pengangguran
6,1%
8,1 %
9,1%
9,5%
9,8%
10,2%
9,8%
Laju PDB
riil
4,9 %
3,8 %
4,4 %
4,9 %
4,9 %
5,6 %
5,6 %
Menurut Tabel 5.6 dibawah ini, terjadi konstanitas persentase investasi atas PDB
Indonesia, namun yang menjadi pertanyaan mengapa tingkat pengangguran tidak
turun ? Pertanyaan di atas disebabkan karena tersedianya investasi belum tentu
memberi solusi kesulitan sektor produksi untuk memperbaiki efisiensi dan daya
saing sektor produksi khususnya akibat tekanan biaya yang muncul dari kegiatan
non produksi.
Tabel 5.6 Persentasi Investasi Terhadap PDB
Uraian
Investasi Total (%)
2000
19,9
2001
20,4
2002
20,4
2003
19,7
2004
21,4
2005
22,3
2006
21,9
tingkat
produksi
kini
dan
sebagai
akibatnya
enggan
Pertumbuhan konsumsi yang dominan dapat dilihat pada Tabel 4.3 (hal. 47). Dari tahun 20002006 tabel menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi lebih dominan dibanding pertumbuhan
investasi.
75
kurang
mendukung.
Buruknya
indikator-indikator
tersebut
telah
76
tenaga kerja yang kompetensinya sesuai dengan kompetensi yang diinginkan oleh
dunia industri.
V.4 Fungsi Intermediasi Perbankan
Data perbankan di Indonesia, sesuai tabel 5.6, menunjukkan lemahnya fungsi
intermediasi perbankan. Dalam tabel terlihat bahwa rasio CAR (current asset
ratio) berada pada kisaran 20%, jauh lebih tinggi daripada CAR5 minimum yang
dipersyaratkan Bank Indonesia (8%). Ini menunjukkan bahwa perbankan di
Indonesia kelebihan likuiditas. Pengalaman krisis moneter (tahun 1997) yang
menghancurkan perbankan Indonesia kemungkinan masih membayangi peran
perbankan dalam penyediaan investasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
2001
45
20,5
2002
49,1
22,5
2003
53,7
19,4
2004
61,8
19,4
2005
64,7
19,5
2006
64,7
20,5
2007
69,2
19,2
Usaha turun-temurun;
Kekuatan Permodalan.
CAR=current asset ratio adalah perbandingan antara aset lancar (current asset) dengan utang
lancar (current liabilities).
77
SIN adalah sebuah konsep tentang penataan jejaring yang kondusif di antara para pelaku (aktor
lembaga) lembaga iptek dalam suatu sistem yang kolektif dalam penciptaan (creation), penyebaran
(diffussion), dan penggunaan (utilization) ilmu pengetahuan (knowledge) untuk pencapai inovasi
(Nelson, 1993, dalam LIPI (2006)).
78
79
oleh aktivitas litbang Iptek (Zahar, 2007). Data dari LIPI (2006) menyatakan
bahwa terjadi penurunan persentase dana riset terhadap PDB dari tahun ke tahun.
Pada tahun 1980-an persentase dana riset berkisar 0,3 %-0,5% dari PDB, dan
setelah era reformasi persentase dana riset turun dibawah 0.2% dari PDB (dana
riset
yang
memadai
menurut
UNESCO
ialah
2%
dari
PDB
80
Institusi
Penelitian
Korea Selatan
Jepang (G8)
(Macan Asia
Timur)
Beat Japanese
Semangat bushido
Everywhere, cinta (pengabdian kpd
produk dlm
kaisar)
negeri
India (BRICs)7
Indonesia
Cenderung
Perlu membeli
membeli produk produk dlm
dalam negeri
negeri untuk
mendukung
industri nasional
Institusi
Institusi penelitian yang Institusi
Membangun
penelitian yang dikembangkan sesuai penelitian yang institusi
dikembangkan kebutuhan industri
menggabungkan penelitian yang
sesuai kebutuhan (gabungan sistem
sistem pasarmenggabungkan
industri
pasar-science-otoritas). science-otoritas. sistem pasar(gabungan sistem Dana riset yang
Dana riset yang science-otoritas.
pasar-sciencememadai.
memadai.
Peningkatan dana
otoritas).
riset dan
Dana riset yang
mendorong
memadai.
peningkatan
swasta dalam
litbang
BRICs singkatan dari Brazil, Rusia, India dan China. BRICs adalah kelompok negara yang
pertumbuhan ekonominya akhir-akhir ini di kagumi oleh banyak pengamat ekonomi dunia.
81
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil simulasi dan analisisnya dapat kiranya penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut:
Peranan tenaga kerja Indonesia dalam perekonomian masih relatif besar
(ditunjukkan oleh
>
82
visi
2030
adalah
peningkatan
peran
investasi
dalam
83
84
DAFTAR PUSTAKA
18. Richardson, George P., Alexander L. Pugh III (1981), Introduction to System
Dynamics Modeling with Dynamo, The MIT Press, Cambridge.
85
19. Sachs, Goldman Global Economic Group (2007)., BRICs and Beyond,
Goldman Sachs Inc.
20. Saeed, Khalid & Dennis L. Meadows; (1994), Development Planning and
Policy Design, A System Dynamics Approach, Avebury, England
21. Sasmojo, Saswinadi (2004), Sains, Teknologi, Masyarakat & Pembangunan,
Program Pascasarjana Studi Pembangunan ITB, Bandung.
22. Sterman, John D. (2000), Business Dynamics; System Thinking and Modeling
for a Complex World, International Edition, McGraw-Hill, Singapore.
23. Sterman, John D. (1984), Apropriate Summary Statistics for Evaluating the
Historical Fit of System Dynamics Models, Dynamica Vol. 10 Part II,
Winer 1984.
24. Sterman, John D. (2002), All Models are Wrong: Reflections on Becoming a
System Scientist; System Dynamics Review, Vol. 18, No. 4 (Winter 2002),
John Wiley & Sons, Ltd.
25. Suparno, Erman (2008). Penganggur Terdidik 4,5 Juta. Artikel di Kompas
tanggal 22 Agustus 2008.
26. Tasrif, Muhammad (1995). Developing Countries Dilemma: Labor Intensive
or Capital Intensive Technology. Center for Research on Energy ITB.
Bandung. Indonesia
27. Tasrif, Muhammad (2007), Analisis Kebijakan Menggunakan Model System
Dynamics (Buku 2; Modul Kuliah/Kursus), Program Magister Studi
Pembangunan-SAPPK ITB, Bandung.
28. Thomson, South Western (2007)., Production and Growth., Thomson South
Western Inc.
29. Eng, Peter Van der (2006). Accounting for Indonesias growth: Recent past
and near future. School of Management, Marketing and International
Business, The Australian National University, Canberra Australia.
30. Zahar, Malikus (2007). Melongok Iptek Indonesia.
31. Zen, Suparman dkk (2005)., Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB) terhadap
penciptaan kesempatan Kerja, Kajian Ekonomi dan Keuangan-September
2005.
32. ------------- (2007), Indikator Makroekonomi Indonesia; Biro Pusat Statistik,
Jakarta.