Anda di halaman 1dari 16

1

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI
MEMILIKI KROMOFOR) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET (UV)
A. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk menetapkan kadar senyawa yang
tidak berwarna (tetapi memiliki kromofor) secara spektofotometri ultra-violet
(UV).
B. LANDASAN TEORI
Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan
metode untuk memperoleh aspek kualitatif dan kuantitatif. Proses ini
berkaitan dengan sejumlah sifat atom dan molekul serta fenomena yang
mampu menjadikan elemen-elemen atau senyawa-senyawa tersebut dapat
dideteksi atau di ukur secara kuantitatif pada kondisi yang dapat di kontrol
( Gholib, 2007 ).
Spektrofotometer, yaitu suatu alat yang di gunakan untuk menentukan
suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur
transmitan atau absorbansi dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan
satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang
lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat
lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorbsi
atomic (Hardjadi, 1990).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan
spektrofotometri UV-Vis terutama senyawa yang semula tidak berwarna yang

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut
harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa berwarna. Tahap-tahap yang
yang harus diperhatikan yaitu pembentukan molekul yang dapat menyerap
sinar UV-Vi, waktu operasional, pemilihan panjang gelombang, pembuatan
kurva baku, dan pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Prinsip dasar

Spektrofotometri UV-Vis

adalah analisis

yang

didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu laju


larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan menggunkana
monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fotube (Setiono,
dkk., 2013).
Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif
dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Dalam aspek
kualitatif, data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk
identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Sedangkan dalam aspek
kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan
intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Metode spektrofotometri sering dilakukan karena memiliki beberapa
keuntungan, yaitu mempunyai sensitifitas yang tinggi, cara pengerjaan
sederhana, cepat dan biaya relatif lebih murah (Sudjarwo, dkk., 2013).
Metode spektrofotometri memiliki kelemahan pada pandeteksi analit
jika analit berada pada sampel air yang mengandung banyak ion pengganggu.

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
Interferensi ion dan senyawa pengganggu dalam sampel dapat menyebabkan
kesalahan deteksi, sehingga serapan radiasi dapat berasal dari pengganggu.
Hal ini akan menyebabkan kesalahan analisis, terutama untuk analisis
kuantitatif. Sehingga untuk meminimalkan kesalahan analisis dalam
spektrofotometri, telah dilakukan beberapa pengembangan metode, antara
lain dengan penggunaan spketrofotometri derivatif (Fatimah, 2003).
Selain itu, metode spektrofotometri UV-Vis dapat diartikan sebagai
salah satu metode analisis kimia untuk menentukan unsur logam, baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif. Analisis secara kualitatif berdasarkan
pada panjang gelombang yang ditunjukkan oleh puncak spektrum (190 nm
s/d 900 nm), sedangkan analisis secara kuantitatif berdasarkan pada
penurunan intensitas cahaya yang diserap ileh suatu media. Prisip dari
spektrofotometer adalah melewatkan spektrum cahaya dalam suatu larutan.
Di awal penemuan, spektrofotometer digunakan untuk melewatkan satu
panjang gelombang dari cahaya yang digunakan grating, filter optik, dan
prisma. Kemudian diukur intensitas cahaya yang melewati larutan tersebut
dengan menggunakan fotodioda (Syarifuddin dan Rivai, 2010).
Secara umum data dari alat spektrofotometri UV-Vis ditampilkan
sebagai nilai A (absorbansi) atau (absoptifitas molar, L.cm-1.mol-1) pada
sumbu ordinat (Y) dan nilai (panjang gelombang, nm) pada sumbu absis
(X). Selanjutnya kedua nilai parameter tersebut ( dan ) dijadikan dasar
karakterisasi komponen untuk menetukan jenis transisi elektronik yang

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
mungkin terjadi, sehingga dapat diprediksi jenis gugus fungsional dan sifat
struktur senyawa berupa struktur alipati atau aromatik (Muhardi, dkk., 2004).
Kromofor adalah senyawa kimia yang memberikan warna, bukan
sebagai zat warna karena kain yang terkena pewarna ini akan terwarnai
sementara dan tidak permanen. Kromofor akan tetap terikat dalam bahan bila
ada radikal yang mengikatnya yaitu auksokrom (Dewi dan Sri, 2010).
Kromofor adalah bagian molekul yang bertanggung jawab terhadap
penyerapan cahaya dan terdiri atas ikatan rangkap dua atau rangkap tiga,
terutama jika ikatan rangkap tersebut terkonjugasi (ikatan rangkap dan ikatan
tunggal pada strukturnya berselang-seling. Selain itu, ada juga auksokrom
adalah gugus fungsi yang yang menempel pada kromofor yang tidak
menyerap energi cahayanya sendiri, tetapi memengaruhi panjang gelombang
cahaya yang diserap kromofor. Contoh auksokrom di antaranya adalah gugus
NH2, -OH, -SH. (Cairns, 2004).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :


Batang pengaduk;
Erlenmeyer
Labu takar 100 ml
Gelas ukur
Sendok tanduk;
Spektrofotometer UV-vis;
Timbangan analitik;
Gelas kimia

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

Sampel sulfadiazine
Aquadest

D. URAIAN BAHAN
a. Sulfadiazine (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi
Nama Lain
Rumus Molekul
Berat Molekul
Rumus Struktur

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

: SULFADIAZINUM
: Sulfadiazin
: C10H10N4O2S
: 250, 27
:

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

Pemerian

: Serbuk putih kekunigan atau putih agak merah

Kelarutan

jambu, hampir tidak berbau, tidak berasa


: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut
dalam alkohol (95%) P dan dalam aseton P,
mudah larut dalam asam mineral encer dan dalam

Penyimpanan

larutan alkali hidroksida


: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya

Kegunaan

matahari
: Antibakteri

b. Alkohol (Dirjen POM, 1979)


Nama Resmi
: AETHANOLUM
Nama Lain
: Alkohol, alkohol
RM/BM
: C2H6O/46,07

Rumus Struktur

Pemerian

: Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan


mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar dengan memberikan nyala biru yang

Kelarutan

tidak berasap.
: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform p

Penyimpanan
Kegunaan

dan dalam eter p


: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
: Zat tambahan

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan Larutan induk sulfadiazine murni
Sulfadiazine murni
- Ditimbang sebanyak 100 mg
- Dimasukkan kedalam gelas kimia
- Di tambahkan sedikit alkohol
- Dimasukkan kedalam labu takar 100 ml
- Diencerkan dengan menggunakan alkohol
hingga tanda tera
- Dikocok perlahan-lahan
- Diulangi percobaan di atas untuk sampel
sulfadiazine
Larutan induk (Li) Sulfadiazine
ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
2. Pembuatan kurva baku
Larutan induk
-

Dipipet sebanyak 0,05 ml


Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml
Diencerkan
menggunakan
dengan

menggunakan alkohol hingga tanda tera


Dikocok perlahan-lahan
Diukur absorbansinya pada panjang

gelombang 269 nm
Diulangi perlakuan di atas untuk Li
sebanyak 0,1 ml, 0,15 ml, 0,2 ml, 0,25 ml.

3. Pengukuran absorbansi sulfadiazine sampel


Li Sulfadiazine sampel
-

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

Dipipet 0,01 ml
Dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml
Diencerkan dengan alkohol hingga tanda
tera.
Digojok
Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 269 nm

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

F. HASIL PENGAMATAN
1. Data Pengamatan
Panjang Gelombang

Smooth: 0

2.0 ABS

Deri.: 0

1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0.0

190

200

210

220

230

240

250

260

Konsentrasi sampel

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

270

280

290

300

310

320

330

340

350

360

370

380

390

nm
400

10

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
ABS

1 .5

1 .0

0 .5

0 .0

%
0 .0 0 0

0 .0 0 1

0 .0 0 2

0 .0 0 3

0 .0 0 4

0 .0 0 5

0 .0 0 6

S td . C a l. P a ra m e te rs
K 1:

0 .0 0 2 1

K 0:

0 .0 0 0 0

R:

0 .9 1 1 3

R 2:

0 .8 3 0 4

No. Std. Name


1
2
3
4
5

Standard Data
WL1[240.5nm] ABS
Conc(%)
0,929
0,929
0,001
1,453
1,453
0,002
1,497
1,497
0,003
1,59
1,59
0,004
1,928
1,928
0,005

Sample
Data
No Sample Name
.
1 trisulfa

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

WL1[240.5nm] ABS
1,659

1,659

Conc(%)
0,0035

11

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

G. PEMBAHASAN
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada
besarnya nilai absorbsi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik.
Prinsip kerja spektrofotometri adalah dengan menggunakan spektrofotometer
yang pada umumnya terdiri dari unsur-unsur seperti sumber cahaya,
monokromator, sel, fotosel, dan detektor.
Sumber radiasi spektrofotometer dapat digunakan lampu deuterium
untuk radiasi di daerah sinar ultraviolet sampai 350 nm, atau lampu filamen
untuk sinar tampak sampai inframerah. Sinar yang dikeluarkan sumber radiasi
merupakan sinar polikromatis, sehingga harus dibuat menjadi sinar
monokromatis oleh monokromator. Radiasi yang melewati monokromator
diteruskan ke zat yang akan diukur dan sebagian radiasinya akan diserap oleh

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

12

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
zat tersebut. Zat yang akan diukur nilai absorbannya diletakkan pada sel
dengan wadah kuvet. Sinar yang diteruskan akan mencapai fotosel dan energi
sinar diubah menjadi energi listrik.
Spektrofotometri UV-Visibel merupakan metode spektrofotometri
yang didasarkan pada adanya serapan sinar pada daerah ultraviolet(UV) dan
sinar tampak (Visibel) dari suatu senyawa. Senyawa dapat dianalisis dengan
metode ini jika memiliki emampuan menyerap pada daerah UV atau daerah
tampak. Senyawa yang dapat Menyerap intensitas pada daerah UV disebut
dengan kromofor.
Dalam percobaan ini mempunyai tujuan yaitu dapat menetapkan kadar
senyawa tidak berwarna namun memiliki kromofor yang senyawa tidak
berwarna tersebut diubah menjadi senyawa berwarna . Analisis dalam
percobaan ini menggunakan obat trisulfa untuk menentukan kadar
sulfadiazine dalam obat tersebut. Gugus kromofor pada sulfadiazine yaitu
gugus benzene yang merupakan kromofor tunggal. Kromofor artinya suatu
senyawa memiliki gugus yang dapat menyebabkan suatu senyawa memiliki
warna sehingga nantinya akan membentuk kompleks sehingga akan
menghasilkan warna tertentu pada larutan.
Tidak adanya warna dari larutan sulfadiazin meskipun senyawa
tersebut memiliki kromofor dalam dua cincin benzennya dikarenakan oleh
cahaya yang tidak diserap kromofornya (cahaya kompartemen, diterima oleh
mata) memiliki panjang gelombang dalam rentang daerah sinar UV dalam
spektrum gelombang. Daerah UV berada di- luar spektrum cahaya tampak
dengan panjang gelombang lebih kecil.

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

13

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
Penentuan kadar sulfadiazine yang terdapat pada sampel obat tri sulfa
dilakukan dilakukan penentuan panjang gelombang maksimal dan mengukur
absorbansi dari larutan induk (LI) dan larutan sampel (LS) yang telah dibuat
sebelummya.

Kurva

yang

menyatakan

hubungan

antara

Perbedaan

Konsentrasi Sulfadiazine dengan Absorbansi dapat diperoleh dari Pembuatan


larutan seri baku. Dengan menggunakan kurva tersebut, kadar

senyawa

kompleks sulfadiazine dalam sampel dapat ditentukan dengan memasukkan


nilai absorbansinya dalam persamaan yang diperoleh dari kurva standar.
Maka kadar sulfadiazine yang terkandung dalam sampel tri sulfa adalah
sebesar 0,052 mg/mL.
Secara universal golongan sulfonamide seperti sulfadiazine dikenal
sebagai antibiotik. Sulfadiazin dengan dosis 8 gram sehari merupakan
senyawa antibakteri sehingga ketepatan kadarnya dalam sediaan obat
sangatlah diperlukan untuk mencegah terjadinya resistensi bakteri. Pemakaian
sulfadiazine dapat menginduksi terbentuknya kristal anuria dalam ginjal
pemakai karena kelarutannya yang sangat kecil meskipun telah mengalami
reaksi metabolism fase I dan II di hati. Untuk mencegah hal tersebut maka
umumnya sulfadiazin dalam sediaan oral diberikan bersamaan dengan obat
golongan sulfa lainnya yang juga merupakan senyawa antimikroba yaitu
sulfamerazin dan sulfadimidin (lebih lazim disebut trisulfa).

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

14

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

H. KESIMPULAN
Kesimpulan dapat diambil dalam praktikum ini yaitu besarnya
konsentrasi sulfadiazine adalah 0,0235 mg/mL.

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

15

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)

DAFTAR PUSTAKA
Cairns, Donald, 2004, Intisari Kimia Farmasi Ed.2, Penerbit buku Kedokteran,
Jakarta.
Dewi, R.S., dan Sri, L., 2010, Dekolorisasi Limbah Batik Tulis Menggunakan
Jamur Indigenous Hasil Isolasi Pada Konsentrasi Limbah Yang
Berbeda, Molekul, Vol. 5. No. 2.
Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Fatimah, Is., 2003, Analisis Fenol Dalam Sampel Air Menggunakan
Spektrofotometri Derivatif, Logika, 9(10), ISSN.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gholib , Ibnu, 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Hardjadi. 1990. Ilmu Kima Analitik Dasar. PT Gramedia: Jakarta.
Muhardi, Soewarno T., S., Betty S. L. Jennie, Anton Apriyantono, Sedarnawati
Yasni, Karakteristik Spektroskopi Isolat Komponen Antibakteri Biji
Atung (Parinarium glaberrimum Hassk), Jurnal Teknol dan Industri
Pangan, XV(1).

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

16

PENETAPAN KADAR SENYAWA YANG TIDAK BERWARNA (TETAPI


MEMILIKI KROMOROF) SECARA SPEKTROFOTOMETRI ULTRA-VIOLET
(UV)
Setiono, M., H., Avriliana Dewi A., 2013, Penentuan Jenis Solven Dan pH
Optimum Pada Analisis Senyawa Delphinidin Dalam Kelopak Bunga
Rosela Dengan Metode Spektrovotometri UV-Vis, Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri, 2(2).
Sudjarwono, Poedjiarti S., Pramitasari A., R., 2013, Validasi Spektrofotometri
Bisible Untuk Penentuan Kadar Formalin Dalam Daging Ayam,
Berkala Ilmiah Kimia Framasi, 2(1).

ISNA WAHYUNI
F1F1 13 025

Anda mungkin juga menyukai